Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas komunikasi massa dan organisasi ini dengan baik.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan tugas ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki tugas Sini.
Penulis
i
Daftar isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Komunikasi massa sendiri kerap didefinisikan sebagai komunikasi
melalui media massa (modern) pada awalnya hanya mencakup media cetak
(surat kabar, majalah atau tabloid) dan media elektronik (TV dan radio), baru
belakangan termasuk kajian multimedia yang juga sering disebut media dot com
(internet). Pada era ini, kajian komunikasi massa berkembang menjadi semakin
luas, selain mencakup tiga jenis media (media cetak, media elektronik, dan
multimedia), peran dan proses komunikasi massa, juga efek media bagi
masyarakat dan budaya, sehingga semakin banyak dijadikan sebagai objek studi
(Mc Quail, 1987: 3) Dalam tinjauan komunikasi massa, paling tidak teori-teori
yang muncul dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang, yaitu teori-
teori awal komunikasi massa, pengaruh komunikasi massa terhadap individu,
pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya, dan audiens
pengaruhnya terhadap komunikasi massa (Liliweri, 2011: 884-892).
Teori Agenda Setting misalnya, masih saja sangat relevan hingga saat
ini sekalipun dengan catatan-catatan tertentu harus dibubuhkan di sana, seperti
pada masyarakat dan budaya seperti apa, atau pada kondisi kapan, dan seterusnya
(dalam Ritonga, 2018:32).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.
Dikemukakannya bahwa “pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam
menceritakan orang-orang yang berfikir, tetapi berhasil mengalihkan para
pemirsa dalam berpikir tentang apa”. (Baran dan Dennis, 2007: 13),
4
Meningkatkatnya nilai penting topik tersebut bagi khalayak (Nuruddin, 2007:
195).
5
2.3 Proses Agenda Setting
Agenda media.
Agenda khalayak.
Agenda kebijakan.
McCombs dan Estrada (1997) dalam apriadi (2012: 69) menyebut konseptualisasi
penentuan agenda dengan memasukkan penentuan agenda tahap kedua dengan
menyebut sebagai berikut.’’ Merumuskan Kembali pernyataan klasik cohen, media
mungkin tidak hanya memberi tahu kita apa yang harus dipertimbangkan, media
juga memberi tahu kita bagaimana dan apa yang harus di pertimbangkan, dan
bahkan apa yang dharus dilakukan tentang hal itu’’.4
6
2.4 Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting
Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu
peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya
penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat.
Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena
asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan
pendapat. Khalayak tidak hanya mempelajai isu-isu pemberitaan, tetapi juga
mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik
berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu atau topik
tersebut. Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan
mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.
(1) Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka
menyaring dan membentuk isu.
(2) Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk
ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-isu lain.
7
Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran
fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda
yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal.
Ide dasar pendekatan Agenda Setting seperti yang sering dikemukakan Bernard
Cohen (1963) adalah bahwa “pers lebih dari pada sekadar pemberi informasi dan
opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan
sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa
yang perlu dipikirkan”.
Opini Publik berasal dari 2 Kata, Menurut Alex dalam kamus Populernya,
Opini Merupakan Pendapat, Pikiran Sendiri, atau Nasihat, Sedangkan Publik
merupakan khalayak; umum; sejumlah orang dengan kepentingan yang sama baik
yang berkumpul di suatu tempat maupun yang terpencar-pencar yang menjadi
sasaran kegiatan komunikasi yang dilancarkan seseorang atau suatu lembaga. Maka
Secara Sederhana Opini Publik Merupakan Pendapat Khalayak, atau Pendapat
Umum.
Opini Publik Hanya akan terbentuk jika ada isu yang dikembangkan oleh
media massa (surat kabar, film, radio, dan televisi)
Biasanya Media massa akan menganalisis terlebih dahulu sebuah isu yang
perlu ditonjolkan, bagaimana kira-kira nantinya dilemparkan ke publik apakah akan
berdampak secara luas atau hanya sementara saja. Biasanya mereka melakukan
eksperimen kecil-kecilan dengan melempar isu tersebut itu melalui pemberitaan.
Bila isu itu memiliki dampak yang signifikan, maka isu itu akan ditonjolkan dan
mendominasi pemberitaan. Anda akan melihatnya terpampang di headline atau
dihalaman depan surat kabar.
8
2.6 Dimensi Teori Agenda Setting
Teori agenda setting memiliki tiga dimensi utama yang dikemukakan oleh
Mannhem (Severin dan Tankard, Jr : 1992)
Agenda media
Agenda Khalayak
Skandal Century yang pernah terjadi, beritanya tidak menjadi topik utama
di semua media massa. Hanya beberapa media saja yang menjadikannya headline.
Itu terjadi karena tidak sesuai dengan selera publik. Di sinilah kelemahan dari teori
agenda setting. Ketika mulai masuk ke selera publik maka teori yang lebih relevan
untuk melihatnya adalah Uses danGratification. Teori ini mempertimbangkan apa
9
yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas
kebutuhannya.
Kasus 1. Seorang ibu tetangga saya dia menonton berita tentang PKI dan tanpa pikir
panjang dia percaya dengan isi pemberitaan media tersebut bahwa PKI itu
pemberontak, dan penjahat, jadi apa yang media beritakan berhasil mempengaruhi
ibu tersebut,
Kasus 2. Kasus kematian Wayan Mirna Salihin usai menyeruput kopi di Cafe
Olivier Jakarta. Media massa tak henti hentinya menghadirkan informasi terkini
dari kasus ini setiap hari. Langkah langkah pemeriksaan saksi ahli (Jessika) dikupas
secara detil. Penanyangan ini kemudian mampu menggiring audience seolah jadi
juri dari kasus ini dan menjadikan Jessika satu satunya orang yang pasti bersalah.
Menyusul Polisi lantas memutuskan Jessika sebagai tersangka.
10
Kasus 3. kasus peperangan jalur gaza, dalam berita tersebut terdapat penonjolan
penting dalam sisi peperangan itu, yang pada akhirnya membuat masyarakat
berpikir akan kebenaran yang diberitakan media, dan lagi berita itu di dukung oleh
pemberitaan media televisi,
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Dedy N. 1995. Agenda Setting, Bahan Kuliah Metode Penelitian, Jakarta:
FISIP Universitas Indonesia
Nasionalita, Kharisma. 2015. " Relevansi Teori Agenda Setting Dalam Dunia
Tanpa Batas", dalam jurnal Telkom University. Volume 5 no. 2, Agustus
2014-Januari 2015.
Ritonga, Elfi Yanti. 2017. " Teori Agenda Setting dalam Ilmu Komunikasi", dalam
ejournal SIMBOLIKA. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2018.
iii