MASSA
Oleh:
DESI AMALIAH, M.A
PENGERTIAN TEORI AGENDA SETTING
• secara bahasa (etimologi) agenda setting diambil dari Bahasa Inggris yang terdiri dari dua suku kata, yakni
agenda dan setting. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) kata agenda diartikan dalam dua
pengertian, yaitu : 1.) buku catatan yang bertanggal untuk satu tahun, contohnya ‘acara rapat itu telah dicatat
dalam agenda’, 2.) acara (yang akan dibicarakan dalam rapat), hal itu tercantum juga dalam agenda rapat.
Adapun kata mengagendakan, sebagai kata kerja (verb) berarti memasukan dalam acara (rapat dan seminar).
• Kata setting atau yang dipadankan ke dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk kata kerja (verb) dalam istilah
“mengeset” diartikan sebagai pekerjaan menata, mengatur (tentang rambut, susunan dalam mesin cetak, dan
sebagainya): sudah menjadi kebiasaannya, adapun orang yang sudah memiliki pekerjaan mengeset dikatakan
sebagai seorang “pengeset”. Sementara itu, jika kata mengeset diubah menjadi kata “pengesetan” artinya
menjadi “pengaturan”. Berdasarkan pengertian etimologi di atas, maka pengertian agenda setting dapat
dipahami sebagai pengaturan atau penyusunan agenda/acara/kegiatan.
MAXWELL AND DONALDDonald L. Shaw
DEFINISI
TEORI
Media massa memiliki kemampuan untuk menstransfer hal yang
menonjol yang dimiliki sebuah berita dari news agenda mereka kepada
public agenda. Pada saatnya, media massa mampu membuat apa yang
AGENDA
penting menurutnya, menjadi penting pula bagi masyarakat.
Agenda Setting Theorry (Teori Penyusunan Agenda) mulai dirintis sejak tahun
1968, ketika sedang berlangsungnya penelitian tentang kampanye pemilihan
presiden Amerika Serikat. Penelitian ini berhasil menemukan hubungan yang
tinggi antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai
tingkatannya oleh pemilih yang kemudian menjadi hipotesis teori agenda
setting.
Hasil penelitian inilah yang kemudian menjadi fenomena utama bagi Maxwell
McComb dan Donald L.Shaw dalam melahirkan teori agenda setting pada
tahun 1972 (Lubis, 2007 : 106) yang di publikasikan pertama kali dalam
karyanya dengan judul “The Agenda Setting Function Of The Mass Media”.
Public opinion Quartely No. 37. Sebagai ilmuan yang pertama kali menguji
teori ini, Maxwell McComb dan Donald L. Shaw kemudian menjadi tokoh
utama dibalik teori ini, yang empat tahun setelah penelitiannya (1968-1972)
baru mengumumkan ke publik, bahwa risetnya itu menguatkan hipotesis
hingga keduanya sepakat menamakan teori tersebut sebagai agenda setting
theory.
FUNGSI TEORI AGENDA
SETTING DI INDONESIA
• Di Indonesia, contoh fungsi agenda setting dalam pemberitaan media dan membawa
pengaruh signifikan terhadap khalayak cukup banyak terjadi. Di Aceh misalnya, media
mengcover penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebelum Agustus 2005 atau
perundingan GAM-RI setelah MoU Helsinki. Demikian juga berita seputar
pemberantasan korupsi, makelar kasus (markus), makelar pajak, maupun agenda
lainnya berhasil mempengaruhi publik kita. (Nuruddin, 2007 : 196)
ASUMSI DASAR YANG MENDASARI TEORI AGENDA SETTING
• Masyarakat pers dan mass media tidak • Konsentrasi media massa hanya pada beberapa
mencerminkan kenyataan, mereka masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai
menyaring dan membentuk isu isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain.
Maxwell McComb dan Donald Shaw mengemukakan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk
memindahkan wacana dalam agenda pemberitaan kepada agenda publik. Sesuatu yang dianggap penting oleh
media, maka hal tersebut akan menjadi penting untuk dipublikasikan. Dalam konteks Amerika Serikat
dicontohkan bahwa kekuatan pers di Amerika cenderung primordial, mereka membuat agenda sendiri untuk
bahan diskusi publik, mengalahkan semua kekuatan politik dan tidak terbantahkan oleh semua hukum.
PENGARUH MEDIA DALAM TEORI AGENDA
SETTING
Pada teori penentuan agenda ini terdapat sosok yang menjadi penentu atau
pengatur agenda (Agenda Setter). Ada beberapa pendapat mengenai siapa saja
yang memiliki kuasa dan kekuatan untuk menjadi agenda setter ini. Beberapa ahli
berpendapat bahwa yang menentukan agenda adalah editor berita karena mereka
bertugas untuk menyaring berita yang akan tayang di sebuah media.
Di lain sisi para ahli juga berpendapat bahwa politisi dan pemilik media memiliki
peran sebagai penentu agenda. Politisi memiliki kepentingan dalam pengaturan
agenda untuk menjamin keberhasilan program kebijakan tertentu dan karir politik
merek. Biasanya para politisi memiliki tim professional bahkan mengendalikan
media tertentu. Oleh karena itu semua yang terkait dengan ini juga memiliki peranan
dalam pengatur agenda. Selain itu fenomena lain yang dapat terungkap dalam teori
ini yaitu : pada saat maraknya berita tentang kritik terhadap meningkatnya utang
negara. Namun konsen publik dapat teralihkan oleh fakta lain. Yaitu dengan cara
media terus menerus menunjukan dan menyoroti peningkatan pembangunan dan
infastruktur yang kemudian seakan-akan menjadi sebuah prestasi pemerintah.
KEKUATAN DAN KEKURANGAN TEORI
AGENDA SETTING
KEKUATAN TEORI AGENDA SETTING ADALAH :
• Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu • Dampak media massa, kemampuan untuk
masyarakat dan hal-hal lain melalui media, menimbulkan perubahan kognitif di antara
mereka juga belajar sejauhmana pentingnya individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi
suatu isu atau topik dari penegasan yang agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah
diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam terletak dari efek komunikasi massa yang
merenungkan apa yang diucapkan kandidat terpenting, kemampuan media untuk
selama kampanye, media massa tampaknya menstruktur dunia untuk kita. Tetapi yang jelas
menentukan isu-isu yang penting. Dengan agenda setting telah membangkitkan kembali
kata lain, media menentukan acara (agenda) minat penelliti pada efek komunikasi massa.
kampanye. (Rittongga, 2011 : 162)
ADAPUN KELEMAHAN TEORI AGENDA SETTING ADALAH :
Mayoritas berita yang ditayangkan hanya Teori Agenda Setting ini juga berperan bagaikan
menguntungkan si pemilik modal. Sebagai pengadilan. Karena teori ini menganggap bahwa
contoh, jika kita melihat beberapa acara seperti apa yang mereka beritakan itu adalah sebuah
TV ONE dan Metro TV, kesan-kesan masa kebenaran, padahal belum tentu seperti itu, sebab
kampanye pilpres 2014 masih cukup terasa, dalam proses kerja teori ini tidak ada istilah
sehingga masyarakat juga sangat terpengaruh konfirmasi, yang ada hanya mendengarkan dari
dalam keadaan tersebut. Masyarakat secara sepihak. Perihal seyogyanya dalam
otomatis ada keengganan untuk menonton menyampaikan sebuah informasi, media harus
saluran yang mereka anggap tidak berpihak bersifat netral sehingga tidak terjadi kesalahan
dengan keinginan mereka, begitu juga dengan dalam menentukan keputusan ataupun kebijakan.
media cetak.
Adapun kritik dalam teori agenda setting, Teori Agenda Setting
yang dikemukakan oleh McCombs dan Shaw mengacu pada
bagaimana media menyoroti berbagai isu yang muncul di
masyarakat. Sehingga hal ini membuat publik berpikir bahwa isu-
isu itu lebih penting daripada yang lain. Hal ini terjadi karena media
melakukan teknik framing dan priming isu-isu ini.
Pada akhirnya menciptakan kesadaran publik tentang isu-isu
penting ini dengan mengabaikan isu-isu lain yang sama pentingnya.
Terlepas dari asumsi bahwa media memberitahu publik apa yang
benar atau salah. Akan tetapi media tidak memiliki kendali atas pola
pikir individu. Pada akhirnya pun, media menjadi tidak
mencerminkan kenyataan sebagian besar masalah yang di angkat ke
domain publik.
Bila kita melihat dengan kacamata Islam, merupakan suatu
keharusan bagi setiap individu atau masyarakat untuk melakukan
konfirmasi terhadap informasi yang mereka terima, terlebih bila si
komunikator seorang yang kredibilitasnya masih dipertanyakan
(fasik).
HYPODERMIC NEEDLE THEORY
(TEORI JARUM HIPODERMIK)
Hypodermic Needle Theory
Teori ini dikenal dengan teori peluru (Schramm), teori “Jarum
Suntik” (Berlo) atau teori Stimulus Respon (De Fleur and Ball-
Rokeach). Teori ini mengatakan bahwa rakyat benar-benar rentan
terhadap pesan-pesan komunikasi massa.
12
Sejarah Hypodermic Needle
Theory
Dalam konteks komunikasi massa, studi mengenai efek media massa
diawali pada sekitaran tahun 1920-an dan tahun 1930-an. Teori jarum
hipodermik merupakan teori pertama yang pada umumnya mencoba
untuk menjelaskan efek media terhadap khalayak massa. Teori yang
digagas oleh Harold Lasswell pada tahun 1920 ini dikenal juga dengan
berbagai nama sebagaimana diutarakan oleh beberapa peneliti
komunikasi. Pada masa itu, para pengamat secara umum memandang
bahwa khalayak benar-benar tidak berdaya untuk menolak pesan-pesan
yang datang dari media.
13
Aspek-aspek yang Menarik dari
Teori Jarum Hipodermik
14
Pengaruh dari Hypodermic Needle Theory
Audience bisa dikelabui sedemikian rupa dari apa yang
disiarkan oleh para pengelola media. Karena teori ini
mengansumsikan media massa mempunyai pemikiran bahwa
audience bisa ditundukkan sedemikian rupa atau bahkan bisa
dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki oleh media
15
Kelebihan Hypodermic Needle
Theory
a. Media memiliki peranan yang kuat dan dapat mempengaruhi
aveksi, kognisi dan behaviour dari audiencenya.
b. Pemerintah dalam hal ini adalah penguasa yang dapat
memanfaatkan media untuk kepentingan birokrasi (negara
otoriter).
c. Audience dapat lebih mudah dipengaruhi.
d. Pesanya lebih mudah dipahami.
e. Sedikit kontrol karena masyarakat masih dalam kondisi
homogen.
16
Kekurangan Hypodermic
Needle Theory
a. Keberadaan masyarakat yang tak lagi homogen dapat mengikis
teori ini dengan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin
meningkat.
b. Meningkatnya jumlah media massa sehingga masyarakat bisa
menentukan pilihan yang menarik bagi dirinya sendiri.
c. Adanya peran kelompok yang juga menjadi dasar audience
untuk menerima atau menolak pesan dari media tersebut.
17
Manfaat Hypodermic Needle Theory
18
Fungsi Hypodermic Needle
Theory
19
Cognitive Dissonance
Theory
Definisi
KELEBIHAN KEKURANGAN
• Dalam pengujian teori yang dilakukan oleh Festinger dan Carlsmith (1959)
menunjukkan bahwa disonansi mengkin saja bukan merupakan konsep penting untuk
menjelaskan perubahan sikap.
• Wicklund dan Brehm (1976) berpendapat bahwa teori disonansi kognitifteidak
cukup jelas tentang kondisi-kondisi yang menunjukkan jika disonansi dapat menuju
pada adanya perubahan sikap. Mereka yakin bahwa konsep pilihan atau memilih
adalah konsep yang hilang dalam teori disonansi kognitif.
• Joel Cooper dan Jeff Stone (2000) melalui studinya menyatakan bahwa anggota
kelompok memainkan peranan yang sangat penting dalam mengurangi disonansi
terkait dengan pengalaman setiap individu.
Dealing With Dissonance
Adding more
supportive
Changing your beliefs that
belief. outweigh
dissonant
beliefs
Reducing the
importance of the
conflicting belief
“THANK YOU”