Anda di halaman 1dari 9

Nama : Thalia Salsabilla

Nim : 12280323426

Kelas : Taallum 40

Mata kuliah : Praktek Ibadah

Puasa Wajib Dan Puasa Sunnah

A. Pengertian Puasa Wajib dan Sunnah


 Puasa wajib atau shaum wajib merupakan jenis puasa yang harus dilaksanakan oleh umat
muslim. Apabila seorang umat muslim berhasil melaksanakan puasa jenis ini maka ia
akan mendapatkan pahala. Sebaliknya apabila seorang umat muslim tidak melaksanakan
puasa jenis ini maka ia akan mendapatkan dosa atau ganjaran.
 Puasa Sunnah atau shaum Sunnah merupakan jenis puasa yang apabila dikerjakan maka
akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa dan
pahala. Puasa sunah merupakan puasa yang dikerjakan oleh seorang muslim dan
muslimat dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

B. Macam-Macam Puasa Wajib


 Puasa Nazar
Puasa nazar wajib dilakukan apabila seseorang bernazar (berjanji) untuk melakukan
puasa, baik satu hari atau satu bulan. Sebagai contoh, seseorang berjanji sengan
mengatakan, "Apabila aku berhasil dalam ujian, maka aku akan melaksanakan puasa."
Kata-kata yang terucap tersebut merupakan janji seorang hamba kepada Allah SWT.
Sehingga, wajib baginya untuk melaksanakan janji tersebut.
Secara bahasa, nazar adalah aujaba yang artinya mewajibkan. Oleh karena itu, ketika
seseorang bernazar untuk puasa, berarti dia telah mewajibkan puasa tersebut atas dirinya.
 Puasa Kifarat/ Kafarat
Secara bahasa kafarat artinya mengganti, menutupi, membayar, dan memperbaiki.
Kafarat harus dilaksanakan oleh sesesorang yang telah melakukan kemaksiatan yang
mengharuskannya membayar kafarat. Di antara contoh kemaksiatan tersebut antara lain
membunuh karena kesalahan, membatalkan sumpahh, membatalkan puasa Ramadhan
karena melakukan hubungan suami istri pada siang hari, dan zihar (menganggap istri
seperti ibunya.

 Puasa Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang dijalankan selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan.
Kewajiban ini terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 184.

 Puasa Qadha Ramadhan


Menurut bahasa, qadha artinya memenuhi, melaksanakan, membayar, atau melunasi.
Terkait puas, qadha berarti mengganti kekurangan hari dalam puasa wajib di bulan
Ramadhan ketika seseorang tidak bisa melakukannya dengan sempurna karena ada
halangan atau uzur yang diperbolehkan oleh syara'. Seperti sakit dan bepergian.
Sebagaimana Dia berfirman:
"Barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka
(wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.”

C. Macam-Macam Puasa Sunnah


 Puasa 6 Hari di Bulan Syawal
Rasulullah SAW menganjurkan berpuasa selama enam hari di bulan Syawal. Berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa berpuasa di
bulan Ramadhan dan meneruskan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti ia
berpuasa di sepanjang tahun."Meski demikian, puasa enam hari ini tidak boleh
dilaksanakan saat Lebaran 1 Syawal. Hari tersebut tergolong dalam waktu yang
diharamkan.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha."

 Puasa Arafah
Orang yang tidak pergi menunaikan haji bisa melaksanakan puasa Arafah pada 9
Dzulhijjah. Keutamaan menjalankannya adalah, dosa dua tahun orang yang
melakukannya bisa terhapus. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW
pernah bersabda, "Puasa hari Arafah itu menghapus dosa dua tahun, setahun silam dan
setahun yang akan datang. Dan puasa Asyura itu menghapus dosa setahun sebelumnya."

 Puasa Tasu'a dan Asyura


Umat muslim dapat menunaikan puasa Tasu'a dan Asyura pada 9 dan 10 Muharram.
Ketentuan ini pun ada dalam hadis yang diriwayatkan Muslim. Ibnu Abbas bertutur,
"Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan para sahabat
untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari
'Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.' Rasulullah SAW
bersabda, 'Kalau begitu, tahun depan insya Allah kita berpuasa tanggal 9 (Muharram)'."

 Puasa Dzulhijjah
Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan puasa Dzulhijjah di masa hidupnya.
Puasa ini berlangsung pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, yakni tanggal 1-7 bulan
Dzulhijjah. Tercatat dalam hadis riwayat Ahmad dan An Nasa'i, yang berasal dari
Hafshah RA, dia menuturkan, "Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah
SAW yaitu: puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 hari bulan Dzulhijjah, puasa 3 hari
setiap bulan, dan salat 2 rakaat sebelum sholat fajar (subuh)."

 Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah terletak pada hari ke-8 bulan Dzulhijjah. Pada sebuah riwayat
disebutkan, salah satu keutamaan puasa Tarwiyah adalah, orang yang melakukannya
seperti berpuasa selama satu tahun penuh.
"Barangsiapa berpuasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan,
untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari
Arafah seperti puasa dua tahun." (HR. Ali Al-Muairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan Ibnu
Abbas).

 Memperbanyak Puasa di Bulan Muharram


Bulan Muharram adalah salah satu waktu istimewa dalam agama Islam. Terdapat dalam
hadis riwayat Muslim, Abu Daud, serta Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, "Puasa yang
paling utama setelah bulan Ramadhan adalah bulan Muharram. Dan sholat yang paling
utama setelah fardhu adalah sholat malam."

 Memperbanyak Puasa di Bulan Syaban


Pada sebuah hadis riwayat Muslim dan Bukhari, Aisyah RA berkata, "Aku tidak pernah
melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh, kecuali pada bulan
Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau SAW memperbanyak puasa di bulan-
bulan lain, kecuali di bulan Syaban."

 Puasa Hari Senin dan Kamis


Rasulullah SAW menunaikan puasa sunah pada hari Senin dan Kamis, sebab ada
keistimewaan di kedua hari ini. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud,
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya segala awal seluruh hamba dipaparkan
pada hari Senin dan Kamis."

 Puasa Nabiyullah Dawud


Puasa sunah seperti Nabi Dawud dilaksanakan dengan selang seling, satu hari berpuasa
dan satu hari berbuka. Puasa ini dicintai oleh Allah SWT. Sebuah hadis riwayat Muslim,
Nasa'i, serta Ibnu Majah menyebutkan, "Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah
puasa Daud, yaitu berpuasa sehari dan berbuka sehari."

 Puasa Ayyamul Bidh


Pelaksanaan puasa Ayyamul Bidh adalah tiga hari berturut-turut dalam satu bulan, setiap
tanggal 13, 14, dan 15 penanggalan Hijriyah.
Terdapat dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Berpuasalah selama tiga hari pada setiap bulan, karena sesungguhnya kebaikan
dikalikan sepuluh, sehingga puasa itu (3 hari) sama dengan puasa satu tahun penuh."

D. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa Wajib dan Sunnah


 Makan dan Minum Secara Sengaja
Ini tentu saja dapat membatalkan puasa karena sejatinya ketika berpuasa adalah kita
diharuskan untuk menahan hawa nafsu, baik itu nafsu makan minum dan nafsu
berhubungan badan. Nah, jika di tengah-tengah ibadah puasa ini, kita justru dengan sadar
makan dan minum, jelas akan membatalkan puasa.

 Merokok
Seluruh ulama telah sepakat bahwa seseorang yang menghisap rokok ketika
melaksanakan ibadah puasa tentu saja puasanya akan menjadi batal. Hal tersebut karena
merokok adalah sama saja dengan makan dan minum.
Sebenarnya, terdapat perdebatan mengenai apakah perokok pasif yang hanya menghirup
asap rokok itu juga termasuk batal puasanya. Nah, jawabannya adalah tidak batal, karena
perokok pasif sama sekali tidak menghirup asap rokok dari sumbernya, melainkan dari
asap yang beterbangan di udara dan terhirup ketika tengah bernafas.

 Muntah
Sama halnya dengan makan dan minum, muntah dapat membatalkan puasa apabila
dilakukan secara sengaja. Maka dari itu, apabila tengah sakit, dianjurkan untuk tidak
melaksanakan puasa terlebih dahulu.

 Berhubungan Seksual
Berhubungan badan antara laki-laki dan perempuan secara sadar tentu saja menyebabkan
puasa yang dijalaninya menjadi batal.
 Haid atau Nifas
Hal ini akan dialami oleh para wanita yang tengah berpuasa, lalu tiba-tiba dirinya
mendapatkan haid, maka otomatis puasa yang dijalaninya akan batal. Meskipun, haid
tersebut terjadi menjelang terbenamnya matahari atau hampir waktu berbuka. Sama
halnya dengan wanita yang tengah hamil dan tiba-tiba keluar darah nifas, maka puasa
yang dijalaninya akan menjadi batal.

 Gila dan Pingsan


Para ulama telah sepakat bahwa seseorang yang dalam kondisi gila tidak diwajibkan
untuk berpuasa. Hal ini karena syarat wajib puasa adalah berakal dan tidak gila. Nah, jika
seseorang yang tengah gila ini menjalani puasa, maka puasanya tidak sah. Dirinya
diperbolehkan puasa dengan mengqadha pada hari lain jika telah sadar dan sembuh dari
penyakit gila tersebut.

 Keluarnya air mani


Keluarnya air mani usai bersentuhan kulit dengan lawan jenis dapat membatalkan puasa.
Bahkan onani sekalipun. Namun, beda halnya jika air mani keluar karena mimpi basah.
Dalam keadaan tersebut, puasa seseorang tetap dinyatakan sah dan harus disegerakan
melakukan mandi wajib.

 Murtad
Murtad berarti keluarnya seseorang dari islam. Seumpama ia mengingkari keesaan Allah
SWT saat tengah menjalani ibadah puasa, maka puasanya langsung dinyatakan batal.
Disamping itu, seseorang yang mengingkari keesaan Allah SWT juga harus
mengucapkan kalimat syahadat dan mengqadha puasanya.

 Memasukan obat ke dalam qubul dan dubur


Memasukan obat obatan ke dalam lubang qubul dan dubur dapat membatalkan puasa.
Sebagai contoh, seseorang yang tengah mengalami ambeien atau memasang kateter urin
dapat membatalkan puasanya.
E. Hal-Hal yang Disunnahkan Ketika Menjalankan Puasa Wajib dan Sunnah

 Melambatkan sahur

 Menyegerakan berbuka ketika sudah waktu berbuka

 Membaca doa atau niat berbuka puasa

 Ketika berbuka diawali dengan makanan/minuman yang manis

 Bersedekah memberi makanan berbuka untuk sesame

 Lebih giat dalam beribadah dan bersedekah

F. Waktu-waktu Dilarang Melaksanakan Puasa Wajib dan Sunnah

 Hari raya Idul Fitri (1 Syawal)


Agama islam mengharamkan tanggal 1 Syawal bagi umatnya yang ingin melaksanakan
ibadah puasa karena agama islam menetapkan tanggal 1 Syawal sebagai hari yang sakral
untuk umat agama islam. Bagaimana tidak? Tanggal 1 Syawal merupakan hari kemenangan
untuk umat agama islam.

 Hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah)


Tanggal 10 Dzulhijjah ditetapkan sebagai hari raya kedua oleh agama islam. Pada hari
tersebut, umat islam diharamkan untuk berpuasa dan disunnahkan untuk menyembelih hewan
qurban lalu dibagikan kepada kerabat serta fakir miskin atau orang-orang yang kurang
mampu. Hal itu bertujuan agar mereka juga dapat merasakan kebahagiaan serta kegembiraan
mengkonsumsi daging hewan qurban.

 Tiga hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah)


Hari Tasyrik adalah tanggal 11, 12, dan 13 pada bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat
Islam masih dalam suasana perayaan Iduladha sehingga masih diharamkan untuk berpuasa.
Namun, sebagian pendapat mengatakan bahwa hukumnya makruh, bukan haram. Apalagi
mengingat masih ada kemungkinan orang yang tidak mampu membayar dam haji untuk
puasa tiga hari selama dalam ibadah haji.

 Hari syak (30 Sya’ban)

Hari syak adalah tanggal 30 Syakban. Pada hari ini, bisa saja orang-orang ragu tentang
penentuan awal bulan Ramadan karena hilal (bulan) tidak terlihat sehingga tidak ada
kejelasan apakah sudah masuk bulan Ramadan atau belum. Ketidakjelasan ini disebut syak
dan secara syari umat Islam dilarang berpuasa pada hari itu. Namun, ada ulama yang
berpendapat tidak mengharamkan tapi hanya memakruhkannya saja.

 Berpuasa selamanya
Seseorang diharamkan untuk berpuasa terus setiap hari, meskipun dia sanggup
mengerjakannya. Akan tetapi, secara syari puasa seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka
yang ingin banyak puasa, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menyarankan untuk berpuasa seperti
puasa Nabi Daud as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.

 Wanita yang sedang haid atau nifas dan belum mandi besar

Wanita yang sedang mengalami menstruasi atau nifas diharamkan berpuasa karena kondisi
tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadas besar. Apabila tetap melakukan puasa,
maka ia berdosa. Meskipun demikian, bukan berarti mereka boleh bebas makan dan minum
sepuasnya, tetapi menjaga kehormatan bulan Ramadan dan wajib mengganti puasa pada hari
lainnya.

 Seorang istri yang berpuasa Sunnah tanpa izin dari suami

Seorang istri harus meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya bila akan mengerjakan
puasa sunah. Jika mendapatkan izin, ia boleh berpuasa. Namun, bila tidak diizinkan tetapi
tetap puasa, maka puasanya haram secara syari. Dalam kondisi itu suami berhak untuk
memaksanya berbuka puasa. Kecuali bila telah mengetahui bahwa suaminya dalam kondisi
tidak membutuhkannya, misalnya ketika suami bepergian atau dalam keadaan ihram haji atau
umrah atau sedang beri‘tikaf. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda bahwa tidak halal bagi
wanita untuk berpuasa tanpa izin suaminya sedangkan suaminya ada di hadapannya karena
hak suami itu wajib ditunaikan dan merupakan fardu bagi istri, sedangkan puasa itu
hukumnya sunah. Kewajiban tidak boleh ditinggalkan untuk mengejar yang sunah.

 Puasa sehari saja pada hari Jumat

Puasa ini haram hukumnya bila tanpa didahului dengan hari sebelum atau sesudahnya.
Kecuali ada kaitannya dengan puasa sunah lainnya seperti puasa sunah Nabi Daud, yaitu
sehari berpuasa dan sehari tidak. Bila jatuh hari Jumat giliran untuk puasa Daud, maka
seseorang boleh berpuasa. Sebagian ulama tidak sampai mengharamkannya secara mutlak,
tetapi hanya sampai makruh saja.

Anda mungkin juga menyukai