Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Perbandingan Sistem Pers Indonesia dengan Malaysia

Disusun Oleh: Anton Triamanda

Dosen Pembimbing: Dr. Retna Mahriani, M.SI


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya 2021
Kata Pengantar

Puji syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya
Saya dapat menyelesaikan Makalah ini Sebagai Perbandingan Sistem Pers Indonesia
dengan Malaysia penuh kemudahan, tanpa pertolongan-Mu mungkin makalah ini tidak
dapat Saya selesaikan.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan agar pembaca dapat mengetahui
Konsep-Konsep Dasar Dari Sistem Pers di Indonesia dan Malaysia sekaligus menjadi nilai
untuk Ujian Tengah Semester Saya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
luas kepada pembaca dan Saya sendiri.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu Saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan yang luas bagi
para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha.

Palembang, Maret 2021

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………...………………………………………
Daftar Isi……...…………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Rumusan masalah…………………………………………………………………..
1.2.Tujuan penulisan……………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN 
A. Sistem Pers Indonesia…………………………………..............................

1. Sistem Pers Indonesia ……....…………………………………………….

2. Kebebasan Pers Indonesia………………………………………………..

B. Sistem Pers Malaysia…………………………………..............................


1. Sistem Pers Malaysia……....…………………………………………….

2. Kebebasan Pers Malaysia………………………………………………..

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PERS INDONESIA DAN


MALAYSIA

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………..................
4.2 Daftar Pustaka………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan masyarakat, perbedaan dan persamaan pandangan merupakan bentuk
dari sebuah kewajaran dalam berkehidupan. Hal ini juga berlaku dalam tubuh media massa,
termasuk pers di negara-negara yang meskipun secara geografis sangat berdekatan. Dalam
tingkatan tertentu, pers di negara-negara Asia Tenggara bisa memberikan yang sama terhadap
sebuah peristiwa yang terjadi pada salah satu negara anggota ASEAN (Haryatmoko, 2007). Di
sisi lain, meskipun Indonesia dan Malaysia memiliki kedekatan geografis, pers di kedua negara
ini bisa memberikan pandangan yang bertolak belakang.

Kebebasan pers sebagai perwujudan dari kebebasan berbicara dan berekspresi memang
mempunyai makna terhadap peningkatan kualitas pemerintahan dan masyarakatnya
sendiri.Dengan kebebasan pers, pemerintah dan rakyat dapat mengetahui berbagai peristiwa
yang sedang terjadi, maupun berbagai pendapat yang saling bertentangan.Melalui kebebasan
pers, komunikasi politik dapat dijamin oleh negara, tanpa takut ditindak meskipun sebagian
besar kritikan tersebut sering membuat sakit hati.Kebebasan pers menjamin semakin
terpenuhinya hak masyarakat untuk mengetahui berbagai peristiwa yang sedang terjadi.Dan hal
ini merupakan hak seluruh lapisan masyarakat yang harus dipenuhi oleh media sebagai
jembatan informasi antara pemerintah dan rakyatnya.

Munculnya sistem pers di setiap negara dipengaruhi oleh sistem sosial politik dan filsafat
sosial negara masing-masing. Indonesia dan Malaysia sendiri sebenarnya memiliki banyak
persamaan seperti letak geografis yang berdekatan, sama-sama berasal dari ras Melayu, Negara
dengan mayoritas penduduk beragama Islam dan juga pernah dijajahNegara asing. Keduanya
memiliki sistem berbeda untuk menentukan sistem pers, sesuai dengan sistem politik yang
dianut kedua Negara tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pers di Malaysia dan Indonesia?
2. Bagaimana kebebasan pers di Malaysia dan Indonesia?
3. Apa saja perbedaan sistem pers Malaysia dan Indonesia?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem pers Malaysia dan Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa tahu tentang sistem pers di Indonesia dan Malaysia
2. Agar mahasiswa tahu bentuk kebebasan pers di Malaysia dan Indonesia serta
penerapannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Indonesia
1. Sistem Pers Indonesia
Sistem pers di Indonesia merupakan negara dengan konsep pemerintahan
berdemokrasi yang dimana membuat Indonesia secara tak langsung menganut sistem pers
liberal.Artinya pers bebas memberitakan apapun, tanpa harus takut dan pejabat Negara bahkan
sering menggunakan media sebagai alat komunikasi.Pers pertama kali dikenalkan oleh Belanda
dan undang-undangnya yakni Civil Law.Pers di sendiri memiliki landasan yakni:Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28, Pasal 28 E Ayat (2) dan (3) serta Pasal 28 F dan
Ketetapan MPR, Undang-Undang Pokok Pers Nomor. 40 tahun 1999, serta tata nilai sosial yang
berlaku pada masyarakat, dan kode etik Jurnalistik.Sementara untuk media penyiaran diatur
dalam undang-undang Penyiaran No. 32 tahun 2003.Oleh karena itu, jelas sekali bahwa negara
telah mengakui kebebasan mengemukakan pendapat dan kebebasan berfikir merupakan bagian
dari demokrasi dan masih diatur oleh hukum.Pers tidak dimiliki oleh partai pemerintah secara
resmi, tetapi sering digunakan oleh partai-partai tertentu untuk berkampanye atau sekadar
mempromosikan partainya.Media massa dituntut memberikan proporsi yang sama bagi semua
partai atau kandidat calon presiden dalam mengkampanyekan dirinya, walaupun pers tersebut
dimiliki oleh anggota partai secara perorangan, misalnya saja seperti Surya Paloh yang
merupakan pemilik Metro TV dan sekaligus sebagai ketua umum partai Nasdem.

2. Kebebasan Pers Indonesia


Di Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers sangat
menjamin adanya kebebasan bagi media dan wartawan untuk memberitakan apa yang mereka
peroleh, baik itu berita yang membawa dampak positif sampai mengkritik pemerintahan secara
habis-habisan. Banyak sekali di media televisi Indonesia acara-acara yang membahas tentang
pemerintahan, baik itu berupa debat seperti Indonesian Lawyers Club, sampai acara Talk Show
seperti Kick Andy yang dengan berani mengkritik ataupun berdiskusi tentang pemerintahan di
Indonesia. Bahkan untuk berita sendiri, banyak sekali pemberitaan mengenai keburukan
pemerintahan, kasus korupsi, bahkan sampai fenomena kosongnya kursi DPR saat rapat
berlangsung atau anggota dewan yang ketahuan tidur atau menonton video porno.Bahkan dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28F, setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungannya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.Dan pemerintah tidak bisa mengintervensi
media begitu saja.
Kebebasan pers dan media di Indonesia bahkan dijadikan sebagai ajang promosi berbagai
macam partai politik. Apalagi mendekati pemilu tahun 2014, rakyat Indonesia sering menonton
berbagai macam iklan tentang berbagai macam kegiatan positif partai tersebut.Misalnya saja
seperti iklan partai Hanura yang sering disiarkan di televisi, Wiranto dan Hary Tanoe sering
terlihat membantu warga miskin, entah itu memberi traktor dan lain sebagainya.Hal ini juga bisa
menjadi suatu pencitraan dan sarana persuasif agar rakyat Indonesia bisa melihat kelebihan partai
tersebut dan memilih pasangan tersebut dalam pemilu.Selain iklan partai Hanura, masih banyak
lagi yang dilakukan pemerintah untuk melakukan komunikasi politik dengan rakyat Indonesia.
Apalagi didukung oleh banyaknya masyarakat yang menggunakan media sosial, para
pejabat juga tidak mau ketinggalan membuat account di twitter dan menjadikan media sosial
sebagai sarana pemberitaan masa kini.
Meskipun begitu, indeks kebebasan pers Indonesia juga masih rendah, dan duduk
diperingkat 139.Walaupun sedikit lebih tinggi dari Malaysia, rendahnya peringkat kebebasan
pers di Indonesia banyak disebabkan oleh banyaknya kekerasan terhadap wartawan dan
kurangnya penegakan hukum.Selain itu, menggantungnya berbagai kasus kekerasan aatau
pembunuhan wartawan jugamenjadi salah satu faktor negatif dari kebebasan pers di Indonesia.

B. Malaysia
1. Sistem Pers Malaysia
Undang Undang Media Cetak dan Publikasi yang dikeluarkan pemerintah
Malaysia di tahun 1984 memberikan kewenangan kepada Departemen Dalam Negeri Malaysia
untuk menghentikan penerbitan media massa. Jika pemberitaan tidak sejalan dengan pemerintah,
maka izin penerbitan dapat dicabut tanpa alasan yang jelas.Hubungan pemerintah dengan media
di sangat berkesinambungan.Terbukti bahwa peran Media harus memberitakan hal-hal yang
positif dan berguna bagi perkembangan negara.Media sangatlah terkontrol pelaksanaannya.Di
Malaysia kepemilikan pers dikuasai oleh partai nasional yang memegang status quo selama
beberapa dekade, pers sebagai komponen vital dari kontrol sosial berperan aktif dalam
pengawasan terhadap sistem politik, hukum, keadilan, penegakan hak asasi, dan sebagainya.
2. Kebebasan Pers Malaysia
Mirip dengan Indonesia pada masa orde baru ketika konsep otoriter, dengan tujuan
melindungi pembangunan yang sedang berjalan agar tidak terganggu dengan hal-hal yang dapat
mengancam integritas, pemerintah merasa memiliki hak untuk mengawasi pers yang dianggap
sebagai ancaman unutk menjatuhkan rezim pemerintahan dan dianggap melanggar tanggung
jawabnya pada masyarakat, masih diterapkan di negara Malaysia sampai sekarang. Pers
dibolehkan untuk mencari berita, menyebarkannya, namun harus dipilih-pilih agar sesuai dengan
kebijakan negara. Pemerintah membiarkan pers ataupun media bebas selama mereka tidak
mengkritik dan menentang pemerintahan atau hal-hal yang merugikan pemerintah.
Di Malaysia karena pers diatur ketat oleh pemerintah, peran utama pers sebagai kontrol
sosial hampir tidak pernah dijalankan oleh pers Malaysia. Lewat pers, salah satu nilai yang
dijunjung demokrasi, yakni kebebasan menyampaikan pendapat dapat dipenuhi. Demokrasi
identik dengan kebebasan berpendapat. Tetapi, jika dilihat dari Malaysia yang sebenarnya masih
menerapkan semi-demokrasi, sistem pers di Malaysia masih menganut sistem teori pers
Otoritarian, dimana pemerintah dapat membatasi media yang ada di negaranya, sehingga pers di
Malaysia tidak bisa menjalankan fungsinya. Malaysia memiliki hukum sensor yang cukup ketat.
Pemerintah terus-menerusmengendalikan media, memeriksa isi beruta yang akan diberitakan,
bahkan pemberitaan di Malaysia terkesan tertutup. Pemerintah Malaysia mengeluarkan Undang
Undang Media Cetak dan Publikasi tahun 1984 dan memberi kewenangan kepada Kementrian
Dalam Negeri Malaysia untuk menghentikan media massa. Jika mereka berani melanggar aturan
dari pemerintah atau bahkan ketahuan mengkritik pemerintah.
Seperti contoh kasus penutupan surat kabar mingguan The Heat oleh pemerintah
Malaysia, penutupan ini dikarenakan The Heat menerbitkan artikel anggaran perjalanan Perdana
Menteri (PM) Malaysia Najib Razak. Selain itu, The Heat juga membahas penggunaan jet
pemerintah oleh istri PM Najib Razak.Tetapi Kementerian Dalam Negeri menyatakan penutupan
dikarenakan The Heat melanggar aturan penerbitan serta mengubah struktur kepemilikan tanpa
pemberitahuan pihak berwajib. Penutupan The Heat menimbulkan aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh jurnalis dan politikus oposisi pemerintahan Malaysia yang sayangnya tidak
digubris oleh Malaysia.
Selain kasus penutupan The Heat, fakta bahwa ketatnya pemerintah terhadap pers di
Malaysia juga dibuktikan oleh riset dari University of Nottingham dan Centre for Independent
Journalism pada April tahun 2013 yang menganalisa berita di 26 media Malaysia. 87% berita
yang diterbitkan media ternyata didorong oleh pemerintah untuk mengulas hal-hal positif partai
koalisi.Dan 8% berita positif tentang kubu oposisi. Peringkat kebebasan pers di Malaysia juga
turun menjadi peringkat 145 di tahun 2013 berdasarkan Reporters Without Borders, hal ini
dikarenakan sulitnya mendapat informasi dan semakin banyaknya berita yang disensor oleh
pemerintah.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PERS DI INDONESIA
DAN MALAYSIA

Karena Kebebasan dari sistem pers di Malaysia dan Indonesia mirip, maka
dapat dilihat kelebihannya sebagai berikut:
1.   Kebebasan berpendapat bagi setiap individu, siapapun bebas memberikan pendapatnya, bisa
mengkritik bahkan memberikan saran. 
2.   Media massa berhak menurunkan berita apapun (tanpa sensor)
3. Masyarakat akan semakin kreatif, ketika masyarakat diberikan kebebasan dalam berekpresi,
mereka akan semakin inovatif, banyak menciptakan karya – karya, mereka tidak takut
mempromosikan karyanya melalui media.  Karena masyarakat merasa ada yang melindungi.
4.   Jarang sekali terjadi pembredelan media, karena hampir tidak ada pemberedelan, akan
banyak media cetak maupun elektronik yang akan tumbuh imbasnya lapangan pekerjaan terbuka
otomatis mengurangi pengangguran.
5.   Masyarakat gampang mengakses informasi tanpa batasan apapun, yah dalam kondisi
kebebsan pers seperti saat ini, setiap orang bebas mengakses apapun setiap informasi.  Gampang
mencari berita – berita yang update, ketika tidak di rumah tak perlu takut ketinggalan berta
karena bukan cuman tivi atau radio yang bisa memberikan informasi tapi sekarang internet
mobile sudah banyak dimana – mana.
6. Masyarakat cenderung lebih maju, pendapatan perkapita yang tinggi dan tingkat pendidikan
yang tinggi dlm hal ini masyarakat sudah melek huruf –sebagian besar bebas buta aksara–.

Kekurangannya adalah sebagai berikut:


1.   Media massa cenderung berorientasi pada keuntungan, karena media tidak lagi berfikir
apakah berita yang diturunkan layak atau tidak, terkadang pemberitaan media menjadi tidak
berimbang lagi karena terlalu pro terhadap orang atau golongan tertentu.  
2.   Tidak ada batasan kebebasan yang jelas, tidak adanya batasan mengakibatkan terjadinya
konflik, bahkan berujung pembunuhan.  Apalagi jika para jurnalis yang mengkritik seorang
pejabat misalnya, bisa berujung pada kematian. 
3. Jika tingkat pendidikan masyarakat rendah maka gampang diperdaya akan sebuah informasi
yang belum jelas kebenarannya dan akhirnya berujung anarkis dimasyarakat.

4.   Merosotnya nilai – nilai budaya lokal, karena kebebasan tersebut justru membawa
masyarakat gampang mengakses informasi dan cenderung mengikuti budaya luar yang lebih
keren dan meninggalkan budaya local.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem politik sangat mempengaruhi berbagai macam kegiatan dan budaya politik suatu
Negara. Indonesia dan Malaysia yang walaupun memiliki kebudayaan yang mirip, dan berasal
dari rumpun yang sama tetapi penerapan kebebasan pers yang dilakukan oleh keduanya sangat
berbeda. Jika Indonesia lebih memilih untuk memberi kebebasan terhadap media dan pers dalam
memberikan informasi serta menjadi wadah komunikasi politik, Malaysia justru membatasi
gerakan pers di negaranya.

Menjamin kebebasan pers adalah suatu prasyarat negara lebih baik, lebih demokratis,
rakyatnya menjadi cerdas, dan pemerintahannya pun menjadi lebih arif dan bijaksana. Akan
tetapi kebebasan berpendapat lewat media tetap menjadi sarana utama dan eksklusif bafi
tindakan politik. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam
pengertian luas dan sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi
massa, yang berfungsi untuk memancarkan atau menyebarkan informasi kepada orang lain.
Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan dalam produk-produk penerbitan yang
melewati proses percetakan atau bisa dibilang sebagai media cetak, seperti koran, majalah
mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya.

4.2 Saran

Meskipun kedua Negara menerapkan kebebasan dalam pers dengan cara berbeda, akan lebih
baik apabila hal terpenting dalam pers tetap dipertahankan, yakni transparansi, hak asasi
manusia, dan kebenaran informasi. Karena tiga hal tersebut sangat berpengaruh tidak hanya pada
Negara, tetapi pencitraan Negara lain terhadap Indonesia dan Malaysia. Selain itu, melihat
berbagai kasus yang menimpa wartawan ataupun media di kedua Negara tersebut, ada baiknya
pemerintah memberikan perhatian dan tidak menggantungnya atau bahkan diabaikan seperti
pemerintah Malaysia terhadap surat kabar The Heat. Karena kebebasan pers sangat
mencerminkan informasi yang didapat dan menjadikan gambaran umum tentang keadaan di
suatu Negara.

Daftar Pustaka

ASMARA, D. (2003). SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA:.

Prajarto, D. N. (n.d.). Sistem Sosial, Sistem Politik, dan.

https://digilib.esaunggul.ac.id/kebebasan-pers-perbandingan-antara-malaysia-dan-indonesia-8503.html

https://id.scribd.com/doc/115339210/Perbandingan-Sistem-Pers-di-Indonesia-dan-Malaysia

http://jurnal.utu.ac.id/jsource/article/download/626/509

https://www.researchgate.net/profile/Zainal-
Achmad/publication/326436775_Perbandingan_Sistem_Pers_dan_Sistem_Pers_di_Indonesia/links/5b4
d5a86a6fdcc8dae2468ea/Perbandingan-Sistem-Pers-dan-Sistem-Pers-di-Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai