Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat

kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar

kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan

masyarakat yang tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri,

tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya dengan

masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut.

Menurut Hendrik L. Bloom (1974) ada 4 faktor yang

mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan

masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan

kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana

keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi

yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang

terganggu, maka status kesehatan bergeser di bawah optimal. Untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka di

selenggarakan upaya kesehatan mulai upaya pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu (Notoadmojo, 2005).

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam

Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2

2009 yaitu melalui upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setingggi-tingginya. Dalam Peraturan Pemerintahan

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara dinyatakan bahwa udara sebagai sumber daya

alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta mahluk hidup

lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk

pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta

perlindungan bagi mahluk hidup lainnya.

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam

memberikan kehidupan di permukaan bumi. Udara adalah

penggabungan dari beberapa macam gas yang cenderung mengalami

pencemaran, akan tetapi pada batas-batas tertentu alam mampu

membersihkan udara dengan cara membentuk suatu keseimbangan

ekosistem. Ketika pencemaran yang terjadi tidak mampu dibersihkan

oleh alam sebagaimana biasanya maka pencemaran tersebut akan

membahayakan kesehatan manusia dan memberikan dampak yang

besar terhadap fauna, flora,dan ekosistem yang ada (Chandra, 2007).

Pada tahun 2011 kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak

96.400 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 2.144 orang dan

42 lainnya cacat. Sampai dengan September 2013 angka kecelakaan

kerja masih tinggi yaitu pada kisaran 80.000 kasus. Data International
3

Labour Organization (ILO) dalam rentan waktu rata-rata per tahun

terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja dan 70% diantaranya

berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Total kerugian

yaitu Rp. 280 triliun (Nurhayat, 2012).

Diliihat dari data tersebut kecelakaan dapat menyebabkan

dampak pada pendapatan negara maupun pendapatan perusahaan.

Dampak kecelakaan pada perusahaan salah satunya adalah

kelambatan produksi. Oleh karena itu penerapan K3 sangatlah penting

selain mencegah kecelakaan, penerapan K3 dapat meningkatkan

keandalan perusahaan, sehingga menimbulkan kepercayaan kepada

pelanggan dan konsumen (Nurhayat, 2012).

Cara yang terbaik untuk mencegah kecelakaan yang tidak

terduga adalah menghilangkan bahaya atau mengendalikannya

dengan menutup sumber bahaya tersebut. Maka perlu disediakan

beberapa jenis alat pelindung diri untuk dipakai pekerja seperti

masker (Sari, 2010).

Sampai saat ini masih ada tenaga kerja yang menganggap

pemakaian alat pelindung diri (APD) mengganggu tenaga kerjanya

dan efek perlindungannya kurang. Hal ini dikarenakan karena kurang

training atau latihan kepada tenaga kerja tentang cara memakai APD

yang tepat, sehingga mereka memakainya hanya sekedar untuk

mematuhi peraturan tanpa mengetahui pemakaiannya tepat atau

tidak. Perilaku tenaga kerja berhubungan dengan pemakaian APD


4

sehingga diperlukan pembinaan, pengawasan dan penerapan sanksi-

sanksi bagi tenaga kerja (Ramaddan. 2008).

Industri semen merupakan salah satu industri yang

pertumbuhannya cukup pesat, hal ini berkaitan dengan kapasitas

produksi total pabrik semen yang tersebar di berbagai wilayah

nusantara mencapai 27 juta ton pertahun. Semen adalah hasil

industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan

utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan

hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang

proses pembuatannya yang mengeras atau membatu pada

pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam

yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan

lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa :

Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3)

dan Magnesium Oksida (MgO), Untuk menghasilkan semen, bahan

baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk

clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips

(gypsum) dalam jumlah yang sesuai (Mengkidi, 2006).

Salah satu dampak negatif dari industri semen adalah

pencemaran udara oleh debu. Industri semen berpotensi untuk

menimbulkan kontaminasi di udara berupa debu. Debu yang

dihasilkan oleh kegiatan industri semen terdiri dari debu yang

dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses


5

pembakaran dan debu yang dihasilkan pada proses pengangkutan

bahan baku ke pabrik dan keluar pabrik, termasuk pengantongannya.

Bahan tercemar tersebut dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan

manusia, debu yang ditimbulkan oleh industri berpengaruh terhadap

gangguan pada saluran pernafasan (Mengkidi, 2006).

APD yang cocok bagi tenaga kerja yang berada pada

lingkungan kerja yang mempunyai paparan debu dengan tinggi adalah

pelindung pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang

terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun. Alat pernafasannya

seperti masker yang berfungsi untuk melindungi debu/partikel-partikel

yang lebih besar masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain

dengan ukuran pori-pori tertentu (Mengkidi, 2006).

Berbagai faktor yang berpengaruh dalam timbulnya penyakit

atau gangguan pada saluran pernapasan akibat debu. Faktor tersebut

adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk konsentrasi,

daya larut dan sifat kimiawi. Faktor individual meliputi mekanisme

pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran nafas serta faktor

imunologis. Penilaian paparan pada manusia perlu dipertimbangkan

antara lain sumber paparan/jenis pabrik, lamanya paparan, paparan

dari sumber lain, aktifitas fisik dan faktor penyerta yang potensial

seperti umur, gender, kebiasaan merokok, faktor allergen (Mengkidi,

2006).
6

Penyakit saluran pernafasan banyak ditemukan secara luas

dan berhubungan erat dengan lamanya pajanan terhadap debu

tertentu karena pada dasarnya saluran pernafasan merupakan salah

satu bagian yang paling mudah terpapar oleh bahan-bahan yang

mudah terhirup yang terdapat di lingkungan (Hasty, 2011).

PT. Semen Tonasa merupakan pabrik semen terbesar yang

didirikan di Kawasan Indonesia Timur tepatnya di Sulawesi Selatan,

menempati lahan seluas 715 hektar yang terletak di desa Biring Ere

kecamatan Bungoro, kabupaten Pangkep. PT. Semen Tonasa adalah

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tanggal 5

Desember 1960 berdasarkan surat keputusan MPRS RI No.

2/MPRS/1960. PT. Semen Tonasa memiliki kapasitas terpasang

3.480.000 metrik ton semen pertahun dengan kisaran 8000 – 10.000

pekerja dan karyawan di empat unit pabrik yaitu Tonasa II, III, IV,V

dan sebuah kantor pusat PT. Semen Tonasa. Jenis semen yang

diproduksi oleh PT. Semen Tonasa seperti : semen portland type I,

semen campur (PMC), semen portland pozzolan (PPC), semen

porland type II, semen portland type V, semen abu terbang (Adam,

2011).

Berdasarkan laporan pola penyakit dari Rumah Sakit PT.

Semen Tonasa selama 11 bulan terakhir (Januari-November 2012)

jenis penyakit saluran pernapasan menduduki peringkat pertama

setiap bulannya, jumlah kunjungan tiap bulannya di rumah sakit PT.


7

Semen Tonasa terjadi angka yang fluktuatif, antara lain, bulan Januari

169 kunjungan, bulan Februari 206 kunjungan, bulan Maret 333

kunjungan, bulan April 325 kunjungan, bulan Mei 239 kunjungan,

bulan Juni 157 kunjungan, bulan Juli 172 kunjungan, bulan Agustus

174 kunjungan, bulan September 180 kunjungan, Oktober 149

kunjungan, dan November 143 kunjungan.

Data tersebut terjabarkan masih tingginya jumlah kunjungan

dengan berbagai keluhan, antara lain influensa, penyakit jantung

iskemik lainnya, penyakit kulit, penyakit infeksi saluran pernapasan

bagian atas akut lainnya,dan penyakit lain-lain. Masih tingginya angka

kejadian penyakit saluran pernapasan yang dialami oleh pekerja

mendasari peneliti melakukan sebuah penelitian untuk melihat

“Gambaran Perilaku Penggunaan Masker Pada Pekerja di PT. Semen

Tonasa Kabupaten Pangkep Tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka

peneliti merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut: “Bagaimana perilaku penggunaan masker pada pekerja di PT.

Semen Tonasa Kabupaten Pangkep?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku penggunaan masker pada

pekerja di PT. Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep Tahun 2013.


8

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja tentang

penggunaan masker di PT. Semen Tonasa, Kabupaten

Pangkep Tahun 2013.

b. Untuk mengetahui sikap pekerja tentang penggunaan masker di

PT. Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep Tahun 2013.

c. Untuk mengetahui tindakan pekerja tentang penggunaan

masker pada pekerja di PT. Semen Tonasa, Kabupaten

Pangkep Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan pada bidang kesehatan pada khususnya dan

sebagai bahan referensi bahwa Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi informasi ilmiah yang bermanfaat bagi kalangan

mahasiswa dan masyarakat yang membutuhkannya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber

informasi bagi perusahaan PT. Semen Tonasa dalam upaya

mengantisipasi masalah penggunaan APD Masker pada pekerja.


9

3. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga dan menambah wawasan

serta pengetahuan bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh melalui penelitian di lapangan.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia merupakan hasil dari pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku

merupakan respon/reaksi seseorang individu terhadap pengaruh yang

berasal dari luar individu maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat

bersifat pasif (tanpa tindakan berfikir, berpendapat, bersikap) maupun

aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku

kesehatan dapat di rumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan

hubungan individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang

berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Mengenai penggunaan APD Masker sangat terkait dengan

perilaku kedisiplinan dan ketaatan tenaga kerja akan pentingnya APD

Masker. Makin tinggi tingkat kedisiplinan dan kesadaran terhadap

akan hal itu, maka kemungkian untuk mengalami kecelakaan kerja jadi

semakin kecil.

Perilaku menggunakan masker sangat baik bagi kita khususnya

bagi karyawan perusahaan karena dapat terhindar dari udara kurang

sehat. Tapi banyak kalangan masyarakat yang berpendapat bahwa

menggunakan masker sangat ribet. Padahal ketika perilaku


11

menggunakan masker itu dijaga dengan baik dan terbiasa akan

membentuk bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar namun dalam memberikan respons sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari objek yang

berarti meskipun stimulus yang diberikan sama namun respon tiap-

tiap orang berbeda.

Faktor-faktor inilah yang disebut determinan perilaku.

Determinan perilaku terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,

bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,

jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yakni lingkungan termasuk lingkungan fisik,

sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Faktor ini dinilai

dominan mewarnai perilaku seseorang.

Perilaku manusia merupakan hasil dari pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku

merupakan respon/reaksi seseorang individu terhadap pengaruh yang

berasal dari luar individu maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat

bersifat pasif (tanpa tindakan berfikir, berpendapat, bersikap) maupun

aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku

kesehatan dapat di rumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan

hubungan individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut


12

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang

berhubungan dengan kesehatan.

Adapun perilaku terbentuk melalui proses tertentu dan

berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-

faktor yang memegang peranan didalamnya yaitu faktor intern yang

berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya

dan faktor ekstern yaitu objek, orang, kelompok dan hasil-hasil

kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam pembentukan perilakunya.

Perilaku sebagai konsepsi bukanlah hal yang sederhana.

Konsep perilaku diterima secara luas ialah memandang perilaku

sebagai variabel pencampur (intervening variabel), oleh karena itu

mencampuri atau mempengaruhi responsi objek terhadap stimulus.

Menurut hal ini, perilaku adalah pengorganisasian proses-proses

psikologi oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk

melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap sesuatu kelas

atau dalam penelitian ini berupa objek.

Perilaku merupakan apa yang dikerjakan oleh organisme

tersebut yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak

langsung. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon

seseorang (organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit

atau penyakit. Sistem pelayanan kesehatan makanan, serta

lingkungan. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai

ruang lingkup yang sangat luas (Notoatmodjo, 2007).


13

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Arra’d

ayat 11 yang berbunyi:

   


  
    
     
  
   
    
      
 
Terjemahan:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada
pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. bagi tiap-tiap
manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara
bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-
amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang
menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah. Tuhan tidak
akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah
sebab-sebab kemunduran mereka(Q.S Ar-rad : 11).

Berdasarkan terjemahan ayat di atas dapat diketahui bahwa,

perilaku seseorang tidak akan berubah menjadi baik jika orang

tersebut tidak mau merubah nasibnya (perilakunya sendiri) untuk bisa

menjadi baik. Sama halnya dengan perilaku penggunaan masker.

Ketika seseorang atau pekerja lalu berperilaku dengan baik dalam hal

ini mereka berperilaku menggunakan masker, maka kebaikan

kesehatan yang mereka dapatkan.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


14

Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi.

Pengetahuan ada setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain,

pengetahuan adalah barbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali

benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya (Meliono dkk, 2007).

Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

Surah An-Nahl ayat 78, yang berbunyi:

   


   
  
  
  
Terjemahan:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (Q.S An-Nahl : 78)

Oleh sebab itu, kita dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatu, maka dari itu emperisme sangat dibutuhkan. Sama halnya

dengan pengetahuan masker dan kesehatan, kita tidak akan

mengetahuinya tanpa kita lihat atau mendengar tentang apa itu

masker dan. Kita sering mendengar dan melihat masker dan


15

kesehatan tapi kita tidak memahami apa itu masker dan kesehatan

dan tanpa hati pula kita tidak bisa sadar bahwa nikmat dari kesehatan

begitu besar untuk kita semua.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan atau bagian

yang sangat penting untuk terjadinya tindakan seseorang (over

behavior) sedangkan kedalaman pengetahuan seseorang dalam

domain “cognitive” dapat di ketahui melalui tingkatan cognitive yang

mereka miliki mulai dari tingkatan cognitive pertama (C1) yaitu

tingkatan pengetahuan yang paling rendah, dalam hal ini seseorang

hanya mampu menyebut istilah-istilah saja berdasarkan pada apa

telah dipelajari atau didengarnya, sampai pada tingkat cognitive ke

enam (C6 ) yaitu tingkatan pengetahuan yang paling tinggi, dalam hal

ini seseorang tidak hanya mampu menyebut istilah-istilah saja tetapi

sudah mampu melakukan analisa dan penilaian terhadap yang

diketahuinya.

Pengetahuan adalah merupakan bagian dari cognitive domain

yaitu bagaimana terjadi proses menjadi tahu, yang terdiri dari 6

(enam) tingkat penerimaan terhadap suatu inofasi, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan tingkat pengetahuan didalam domain kognitif.

Sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang


16

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling endah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami

Suatu kemampuan menyelesaikan dengan cara yang benar

tentang obyek yang diketahui dan diiterprestasikan suatu materi

dengan benar.Seseorang atau ibu yamg telah paham terhadap

obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menjelaskan, menyimpulkan, tentang materi yang dipelajari.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi yang nyata.

d. Analisa

Suatu kemampuan menjabarkan obyek kedalam komponen tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis

Menunjukan suatu kemampuan intuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian kriteria


17

yang telah ditentukan.

Seseorang yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang

masker dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh polusi udara pabrik

industri tentu akan muncul kesadaran dalam dirirnya agar selalu

menjaga perilaku penggunaan masker ini akan mendorong

terbentuknya suatu sikap yang positif terhadap perilaku penggunaan

masker, sehingga akan berpengaruh terhadap terciptanya sebuah

perilaku. Oleh karena itu pengetahuan sangat mempengaruhi

terbentuknya suatu sikap dan tindakan.

C. Tinjauan Umum Tentang Sikap

New Comb dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan

bukan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu merupakan reaksi tertutup. Bukan merupakan

reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

obyek.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata

menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersikap

emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).


18

Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap

berhubungan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sikap yang

baik adalah dimana seseorang mau mengerjakan pekerjaan tersebut

tanpa terbebani oleh sesuatu hal yangmenjadi konflik. Perilaku bekerja

seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap dalam bekerja sedangkan

sikap seseorang dalam memberikan respon terhadap masalah

dipengaruhi oleh kepribadian seseorang.

Definisi tersebut dipertegas pula dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’

ayat 7 yang berbunyi.

  


   
    
 
 
  
   
  
Terjemahan:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri (Q.S Al-Isra : 7).

Makna dari kandungan ayat diatas adalah ketika kita

berbuat baik untuk kesehatan kita dalam hal ini pekerja

menggunakan masker setiap kali bekerja maka kebaikan pula

mereka dapat berupa kesehatan jasmani.

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

1) Sikap mau menerima (receiving) yang diartikan bahwa orang

atau obyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan


19

(obyek) misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

ketersediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-

ceramah tentang gizi.

2) Sikap mau menanggapi (responding) yaitu memberikan

jawaban apabila di tanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang tersebut menerima ide.

3) Sikap menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah merupakan

suatu indikasi, sikap tingkat ketiga.

4) Sikap bertanggung jawab (Responsibility) artinya bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoadmojo,

2005).

Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari

perilaku. Seseorang yang memiliki sikap yang mendukung terhadap

perilaku penggunaan masker berarti telah memberi arti tinggi

terhadap perilaku hidup sehat, yang mana individu akan menghargai

perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab

mereka. Sikap pekerja yang menggunakan masker sudah


20

mencerminkan pula sikap tanggung jawab dan sikap patuh terhadap

peraturan.

D. Tinjauan Umum Tentang Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan hal tersebut diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas

dan dukungan dari pihak lain. Adapun tingkatan-tingkatan praktek

yakni persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adaptasi.

Pengukuran praktek dapat dilakukan secara langsung dengan cara

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama

beberapa jam, hari atau bulan yang lalu dan secara tidak langsung

dengan cara mengobservasi tindakan atau kegiatan responden . Sikap

merupakan respons atau reaksi seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasi atau objek.

Sikap mempunyai tiga komponen pokok yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu

objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponan tersebut secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga

terdiri dari beberapa tingkatan, yakni menerima, merespons,

menghargai dan bertanggung jawab. Pengukuran sikap dapat

dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.


21

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan hal tersebut diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas

dan dukungan dari pihak lain. Adapun tingkatan-tingkatan praktek

yakni persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adaptasi.

Pengukuran praktek dapat dilakukan secara langsung dengan cara

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama

beberapa jam, hari atau bulan yang lalu dan secara tidak langsung

dengan cara mengobservasi tindakan atau kegiatan responden

(Notoatmodjo, 2005).

E. Tinjauan Umum Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan

kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja yang

berkaitan dengan peralatan kerja, bahaya dan proses pengolahannya,

tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pencegahan

(Sumbung, 2000).

Kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya,

hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan

makmur (Mangkunegara, 2002).

2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


22

ILO (1989) telah menetapkan secara garis besar batasan dan

tujuan kesehatan kerja antara lain :

1. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke

tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosial masyarakat di semua lapangan pekerjaan.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari

faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis.

The American Medical Association dalam Pudjowati (1998)

menyatakan bahwa tujuan dasar dari kesehatan dan keselamatan kerja

adalah :

1. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan dan keselamatan

kerja di tempat kerja.

2. Dalam prakteknya sejauh mungkin melindungi lingkungan

masyarakat sekitarnya.

3. Menyediakan tempat yang aman baik secara fisik, mental, dan

emosional pekerja dalam bekerja tanpa membahayakan kesehatan

dan keselamatan kerja.

4. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi bagi

karena kerja.
23

5. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan kesehatan perorangan

termasuk memperoleh dokter pribadi dimana pun bila mungkin.

3. Kecelakaan Akibat Kerja

1) Pengertian kecelakaan akibat kerja

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak berencana dan tidak

terkontrol yang merupakan salah satu aksi dan reaksi dari objek zat atau

manusia. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan, dapat

mengganggu atau merusak kelangsungan yang wajar dari suatu kegiatan

yang dapat mengakibatkan suatu luka atau kerusakan pada benda atau

peralatan (Kusuma, 2004).

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan,terlebih dalam bentuk perencanaan. Tidak

diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material

ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling

berat (Yanri, 2002).

Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada

hubungannya dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja

disini dapat berarti bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh pekerja atau

terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan (Yanri, 2002).

2) Penyebab kecelakaan kerja

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) disebabkan oleh dua hal :


24

1. tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan

(unsafe human act).

2. keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition)

Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia yang

menyebabkan timbulnya kecelakaan lebih penting. Hasil

penelitian menunjukkan, bahwa diperkirakan 80-85% kecelakaan

kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia.

Kecelakaan apabila ditelusuri/dirinci merupakan hasil kombinasi

dari waktu, kondisi fisik pekerja, pelatihan, tingkat pengetahuan dan

tentu saja unsafe action dan unsafe conditions. Tetapi pada intinya

penyebab kecelakaan ada 2 faktor yaitu :

a. unsafe acts, di antaranya :

a) Tidak dipakainya alat pelindung yang disediakan.

b) Cara kerja yang berbahaya dari pekerja.

c) Penggunaan alat yang kurang cocok

b. unsafe conditions, diantaranya :

a) Alat pelindung yang tidak efektif.

b) Alat yang tidak aman walau dibutuhkan

c) Bahan-bahan yang berbahaya.

d) Alat atau mesin yang tidak efektif.

e) Pakaian kerja yang tidak cocok.

f) Penerangan, ventilasi yang tidak cocok.

F. Tinjauan Umum Alat Pelindung Diri (APD)


25

1. Definisi Alat Pelindung Diri

Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk

melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap

kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.

APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha untuk

melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa dan administratif

tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD

bukanlah dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

2. Jenis Dan Kegunaan APD

Ada beberapa macam APD yang dipakai serta kegunaan

APD pada tenaga kerja secara garis besarnya antara lain:

a. APD kepala

Termasuk didalamnya helm, pengikat rambut, pentup

kepala, topi dan berbagai material. Berfungsi untuk melindungi

kepala dari benda yang jatuh, terbang, korosit, debu, iklim

yang buruk serta menjaga kebersihan kepala dan rambut.

b. APD Mata

Kaca mata dari berbagai bahan berfungsi untuk

melindungi mata. APD ini pada umumnya kebanyakan

digabung dengan APD untuk muka dengan demikian maka


26

fungsinya selain melindungi mata sekaligus melindungi

muka/wajah.

c. APD Telinga

Ada 2 yaitu ear plug (sumbet telinga), ear muff (tutup

telinga). Berfungsi untuk melindungi telinga tenaga kerja dari

cuaca-cuaca diatas NAB. APD ini mutlak dipakai apabila

dibawah atau tempat peralatan yang memiliki tingkat

kebisingan diatas normal. Untuk mengetahui seberapa tingkat

kebisingan disuatu daerah atau temapat peralatan maka

dilakukan suatu pengukuran dengan suatu alat yang antara

lain dengan Sound Level Meter, bila hasil pengukuran

menunjukan hasil pengukuran di atas nilai normal yaitu (85

db), maka mutlak memakai pelindung telinga.

d. APD Tangan/Jari-jari Tangan

Sarung tangan atau kaos tangan berfungsi untuk

melindungi tangan dari bahaya tajam, panas, kasar, berduri,

dingin, radiasi, arus llistrik, bahan- bahan kimia dan elektro

magnetik serta menjaga kebersihan tangan.

e. APD Mulut/Hidung

Masker adalah pelindung bagi pernapasan sangat

diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi proyek

itu sendiri. Respirator berbagai jenis, terdapat juga jenis:


27

1. Respirator pemurni udara

2. Respirator yang dihubungkan dengan supplay udara bersih

3. Respirator yang dilengkapi dengan supplay oksigen

Sebagaimana diketahui bahwa sumber penyakit/bahaya

bukan hanya menimpa bagian tubuh tapi dapat juga menimpa

bagian dalam yang datangnya melalui pernapasan atau mulut.

APD ini berfungsi melindungi bagian dalam tubuh melalui

pernapasan hidung dan mulut dari pengaruh oksigen yang

terkontaminasi dengan partikel debu, gas, uap yang dapat

merusak atau setidaknya mengganggu pernapasan.

f. APD Kaki/Jari-Jari Kaki

Sepatu berbagai tipe, berfungsi untuk melindungi kaki

dari jari-jari kaki agar tidak tertimpa benda berat, keras,

tersengat benda-benda panas atau semacamnya.

g. APD Bagian Tubuh

Pakaian kerja yang dibuat khusus yang dibuat berfungsi

untuk melindungi badan dari radiasi panas konduksi dan

panas konveksi.

3. Pemilihan Alat Pelindung diri

Dalam pemilihan APD haruslah memilih peralatan pelindung

yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya. Dimana

APD tersebut memenuhi standar yang berlaku pada saat ini.


28

Aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

APD adalah:

a) Bentuknya cukup menarik

b) Dapat dipakai secara fleksibel

c) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama

d) Seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa

ketidaknyamanan yang lebih.

e) Dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap

bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh pekerja.

f) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya

yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau

salah dalam penggunaannya .

g) Suku cadang mudah diperoleh untuk mempermudah

pemeliharaan.

4. Pemeliharaan APD

Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara

lain dengan:

a) Menyimpan dengan benar alat pelindung diri.

b) Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air

secukupnya.

c) Menjemur di bawah sinar matahari untuk menghilangkan

bau, terutama pada sepatu dan helm.

5. Penyimpanan APD
29

Dalam menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan di

tempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun

dan gigitan serangga/binatang. Tempat tersebut hendaknya kering

dan mudah dalam pengambilannya.

6. Kelemahan Penggunaan APD

Daya lindung tidak sempurna apabila cara pemakaian APD

yang salah, dan tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan.

APD tidak menghilangkan bahaya dan apabila rusak, maka

penggunanya bisa terpapar bahaya.

G. Tinjauan Umum Tentang APD Masker

1. Pengertian APD Masker

APD masker adalah suatu alat pelindung diri yang wajib

digunakan saat bekerja yang digunakan dibagian wajah yang

berguna untuk menyaring udara yang dihirup saat bekerja di

tempat kualitas udara buruk (Sarman, 2010).

Penggunaan masker selama ini, umumnya kita kenal hanya

bagi mereka yang bekerja di kalangan medis, laboratorium, pabrik,

dan para bikers, pengendara sepeda atau sepeda motor. Jarang

orang memakainya saat bepergian ketempat-tempat umum.

Kecuali bila ada sebuah bencana di suatu daerah tertentu, seperti

kebakaran hutan, meletusnya gunung berapi. Saat seperti itu

masker umum di pakai dan di perjualbelikan masyarakat. Demi

terhindar dari asap dan debu yang membahayakan kesehatan.


30

Banyak alasan orang enggan memakai penutup wajah ini.

Sesak napas, pengap, tidak terbiasa, adalah alasan-alasan yang

umum kita jumpai. Namun mengingat pentingnya fungsi dan

kegunaan masker ini, terlebih bila kita membaca deretan data

polusi diatas, ada baiknya kita mulai biasakan menggunakannya.

2. Manfaat Menggunakan APD Masker

Berikut beberapa manfaat yang bisa kita peroleh jika kita

menggunakannya masker penutup antara lain :

a. Terhindar dari kuman dan bakteri yang berkembang melalui

udara di sekitar kita. Terlebih jika kita sakit, setidaknya kita bisa

mencegah orang lain tertular. Atau sebaliknya kita yang sehat

tak tertular orang yang sedang sakit.

b. Bagi anda yang tinggal di kawasan yang dekat dengan

lingkungan pabrik. Polusi yang ditimbulkan dari asap pabrik

juga tak kurang berbahanya bagi kesehatan paru-paru kita.

Adalah lebih baik bila menggunakannya setiap hari ( Anonim,

2010).

c. Bila sering naik bus, kereta dan angkutan umum lainnya,

masker juga bermanfaat menutupi bau-bau yang tak sedap

yang sering kita temui. Seperti kita tahu, bila angkutan umum di

Kabupaten besar contohnya Makassar, penumpangnya kerap

berjejal berdesakan. Terlebih di jam-jam sibuk saat orang

pulang dan pergi ke kantor. Nah bermasker di situasi seperti ini


31

rasanya solusi yang pas. Karena kita tak perlu repot-repot lagi

menutup hidung kala bau keringat sesama penumpang

menyergap di sekitar kita. Yang juga tak terlupa, kala kita

berkunjung ke rumah sakit, masker juga perlu digunakan. Demi

menghindari kita tertular aneka penyakit di rumah yang

memang tempat berkumpulnya orang sakit hubungan antara

penggunaan (Dian, 2008).

Ada 5 ( lima ) macam jenis masker yaitu :

1. Masker Penyaring Debu

Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk-

serbuk logam, penggerindaan atau serbuk kasar lainya.

2. Masker Berhidung

Masker ini dapat menyaring debu dan benda samapi ukuran

0,5 mikron, bila kita sulit bernapas waktu memakai alat ini maka

hidungnya harus diganti karena filternya tersumbat oleh debu.

3. Masker Bertabung

Masker bertabung mempunyai filter yang baik dari pada

masker berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan

melindungi diri dari debu dan gas tertentu.

4. Masker Kertas
32

Masker ini digunakan untuk menyerap partikel-pertikel

berbahaya dari udara agar tidak masuk ke jalur pernafasan.

Pada penggunaan masker kertas, udara disaring permukaan

kertas yang berserat sehingga partikel-partikel halus yang

terkandung dalam udara tidak masuk ke saluran pernafasan.

5. Masker Plastik

Masker ini digunakan untuk menyerap partikel-partikel

berbahaya dari udara agar tidak masuk jakur pernafasan.

Ukuran masker ini sama dengan masker kertas, namun ada

lubang-lubang kecil dipermukaannya untuk aliran udara, tetapi

tidak bisa menyaring udara, fungsi penyaring udara terletak

pada sebuah tabung kecil yang diletakan di dekat rongga

hidung. Di dalam tabung ini diisikan semacam obat yang

berfungsi sebagai penawar racun.

H. Tinjauan Umum Tentang Debu

1. Pengertian debu

Debu adalah merupakan suatu kumpulan yang terdiri dari

berbagai macam pertikel padat di udara yang berukuran kasar dan

tersebar, yang biasa disebut koloid. Debu umumnya berasal dari

gabungan secara mekanik dan material yang berbentuk kasar.

Debu termasuk kedalam subtansi yang bersifat toksit. Partikel-

partikel debu yang terbawa bersama dengan aliran udara ke

dalam jantung selama proses penghirupan udara.


33

Sebagaian besar akan dihembuskan kembali melalui

mekanisme kerja jantung (Yapus, 2007).

Efek biologis paparan debu dan bahaya bagi kesehatan

yaitu:

a. Efek fibrogenik yang dapat mengakibatkan reaksi fibrosis

pada jaringan jantung dan modus limpa

b. Efek Iritan yang memberikan gangguan iritasi pada membrane

mukosa mata dan saluran pernafasan diantaranya

memperhatikan gejala seperti tampak merah, bengkak,

merasa gatal, menangis, bersin dan batuk.

c. Efek karsinogenik yaitu berupa factor eksternal yang

berpengaruh diantaranya meliputi nutrisi, kondisi hidup, polusi

lingkungan dan akibat kerja.

d. Efek sistemik toksik yaitu banyak subtansi yang berbahaya

yang menyebabkan efek pada sistemik toksik sebagai hasil

dari debu yang masuk melalu saluran pernafasan.

2. Pencegahan terhadap paparan debu

Upaya pencegahan paparan debu untuk lingkungan kita

berada dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu pengukuran secara

teknis dan pemeriksaan secara medis. Pengukuran secara teknis

terutama ditujukan untuk proteksi seseorang khususnya di tempat


34

kerja dengan dilakukan pengukuran kadar debu, hasilnya di

bawah atau di atas nilai ambang batas. Untuk pelindungan bagi

pekerja dengan kondisi lingkungan yang potensial akan

menimbulkan debu yang banyak, diharuskan menggunakan alat

pelindung diri organ pernafasan. Menggunakan masker salah

satu alat pelindung diri terhadap debu.

Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan

dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat

menghalangi daya tembus pandang mata adanya ceceran logam

beracun yang terdapat pada partikulat debu di udara merupakan

bahaya terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang

tercemar hanya mengandung logam yang berbahaya sekitar

0,01% dari seluruh partikulat debu di udara akan tetapi logam

tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi

reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, selain itu dapat diketahui

pula bahwa selain logam yang terkandung dalam udara yang

dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan

dengan dosis sama yang berasal dari makanan atau air minum.

Oleh karena itu kadar logam yang ada di udara terikat pada

partikulat debu patut dapat diperhatikan.

Cara pencegahannya adalah sebagai berikut :

1. Dengan melengkapi alat penangkap debu

2. Dengan melengkapi water prayer pada cerebong


35

3. Menggunakan masker Paparan debu (Yuniarti, 2002).

3. Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh Debu

a. Bronchitis kronika.

Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama.

Hal ini membuktikan prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam

pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat

terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.

b. Emphysema pulmonum.

Emfisema paru-paru adalah keadaan di mana paru-paru

mengalami distensi yang abnormal yang disebabkan rupturnya

dinding alveoli dengan atau tanpa disertai lolosnya udara ke

jaringan interstisial sehingga menyebabkan berkurangnya

ruang udara dan sulit bernapas.

c. Bronchopneumonia.

Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim

paru yang menyebar membentuk bercak-bercak infitiat

(konsolidasi) di aveoulus–bronkiolus terminalis yang

sebelumnya didahulu oleh ISPA.

d. Asthma bronchiale.

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang

ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini

menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi

alveolus.
36

e. Corpulmonale

Di daerah industri, Czechoslovakia umpamanya, dapat

ditemukan prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India

bagian utara, penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa

jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.

f. Kanker paru.

Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-

smokers di daerah Kabupaten 10 kali lebih besar daripada

daerah rural.

g. Penyakit jantung

Ditemukan dua kali lebih besar morbiditasnya di daerah

dengan polusi udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat

menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada

tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO

terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2

sehingga bila kadar CO Hb sama atau lebih besar dari 50%,

akan dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah

dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung.

h. Kanker Lambung

Ditemukan dua kali lebih banyak pada daerah dengan

polusi tinggi.

i. Penyakit-penyakit lain
37

Penyakit umumnya iritasi mata, kulit dan sebagainya

banyak juga dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan

pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah

diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan

pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah

Kabupaten dengan tingkat polusi tinggi, sedangkan di daerah

lain pembentukannya normal (Wardhana, 1995).


38

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Di Teliti

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan harus menjadi pusat

perhatian dalam kaitannya dengan lingkungan. Dalam suatu

lingkungan khususnya pada tingkat pola pengetahuan dan sikap

merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menekankan pada

pengawasan dan pengendalian faktor-faktor lingkungan manusia.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor bagian dari

kehidupan di permukaan bumi. Dengan adaya suatu pengetahuan

manusia bisa menjaga lingkungannya dengan baik, oleh karena itu

pengetahuan mutlak harus ada dalam kehidupan manusia agar bisa

menjaga lingkungannya dengan baik. Dewasa ini membangun

kesehatan dititikberatkan pada upaya kesehatan melalui upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa melupakan

upaya-upaya kesehatan lainnya.

Polusi udara menjadi masalah yang gawat diberbagai

Kabupaten-Kabupaten besar. Polusi udara dalam menimbulkan

kematian akibat penyakit jantung koroner semakin disadari, kematian

ekstra banyak terjadi dikalangan para penderita jantung. Selama

berlangsungnya krisis polusi udara. Dalam hal ini, para kariawan yang

bekerja di pabrik yang tidak memperhatikan penggunaan APD

khususnya masker besar kemungkinan menghirup asap beracun dari


39

asap pabrik setiap hari, tanpa masker penutup hidung. Maka

penelitian ini secara khusus akan meninjau mengenai perilaku

penggunaan masker oleh pekerja di PT. Semen Tonasa, Kabupaten

Pangkep tahun 2013.

B. Pola Pikir Variabel Yang Akan Diteliti

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PENGETAHUAN

SIKAP PENGGUNAAN
APD MASKER

TINDAKAN

-Fasilitas
ketersediaan
APD

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti.


40

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu atau hal-hal yang dipahami

oleh pekerja PT. Semen Tonasa meliputi pengertian penggunaan

masker, manfaat penggunaan masker , cara penggunaan masker,

penyakit yang dapat timbul bila tidak menggunakan masker.

Kriteria Objekif

a. Cukup : Jika nilai jawaban responden ≥ 50 % .

b. Kurang : Jika nilai jawaban responden < 50% .

Skala pengukuran dihitung dari Skala Guttman (Sugiono, 2009):

Jumlah pertanyaan = 10 pertanyaan

Range nilai jawaban responden = 0-1

Skor tertinggi = 1

Skor terendah = 0

Jumlah skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 10 x 1

= 10 (100%)

Presentase skor tertinggi = 10/10 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = Jumlah pertanyaan x skor terendah

= 10 x 0

= 0 (0%)

Presentase skor terendah = 0/0 x 100% = 0%

Rumus Umum :

Interval (I) =
41

Range (R) = skor tertinggi – skor terendah

= 100% - 0%

= 100%

Kategori (K) = 2 (Cukup dan kurang)

Interval (I) = 100/2

= 50%

Skor standar = 100% - 50%

= 50%

2. Sikap adalah tindakan responden terhadap pemanfaatan

menggunaan masker sehari-hari. Sesuatu kecenderungan untuk

bertindak dengan munculnya kecenderungan baru meliputi sikap

tentang penggunaan masker, ketersediaan masker, dan pemberian

sanksi.

Kriteria Objektif

a. Positif : Jika nilai jawaban responden ≥ 62,5 % .

b. Negatif : Jika nilai jawaban responden < 62,5% .

Skala pengukuran dihitung dari Skala Likert (Sugiono, 2009):

SS = Sangat Setuju (4)

S = Setuju (3)

TS = Tidak Setuju (2)

STS = Sangat Tidak Setuju (1)

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan x nilai jawaban

= 10 x 4 = 40
42

40
Presentase Nilai tertinggi = x 100% = 100%
40

Skor Terendah = jumlah pertanyaan x nilai jawaban terendah

= 10 x 1 = 10

10
Presentase nilai terendah = x 100% = 25%
40

Range = persentase nilai tertinggi – nilai terendah

= 100% - 25% = 75%

Kemudian diukur dengan rumus :

R
I=
K
Dimana:

I = Interval

R= Range

K = Jumlah kategori (2 = Positif atau Negatif)

75%
Maka interval = = 37,5%
2%

Nilai Standar = 100% - 37,5% = 62,5%

3. Tindakan adalah perwujudan yang dilakukan sehubungan dengan

penggunaan masker kesehatan meliputi tindakan terhadap

penggunaan masker, membersihan masker, dan tindakan terhadap

adanya penyuluhan tentang APD masker .


43

Kriteria Objekif

a. Positif : Jika jawaban responden ≥ 50%

b. Negatif : Jika jawaban responden < 50%

Skala pengukuran dihitung dari Skala Guttman (Sugiono, 2009):

Jumlah pertanyaan = 10 pertanyaan

Range nilai jawaban responden= 0-1

Skor tertinggi = 1

Skor terendah = 0

Jumlah skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 10x 1

= 10 (100%)

Presentase skor tertinggi = 10/10 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = Jumlah pertanyaan x skor terendah

= 10 x 0

= 0 (0%)

Presentase skor terendah = 0/0 x 100% = 0%

Rumus Umum :

Interval (I) =

Range (R) = skor tertinggi – skor terendah

= 100% - 0%

= 100%

Kategori (K) = 2 (Baik dan tidak baik)

Interval (I) = 100/2


44

= 50%

Skor standar = 100% - 50%

= 50%

4. Penggunaan APD masker adalah suatu alat pelindung diri yang

wajib digunakan saat bekerja yang digunakan dibagian wajah yang

berguna untuk menyaring udara yang dihirup saat bekerja ditempat

kualitas udara buruk.

Kriteria Objektif

Ya : Apabila menggunakan APD (Masker atau

sejenisnya) saat bekerja.

Tidak : Jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.


45

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan Perilaku penggunaan masker pada

pekerja di PT. Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep Tahun 2013.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Semen Tonasa, Kabupaten

Pangkep.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus hingga

September 2013

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja PT. Semen

Tonasa, Kabupaten Pangkep yang bekerja di bagian Finish Mill

yang berjumlah sebanyak 443 orang .

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang

diambil secara Accidental sampling yaitu pekerja PT. Semen

Tonasa yang sedang bertugas dilokasi produksi semen. Untuk


46

menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakan rumus

Slovin (Ginting, 2008), yaitu:

n= N
1 + N e2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan (5 %) = 0,05

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:

n = 443
1 + 443 . (0,05)2

= 443
1+ 443 . 0,0025

= 210, 2 = 211 orang

Jadi, jumlah sampel melalui perhitungan rumus Slovin diperoleh

jumlah sampel sebesar 210,2 angka tersebut dibulatkan sehingga

diperoleh jumlah sampel sebanyak 211 orang pegawai, yang

pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Ginting,

2008).

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dan dikumpulkan dengan melakukan

survei dan wawancara kepada pekerja PT. Semen Tonasa

dengan menggunakan kuesioner.


47

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan

penelitian.

E. Metode Pengumpulan Sampel

Populasi yang kemudian dijadikan sebagai sampel akan

diwawancarai dengan menggunakan kuesioner penelitian yang telah

disediakan.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

komputerisasi melalui tahapan editing, koding, entri, dan pengolahan,

yang selanjutnya disediakan dalam bentuk tabulasi dan narasi.


48

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di

Kawasan Timur Indonesia yang menempati lahan seluas 1.200.000

Hektar di Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep

68 kilometer dari Kota Makassar. Desa Biring Ere merupakan salah

satu dari 5 desa dan 3 kelurahan di wilayah Kecamatan Bungoro,

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang terletak 11 km ke arah

Timur dari Kecamatan Bungoro. Desa Biring Ere terdiri atas 2 Dusun

dan 1 kompleks Perumahan Karyawan PT. Seman Tonasa.

Kompleks Perumahan Karyawan PT. Semen Tonasa, yang

dahulu waktu sebelum terpisah dari Desa Mangilu merupakan Dusun

Padangnge (terdiri atas Daerah Jota / Pammoco dan sekitarnya, Wae

Sellue/Balang Lompo dan sekitarnya). Desa Biring Ere mempunyai

luas wilayah seluas ± 923.767 m2, dengan ketinggian atas permukaan

laut ±100 m. Adapun batas – batas wilayah Desa Biring Ere sebagai

berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Sela Desa Mangilu.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Siloro Desa Mangilu.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Bontoa Kecamatan

Minasate'ne.
49

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Pangkajene dan Desa

Taraweang Kecamatan Labakkang.

PT. Semen Tonasa yang memiliki kapasitas terpasang

3.480.000.000 metrik ton semen per tahun ini mempunyai empat unit

pabrik yaitu Tonasa Unit II, III dan IV,V, dan sebuah kantor pusat.

Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Perwakilan

Rakyat Sementara (MPRS) Republik Indonesia No. II/MPRS/1960

mengenai pola umum pembangunan Nasional Sementara Berencana

Tahapan 1961 - 1969 tentang proyek Bidang Industri Golongan A1

1953 bidang No. 54, dimana di dalam ketetapan itu tercantum rencana

untuk mendirikan pabrik semen di Sulawesi Selatan. Tujuan dari

pendirian pabrik semen itu adalah untuk memenuhi permintaan semen

guna meningkatkan pembangunan khususnya di kawasan Indonesia

bagian Timur.

Ketetapan MPRS itulah yang mendasari berdirinya pabrik

Semen Tonasa (Persero), yang saat ini memiliki empat unit pabrik dan

sekian packing plant yang terus beroperasi dengan realisasi produk

sebesar 212.168 ton ditahun 1999, kecuali pabrik unit I yang oleh

pertimbangan alasan ekonomis dan teknis maka pengoperasiannya

telah dihentikan sejak tahun 1984.


50

B. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2013

sampai 2 September 2013 di PT. Semen Tonasa Kabupaten Pangkep,

Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 211

orang. Jumlah sampel didapat dengan menggunakan acidental

sampling. Berikut adalah hasil penelitiannya :

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil

penelitian tersebut akan diuraikan dalam bentuk tabel yang disertai

dengan narasi adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Pekerja di Bagian Finish Mill PT. Semen Tonasa
Kabupaten Pangkep
Kelompok Umur n %
< 30 68 32,2
30 – 39 72 34,1
40 – 49 68 32,2
50 – 59 3 1,4
Total 211 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 distribusi responden berdasarkan

umur menunjukkan bahwa kelompok umur 30 – 39 tahun

adalah tertinggi yaitu sebanyak 72 orang (34,1%) dan yang

terendah adalah kelompok umur 50 – 59 tahun yaitu 3 orang

(1,4%).
51

b. Jenis Pekerjaan
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis PembagianTugas
Pekerja di Bagian Finish Mill PT. Semen Tonasa
Kabupaten Pangkep
Jenis Pekerjaan n %
Biro Operatsional Finish Mill 5 2,4
Sie. Finish Mill 74 35,1
Sie. Oprs. Packer 21 10,0
Sie. Pemeliharaan Mesin Finish Mill 47 22,3
Sie. Pemeliharaan Listrik & Instalasi Finish 51 24,2
Mill
Sie. Pemeliharaan Mesin Pack 6 2,8
Sie. Pemeliharaan Elins Pack 7 3,3
Total 211 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi responden berdasarkan

jenis pembagian tugas menunjukkan bahwa yang tertinggi yaitu

Sie. Finish Mill sebanyak 74 orang (35,1%) dan yang terendah

adalah Biro operational Finish Mill yaitu 5 orang (2,4%).

c. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pekerja di Bagian Finish Mill PT. Semen Tonasa
Kabupaten Pangkep
Tingkat Pendidikan n %
SMA 147 69,7
Perguruan Tinggi 64 30,3
Total 211 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi responden berdasarkan


tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan SMA yang
tertinggi yaitu sebanyak 147 orang (69,7%) sedangkan
perguruan tinggi yaitu sebanyak 64 orang (30,3%).
52

2. Variabel Penelitian
a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian mengengenai tingkat
pengetahuan pekerja di bagian finish mill PT. Semen Tonasa
diketahui bahwa kriteria tingkat pengetahuan pekerja dalam
katergori cukup sebanyak 211 orang (100,0%).

b. Sikap
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kriteria Sikap
Pekerja di Bagian Finish Mill PT. Semen Tonasa
Kabupaten Pangkep
Kriteria Sikap n %
Positif 183 86,7
Negatif 28 13,3
Total 211 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa kriteria


sikap Positif sebanyak 183 orang (86,7%) dan kriteria sikap
Negatif yaitu sebanyak 28 orang (13,3%).

c. Tindakan
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kriteria Tindakan
Pekerja di Bagian Finish Mill PT. Semen Tonasa
Kabupaten Pangkep
Kriteria Tindakan n %
Positif 176 83,4
Negatif 35 16,6
Total 211 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa kriteria


tindakan yang Positif sebanyak 176 orang (83,4%) dan
kriteria tindakan yang Negatif sebanyak 35 orang (16,6%).

d. APD Masker
53

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan APD
Masker Pekerja di Bagian Finish Mill PT. SemenTonasa
Kabupaten Pangkep
Penggunaan APD Masker n %
ya 179 84,8
tidak 32 15,2
Total 211 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa penggunaan APD


Masker pekerja yang menjawab Ya sebanyak 179 orang
(84,8%) dan yang menjawab tidak sebanyak 32 orang (15,2%).

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Umur merupakan salah satu faktor karakteristik pekerja.

Suma’mur (1989). Secara umum diketahui bahwa kapasitas fisik

manusia seperti penglihatan dan kecepatan reaksi menurun

setelah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka pada usia

tersebut mungkin akan lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya

dan lebih menyadari akan bahaya, dibandingkan dengan pekerja

yang berusia muda. Menurut Suma’mur (1989), angka beratnya

kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan

umur manusia dapat dikelompokkan atas beberapa tingkatan

yaitu anak-anak, remaja dan dewasa, dimana tiap-tiap tingkatan

umur tersebut memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan

perkembangan psikologisnya. Tapi semakin menuanya umur,


54

maka akan semakin lambat dalam bereaksi, di samping

beberapa fungsi organ tubuhnya misalnya penglihatannya akan

terganggu, sedangkan Polisi yang berumur muda meskipun

fungsi tubuhnya masih cukup stabil namun karena

pengalamannya yang masih kurang dalam bertugas.

Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa kelompok umur

< 30 tahun sebanyak 68 orang (32,2%), kelompok umur 30 – 39

sebanyak 72 orang (34,1%), kelompok umur 40 – 49 sebanyak

68 orang (32,2%), kelompok umur 50 – 59 sebanyak 3 orang

(1,4%) . dan Dari hasil yang didapat bahwa umur yang paling

banyak adalah umur 30 – 39 sebanyak 72 orang (34,1%) dan

paling rendah adalah kelompok umur ≥ 60 tahun sebanyak 2

orang (0,9%).

b. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan adalah identifikasi tugas, kewajiban, dan

tanggung jawab dari sebuah pekerjaan yang dikemukakan oleh

Stephen Robbins (2005:214). Definisi lain yang menyebutkan

bahwa pekerjaan merupakan tugas, kewajiban, dan tanggung

jawab, dikemukakan oleh Raymond A. Noe (2004:72) bahwa

“Job description a list of the tasks, duties, and responsibilities

(TRDs) that a particular job entails” Yang berarti deskripsi

pekerjaan adalah sebuah daftar tugas, kewajiban dan tanggung

jawab yang diperlukan oleh pekerjaan tertentu.


55

Dalam artikel Suwandi, job description adalah suatu upaya

untuk menjelaskan peran seseorang dari luar orang itu, yaitu

organisasi, sedangkan dari dalam yaitu dari setiap orang yang

berada pada peran yang telah ditentukan dituntut pula adanya

kemampuan dan kemauan untuk mengerti akan peran yang

didudukinya. Kemampuan mengerti berarti kemampuan untuk

memahami atau mengetahui job description yang telah

ditetapkan oleh organisasi, sedangkan kemauan mengerti artinya

secara mental seseorang mau menerima perannya itu, yaitu

adanya kecocokan antara harapan pribadinya terhadap peran

yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang jenis

pembagian tugas menunjukkan bahwa Biro Operational Finish

Mill yaitu sebanyak 5 orang (2,4%), Sie. Finish Mill yaitu

sebanyak 74 orang (35,1%), Sie. Operasional Packer yaitu

sebanyak 21 orang (10,0%), Sie. Pemeliharaan Mesin Finish Mill

yaitu sebanyak 47 orang (22,3%), Sie. Pemeliharaan Listrik &

Instalasi Finish Mill yaitu sebanyak 51 orang (24,2%), Sie.

Pemeliharaan Mesin Pack yaitu sebanyak 6 orang (2,8%), Sie.

Pemeliharaan Elins Pack yaitu sebanyak 7 orang .

Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa jenis

pembagian tugas pekerja bagian finish mill yang tertinggi yaitu


56

Sie. Finish Mill sebanyak 74 orang (35,1%) dan yang terendah

adalah biro operasional finish mill yaitu 5 orang (2,4%)..

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha secara sadar dan sistematis

yang berlangsung seumur hidup didalam mentransfer

pengetahuan seseorang kepada orang lain. Usaha ini bisa

dilakukan secara formal maupun non formal. Secara formal yakni

ditempuh melalui tingkat-tingkat pendidikan mulai dari taman

kanak-kanak sampai pendidikan tinggi, terjadi diruang kelas

dengan program yang bersifat “structure”. Sedangkan pendidikan

non formal umumnya bersifat “unstructure”. Notoatmodjo (1989)

menyatakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak didik

untuk menuju kedewasaan. Dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi cara

berpikir dalam menghadapi pekerjaan, menerima latihan kerja

dan juga cara menghindari kecelakaan kerja, tersirat pula tujuan

dari intervensi.

Pendidikan adalah memotivasi dan memampukan pekerja

untuk mengambil tindakan yang efektif dalam meningkatkan

kondisi kerja. Pendidikan merupakan proses Budaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan

berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan


57

keluarga, sekolah maupun masyarakat. Karena itu pendidikan

merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat maupun pemerintah.

Dari hasil pengolahan data bahwa hasil yang didapat

adalah pendidikan yang paling banyak yaitu pendidikan SMA

yang tertinggi yaitu sebanyak 147 orang (69,7%) sedangkan

tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 64 orang

(30,3%).

Berdasarkan data diatas dapat diasumsikan bahwa tingkat

pendidikan seseorang dapat menggambarkan besarnya

pengaruh sikap dan perilaku dalam perkembangan pribadi

secara utuh dan partisipasinya dalam mengerjakan aktivitasnya.

Pendidikan merupakan salah satu kekuatan sosial yang ikut

dibentuk dan membentuk masa depan manusia dengan

sendirinya sehingga pendidikan juga ikut berpengaruh dalam

kedisiplinan seseorang dalam menggunakan masker sebagai

salah satu sarana kesehatan lingkungan untuk pencegahan.

2. Pengetahuan

Pengetahuan pekerja adalah segala sesuatu yang diketahui

pekerja mengenai masker baik manfaat, akibat tidak

menggunakannya dan cara penggunaannya. Dari hasil penelitian

dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan berada pada kategori

cukup yaitu 211 orang (100,0%).


58

Pengetahuan yang tinggi tentang Masker bukanlah jaminan

pekerja memiliki kemampuan sesuai dengan tingkat pengetahuan.

Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden memiliki tingkat

pengetahuan cukup atau baik tentang alat pelindung diri masker

namun perlu dilakukan pembuktian terhadap kemampuannya. Bloom

dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang terdiri dari enam domain yaitu tahu, paham, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi.setiap tingkatan memperlihatkan

kemampuan individu. Pembuktian seberapa tinggi domain

pengetahuan pekerja dengan nilai rata-rata pengetahuan yang

tertinggi tersebut dilihat dari seberapa tinggi sikap dan perilaku

responden dalam menggunakan APD masker.

Menurut Lavine (1962) pengetahuan pekerja dalam

penggunaan alat pelindung diri (Masker) yang baik dan aman mutlak

dimiliki penggunanya mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan,

untuk itu pekerja harus tahu fungsi dari Masker itu sendiri serta

potensi bahaya pada tempat kerjanya (dalam Elfrida, 2006).

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ramaddan mengenai "Gambaran Perilaku

Pemakaian Masker pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering

Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008". Dari hasil penelitian yang

dilakukan selama bulan September sampai Desember tahun 2008

diperoleh bahwa tingkat pengetahuan paling banyak berada pada


59

kategori tahu yaitu 10 orang (76,9%) dan paling sedikit berada pada

kategoru tidak tahu sebanyak 3 orang (23,1%).

3. Sikap

Sikap pekerja pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi

persepsi tenaga kerja sehubungan dengan penggunaan masker.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara umum pekerja

memiliki tingkat sikap Positif berjumlah 183 orang (86,7%) dan

terdapat 28 orang (13,3%) yang mempunyai sikap negatif.

Pada umumnya responden positif bahwa masker digunakan

untuk menghindari paparan debu dan penggunaan masker yang baik

dan benar dapat terhindar dari gangguan pernafasan. Responden

positif bahwa kondisi lingkungan kerja yang berdebu dapat

mempengaruhi gangguan saluran pernafasan. Hal tersebut

dipengaruhi oleh pengetahuan responden yang mengerti tentang

masker.

New Comb dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan

bukan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah predisposisi tindakan

suatu perilaku. Sikap itu merupakan reaksi tertutup. Bukan

merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek.


60

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara

nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersikap emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu

predisposisi (keadaan mudah terpengaruh terhadap seseorang, ide

atau objek yang berisi komponen cognitive, affective dan behaviour

(Achmadi, 1985).

Penelitian yang saya lakukan ini tidak sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ramaddan mengenai "Gambaran

Perilaku Pemakaian Masker pada Pekerja Bagian Bongkar Muat

Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008". Dari hasil

penelitian yang dilakukan selama 3 bulan pada bulan September

sampai Desember tahun 2008 diperoleh bahwa secara umum

responden memiliki tingkat sikap yang sedang sebanyak 9 orang

(69,2%) dan terdapat 4 orang (30,8%) yang mempunyai sikap yang

baik/positif.

4. Tindakan

Mengenai penggunaan APD Masker sangat terkait dengan

perilaku kedisiplinan dan ketaatan tenaga kerja akan pentingnya

APD Masker. Makin tinggi tingkat kedisiplinan dan kesadaran

terhadap akan hal itu, maka kemungkinan untuk mengalami


61

kecelakaan kerja jadi semakin kecil pada dasarnya bukan mencegah

kecelakaan tapi mencegah terjadinya cedera yang parah pada

kecelakaan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa

responden dengan tingkat tindakan yang paling tinggi adalah

termasuk dalam kategori positif yaitu sebanyak 176 orang (83,4%)

dan kategori negatif sebanyak 35 orang (16,6%).

Tindakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, karena

disini responden sadar bahwa kemungkinan hal-hal tersebut ada dan

bisa terjadi pada mereka (gangguan kesehatan).

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ramaddan mengenai "Gambaran Perilaku Pemakaian Masker

pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan

PTPN III Tahun 2008". Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3

bulan pada bulan September sampai Desember tahun 2008

diperoleh bahwa responden dengan tingkat tindakan yang paling

tinggi adalah termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 11

orang (84,6%) dan kategori sebanyak 2 orang (15,4%). Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang selalu

menggunakan masker sebanyak 2 orang (15,4%). Hal ini

diperngaruhi oleh tidak tegasnya pihak perusahaan dalam

melaksanakan aturan yang telah ditetapkan.

5. APD Masker
62

APD merupakan Seperangkat alat yang digunakan oleh

tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan

kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha untuk

melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa dan administratif

tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD

bukanlah dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

Penggunaan masker selama ini, umumnya kita kenal hanya

bagi mereka yang bekerja di kalangan medis, laboratorium, pabrik,

dan para bikers, pengendara sepeda atau sepeda motor. Jarang

orang memakainya saat bepergian ketempat-tempat umum. Kecuali

bila ada sebuah bencana di suatu daerah tertentu, seperti kebakaran

hutan, meletusnya gunung berapi. Saat seperti itu masker umum di

pakai dan di perjualbelikan masyarakat. Demi terhindar dari asap

dan debu yang membahayakan kesehatan.

Banyak alasan orang enggan memakai penutup wajah ini.

Sesak napas, pengap, tidak terbiasa, adalah alasan-alasan yang

umum kita jumpai. Namun mengingat pentingnya fungsi dan

kegunaan masker ini, terlebih bila kita membaca deretan data polusi

diatas, ada baiknya kita mulai biasakan menggunakannya.

Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukakan bahwa

penggunaan APD Masker pekerja yang menjawab Ya sebanyak 179


63

orang (84,8%) dan yang menjawab tidak sebanyak 32 orang

(15,2%).

Pengetahuan responden tentang masker, manfaat

penggunaan, serta dampak yang ditimbulkan apabila tidak

menggunakan masker pada saat bekerja dilingkungan yang berdebu

sudah cukup, hal ini berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat

pengetahuan responden yang menunjukkan pada umumnya berada

pada kategori cukup sejumlah 211 orang (100,0%). Namun

berdasarkan penelitian yang diperoleh masih adanya pekerja yang

tidak menggunakan masker saat bekerja sejumlah 32 orang (15,2%).

Hal ini sesuai dengan teori overt behavior yang menyatakan bahwa

sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.


64

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Pekerja

di Bagian Finish Mill PT. Semen Tonasa maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan semuanya berada pada kategori cukup yaitu

211 orang (100,0%).

2. Sikap pekerja sebagian besar positif berjumlah 183 orang (86,7%)

dan terdapat 28 orang (13,3%) yang mempunyai sikap negatif.

3. Tindakan pekerja sebagian besar dalam kategori positif yaitu

sebanyak 176 orang (83,4%) dan kategori negatif sebanyak 35

orang (16,6%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitain yang dilakukan maka peneliti

menyarankan bahwa :

1. Memberikan pelatihan kepada pekerja tentang masker agar

pengetahuan pekerja dapat lebih baik lagi.

2. Pihak Perusahaan harus lebih menegaskan lagi kepada pekerja

agar selalu menggunakan APD berupa masker pada saat bekerja.

3. Diharapkan kepada pihak perusahaan agar melengkapi alat

pelindung diri yang dibutuhkan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai