Anda di halaman 1dari 12

MATERI PONDOK ROMADHON DI SMP IT BABUSSALAM

A. Pengertian Puasa Ramadhan

Puasa dalam Bahasa Arab berasal dari kata soum atau siyam yang artinya sama dengan imsak
yaitu menahan. Sedangkan menuru istilah syariat islam puasa adalah suatu amal ibadah yang
dilakukan denggan  menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari
terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai sengan niat karena Allah dengan syarat
dan rukun tertentu, Ramadhan berarti panas terik dari sengatan matahari/ membakar/ bulan
yang membakar dosa. Jadi puasa ramadhan adalah suatu amal ibadah puasa yang dilakukan
dalam bulan ramadhan. Dalil Diwajibkanya Puasa

            Adapun dalil yang menunjukkan wajib puasa dibulan ramadhan yaitu:

Q.S. Al-Baqarah: 183

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(Q.S. Al-baqarah;183)

B. Syarat Wajib & Syarat Sah Puasa

Syarat Wajib:

     a) Islam : Puasa hanya diwajibkan bagi orang yang beragama islam

     b) Baligh : (umur 15 tahun ke atas) atau tanda yang lain. Anak kecil tidak wajib puasa.

     c) Berakal : Orang gila tidak wajib berpuasa

      d) Mampu melaksanakan puasa : Orang yang tidak mampu samada kerana tua atau sakit
tidak diwajibkan ke atas mereka berpuasa.

Syarat Sah:

     a) Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa.

     b) Mumayyiz (iaitu dapat membezakan yang baik dengan yang tidak baik).

     c) Suci dari haid (darah kotoran) dan nifas (darah setelah melahirkan anak). Orang yang
kedatangan haid atau nifas tidak sah berpuasa tetapi keduanya wajib mengganti (membayar)
puasa yang tertinggal itu secukupnya. (Qada': Ialah membayar kewajipan yang ditinggalkan
sesudah waktunya, seperti orang yang meninggalkan puasa kerana haid, wajib ke atasnya
menebus puasa yang ditinggalkan itu di dalam bulan lain. Kalau ketinggalan 3 hari, wajib ke
atasnya qada' 3 hari juga).
C. Rukun Puasa

Diantara rukun-rukun puasa yaitu:

a) Niat di dalam hati , niat ini diwajibkan pada tiap-tiap malam,  kerana ibadat puasa pada
tiap-tiap hari dalam bulan Ramadhan adalah perbuatan yang terpisah di antara hari dengan
hari yang lain Sebagaimana Hadis Nabi SAW :

Artinya :"Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar maka tiada puasa
baginya"(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Asbus Sunan).

b) Menahan diri daripada makan dan minum atau menahan dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa dari keluarnya fajar hingga tenggelamnya matahari.

D. Hikmah-hikmah berpuasa

Berpuasa disamping dapat menambah takewa pada Allah, juga mengandung beberapa
hikmah diantaranya sbb:

Akan timbul rasa hibah terhadap fakir miskin yang sering kali tidak makan sehingga timbul
keinginan untuk menolong.

Dapat mendidik diri untuk bersabar dalam menghadapai cobaan dan penderitaan. Sebab
orang yang berpuasa itu harus mampu menahan penderitaan lapar dan haus, sehingga akan
terlatih kesabaran hatinya.

Dapat mendidik diri untuk bersifat amanah dan percaya diri. Karena orang yang berpuasa
dengan menahan lapar dan haus tidak ada orang yang tahu kecuali hanya Allah, sehingga
akan terlatih sifat amanah dan percaya dirinya.

Dapat mendidik untuk tidak berbuat dusta dan berkata keji

Dapat memelihara kesehatan tubuh.

E. Macam macam puasa

1. Puasa Ramadan

Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa wajib selama
sebulan penuh pada bulan Ramadhan bagi setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban
melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-baqarah
ayat 183.

2. Puasa nazar

Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar yaitu puasa karena sebuah janji. Nazar
sendiri secara bahasa berarti janji, sehingga puasa yang dinazarkan memiliki hukum wajib.

3. Puasa Denda atau Kifarat


Jenis terakhir dari puasa wajib adalah puasa denda, yakni puasa yang dilakukan untuk
menggantikan dam atau denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak
melaksanakan puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan.

4. Puasa Syawal

Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa Syawal. Syawal sendiri adalah nama
bulan setelah bulan Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan
Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal ataupun
bisa dilakukan secara tidak berurutan.

5. Puasa Arafah

Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak
sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk
puasa pada hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa arafah sendiri mempunyai
keistimewaan bagi pelaksananya yaitu akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu serta dosa-
dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim).

6. Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni tanggal 8
Dzulhijjah. Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal
air. Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam
untuk persiapan arafah dan menuju Mina.

7. Puasa Senin dan Kamis

Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah terpopuler. Puasa senin kamis berawal
ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari senin
dan kamis. Karena hari senin merupakan hari kelahiran beliau sedangkan hari kamis adalah
hari pertama kali Al-Qur'an diturunkan.

8. Puasa Daud

Jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya puasa Daud adalah puasa yang
dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk
meneladani puasanya Nabi Daud As. Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT.

9. Puasa 'Asyura

Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa, boleh di awal
bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama adalah pada hari Asyura
yakni tanggal sepuluh pada bulan Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura
yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.

10. Puasa Ayyamul Bidh


Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan. Namun puasa lebih
utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah
atau bulan pada kalender Islam. Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada
malam-malam tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.

11. Puasa Sya'ban (Nisfu Sya'ban)

Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan Sya'ban juga memiliki
keistimewaan tersendiri. Pada bulan Sya'ban dianjurkan agar umat Islam mencari pahala
sebanyak-banyaknya. Salah satunya adalah dengan melakukan puasa pada awal pertengahan
bulan Sya'ban sebanyak-banyaknya.

F . Tata Cara Puasa

1. NIAT UNTUK PUASA

Sebelum melaksanakan puasa, kita wajib berniat terlebih dahulu. Puasa kita niatkan sebelum
terbit fajar, berdasarkan hadits Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam

"Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa
baginya"

Khusus untuk puasa yang sunnah, kita boleh berniat puasa setelah fajar terbit apabila
sebelumnya kita belum makan. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam pernah datang ke
'Aisyah pada selain bulan Romadhon, kemudian beliau bersabda:

"Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan berpuasa" (HR.
Muslim).

2. WAKTU PUASA

Puasa dimulai dari terbitnya fajar hingga hilangnya siang dengan datangnya malam, dengan
kata lain hilangnya bundaran matahari di ufuk.

Dalilnya adalah:

Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam (Al-Baqarah: 187)

3. SAHUR

Adik-adik, hendaknya sebelum melaksanakan ibadah puasa, kita makan sahur terlebih
dahulu. Kita disunahkan untuk mengakhirkan makan sahur sesaat menjelang tibanya waktu
subuh. Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik berikut:

"Kami makan sahur bersama Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam kemudian beliau shalat"
Aku tanyakan (kata Anas), "Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?" Zaid menjawab,
"Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur'an" (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Makan sahur yang diperintahkan oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam memiliki
beberapa hikmah, antara lain:

1. Membedakan puasa kita dengan puasanya Ahul Kitab (orang Yahudi dan Nashoro):
Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur" (HR. Muslim)

2. Makan Sahur adalah Barokah

Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah" (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

Dengan makan sahur, berarti kita telah mengikuti sunnahnya Rosulullah shollallahu 'alaihi
wa sallam. Selain itu, sahur juga akan menguatkan badan, menambah semangat, serta
membuat puasa menjadi lebih ringan.

Adik-adikku sayang, sebagian kaum muslimin memiliki kebiasaan yang jelek ketika sahur.
Mereka biasanya melakukan sahur dalam waktu yang lama sebelum subuh tiba, kemudian
tidur lagi sampai subuh berlalu. Ini mengakibatkan mereka jatuh kepada beberapa kesalahan:
1. Berpuasa sebelum waktunya
2. Meninggalkan shalat jamaah
3. Terkadang karena tidurnya terlalu nyenyak, mereka bangun kesiangan dan kehilangan
sholat sama sekali

Oleh karena itu hendaknya waktu sahur kita akhirkan dan sebaiknya setelah sahur, kita
jangan tidur lagi. Persiapkanlah diri kita untuk shalat subuh yang akan segera tiba.

4. PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA

Adik-adik, barokallahu fiikum. Kalian harus mengetahui perkara-perkara yang bisa


membatalkan puasa. Di antara perkara-perkara tersebut kita adalah:

1. Makan dan Minum


Apabila kita makan atau minum di siang hari sewaktu puasa, maka puasa kita batal. Kecuali
jika kita lupa sedang puasa, maka makan dan minum itu tidaklah membatalkan puasa kita.
Kita bisa melanjutkan puasa kita secara sempurna.

Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam,

"Jika seseorang lupa ketika ia berpuasa, lalu dia makan dan minum, maka hendaklah
menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah yang memberinya makan dan
minum." (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

2. Muntah dengan Sengaja


Muntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Dalilnya adalah hadits Rosulullah
shollallahu 'alaihi wa sallam:"Barangsiapa yang terpaksa muntah, maka tidak wajib baginya
untuk mengqadha (mengganti) puasanya, dan barangsiapa muntah dengan sengaja, maka
wajib baginya mengqadha puasanya".

Sebenarnya ada beberapa hal lain yang bisa membatalkan puasa. Insya Allah kalian bisa
mempelajarinya ketika kalian beranjak dewasa.

5. PERKARA YANG WAJIB DITINGGALKAN KETIKA PUASA

Adik-adik, selain menjaga mulut kita dari makan dan minum, ketika berpuasa kita juga harus
menjaga mulut kita dari berkata-kata kotor, keji dan dusta. Perbuatan ini memang tidak boleh
kita lakukan baik di ketika berpuasa ataupun tidak. Namun hal ini lebih ditekankan lagi
apabila kita sedang berpuasa.

Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya, maka Allah Azza
wa Jalla tidaklah butuh atas perbuatannya meninggalkan makan dan minum" (HR. Al-
Bukhori)

"Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan
sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu atau tidak mengetahui perkaramu, maka,
katakanlah: Aku sedang puasa, aku sedang puasa"

Oleh karena itu, jagalah lisanmu dari berkata-kata yang kotor, keji dan dusta agar puasamu
tidak sia-sia, sebagaimana sabda Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam,

"Berapa banyak orang yang puasa, bagian dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)"

6. YANG BOLEH DILAKUKAN KETIKA PUASA

1. Bersiwak
Kalian tahu siwak kan? Siwak itu kayu berukuran kecil yang dipergunakan untuk
membersihkan gigi. Ketika sedang berpuasa, kita boleh mempergunakannya untuk
membersihkan gigi kita, terutama ketika akan sholat.

Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda

"Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak setiap
kali akan sholat" (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

2. Berkumur dan Istinsyaq (Memasukkan Air ke dalam Hidung ketika Berwudhu)


Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh di
dalam melakukan istinsyaq. Namun beliau melarang untuk berlebih-lebihan apabila sedang
berpuasa. Beliau bersabda,

"Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq kecuali dalam keadaan puasa"

3. Mengguyurkan Air ke Atas Kepala karena Panas atau Haus


Apabila kita merasa kepanasan atau haus, maka kita diperbolehkan untuk mengguyurkan air
ke kepala kita. Dalilnya adalah hadits,Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam mengguyurkan
air ke kepalanya dalam keadaan puasa karena haus atau kepanasan.

7. BERBUKA PUASA

Ketika matahari telah terbenam dan malam hari pun tiba, kita sudah diperbolehkan untuk
makan dan minum. Bahkan kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Rosulullah
shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Senantiasa manusia berada di dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka puasa" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Berbukalah dengan Buah Kurma


Pada saat berbuka, kita disunnahkan untuk membatalkan puasa kita dengan kurma, baik yang
basah maupun yang kering. Namun apabila tidak ada, maka kita berbuka dengan air
sebagaimana kebiasaan Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam. Anas bin Malik rodhiyallahu
'anhu pernah bercerita,

"Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthob) sebelum
sholat. Apabila tidak ada yang basah, maka beliau berbuka dengan kurma kering (tamr). Jika
tidak ada juga, maka beliau minum dengan satu tegukan air"

Setelah berbuka (membatalkan puasa) secukupnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk shalat
maghrib.
"Materi Zakat "
A. Pengertian Zakat
Menurut segi bahasa, kata Zakat merupakan kata dasar (mashdar) yang berasal dari kata
Zakaa yang artinya berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zakaa berarti sesuatu itu
tumbuh dan berkembang, dan seseorang itu zakaa, berarti orang itu baik.

Dari kata zakaa, menjadi kata "zakat", yaitu sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia dari harta
yang dimilikinya untuk disalurkan kepada fakir miskin dan golongan yang berhak menerima.
Disebut demikian karena padanya ada harapan untuk mendapat berkah atau membersihkan
jiwa atau menumbuhkannya dengan kebaikan dan berkah. 

Zakat menurut bahasa berarti berkembang dan suci. Yakni membersihkan jiwa atau
mengembangkan keutamaan-keutamaan jiwa dan menyucikannya dari dosa-dosa dengan
menginfakkan harta di jalan Alloh dan menyucikannya dari sifat kikir, bakhil, dengki, dan
lain-lain.

Zakat menurut syara' adalah memberikan (menyerahkan) sebagian harta tertentu untuk orang
atau golongan tertentu yang telah ditentukan syara' dengan niat karena Allah SWT.

Ibadah ini disebut-sebut sebagai saudara kandung dari ibadah shalat karena seringkali dalam
banyak ayat dan hadits, perintahnya disandingkan secara langsung dengan perintah shalat.
Sebagai contoh dalam Surat Al-Baqarah ayat ke-110 berikut.

Artinya, "Dan dirikanlah shalat serta bayarkanlah zakat!"

B. Macam-Macam Zakat

Secara umum, zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat fitrah dan zakat maal.

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat jiwa yang wajib untuk dikeluarkan oleh umat islam yang mampu
bagi dirinya sendiri dan juga orang-orang yang berada dalam tanggungannya. Zakat fitrah
bertujuan untuk mensucikan atau membersihkan jiwa.

Jumlahnya sebanyak satu Sha' (1.k 3,5 liter/2,5 Kg) per orang, yang didistribusikan pada
tanggal 1 Syawal setelah sholat shubuh sebelum sholat Iedul Fitri.

Hukum zakat fitrah adalah wajib. Seperti yang diterangkan dalam hadits yang diterima oleh
Ibnu Abbas yang artinya:

"Rosululloh SAW telah mewajibkan zakat fitri untuk menyucikan orang yang shaum dari
segala perkataan yang keji dan buruk yang mereka lakukan selama mereka shaum, dan untuk
menjadi makanan bagi orang-orang yang miskin". (H.R. Abu Daud)
2. Zakat Maal/Zakat Harta

Zakat Maal adalah zakat yang harus dikeluarkan dari harga seseorang dengan tujuan untuk
mensucikan atau membersihkan harta yang dimilikinya.

Harta apa sajakah yang wajib dizakati ?

Ketentuan harta yang harus dizakati berkembang seiring dengan berkembangnya waktu.
Awalnya, pada masa Rasulullah SAW, hanya beberapa harta saja yang wajib untuk dizakati.
Harta itu antara lain hasil pertanian (kurma, gandum, dan anggur), hewan ternak (unta, sapi,
kambing), emas, perak, dan juga harta perniagaan. Kemudian, Sayyid Sabiq menambahkan
ma'din (barang tambang) dan juga rikaz (harta karun). Jenis benda yang harus dizakati pun
menjadi bertambah variasinya. Contohnya hasil pertanian tidak cuma sebatas kurma, anggur,
dan juga gandum saja, namun berkembang menjadi semua hasil pertanian yang mempunyai
nilai ekonomis. Selanjutnya pada masa berikutnya, para ulama kemudian memunculkan satu
jenis zakat lagi yaitu zakat atas profesi.

- Emas dan Perak

Nisab Emas adalah sebesar 20 dinar atau 96. Sedangkan untuk perak, nisabnya yaitu sebesar
672 gram atau setara dengan 200 dirham. Jika kita mempunyai emas atau perak yang
jumlahnya sudah memenuhi nisab dan mencapai haul (telah dimiliki dalam waktu satu tahun)
maka kita harus mengeluarkan zakat sebesar 2,5%. Dewasa ini, pengertian dari emas dan
perak menjadi meluas pada seluruh harta kekayaan yang bisa untuk dimiliki oleh manusia,
seperti deposito, tabungan, saham perusahaan, sampai dengan tanah investasi. Dengan
demikian harta-harta tersebut juga harus dikeluarkan zakatnya.

- Hewan Ternak

Pada masa Nabi Muhammad SAW, untuk hewan ternak yang wajib untuk dikeluarkan
zakatnya berupa unta, sapi atau kerbau dan juga kambing atau domba.

Selain hewan ternak tersebut, para ulama juga menambahkan semua hewan yang diusahakan
oleh manusia harus dikeluarkan zakatnya termasuk juga untuk burung kicau, ayam petelur/
pedaging, sampai dengan ikan yang dibudidayakan. Untuk nisab dari hewan-hewan tersebut
adalah dipersamakan dengan nisab emas dengan besar zakat 2,5%.

- Hasil Pertanian

Pada masa Nabi Muhammad SAW, zakat dari hasil pertanian berlaku untuk jewawut atau
gandum, kurma, dan juga anggur. Adapun nisab dari ke-3 hasil pertanian tersebut adalah
sebesar 5 wasaq atau setara dengan 653 kilogram.

Ketentan jumlah pembayaran zakatnya adalah :


- 5 % dari hasil, jika dalam masa tanam membeli air untuk pengairannya,
- 10 % dari hasil, jika dalam masa tanam tidak membeli air untuk pengairannya,

dan apabila dalam masa tanam menggunakan air yang membeli dan tidak membeli dalam
kurun waktu yang sama, sebagian ulama berpendapat besarnya zakat adalah sebesar 7,5%.

- Barang Perdagangan

Para ulama mensyaratkan bahwa barang dagangan itu adalah dimiliki melalui perdagangan,
bukan melalui warisan, hibah, wasiat ataupun melalui sedekah. Adapun untuk nisab barang
perdagangan adalah setara dengan nisabnya dari emas. Dasar yang dipakai adalah merujuk
hadits Nabi Muhammad, SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Samurah bin Jundub
bahwa orang yang mempunyai harta perdagangan senilai 200 dirham atau 20 dinar wajib
untuk mengeluarkan zakat sebesar seperempat puluh atau 2,5%. Sehingga, nisab harta
perdagangan adalah sebesar 96 gram emas dengan kadar 2,5% dalam masa kepemilikan 1
tahun.

- Ma'adin dan Rikaz

Pengertian Ma'adin adalah merupakan sebutan untuk barang tambang, yaitu barang yang
ditambang dari dalam bumi. Adapun pengertian rikaz adalah merupakan harta peninggalan
orang jaman dahulu yang terpendam lalu kita temukan, atau dikenal dengan harta karun.
Zakat ma'adin dan rikaz tidak mengenal haul. Ini berarti bahwa pada waktu ditemukan/
diolah, barang tambang atau harta temuan tersebut wajib dikeluarkan zakatnya. Sebagian
besar ulama tidak memberikan batas terhadap nisab barang tambang dan barang temuan.
Kadar zakat barang tambang sebesar 2,5% sedangkan untuk zakat barang temuan adalah
sebesar 20 % dari nilai harta yang ditemukannya.

- Hasil Profesi atau Penghasilan

Zakat profesi atau Penghasilan adalah zakat yang wajib dikeluaran dari hasil usaha yang kita
lakukan atau penghasilan yang kita peroleh.

Dari berbagai pendapat dinyatakan bahwa nisab zakat profesi mengacu pada zakat hasil
pertanian yaitu sebesar 5 wasaq atau 653 kg padi atau gabah atau 522 kg beras dengan kadar
zakat sebesar 2,5%. Zakat profesi sebaiknya dibayarkan ketika memperoleh penghasilan
tersebut atau setiap bulannya.
C. syarat syarat zakat 

a. Islam
Jadi, zakat tidak diwajibkan untuk dikeluarkan atas mereka yang bukan muslim. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam hadits yang diinformasikan oleh Abu Bakar :

Artinya :
Berkata Abu Bakar Shiddiq :"Inilah sedekah yang diwajibkan Rasulullah SAW atas orang --
orang muslim".

b. Berakal dan baligh.


Sebagian besar fuqaha berpendapat bahwa orang yang gila sama dengan hukum anak kecil
pada semua hal (bahwa tak ada kewajiban zakat atasnya). Demikian juga zakat tak
diwajibkan bagi mereka yang belum baligh.

c. Telah mencapai nishab.

Nishab adalah batas minimal mulainya harta wajib dizakati. Dan nishab tersebut berbeda --
beda atas benda -- benda yang wajib zakat.

d. Merdeka.
Maka dengan demikian zakat itu tidak wajib bagi budak.

e. Mencapai haul.
Artinya bahwa pemilikan senishab itu berlangsung genap satu tahun qamariyah. Jadi zakat
tidak wajib dikeluarkan dari harta berapapun jumlahnya, kecuali bila pemilikannya telah
genap satu tahun penuh. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :
.()
Artinya :
"Tidak ada kewajiban zakat pada harta sehingga ia berulang tahun".

f. Kepemilikan yang penuh / sempurna.


Harta tersebut merupakan hak penuh bagi pemiliknya di mana dia dapat membelanjakannya
(menggunakannya).

g. Barangnya produktif atau bisa diproduktifkan.


Berkembang atau dapat diperkembangkan. Barang tersebut bersifat produktif, berkembang
dan dapat dikembangkan/ diproduksikan. Ada barang seperti uang yang disimpan, itu adalah
produktif dan dikenakan zakat.

h. Selamat dari hutang / bebas hutang (aslamah minaddaini)


Adapun yang menjadi syarat sah dalam zakat adalah niat yang menyertai pelaksanaan zakat.
Zakat tidak sah kecuali dengan niat taqarrub kepada Allah SWT, sebab ia adalah merupakan
ibadah. Maka barang siapa menunaikannya hanya karena untuk kedudukan atau karena
pamer, maka zakatnya tidak sah.

D. Rukun Zakat
Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta) dengan melepaskan
kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan menyerahkannya
kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni imam atau orang yang
bertugas untuk memungut zakat.

 E. zakat juga banyak mengandung hikmah diantaranya

Menolong orang yang susah dan lemah dalam hal ekonomi, agar ia dapat menunaikan
kewajibannya kepada Allah dan terhadap makhluk-Nya.

Membersihkan diri yang mengeluarkan zakat dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta
mendidik agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan diri membayarkan amanat
kepada orang yang berhak menerimanya.

Sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas nikmat kekayaan yang telah diberikan oleh
Allah kepada orang yang mengeluarkan zakat.

Untuk mencegah timbulnya kejahatan-kejahatan yang mungkin timbul akibat kelemahan


ekonomi yang dialami oleh mereka yang menerima zakat.

Untuk mendekatkan hubungan dan menghindari kesenjangan sosial antara yang miskin dan
yang kaya 

F. Adapun tata cara membayar zakat fitri adalah sebagai berikut

Zakat bisa diberikan dalam bentuk makanan pokok (seperti beras, gandum, dll) ataupun uang
sebesar harga makanan pokok tersebut.

Takaran zakat makanan pokok yang diberikan adalah 1 sha' (sekitar 2,5 kg).

Waktu pembayaran zakat sebagaimana dikemukakan oleh Syeikh al-Bajuri bahwa zakat
boleh ditunaikan sejak awal bulan Ramadan. Namun waktu yang paling afdhal adalah
sebelum shalat idulfitri.

Membaca niat membayar zakat.

Anda mungkin juga menyukai