Anda di halaman 1dari 15

ULUMUL QUR’AN

MUNASABAH AL-QUR’AN

Fitriah, S.Th.I., M.Th.I

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Dian Safitri Rudin
Elvina Melia

Fakultas Agama Islam


Universitas Muhammadiyah Kendari
Tahun 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Munasabah Al-Qur’an ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Ulumul Qur’an. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai munasabah qur’an bagi para pembaca dan juga penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Fitriah, S.Th.I., M.Th.I selaku dosen mata
kuliah Ulumul qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan agama kita yaitu agama islam.

Kami menyadari, tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 14 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENULISAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. PENGERTIAN MUNASABAH AL-QUR’AN 3
B. MACAM-MACAM MUNASABAH AL-QUR’AN 4
C. URGENSI MUNASABAH AL-QUR’AN 8
BAB III PENUTUP 11
A. KESIMPULAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-qur’an adalah kitab suci ummat Islam dan telah disepakati bahwa kitab ini merupakan
rujukan dalam menjawab persoalan hukum dan akhklak di tengah kehidupan ummat Islam,
diatur cara berhubungan dengan masyarakat sesama muslim dan masyarakat non
muslim, pengaturan tersebut jelas dan transparan, peraturan–peraturan yang terdapat di dalamnya
pada intinya menjadikan manusia yang baik, ihsan, hidup di dunia bahagia dan hidup di akhirat
juga bahagia.

Sebagai seorang Muslim kita memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai imani Al-qur’an.
Dalam pada itu, tidak mudah begitu saja memisahkan diri dengan nilai tersebut. Mempelajari Al-
qur’an bagi seorang muslim tidak hanya semata-mata mencari kebenaran ilmiah, namun lebih
dari itu yakni mencari isi kandungan dari rahasia Al-qur’an. Jika ayat-ayat Al-qur’an itu
diperhatikan sepintas lalu terkesan seperti tidak ada korelasi satu dengan yang lain, baik dengan
yang sebelum maupun dengan yang sesudahnya, karena ayat-ayat tersebut tampak seolah-olah
terputus atau terpisah. Tetapi bila diamati secara seksama akan nampak jelas adanya munasabah
(korelasi) yang erat antara yang satu dengan lainnya.

Namun pada itu, kita tidak bisa pungkiri bahwa teori munasabah ini merupakan ranah ijtihad
bersifat ijtihadi. Hingga kita akan menemukan beberapa bagian yang saling berkaitan sama
lainya. Seperti yang di ungkapkan Rahmat Syafii, bahwa teori munasabah ijtihadi ini memiliki
gejala gejala yang terdapat dalam munasabah itu sendiri seperti : hubungan logis yang dapat
diterima dan hubungan logis bagi masing-masing ahli. Beliau menambahkan“…yang pada
akhirnya timbul dua aliran antara yang mengatakan semua surat memiliki hubungan dan tidak
semua surat memiliki hubungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil beberapa rumusan masalah di


antaranya sebagai berikut:

1) Apa pengertian munasabah al-qur’an?


2) Apa saja macam-macam munasabah al-qur’an?
3) Apa saja urgensi munasabah al-qur’an?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut,penulis memiliki beberapa tujuan penulisan di


antaranya sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui apa pengertian munasabah al-qur’an.


2) Untuk mengetahui apa saja macam-macam munasabah al-qur’an.
3) Untuk mengetahui apa saja urgensi munasabah al-qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munasabah Al-Qur’an

Munāsabah secara etimologis berarti hubungan persesuain, sedangkan dalam bahasaArab arti
munasabah dapat dijelaskan berarti muqarabat; saling berdekatan atau salingmenyerupai, juga
dapat hubungan kekerabatan, aspek hubungan atau keterkaitan antara satukalimat dengan kalimat
lain dalam satu ayat. Antara satu ayat dengan ayat lain dalamserangkaian ayat-ayat Al-qur’an,
antara satu surah dengan surah lainnya.„Ibnul „Arabi mengatakan munasabah adalah keterkaitan
ayat-ayat Al-Qur’an antara yang satu dengan lainnyasehingga seperti satu kata yang runtut dan
teratur maknanya.

Sedangkan pengertian Munāsabah menurut istilah bisa dipahami dari pendapat al-Syaikh
Wali al-Din al-Malawi sebagaimana yang dikutip oleh Nawir Yuslem, yang
mengatakan bahwa I’jaz al-Qur’an adalah uslub-nya yang tinggi dan susunannya yang indah.
Yang pertamakali perlu dicari dalam ayat-ayat Alquran adalah ayat yang menyempurnakan
ayat sebelumnyaatau ayat yang berdiri sendiri (mustaqillat), yang mempunyai hubungan dengan
ayat sebelumnya. Demikian juga pada surat-surat Al- qur’an dicari hubungan suatu surat dengan
surat sebelumnya.

Menurut beberapa ahli tafsir seperti Az-Zarkasyi, Manna’ Al Qaththan, Al Biqa’I


Berpendapat sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar, mereka menyebutkan defenisi
Munasabah secara terminologi adalah sebagai berikut :

1) Menurut Az-Zarkasyi :
Munasabah adalah suatu hal yang dapat difahami. Tatkala dihadapkan kepada akal,
pasti akal itu akan menerimanya.
2) Menurut Manna’ Al Qaththan :
Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan didalam satu ayat atauant
ar ayat pada beberapa ayat,atau antar surat (didalam Alquran).
3) Menurut Al Biqa’i :
Mununasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik
susunan atau urutan bagian-
bagian Alquran, baik ayat dengan ayat, atau surat dengan surat.

Dari beberapa defenisi diatas dapat dijelaskan bahwa Munāsabah adalah keterkaitanatau
hubungan antara surah-surah, ayat-ayat dalam Al-qur’an, baik awal dengan akhir surah,
hubungan tersebut menjelaskan makna antar ayat atau antar surah baik korelasi secara umum
atau khusus, rasional, persepsi atau imajinatif atau korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma’lul
perbandingan dan perlawanan, nama surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.

3
B. Macam-Macam Munasabah Al-Qur’an

Menurut al-Suyuti sebagaimamana yang dikutip oleh Nawir Yuslem, sekurang-kurangnya


ada tujuh macam munasabah Alqur‟an, yaitu :

1. Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya;


2. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunya;
3. Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat;
4. Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat;
5. Munasabah antara kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya;
6. Munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu surat, dan
7. Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat berikutnya.

Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan diuraikan masing-masing munasabah tersebut :

a) Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya

Surat-surat yang ada dalam Alquran mempunyai munasabah, sebab surat yang datang kemudian
menjelaskan beberapa hal yang disebutkan secara global pada surat sebelumnya. Misalnya surat
Al- Baqarah memberikan perincian serta penjelasan terhadap surat Al Fatihah. Sedangkan surat
Ali Imran yang merupakan urutan surat berikutnya memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap
kandungan surat Al-Baqarah, yaitu ancaman Allah terhadap orang-orang kafir karena pengaruh
harta dunia. Ayat dari surat-surat tersebut berbunyi :

Artinya :

“Segala puji untuk Allah Tuhan semesta alam”.(QS. Al Fatihah;2)

“Ingatlah kepadaku, niscaya Aku ingat pula kepadamu”.(QS.Al Baqarah : 152)

“Sesungguhnya orang-orang kafir, harta benda, dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat
menolak siksaan mereka yang disediakan Allah. Dan mereka adalah bahan bakar api neraka”.
(QS. Ali Imran : 10)

4
b) Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya.

Al-Biqa’i sebagaimana yang dikutip oleh Nawir Yuslem menjelaskan bahwa nama-nama
surat Al-qur’an merupakan “inti pembahasan surat tersebut serta penjelasannya”, setiap surat
mempunyai tema pembicaraan yang sangat menonjol, dan tercermin dalam nama-nama masing-
masing surat, seperti surat Al Baqarah, surat Yusuf, surat al-Naml, dan surat al-Jin, cerita lembu
betina dalam surat al Baqarah umpamanya, merupakan pembicaraan surat tersebut, yaitu
kekuasaan Tuhan membangkitkan orang mati. Dengan kata lain, tujuan surat ini adalah
menyangkut kekuasaan Tuhan dan keimanan kepada hari kemudian.

c) Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat.

Munasabah antara kalimat dalam Alquran adakalanya memakai huruf athof, dan adakalanya
tidak memakai huruf athof. Yang memakai huruf athof biasanya mengambil bentuk berlwanan
(muthadhodat), misalnya penggunaan ‫ و‬dan ‫ ﻡ‬dan dalam ayat :

Sedang munasabah yang tidak memakai huruf athof sandarannya adalah qorinah
ma’nawiyah. Aspek ini dapat mengambil bentuk :

1) At-Tanzir, yaitu membandingkan dua hal yang sebanding, menurut kebiasaan orang
yang berakal, misalnya :

Sebagaimana Tuhanmu menyuruh pergi dari rumahmu dengan kebenaran


(berangkat perang), padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu
tidak menyukainya.

Sedangkan ayat sebelumnya (Q.S Al Anfal ; 4) berbunyi :

Itu adalah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka itu akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan mendapat keampunan serta rezeki
yangmulia.

5
2) Al Mudhodat, artinya berlawanan, misalnya :

Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja, diberi peringatan atau tidak
diberi peringatan tetap mereka tidak beriman.

Sifat orang kafir ini berlwanan dengan sifat orang mukmin yang membawa
keberuntungan yang dijelaskan pada ayat sebelumnya :

Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kapadamu
dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat (4). Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan
mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

d) Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat.

Munasabah antar ayat dalam satu surat dapat dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 1 sampai
20. Dalam ayat-ayat tersebut Allah memulai penjelasannya tentang kebenaran dan fungsi Al-
qur’an bagi orang-orang yang bertaqwa, dan kemudian dalam ayat berikutnya dibicarakan tiga
kelompok manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda, yaitu mukmin, kafir dan munafik.

e) Munasabah antara kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya.

Munasabah disini bertujuan untuk : Tamkin (memperkukuh), Misalnya Surat Al Ahzab ayat
25 :

Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan Allahlah maha kuat
lagimaha perkasa.

6
Ighal (penjelasan tambahan untuk mempertajam makna) Misalnya Surat An-Naml ayat 80 :

Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang itu mendengar dan (tidak pula)
menjadikan orang-orang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling
membelakang.

f) Munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu surat

Munasabah ini dapat dijumpai, misalnya dalam Surat Al Qasha1h, permulaan Surat ini
(ayat1-32) menjelaskan perjuangan Nabi Musa, sementara di Akhir Surat (ayat 83-88)
memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad SAW yang menghadapi tekanan dari
kaumnya, dan akan mengembalikannya ke Mekkah (di awal surat tidak menolong orang yang
berdosa. Dan diakhir Surat, Muhammad dilarang menolong orang-orang kafir). Munasabah
terletak pada kesamaan situasi yang dihadapi, dan sama-sama mendapat jaminan dari Allah.

g) Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat berikutnya :

al-Suyuti sebagaimana dikutip Nawir Yuslem, mengemukakan suatu surat mempunyai


munasabah dengan akhir surat sebelumnya walaupun tidak mudah untuk mencarinya. Ia
memberi contoh pada permulaan Surat Al Hadid yang dimulai dengan kata tasbih:

Semua yang berada dilangit dan yang berada dibumi bertasbih kepada Allah (menyatakan
kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ayat tersebut bermunasabah dengan akhir surat sebelumnya, al-Waqi’ah yang


memerintahkan bertasbih.

Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.

Kemudian, permulaan surat Al Baqarah (2) :

Artinya :
1
Surat Al Qashah (perjuangan Nabi Musa

7
“Alif Lam Mim. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa” (QS.Al Baqarah:1-2).

Ayat ini bermunasabah denga akhir Surat Al Fatihah (1) :

Artinya :

“…..Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat“(QS.Alfatihah : 7)

C. Urgensi Munasabah Al-Qur’an

Ilmu munasabah Al-Qur’an sangat penting dikuasai dalam menafsirkannya. Ia sangat


membantu mufassir dalam memahami dan mengeluarkan isi kandungannya. Memahami Al-
Qur’an dengan bantuan ilmu munasabah berarti mengistimbatkan makna ayat sesuai dengan
konteksnya. Tanpa memerhatikan aspek munasabah mungkin akan terjadi pemahaman diluar
konteks ayat, bahkan bisa keliru dalam memahaminya.

Ayat-ayat Al-Qur’an itu banyak bercerita tentang umat-umat terdahulu, baik peristiwa yang
berlaku pada mereka maupun kewajiban-kewajiban yang pernah dibebankan atas mereka. Jika
suatu ayat dipelajari, tanpa melihat keterkaitannya dengan ayat-ayat yang lain, maka mungkin
akan terjadi penetapan hukum yang sebenarnya hukum itu hanya dibebankan kepada umat
sebelum Nabi Muhammad, yang tidak diwajibkan kepada umat Muhammad.

Sebagaimana asbab an-nuzul, munasabah sangat berperan dalam memahami Al-Qur’an.


Muhammad ‘Abdullah Darraz berkata: Sekalipun permasalahanpermasalahan yang diungkapkan
oleh surat-surat itu banyak, semuanya merupakan satu keasatuan pembicaraan yang awal dan
akhirnya saling berkaitan. Maka bagi orang yang hendak memahami sistematika surat
semestinya ia memerhatikan keseluruhannya, sebagaimana juga memerhatikan segala
permasalahannya.

Faedah2 mempelajari ilmu munasabah ini banyak, antara lain sebagai berikut :

1) Mengetahui persambungan hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara kalimat-


kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lainnya. Sehingga
lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an dan
memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatan. Karena itu, Izzudin
2
Faedah = Manfaat

8
Abdul Salam mengatakan, bahwa ilmu munasabah itu adalah ilmu yang baik sekali.
Ketika menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Beliau
mensyaratkan harus jatuh pada hal-hal yang berkaitan betul-betul, baik di awal atau
diakhirnya.
2) Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagian bahasa Al-
Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain. Serta persesuaian
ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih meyakinkan
kemukjizatannya, bahwa Al-Qur’an itu betulbetul wahyu dari Allah SWT, dan bukan
buatan Nabi Muhammad Saw. Karena itu Imam Ar-Razi mengatakan, bahwa kebanyakan
keindahankeindahan Al-Qur’an itu terletak pada susunan dan persesuaiannya, sedangkan
susunan kalimat yang paling baligh (bersastra) adalah yang sering berhubungan antara
bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
3) Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayatayat Al-Qur’an.
Setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat/sesuatu ayat dengan kalimat/ayat yang lain,
sehingga sangat mempermudah pengistimbatan hukum-hukum atau isi kandungannya.

Dalam kaitannya dengan penafsiran Al-Qur’an, munasabah juga membantu dalam


interpretasi dan ta’wil ayat dengan baik dan cermat. Di antara para mufassir, menafsirkan ayat
atau surat dengan menampilkan asbab al-nuzul ayat atau surat. Tetapi sebagian dari mereka
bertanya-tanya, manakah yang harus di dahulukan? Aspek asbab al-nuzul-nya ataukah
munasabah-nya. Hal ini menunjukkan adanya kaitan yang erat antar ayat yang satu dengan
lainnya dalam rangkaiannya yang serasi.

Dengan demikian ilmu munasabah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
menafsirkan Al-Qur’an. Ilmu ini dipahami sebagai pembahasan tentang rangkaian ayat-ayat
beserta korelasinya, dengan cara turunnya yang berangsur-angsur dan tema-tema serta
penekanan yang berbeda. Dan ketika menjadi sebuah kitab, ayat yang terpisah secara waktu dan
bahasan itu dirangkai dalam sebuah susunan yang baku.

Dan ketika kita menyadari bahwa Al-Qur’an merupakan satu kesatuan yang utuh, maka
ilmu munasabah menjadi satu topik yang dapat membantu pemahaman dan mempelajari isi
kandungan Al-Qur’an. Secara garis besar, terdapat 3 (tiga) arti penting dari munasabah dalam
memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Pertama, dari segi balaghah, korelasi ayat dengan ayat
menjadikan keutuhan yang indah dalam tata bahasa Al-Qur’an. Dan bahasa Al-Qur’an adalah
suatu susunan yang paling baligh (tinggi nilai sastranya) dalam hal keterkaitan antara bagian
yang satu dengan bagian yang lainnya. Kedua, ilmu munasabah dapat memudahkan orang dalam
memahami makna ayat atau surat. Dalam hal penafsiran bil ma’tsur maupun bil Ra’yi, jelas
membutuhkan pemahaman mengenai ilmu tersebut. Izzuddin ibn Abdis Salam menegaskan
bahwa, ilmu munasabah adalah ilmu yang baik, manakala seseorang menghubungkan kalimat
atau ayat yang satu dengan lainnya, maka harus tertuju kepada ayat-ayat yang benar-benar
berkaitan, baik di awal maupun di akhirnya. Ketiga, sebagai ilmu kritis, ilmu munasabah akan
sangat membantu mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Setelah ayat-ayat tersebut

9
dipahami secara tepat, dan demikian akan dapat mempermudah dalam pengistimbatan hukum-
hukum atau pun makna-makna terselubung yang terkandung di dalamnya.

Jadi, sudah jelas bahwa memahami munasabah dalam Al-Qur’an merupakan hal yang
penting dan sangat urgen, terutama dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga dapat
memberikan penafsiran yang lebih tepat dan rinci, serta akan lebih mendapatkan pemahaman
yang sesuai dengan rasio demi memberikan pencerahan dalam diri untuk lebih meningkatkan
keimanan dan ketakwaan seorang muslim.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara Etimologi bahwa Munasabah adalah keserupaan atau kedekatan, sedangkan secara
Terminologi Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik
susunan atau urutan bagian-bagian Al-quran, baik ayat dengan ayat, atau surat dengan surat.
Dapat disimpulkan bahwa Munasabah adalah keterkaitan atau hubungan antara surah-surah,
ayat-ayat dalam Al-quran, baik awal dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan makna
antar ayat atau antar surah baik korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi atau
imajinatif atau korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma’lul perbandingan dan perlawanan, nama
surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.

Dilihat dari macam-macam munasabah3, sekurang-kurangnya ada tujuh macam munasabah


Al-qur’an, yaitu, Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya, Munasabah antara
nama surat dengan tujuan turunya, Munasabah antara satu kalimat dengankalimat lainnya dalam
satu ayat, Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat, Munasabah antara
kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya, Munasabah antara awal uraian dengan
akhir uraian suatu surat,dan Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat berikutnya.

Urgensi dan manfaat dari ilmu munasabah adalah sebagai pendukung ilmu tafsir,
mengokohkan pembicaraan yang satu dengan yang lain, membantu dalam pentakwilan
pemahaman dengan baik dan cermat, dapat mengetahui kesesuaian antar ayat dan antar surat,
dann lain sebagainya.

3
Munasabah (Hubungan, Pertalian)

11
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Ulumul Qur’an.Yogyakarta : Teras, 2009.

Syafii, Rahmat, Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung : Pustaka Setia, 2006.

As Suyuti , Imam Jalaluddin, Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqan fi ulumil qur’an). alih bahasa :

Farikh Marzuki Ammar, Imam Fauzi Jai’z jilid I. Surabaya:PT.Bina Ilmu, 2003.

Yuslem, Nawir, Ulumul Qur’an. Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2010.

Anwar, Rosihon, Ulum Alquran. Bandung:Pustaka Setia, 2010.

Anwar, Abu, Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Jakarta : Pustaka Amzah, 2009.

M.Yusuf , Kadar, Studi Alquran. Jakarta:Pustaka Amzah, 2009.

12

Anda mungkin juga menyukai