DISUSUN OLEH
SERLI YIKWA
XII IP
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karuniaNya makalah
yang berjudul “Sistem Pers Indonesia” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. makalah ini
disusun sebagai tugas untuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Sistem Pers Indonesia
Salah satu alasan mengapa kita perlu mempelajari sistem pers adalah untuk
mengetahui sekaligus melakukan perbandingan antar sistem pers. Disamping itu agar
kita menjadi lebih tahu dimana posisi sistem pers indonesia.
Ada empat kelompok besar teori (sistem) pers indonesia , yakni :
1) Teori atau Sistem Pers Otoriter, dikenal sebagai sistem tertua, yang lahir pada abad 15-
16 pada masa pemerintahan absolut. Pers dalam sistem ini berfungsi sebagi penunjang
negara (kerajaan) untuk memajukan rakyat. Pemerintah menguasai sekaligus mengawasi
media. Berbagai kejadian yang akan diberitakan di kontrol pemerintah karena kekuasaan
raja sangat mutlak. Negara (Raja) adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu individu
tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir individu.
2) Sistem Pers Liberal berkembang pada abad 17-18 sebagai munculnya revolusi industri
dan adanya penuntutan kebebasan pemikiran di negara barat yang sering disebut
aufklarung (pencerahan). Esensi dasar sistem ini memandang manusia mempunyaia hak
asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa mengembangkan pemikirannya secara baik
jika diberi kebebasan. Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal
dan bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah tujuan
mulia untuk mewujudkan esensi dasar, sedangkan kontrol pemerintah dipandang sebagai
manifestasi kebebasan berfikir. Pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya untuk
membantu mencari kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi kebebasan
sehingga kebebasan pers menjadi tolok ukur dihormatinya hak bebas yang dimiliki
manusia.
3) Sistem Pers Komunis, Pers ini berkembang karena munculnya Uni Sovyet yang
berpaham komunis pada awal abad ke-20. Sistem ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl
Marx tentang perubahan sosial yang diawali dengan dialektetika Hegel. Pers dalam
sistem ini merupakan alat pemerintah atau partai dan menjadi bagian integral dari negara.
Pers menjadi alat atau organ partai yang berkuasa (PKUS). Dengan demikian segala
sesuatunya ditentukan oleh negara. Kritik diizinkan sejauh tidak bertentangan dengan
ideologi partai, media massa melakukan yang terbaik untuk partai yang ditentukan oleh
pimpinan PKUS. Fungsi pers adalah indoktrinasi massa, pendidiakn atau bimbingan
massa yang dilancarkan partai.
4) Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial, muncul pada awal abad ke 20 pula sebagai proses
terhadap kebebasan mutlak dari libertarian yang mengakibatkan pemrosotan moral
masyarakat. Dasar pemikiran sistem ini adalah sebebas-bebasnya pers harus bisa
bertanggungjawab kepada masyarakat tentang apa yang diaktualisasikan. Sistem ini
muncul di AS dan setelah dinikmati pers dinilai harus diadakan pembatasan atas dasar
moral dan etika. Penekanan pada tanggungjawab sosial dianggap penting untuk
5
menghadapi kemungkinan terganggunya ketertiban umum. Sistem ini lebih menekankan
kepada kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pers adalah subsistem dari sistem komunikasi. Media massa mempunyai
fungsi untuk mempengaruhi sikap dan prilaku masyarakat. Melalui media, masyarakat
dapat menyetujui atau menolak kebijakan pemerintah. Melalui media pula berbagai
inovasi atau pembaruan bisa dilaksanakan oleh masyarakat.
Sistem pers mempunyai empat kelompok besar teori (sistem) pers, yakni sistem
pers otoriter, sistem pers liberal, sistem pers komunis, dan sistem pers tanggung jawab
sosial.
Jika diamati, indonesia termasuk dalam sitem pers tanggung jawab sosial. Tidak
hanya dilihat dari “kebebasan yang bertanggungjawab” namun pada berbagai aktualisasi
pers pada akhirnya harus disesuaikan dengan etika dan moralitas masyarakat. Adapun
tanggungjawab itu adalah suatu dasar ideologi yang diyakini yakni pancasila yang
dijadikan sebagai acuan prilaku pers.
Dengan kata lain, media lemah dalam mempertimbangkan apakah pemberitaan
itu layak dimunculkan sesuai dengan keinginan masyarakat tau tidak. Ini diakibatkan
orientasi pasar media begitu dominan dan mengalahkan sisi idealnya. Kenyataan tersebut
bisa dimengerti mengingat pers ibarat “kuda lepas dari kandangnya” sangat liar.
Kenyataan ini menjadikan pers sulit menentukan pilihan antara kewajiban moral
terhadap masyarakat dan keharusanj untuk mematuhi peratutan pemerintah sebagai
konsekuensi logis. Jalan alternatif bisa dilakukan harmonisasi hubungan pers dengan
pemerintah dan masyarakat.
3.2 Saran
Kita tak perlu menghakimi, pers harus bersikap begini atau begitu. Sebab hal
demikian tak ubahnya dengan mendikte pers yang etlah kehilangan jati dirinya.
Bagaimanapun pers masih punya jati diri, salah satunya kemampuan untuk bertahan di
tengah derasnya iklim demokrasi dan himpitan struktur yang harus ditaati.
Dalam posisi yang sulit begini, pers masih bisa bernafaspun masih lumayan. Ini
menunjukan betapa sulit kedudukan pers kita selama ini, meskipun biusa dibilang punya
jati diri rendah (relatif) sekalipun.
7
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (ed. 1-5), PT. Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2004.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (ed. 6), PT. Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2012.