MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Para Nabi
Dosen Pengampu : Ali Imron, M.Ag.
Disusun oleh:
Pintu kapal berada di bagian samping. Tutup pintu itu berada di bagian atas yang
dapat menutupnya dengan rapat. Pada bagian luar dan dalam kapal itu dilapisi dengan
aspal. Kemudian pada bagian ujung depan kapal dibuat meruncing untuk Membelah
Air.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Mereka berkata, “Wahai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami
dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada
kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang
benar.” (QS. Hud: 32)
Pada saat inilah, iblis datang dan memasuki setiap hati kaum Nabi Nuh. Bagi hati
yang di dalamnya terdapat Iman, maka hati itu akan berlari dan menjauh dari godaan
iblis laknatullah. Sedangkan bagi hati yang di dalamnya tidak ada Iman, maka ia akan
mengikuti bujuk rayu iblis yang menyesatkan itu. Ketika Nabi Nuh membuat perahu
dan kaum kafir yang telah terbujuk rayuan iblis itu melihatnya, mereka senantiasa
menghina. Mereka menganggap bahwa menaiki perahu tidak akan dapat
menyelamatkan dirinya dari siksa Tuhan. Mereka berkata demikian karena merasa
bahwa siksaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan pernah datang.
Termasuk di antara orang-orang merugi itu adalah istri Nabi Nuh, dan seorang
putranya yang bernama Qana’an. Sebagai putra Nabi, seharusnya Qana’an menjadi
orang pertama yang berkenan menerima kebenaran, orang pertama yang dapat
membedakan antara kesombongan dan kejujuran, orang pertama yang menyatakan
keimanan dan termasuk dalam golongan orang yang berhiaskan kenikmatan sebuah
keyakinan.
Ketika tungku pembakaran di rumah Nabi Nuh telah mendidih, itu menjadi
pertanda akan datangnya siksa yang diberikan Allah sebagaimana dikatakan dalam
riwayat-riwayat. Nabi Nuh mengetahui bahwa azab Allah sudah tiba waktunya setelah
perahu Nabi Nuh selesai.
Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, “Naiklah kalian semua ke dalam kapal Dengan
menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Tuhanku benar-
benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”Dan ia berkata kepada putranya yang
tersayang, “Wahai anakku, naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu
bersama orang-orang yang kafir.”
Seperti itulah rasa cinta Nabi Nuh kepada putranya meskipun sang putra
membantah dan tidak mau beriman kepada Tuhan. Namun Nabi Nuh tetap berharap
bahwa putranya itu mau berubah. Nabi Nuh melihat putranya, Qana’an pergi
meninggalkannya.Ia memanggil putranya itu saat kapal mulai bergerak dari air yang
semakin meninggi. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan
Nuh memanggil anaknya, sedangkan anak itu berada di tempat yang jauh terpencil,
‘Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-
orang yang kafir.” (QS. Hud 42)
Tetapi, semua ini tidak sedikit pun menyentuh perasaan Qana’an yang telah buta
karena kekufuran. Qana’an berlari menuju gunung tertinggi yang berada di
hadapannya, gunung besar dan menjulang tinggi, sebuah keangkuhan tinggi yang
hampir menembus Awan. Semua Inilah yang ada dalam pandangan kedua mata
Qana’an bun Nuh.
Anaknya menjawab, ‘Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!’ Nuh berkata, ‘Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab
Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang menjadi penghalang
antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.”
(QS. Hud: 43)
Kapal Nabi Nuh berlayar dan akhirnya selamat dari banjir bandang yang
menenggelamkan segala sesuatu. Tidak ada yang nampak tersisa di permukaan banjir
bandang itu selain hanya kapal tersebut.Janji Allah Subhanahu wa Ta'ala pun tiba, air
yang bergelombang datang dari segala arah dan menggulung-gulung hingga menyapu
apapun yang ada di hadapannya.
Seluruh permukaan bumi dilumat habis oleh air bah. Kapal Nabi Nuh yang
berlayar selama 150 hari dimulai dari tanggal 10 Rajab kemudian ia berhenti bersama
penumpangnya di Bukit Judi selama sebulan.Mereka keluar dari kapal pada tanggal 10
Muharram. Bukit Judi berada di sekitar kawasan Bakar, di negeri Al-Jazirah. Bukit Judi
ini bersambung dengan gunung Armenia. Dalam Kitab Taurat, Bukit itu disebut dengan
nama Ararath. Gunung ini sangat patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga
ia tidak ikut tenggelam. Padahal semua gunung-gunung saat itu tenggelam.
Untuk memuliakan saat itu dan sebagai rasa syukur kepada Allah, mereka berpuasa
pada hari itu. Nabi Nuh bersama orang-orang yang menyertainya turun di daratan bukit
Judi. Kemudian mereka mendirikan perkampungan yang dipenuhi oleh 80 orang. Di
sinilah segala urusan menjadi tenang karena orang sombong telah binasa. Dengan izin
Allah, banjir bandang yang menimpa mereka telah berakhir, setelah beratus-ratus tahun
mereka dalam lingkungan penuh kemungkaran dan kedurhakaan.
Setelah hidup tenang, Nabi Nuh mengalami kesedihan yang mendalam atas nasib
yang menimpa putranya, Qana’an. Ia pun mengajukan pertanyaan terhadap
Tuhannya.Allah Swt. pun menjawab:
“Allah berfirman, ‘Wahai Nuh, Sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu
(yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang
tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu
jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (QS. Hud: 46)
Setelah mendapatkan jawaban dari Allah, hati Nabi Nuh menjadi tenang. Sementara
itu, iblis bahagia bukan kepalang karena ia telah berhasil menyesatkan sebagian besar
kaum Nabi Nuh, termasuk di dalamnya istri dan salah seorang putra Nabi Nuh. Dendam
iblis kepada Adam dan keturunannya akan terus berlanjut hingga hari kiamat, itulah
janji yang diucapkan iblis dan akan senantiasa dipegang teguh.2
B. Hikmah Kisah Nbi Nuh As.
1. Tanda kebesaran Allah
Hikmah yang diambil dari perjalanan hidup Nabi Nuh diambil dari hal-hal yang
berhubungan dengan kisahnya, yaitu tentang usia Nabi Nuh, kapal Nabi Nuh, banjir
yang melanda kaum Nabi Nuh, cara Nabi Nuh dalam mendakwahi kaumnya,
penderitaan-penderitaan yang dialami kaum Nabi Nuh, dan hal-hal yang berhubungan
dengan Nabi Nuh lainnya. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
kebesaran Allah, diantaranya adalah keanekaragaman serta perbedaan-perbedaan yang
terhampar di bumi, terjadinya bencana alam, pergantian secara terus menerus malam
dan siang. Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali-Imran 190-191, ayat ini
menjelaskan tanda- tanda kebesaran Allah di bumi, dengan melihat fenomena alam
akan ditemui kebesaran Allah. Tidak hanya di bumi, di diri manusia juga ada tanda
kebesaran Allah bagi orang yang memikirkannya.
Dalam QS. Al-Mu’minun ayat 30, dijelaskan bahwa kejadian yang terdapat
pada kisah Nabi Nuh memperlihatkan kepada kita tanda kebesaran Allah. Diantara
kejadian pada kisah Nuh yaitu azab Allah kepada kaumnya. Sebagimana dikatakan
pada arti akhir ayat “Sesungguhnya kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu)”,
azab yang dimaksud adalah banjir yang besar.
2. Kepastian Balasan Dari Allah
a. Terhadap orang-orang yang mentaati Allah
Dari kisah Nabi Nuh dapat mengambil pelajaran darinya, bahwa balasan Allah
pastilah ada. Baik terhadap yang mentaati maupun terhadap yang mengingkari.
Terkadang balasan dari Allah tidak terlihat dan kadang kala terlihat dengan jelas
di dunia ini. Buktinya adalah orang-orang yang mengikuti Nabi Nuh atau ajaran
2
Abusyuja.Kisah Nabi Nuh singkat dan lengkap,2021 diambil dari
https://www.abusyuja.com/2021/03/kisah-nabi-nuh-singkat-dan-lengkap.html?m=1
tuhan maka ia selamat, dan orang-orang yang tidak mengikuti Nabi Nuh atau
ajaran Tuhan maka ia ditenggelamkan meskipun dari keluarga Nuh sendiri.
Kepastian balasan Allah terhadap yang mentaatinya terdapat pada QS. Al-Shaffat
ayat 80 yang berarti “Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik”.
b. Terhadap orang-orang yang mengingkari Allah
Telah dijelaskan bahwa orang-orang yang mengingkari Allah akan mendapatkan
kepastian balasan dariNya. Sebagaimana hal ini tertera dalam kisah Nabi Nuh,
terdapat dalam QS. Al-Qamar ayat 14, yaitu “Yang berlayar dengan
pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)”.
Penjelasan dari ayat tersebut adalah dia berlayar di hadapan mata atau di bawah
pengawasan dari Tuhan, yaitu Allah yang melihat segala sesuatu yang terjadi
pada diri hamba-hambanya.
c. Ilmu pengetahuan dalam teknologi perkapalan
Nabi Nuh berdakwah 950 tahun kepada kaumnya, akan tetapi banyak diantara
kaum tersebut yang tidak memperdulikan dakwahnya, bahkan nabi Nuh
mendapatkan banyak olokan dari kaumnya. Melihat kaumnya yang tidak mau
menyembah kepada Allah membuat Nabi Nuh mengadu kepada Allah, karena
sekian ratus tahun Ia berdakwah hanya sedikt dari kaumnya yang mau beriman
kepada Allah. 3
3
Aulya Adhli, Hikmah Kisah Nabi Nuh As. Dalam Al-Qur’an, Vol.1 No.1, Al-Kauniyah, 2020, hlm
24-30.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah mengutus Nuh sebagai Rahmat untuk seluruh hamba dan beliau
merupakan rasul pertama yang di utus di muka bumi, seperti yang disampaikan
manusia kala berada di maufiq hari kiamat. Pada saat inilah iblis juga mulai
menggoda kaum Nuh agar tidak mentaati ajarannya. Hikmah kisah nabi Nuh
diantaranya adalah tanda kebesaran Allah yang berhubungan dengan kisah tentang
usia Nabi Nuh, kapal Nabi Nuh, banjir yang melanda kaum Nabi Nuh, cara Nabi
Nuh yang mendakwahi kaumnya, penderitaan-penderitaan yang dialami kaum Nabi
Nuh dan kepastian balasan dari Allah terhadap orang-orang yang mentaati Allah ,
orang-orang yang mengingkari Allah, ilmu pengetahuan dalan teknologi
perkapalan.
DAFTAR PUSTAKA