Anda di halaman 1dari 8

Assignment 

 
 
 

Group/Individual
 

 
 

D5363 – Dr. La Mani, S.IP., M.Sc


 

 
Session 13 
To be Submitted Week 14 
 
 
 
Tugas Session 13 dikumpulkan pada pertemuan session 14!

Di antara teori-teori komunikasi massa, yaitu Spiral of Silence Theory


dan Agenda-setting Theory.

1. Berikan penjelasan asumsi -asumsi teori tersebut!


2. Refleksikan bagaimana fenomena yang bisa mewakili teori-teori
tersebut!

JAWABAN:

1. Teori Spiral of Silence Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974)

yang menggambarkan hubungan efek media terhadap pembentukan

opini publik dan pola perilaku demokratis. Frasa “spiral of silence”

mengacu pada bagaimana orang-orang yang cenderung untuk tetap

diam ketika mereka merasa pandangannya merupakan minoritas.

Mereka yang berpikir dirinya sebagai minoritas akan menekan

pandangannya.

Terkait teori spiral of silence theory ini, dapat juga dikaji tentang
peran minoritas (hard core) yaitu orang-orang yang selalu menentang
ataupun menyimpang cara pemikiran yang berbeda tanpa memedulikan
apapun konsekuensinya. Bahkan kau mini langsung mengonfrontasi
siapapun yang menghalangi. Orang-orang ini tetap berada pada ujung
akhir dari proses spiral keheningan tanpa memedulikan ancaman akan
isolasi.

Agenda-setting Theory

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Maxwell McCombs dan


Donald L. Shaw, yang muncul pada tahun 1972 dengan publikasi
pertamanya yaitu The Agenda Setting Function of The Mass Media.
Agenda Setting menurut McCombs & Shaw “mass media have the
ability to transfer the salience of items on their news agendas to public
agenda”. Pengertian ini menjelaskan bahwa media massa memang
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi bahkan membentuk pola pikir
audience yang terkena terpaan informasi.
McCombs dan Shaw menerangkan bahwa media massa
mempunyai kemampuan untuk membuat masyarakat menilai sesuatu
yang penting berdasarkan apa yang disampaikan media ”we judge as
important what the media judge as important”. McCombs dan Shaw
sebagai pengusung teori agenda setting menyatakan bahwa agenda
media lah yang mempengaruhi terbentuknya agenda publik, dan
dibuktikan
dengan adanya korelasi kuat antara apa yang disampaikan media dan
pengaruhnya pada pandangan publik
Agenda media dapat didefinisikan sebagai pengukuran kriteria
berdasarkan posisi dan panjang story atau informasi yang disampaikan.
Informasi yang dianggap penting oleh media akan disampaikan dengan
terus - menerus. Pengertian ini berbeda dengan agenda publik yaitu isu
paling penting yang pengukurannya berdasarkan pada survey opini
publik. Public agenda berfokus key issue dari suatu hal, apa yang
melekat di benak orang tentang isu tertentu.

Para penentu agenda setting antara lain :


1. Gatekeeper
Editor Berita dalam media (Gatekeeper) memiliki peluang yang besar
untuk menentukan agenda karena berita yang akan disampaikan
masyarakat pasti melalui mereka dulu dan disaring.

2. Politisi

Politikus memilliki kepentingan yang memang menyangkut citra dan


masyarakat sehingga memungkinkan untuk membentuk agenda setting.

3. Public Relations

Tugas PR yang memang membentuk dan mempertahankan citra juga


sangat memungkinkan untuk menentukan agenda setting.
Mengenai cara media mengatur agendanya, berikut ada tiga
model utama agenda setting media menurut temuan Valenzuela,
Sebastián & Mccombs, Maxwell (2019) :

A) Pertama, media melakukan repetisi pemberitaan. Contoh repetisi


pemberitaan dalam agenda media dilakukan TV One yang terus-
menerus menyebut bencana Lumpur Lapindo sebagai Lumpur Sidoarjo
untuk mengalihkan opini publik soal penyebab bencana lumpur bukan
dari Lapindo tapi dari alam.

B) Kedua, melakukan penonjolan dan memunculkan detail karakterisasi


suatu isu. Misalnya pemberitaan berbagai stasiun televisi yang tidak
menyebut Omnibus Law sebagai permasalahan baru namun sebagai
solusi mengatasi permasalahan lapangan tenaga kerja.

C) Ketiga, media menggunakan Public Relationship (PR) berbagai instansi


pemerintahan dan swasta. Pada model ini media terbantu PR lewat
pasokan informasi terorganisir guna menyusun agendanya. Contohnya
Tribunnews yang menyediakan kanal khusus kehumasan bagi MPR di
medianya.

Fungsi dari agenda setting adalah

1. Agenda Media. Prioritas masalah yang harus dibahas dalam media


harus ditentukan.
2. Agenda Publik. Agenda media tadi dalam beberapa hal
mempengaruhi dengan apa yang ada dalam pikiran publik.
3. Agenda Kebijaksanaan. Agenda publik mempengaruhi atau
berinteraksi dalam batas-batas tertentu dengan apa yang
dianggap penting oleh para pembuat kebijaksanaan.

2. Refleksikan bagaimana fenomena yang bisa mewakili teori-teori

tersebut

Fenomena Spiral of Silence Theory

- Pada Kasus Orde Baru pada tahun 1998 di Indonesia. Dimana


opini dominant berada pada Bapak Soeharto yang benar-benar
demokratis. Bapak Soeharto benar-benar membangun ekonomi
serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Mereka yang memiliki
pendapat minoritas pada saat itu habis dibunuh dan akhirnya
mereka tidak berani menyuarakan pendapatnya.
- Pada Kasus Ahok menistakan agama pada tahun 2017 Bagi
mereka yang berada di kaum mayoritas beropini bahwa Ahok
telah menistakan agama sedangkan bagi mereka yang berada di
kaum minoritas, mereka beropini bahwa Ahok tidak menistakan
agama. Media massa pun beranggapan bahwa Ahok menistakan
agama, maka bagi mereka yang berada di kaum minoritas mereka
tidak berani menyatakan pendapatnya.

Fenomena Agenda Setting Theory

- Pada saat terjadi kasus kekerasan seksual anak di televisi.


Masyarakat menerima informasi tersebut sebagai gambaran
sesungguhnya seolah-olah mereka turut mengalaminya. Media
ingin membuat masyarakat menyadari bahwa kepentingan dari
perkara tersebut. Media ingin masyarakat lebih peka akan
indikasi-indikasi yang mengarah pada kasus tersebut. Seringkali
yang terjadi adalah apabila muncul sebuah fenomena kasus
pencabulan di suatu daerah, maka daerah lain akan terkuak juga
kasus serupa.
- Pada kasus virus corona. Pada awal mula virus corona mulai ada,
media mengangkat ini sebagai sebuah isu yang perlu diperhatikan
dan mulai diwaspadai. Hingga akhirnya virus corona masuk ke
Indonesia, media mulai memberitakan virus corona lebih intensif
lagi. Dengan demikian publik dapat melihat bahwa virus corona
ini seperti gambaran yang digambarkan oleh media.

- pada hubungan KPK-POLRI yang pada waktu itu ramai


pemberitaan di media. Terlihat bahwa media massa memang
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat mengenai
issue tersebut. Atau bisa juga mengacu kondisi agenda setting di
Korea Selatan dimana bila ada skandal pemerintah maka media
akan menyuguhkan berita lain yang lebih heboh dan disenangi
masyarakat seperti skandal K-Pop untuk menutupi issue skandal
pemerintah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai