Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas komunikasi massa dan organisasi ini dengan baik.

Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan tugas ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki tugas Sini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, April 2019

Penulis

i
Daftar isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

Daftar isi .................................................................................................................. ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Agenda Setting ....................................................................................... 3

2.2 Sejarah Teori Agenda Setting .................................................................................. 4

2.3 Proses Agenda Setting ...................................................................................... 6

2.4 Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting ................................................................... 7

2.5 Agenda Setting dalam Pembentukan Opini Publik ............................................... 8

2.6 Dimensi Teori Agenda Setting ................................................................................. 9

2.7 Kelemahan Teori Agenda Setting............................................................................ 9

2.8 Contoh Kasus Teori Agenda Setting ..................................................................... 10

BAB III ................................................................ Error! Bookmark not defined.2

PENUTUP ............................................................ Error! Bookmark not defined.2

3.1 Kesimpulan .................................................................Error! Bookmark not defined.2

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori Agenda Setting menciptakan salah satu teori yang cukup populer
dikalangan peneliti media guna mendedah apa yang dilakukan media terhadap
khalayak. Agenda Setting menempatkan besarnya pengaruh media massa dalam
mempengaruhi khalayak mengenai prioritas kepentingan sebuah isu. Media
disebutkan mampu mengarahkan isu dalam masyarakat dan mampu membuat
agenda dimana isu diramu untuk menjadi sebuah diskursus di masyarakat. Agenda
Setting merupakan teori komunikasi massa yang pertama kali diuji secara empirik
oleh Maxwell Combs dan Donald L Shaw di tahun 1968 pada pemilihan presiden
Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa prioritas isu kampanye dalam media
massa dianggap khalayak sebagai isu-isu yang penting. Ide pokok teori Agenda
Setting adalah media memberi atensi yang berbeda pada setiap isu atau peristiwa.
Apa yang dianggap penting bagi media menjadi penting dimata khalayak. Media
memiliki kekuatan menentukan porsi atensi pada suatu isu atau peristiwa dan
menyematkannya dalam benak publik. Isu dan peristiwa tersebut hadir ke tangan
publik melalui saluran informasi (Channel) seperti media massa (dalam
Nasionalita, 2015:156).
Komunikasi massa merupakan sumber kajian potensial yang memiliki
bidang bahasan yang cukup luas dan mendalam, dan juga didukung oleh teori
yanglumayan banyak jumlahnya. Hal ini bisa dipahami sebab ilmu komunikasi
yang kita kenal sekarang ini, merupakan proses evaluasi panjang dari ilmu
komunikasi massa, yang awalnya hanya dikenal sebagai ilmu media massa
atau ilmu pers yang juga merupakan hasil elaborasi dari ilmu publisistik (ilmu
persurat-kabaran) yang berpusat di Jerman dan ilmu Jurnalistik yang berbasis di
AS (Arifin, 2006: 10). Baru dinamakan ilmu komunikasi pasca Perang
Dunia II oleh para ilmuan Barat, tujuan utamanya adalah untuk mencover
semua bidang kajian dalam komunikasi yang semakin
luas dan berkembang.

1
Komunikasi massa sendiri kerap didefinisikan sebagai komunikasi
melalui media massa (modern) pada awalnya hanya mencakup media cetak
(surat kabar, majalah atau tabloid) dan media elektronik (TV dan radio), baru
belakangan termasuk kajian multimedia yang juga sering disebut media dot com
(internet). Pada era ini, kajian komunikasi massa berkembang menjadi semakin
luas, selain mencakup tiga jenis media (media cetak, media elektronik, dan
multimedia), peran dan proses komunikasi massa, juga efek media bagi
masyarakat dan budaya, sehingga semakin banyak dijadikan sebagai objek studi
(Mc Quail, 1987: 3) Dalam tinjauan komunikasi massa, paling tidak teori-teori
yang muncul dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang, yaitu teori-
teori awal komunikasi massa, pengaruh komunikasi massa terhadap individu,
pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya, dan audiens
pengaruhnya terhadap komunikasi massa (Liliweri, 2011: 884-892).
Teori Agenda Setting misalnya, masih saja sangat relevan hingga saat
ini sekalipun dengan catatan-catatan tertentu harus dibubuhkan di sana, seperti
pada masyarakat dan budaya seperti apa, atau pada kondisi kapan, dan seterusnya
(dalam Ritonga, 2018:32).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Setting

Teori Penentuan Agenda (bahasa Inggris: Agenda Setting Theory) adalah


teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan
kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu
kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran
publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.

Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965)


pada konsep “The World Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris
teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika mereka meniliti pemilihan presiden
tahun 1972. Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang meneliti
perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang disinyalir oleh
pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka menemukan
cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang penting
dalam membentuk realitas sosial kita, ketika mereka melaksanakan tugas
keseharian mereka dalam menonjolkan berita

Adapun pengertian agenda setting dalam istilah komunikasi adalah:

a) Maxwell E. McCombs dan Donald L. Shaw percaya bahwa media massa


memiliki kemampuan untuk mentransfer hal yang menonjol yang dimiliki
sebuah berita dari news agenda mereka kepada public agenda. Pada saatnya,
media massa mampu membuat apa yang penting menurutnya, menjadi penting
pula bagi masyarakat. (Nuruddin, 2007: 195).

b) Menurut Bernard C. Cohen agenda setting theory adalah teori yang


menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran
dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran
dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik

3
serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.
Dikemukakannya bahwa “pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam
menceritakan orang-orang yang berfikir, tetapi berhasil mengalihkan para
pemirsa dalam berpikir tentang apa”. (Baran dan Dennis, 2007: 13),

c) Stephan W. Littlejohn dan Karen A. Foss mengemukakan bahwa agenda


setting theory adalah teori yang menyatakan bahwa media membentuk
gambaran atau isu yang penting dalam pikiran. Hal ini terjadi karena media
harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang
informasi membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana
melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui pada waktu tertentu merupakan
hasil dari penjagaan gerbang oleh media (Littlejohn & Foss, 2009: 416).

d) Syukur Kholil mengutip pendapat Samsudin A. Rahim mengemukakan


bahwa agenda setting adalah peran media massa yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi pendapat dan perilaku masyarakat dengan menentukan agenda
terhadap masalah yang dipandang penting (Kholil, 2007: 36).

Berdasarkan pengertian-pengertia di atas, dapat dikemukakan bahwa


agenda setting theory membicarakan tentang peran besar media massa dalam
menentukan agenda orang-orang yang terkena informasi tersebut. Masyarakat
menjadi terbiasakan dengan berita-berita yang disampaikan media, sehingga
menjadi bahan pembicaraan dalam pergaulan sehari-hari. Berita atau informasi
yang disampaikan media tersebut bukan saja hanya sebagai ilmu atau
pengetahuan bagi masyarakat, tetapi bahkan bisa mengubah gaya hidup,
perilaku, ataupun sikap masyarakat.

2.2 Sejarah Teori Agenda Setting

Agenda setting theory (teori penyusunan agenda) mulai dirintis sejak


tahun 1968, ketika berlangsungnya penelitian tentang kampanye pemilihan
presiden Amerika Serikat. Penelitian ini berhasil menemukan hubungan yang
tinggi antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai tingkatannya
oleh pemilih yang kemudian menjadi hipotesis teori agenda setting.

4
Meningkatkatnya nilai penting topik tersebut bagi khalayak (Nuruddin, 2007:
195).

Hasil penelitian inilah yang kemudian menjadi fenomena utama bagi


Maxwell McComb dan Donald L.Shaw dalam melahirkan teori agenda setting
pada tahun 1972 (Lubis, 2007: 106). Yang dipublikasikan pertama kali dengan
judul “The Agenda Setting Function of the Mass Media” Public Opinion
Quarterly No. 37 (Bungin, 2006: 279). Sebagai ilmuwan yang pertama sekali
menguji teori ini, Maxwell McComb dan Donald L Shaw kemudian menjadi
tokoh utama dibalik teori ini, yang empat tahun setelah penelitiannya (1968-
1972) baru mengumumkan ke publik, bahwa risetnya itu menguatkan hipotesis
hingga keduanya sepakat menamakan teori tersebut sebagai agenda setting
theories. Penelitian menjelang pemilu Presiden Amerika Serikat Tahun 1968 itu
juga sekaligus menjadi latar belakang sejarah kelahiran teori agenda setting.
Meskipun, jauh sebelumnya sudah ada gagasan/pandangan para ilmuan yang
cenderung sama dengan fungsi teori agenda setting, sebagai hasil observasi
pengaruh media terhadap khalayak. Hanya saja saat itu belum sampai
memproklamirkan teori seperti teori agenda setting.

Aplikasi teori agenda setting pertama sekali pada penelitian perubahan


sikap pemilih dalam kampanye pemilu Presiden AS tahun 1968, memberikan
hasil penelitian berbalik dengan teori efek media terbatas (the limited media effect
theories) sebelumnya. Dengan kata lain teori agenda setting menganggap media
memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dan mempengaruhi khalayak
terhadap suatu isu. Fungsi teori ini berlangsung karena media sangat selektif
dalam menyiarkan berita, yang menarik bagi publik baik dilihat dari aspek nilai
berita (news value) maupun nilai jual (sell value). Sehingga model agenda
setting ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang
diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian khalayak pada persoalan
yang sama (Rahmat, 1993: 68).

5
2.3 Proses Agenda Setting

Agenda setting beroperasi dalam tiga bagian, yaitu:

Agenda media.

Agenda harus di format, proses akan memunculkan masalah bagaimana


agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali dengan dimensi yang berkaitan,
antara lain: visibility (yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita), audiens
salience (tingkat menonjolnya berita), valence (valensi), yakni menyenangkan atau
tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

Agenda khalayak.

Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan


agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini
memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu memengaruhi
agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya. Dimensi yang berkaitan
antara lain: familiriarity (keakraban),personal salience (penonjolan
pribadi), favorability (kesenangan)

Agenda kebijakan.

Agenda publik memengaruhi atau berinteraksi kedalam agenda kebijakan.


Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting bagi
individu. Dimensi yang berkaitan antara lain: support (dukungan), likelihood of
action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan
pemerintah.

McCombs dan Estrada (1997) dalam apriadi (2012: 69) menyebut konseptualisasi
penentuan agenda dengan memasukkan penentuan agenda tahap kedua dengan
menyebut sebagai berikut.’’ Merumuskan Kembali pernyataan klasik cohen, media
mungkin tidak hanya memberi tahu kita apa yang harus dipertimbangkan, media
juga memberi tahu kita bagaimana dan apa yang harus di pertimbangkan, dan
bahkan apa yang dharus dilakukan tentang hal itu’’.4

6
2.4 Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting

Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu
peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya
penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat.
Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena
asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan
pendapat. Khalayak tidak hanya mempelajai isu-isu pemberitaan, tetapi juga
mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik
berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu atau topik
tersebut. Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan
mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Asumsi agenda-setting ini mempunyai kelebihan karena mudah dipahami


dan relatif mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antaraberbagai topik
yang dimuat media massa, topik yang mendapat perhatian lebih banyak dari media
massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam
suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang
mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat diuji dengan membandingkan hasil
dari analisis isi media secara kuantitatif dengan perubahan pada pendapat umum
yang diukur melalui survei pada dua (atau lebih) waktu yang berbeda. Teori ini
menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan
kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan
informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta
perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi
dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:

(1) Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka
menyaring dan membentuk isu.

(2) Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk
ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-isu lain.

7
Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran
fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda
yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal.
Ide dasar pendekatan Agenda Setting seperti yang sering dikemukakan Bernard
Cohen (1963) adalah bahwa “pers lebih dari pada sekadar pemberi informasi dan
opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan
sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa
yang perlu dipikirkan”.

2.5 Agenda Setting dalam Pembentukan Opini Publik

Opini Publik berasal dari 2 Kata, Menurut Alex dalam kamus Populernya,
Opini Merupakan Pendapat, Pikiran Sendiri, atau Nasihat, Sedangkan Publik
merupakan khalayak; umum; sejumlah orang dengan kepentingan yang sama baik
yang berkumpul di suatu tempat maupun yang terpencar-pencar yang menjadi
sasaran kegiatan komunikasi yang dilancarkan seseorang atau suatu lembaga. Maka
Secara Sederhana Opini Publik Merupakan Pendapat Khalayak, atau Pendapat
Umum.

Opini Publik Hanya akan terbentuk jika ada isu yang dikembangkan oleh
media massa (surat kabar, film, radio, dan televisi)

Biasanya Media massa akan menganalisis terlebih dahulu sebuah isu yang
perlu ditonjolkan, bagaimana kira-kira nantinya dilemparkan ke publik apakah akan
berdampak secara luas atau hanya sementara saja. Biasanya mereka melakukan
eksperimen kecil-kecilan dengan melempar isu tersebut itu melalui pemberitaan.
Bila isu itu memiliki dampak yang signifikan, maka isu itu akan ditonjolkan dan
mendominasi pemberitaan. Anda akan melihatnya terpampang di headline atau
dihalaman depan surat kabar.

8
2.6 Dimensi Teori Agenda Setting

Teori agenda setting memiliki tiga dimensi utama yang dikemukakan oleh
Mannhem (Severin dan Tankard, Jr : 1992)

 Agenda media

a. Visibility (visibilitas), jumlah dan tingkat menonjolnya berita.


b. Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak), relevansi isi berita
dengan kebutuhan khalayak.
c. Valence (valensi), menyenangkan atau tidak menyenangkan cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa.

 Agenda Khalayak

a. Familiarty (keakraban), derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.


b. Personal salience (penonjolan pribadi), relevansi kepentingan individu
dengan ciri pribadi.
c. Favorability (kesenangan), pertimbangan senang atau tidak senang
akan topik berita.
 Agenda Kebijakan

a. Support (dukungan), kegiatan menyenangkan bagi posisi berita


tertentu.

b. Likehood of action (kemungkinan kegiatan), kemungkinan pemerintah


melaksanakan apa yang diibaratkan.

c. Freedom of action (kebebasan bertindak), nilai kegiatan yang mungkin


dilakukan pemerintah.

2.7 Kelemahan Teori Agenda Setting

Skandal Century yang pernah terjadi, beritanya tidak menjadi topik utama
di semua media massa. Hanya beberapa media saja yang menjadikannya headline.
Itu terjadi karena tidak sesuai dengan selera publik. Di sinilah kelemahan dari teori
agenda setting. Ketika mulai masuk ke selera publik maka teori yang lebih relevan
untuk melihatnya adalah Uses danGratification. Teori ini mempertimbangkan apa

9
yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas
kebutuhannya.

Dalam memenuhi kebutuhan secara psikologis dan sosial, audiens menjadi


tergantung pada media massa. Audiens memperlakukan media sebagai sumber
informasi bagi pengetahuan mengenai perkembangan kasus Century. Karena itu,
media pun bersedia menayangkan Sidang Pansus Century secara live. Media
mencoba memberikan apa yang dibutuhkan oleh audiens sehingga memberikan
efek dalam ranah afektif audiens. Salah satunya adalah meningkat dan menurunnya
dukungan moral terhadap skandal Century yang sedang dalam penyelesaian.

Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak berhasil


banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil
mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Ini termasuk dalam
kelebihan dari teori agenda setting sementara yang lainnya adalah memiliki asumsi
bahwa suatu berita mudah dipahami dan mudah untuk diuji. Dari kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki teori agenda setting tentu ada saja dampak negatif dan
positifnya.

2.8 Contoh Kasus Teory Agenda Setting

Kasus 1. Seorang ibu tetangga saya dia menonton berita tentang PKI dan tanpa pikir
panjang dia percaya dengan isi pemberitaan media tersebut bahwa PKI itu
pemberontak, dan penjahat, jadi apa yang media beritakan berhasil mempengaruhi
ibu tersebut,

Kasus 2. Kasus kematian Wayan Mirna Salihin usai menyeruput kopi di Cafe
Olivier Jakarta. Media massa tak henti hentinya menghadirkan informasi terkini
dari kasus ini setiap hari. Langkah langkah pemeriksaan saksi ahli (Jessika) dikupas
secara detil. Penanyangan ini kemudian mampu menggiring audience seolah jadi
juri dari kasus ini dan menjadikan Jessika satu satunya orang yang pasti bersalah.
Menyusul Polisi lantas memutuskan Jessika sebagai tersangka.

10
Kasus 3. kasus peperangan jalur gaza, dalam berita tersebut terdapat penonjolan
penting dalam sisi peperangan itu, yang pada akhirnya membuat masyarakat
berpikir akan kebenaran yang diberitakan media, dan lagi berita itu di dukung oleh
pemberitaan media televisi,

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter Lippman


pada konsep “The World Outside and The Picture in Our Head” yang
sebelumnya telah menjadi bahan pertimbangan oleh Bernard Cohen dalam
konsep “The mass media may not be successful in telling us what to think,
but they are stunningly successful in telling us what to think about”.
Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda
adalah:
1. Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka
menyaring dan membentuk isu.
2. Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk
ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-isu lain.
Teori agenda setting memiliki tiga dimensi utama yang dikemukakan oleh
Mannhem (Severin dan Tankard, Jr : 1992):
1. Agenda media
2. Agenda Khalayak
3. Agenda Kebijakan

Apa Yang Menjadi topik Pembicaraan dari Khalayak Bergantung pada


pemberitaan Media, Namun Media Pula Harus Memperhatikan titik Kejenuhan
atas pengaruh isu yang di lemparkan, sehingga mampu menghindarkan publik dari
kejenuhan adanya pemberitaan media yang terus menerus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Dedy N. 1995. Agenda Setting, Bahan Kuliah Metode Penelitian, Jakarta:
FISIP Universitas Indonesia

Nasionalita, Kharisma. 2015. " Relevansi Teori Agenda Setting Dalam Dunia
Tanpa Batas", dalam jurnal Telkom University. Volume 5 no. 2, Agustus
2014-Januari 2015.

Ritonga, Elfi Yanti. 2017. " Teori Agenda Setting dalam Ilmu Komunikasi", dalam
ejournal SIMBOLIKA. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2018.

Ritonga, H.J., (2011). Teori Agenda Setting. Jurnal Akademika Volume II


Nomor 6, Medan: LPPI-SHA

West, Richard. 2007. Pengantar Teori Komunikasi Analisis Dan Amplikasi.


Penerbit Salemba Humanika: Jakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai