Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Annisa Rahma Adinda

NIM : 18040284025

Kelas : 2018A

Matkul : Sejarah Indonesia Kontemporer

1. Adanya reformasi setelah tahun 1998 membawa perubahan yang signifikan terutama
pada kebebasan berpendapat. Dengan adanya kebebasan berpendapat hal ini juga
membawa perubahan terhadap historiografi dan pendidikan sejarah di Indonesia.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara historiografi pada masa Orde Baru dan
Reformasi. Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, terjadi politisasi terhadap
historiografi dan pendidikan sejarah, penulisan sejarah terfokus kepada sejarah rezim
Orde Baru yang berperan besar bagi Indonesia, kekuatan militer, serta pemberantasan
komunis di Indonesia. Sehingga pendidikan sejarah pada masa itu banyak dipengaruhi
oleh kepentingan pemerintah untuk menonjolkan Orde Baru dan kedudukan Soeharto
itu sendiri, serta terdapat perubahan dalam sejarah seperti yang ditulis oleh Nugroho
Notosususanto. Setelah munculnya Reformasi, maka historiografi dan pendidikan
sejarah juga diubah dan direkontruksi kembali menyesuaikan peristiwa sejarah yang
sebenarnya. Sehingga historiografi tidak lagi didominasi oleh kejayaan masa Orde
Baru saja, namun penulisan sejarah lebih bersifat netral tidak berpihak pada rezim
apapun. Sehingga pendidikan sejarah di masa reformasi juga banyak memunculkan
demokrasi serta adanya penekanan pendidikan karakter dan hikmah dari peristiwa
sejarah untuk dipelajari peserta didik. Kebebasan berpendapat juga berdampak kepada
munculnya para sejarawan yang memiliki sudut-sudut pandang berbeda pada suatu
peristiwa sejarah. Sehingga peserta didik dapat memahami sejarah yang sesuai dengan
peristiwa sejarah yang sebenarnya dan dapat melihat adanya perubahan kekuasaan
dengan jelas tanpa harus merendahkan suatu rezim.

2. Keadaan pers sebelum 1998 atau masa Orde Baru sendiri dapat dikatakan sangat
dibatasi pergerakannya dan dikontrol secara ketat oleh pemerintahan Soeharto. Dalam
menciptakan atau memberitakan suatu informasi, pers harus taat pada aturan
pemerintah jika tak ingin produksi media informasinya di-banned oleh pihak yang
berwenang. Pers juga tidak bisa bebas dalam menuliskan opininya dalam sebuah
media, apalagi melakukan aksi kritik atau menyinggung pemerintah yang berkuasa,
sehingga pers yang seharusnya menjadi wadah opini rakyat menjadi terbelenggu
karena pengawasan yang ketat oleh pemerintah. Pada masa sebelum 1998, terdapat
beberapa organisasi pers yang dibredeli oleh pemerintah karena memberitakan hal-hal
yang dianggap menyinggung rezim Orde Baru, contohnya masalah seputar Dwifungsi
ABRI dan KKN yang marak dilakukan di pemerintahan. Lalu setelah Orde Baru
runtuh, adanya reformasi berhasil melepaskan belenggu yang membatasi pergerakan
pers sebelumnya. Kebebasan berpendapat dan demokrasi membuat pers mulai berani
dalam menuliskan berita dan opini yang sebelumnya dilarang oleh pemerintah,
terutama setelah ada undang-undang yang dibuat untuk Pers, bahwa pemerintah
intinya akan membebaskan dan tidak ikut campur dalam Pers. Sehingga setelah 1998,
bukan hanya pemerintah yang mengontrol pers, namun rakyat juga turut berpatisipasi
dalam kebebasan pers. Bahkan rakyat juga bisa mengemukakan opininya melalui pers
tanpa takut dibungkam, serta dapat menyampaikan kritik terhadap penguasa.
Dampak positif dari adanya kebebasan Pers yaitu pers dapat secara
menciptakan informasi atau mengemukakan opini dengan bebas tanpa takut lagi
mendapat ancaman dan tidak lagi diawasi dengan ketat seperti sebelum Reformasi.
Pers juga menjadi lebih berani dalam menyampaikan kritikan terhadap kebijakan yang
dilakukan pemerintah. Yang artinya pers dapat mempengaruhi keputusan politik juga,
karena pers dapat dikatakan sebagai perwakilan dari suara rakyat. Pers juga dapat
berfungsi sebagai kontrol sosial dan media pendidikan bagi masyarakat, sehingga
masyarakat dapat melek terhadap informasi dan dapat berpatisipasi kritis mengenai
politik dan ekonomi suatu negara.
Kebebasan pers terkadang bisa menjadi sebuah bumerang yang artinya juga
dapat berdampak negatif. Terkadang pers juga berlebihan dalam memberikan suatu
informasi. Dapat dilihat pada saat ini banyak beredar berita online dimana
menambahkan efek ‘click-bait’ dalam judulnya, yang mana terkadang judul dilebih-
lebihkan namun isi dari berita tidak sesuai dengan judulnya. Sehingga hal ini dapat
membuat masyarakat terpancing pada berita yang tidak benar atau ‘hoax’. Selain itu
terkadang suatu pers juga tidak terlalu menyeleksi berita atau informasi yang
dikeluarkan, sehingga sebuah berita terkadang ditulis asal tanpa dicek kembali
kebenarannya dan pada akhirnya menimbulkan keresahan pada masyarakat
3. Dalam proses masuknya Timor Timur ke Indonesia, pandangan dunia pada saat itu
dapat dikatakan sangat mendukung Indonesia dalam upaya integrasi Timor Timur.
Pihak-pihak Barat seperti Amerika Serikat dan Australia. Hal ini dikarenakan setelah
Timor Timur lepas dari penjajahan Portugis, terdapat beberapa partai politik yang
akan bersaing dalam memperebutkan kemerdekaan Timor-Timur sesuai dengan
ideologi masing-masing. Partai politik tersebut antara lain UDT, Fretilin, APODETE,
KOTA, dan Trabalhista. Salah satu partai yang menonjol dalam kemerdekaan Timor
Timur adalah Fretilin yang ideologinya condong kepada komunis. Partai Fretilin
berupaya untuk mendominasi suara rakyat dan membentuk Timor Timur sebagai
negara komunis. Hal inilah yang nantinya akan membuat negara Blok Barat
mendukung Indonesia untuk melakukan invansi militer di Timor Timur atau Operasi
Seroja, agar Timor Timur tidak jatuh ke tangan komunis karena situasi saat itu yang
masih kental akan Perang Dingin . Amerika Serikat sangat terlibat dalam masuknya
Timor Timur, yang bisa dilihat dari kerjasama Presiden Soeharto dan Presiden Gerald
Fold dalam menyetujui adanya Operasi Seroja serta turut memasok senjata ke militer
Indonesia. Sehingga dari sini dapat dilihat bahwa pandangan dunia pada saat itu
terutama Blok Barat memang mendukung masuknya Timor Timur ke Indonesia
sebagai upaya penanggulangan berdirinya komunis di Timor Timur.
4. Pada masa Orde Baru, pemerintah mengeluarkan beberapa program untuk mengatasi
permasalahan ekonomi yang ditunjukkan dengan adanya inflasi pasca Orde Lama,
serta menyejahterakan rakyat. Salah satu progam orde baru adalah Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun) yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi nasional.
Repelita sendiri dibagi menjadi enam tahap, yaitu Repelita I yang berfokus pada
melakukan kontrol dalam mengatasi inflasi dalam rangka perbaikan stabilitas
ekonomi serta menyediakan bantuan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Repelita II
berfokus kepada menyediakan lapangan pekerjaan yang luas, sehingga kebutuhan
masyarakat dapat tercukupi dan pada akhirnya mampu menghasilkan pertumbuhan
ekonomi. Lalu Repelita III berfokus pada meningkatkan perdagangan khususnya
ekspor barang-barang nonmigas, serta melakukan swasembada pangan. Pada Repelita
III sendiri dikeluarkan kebijakan Revolusi Hijau guna meningkatkan hasil pertanian
yang dilakukan dengan cara modernisasi pertanian. Lalu Repelita IV pemerintah
kembali berfokus pada peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor
perdagangan. Replita V berfokus kepada melakukan usaha untuk meningkatkan
industri. Dan Repelita VI yang hampir sama dengan sebelumnya bertujuan untuk
membangun sektor pertanian dan industri ekspor. Dari program Repelita pada masa
Orde Baru pada akhirnya berhasil menurunkan inflasi di Indonesia. Pemerintah Orde
Baru juga berfokus kepada adanya kegiatan ekspor serta investasi asing dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
5. Dikeluarkannya Undang-Undang No 3/1975 yaitu adanya fusi terhadap partai politik.
Hal ini awalnya dilatarbelakangi oleh banyaknya partai yang bermunculan khususnya
pada masa Orde Lama, dimana partai-partai tersebut memiliki ideologi yang berbeda-
beda. Banyaknya partai menyebabkan keadaan politik menjadi tidak stabil karena
terjadi gesekan-gesekkan antar partai dan bisa saja malah membawa malapetaka bagi
jalannya pemerintahan. Dalam menghadapi hal ini, pemerintah Orde Baru berusaha
memperbaharui politik dan menyatakan bahwa partai seharusnya berfokus kepada
program dalam menjalani pemerintahan saja, tidak terpaku pada ideologi. Sehingga
usaha yang dilakukan untuk meredam gejolak partai, pemerintah mengeluarkan
undang-undang tentang penyederhanaan partai politik atau fusi partai politik.
Sehingga dapat tercipta stabilitas politik dan serta tidak ada lagi munculnya ideologi
baru yang nantinya bisa menghambat jalannya pemerintahan.
Lalu hal ini pada akhirnya menimbulkan dampak bagi Indonesia, fusi partai politik
malah menjadi awal timbulnya KKN di Indonesia. Adanya fusi parpol juga
merupakan salah satu cara Presiden Soeharto untuk melanggengkan rezim Orde Baru.
Seperti pada Golongan Karya yang pada akhirnya dapat dikatakan seakan menjadi
partai tunggal dan selalu memenangkan pemilu selama rezim Orde Baru berjalan. Hal
ini membuat dua partai lainnya, yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai
Demokrasi Indonesia merasa seperti dianaktirikan oleh pemerintah. Fusi partai politik
juga menyebabkan adanya konflik internal dari partai itu sendiri, partai juga mulai
kehilangan identitas ideologinya

Referensi:
Hamdani, Iqbal Ibrahim. (2013). “Format Politik Orde Baru dan Kebijakan Fusi
Partai Politik Tahun 1973”. Jember: Perpustakaan Universitas Jember.

Heru Budiono, Alfian Fahmi. (2017). “Perkembangan Historiografi Buku Teks


Sejarah di Indonesia Masa Orde Baru Hingga Reformasi”, dalam Efektor, No. 30,
tahun 2017. Kediri: Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Mufid Fareza. (2016). “Dampak Kebijakan Perekonomian Era Orde Baru Terhadap
Pembangunan di Indonesia.”. Skripsi. Pendidikan Sejarah, Universitas PGRI
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai