Anda di halaman 1dari 9

Review Teori :

Teori Agenda Setting

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi


Dosen Pengampu : Dr. Ilyas, S.Sos., M.I.Kom

Disusun oleh :

Muhamad Ramdan - B50223013

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


PROGRAM PASCARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
1. Latar Belakang
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan, menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenal
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori
sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai
menentukan bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan
hubungan dapat saling berhubungan. 1
Kegunaan dari kerangka teoritis memuat teori-teori yang akan
mempermudah menjawab permasalahan dalam teori. Dari kerangka teoritis
inilah konsep operasional dirumuskan dan untuk mempermudah pelaksanaan
penelitian dilapangan.2
Maxwel McCombos dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1968.
Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk
mempengaruhi agenda publik. Khalayak akan menganggap suatu isu itu penting
karena media menganggap isu itu penting juga. Teori agenda setting mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi khalayak.3
Secara singkat teori agenda setting ini media tidak selalu berhasil
memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil
memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita
pada apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui
tayangannya, sedangkan masyarakat yang mengikutinya.
Asumsi model agenda setting pers membentuk persepsi khalayak tentang
apa yang dianggap penting. Dengan teknik penyajian, pemilihan dan penonjolan,
media memberikan cues tentang mana issue yang lebih penting, Karena itu,
model agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian
yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan
khalayak pada persoalan itu. Media massa mempunyai kapabilitas untuk

1
John W, Creswell. 1993. Research Design: Qualitative & Quantitative Approach. (London: Sage) hal
120
2
Jalaludin Rahmat. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,1996), hal.220.
3
3Warner, James, Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 224
menekankan dan menseleksi berita ataupun artikel berdasarkan rangking
prioritas yang akan dipublikasikan sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan
pembaca.4
2. Sejarah Agenda Setting
Teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter Lippman pada
konsep “The World Outside and The Picture in Our Head” yang sebelumnya
telah menjadi bahan pertimbangan oleh Bernard Cohen dalam konsep “The mass
media may not be successful in telling us what to think, but they are stunningly
successful in telling us what to think about”. Penelitian empiris ini dilakukan
Maxwel E. McCombs dan Donald L. Shaw ketika mereka meneliti pemilihan
presiden tahun 1972. Mereka mengatakan, walaupun para ilmuan yang meneliti
perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang disinyalir oleh
pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka menemukan
cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang
penting dalam membentuk realitas sosial kita5
Agenda setting theory (teori penyusunan agenda) mulai dirintis sejak tahun
1968, ketika berlangsungnya penelitian tentang kampanye pemilihan presiden
Amerika Serikat. Penelitian ini berhasil menemukan hubungan yang tinggi
antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai tingkatannya oleh
pemilih yang kemudian menjadi hipotesis teori agenda setting. Meningkatkatnya
nilai penting topik tersebut bagi khalayak.6
Hasil penelitian inilah yang kemudian menjadi fenomena utama bagi
Maxwell McComb dan Donald L.Shaw dalam melahirkan teori agenda setting
pada tahun 1972. Yang dipublikasikan pertama kali dengan judul “The Agenda
setting Function of the Mass Media” Public Opinion Quarterly No. 37, Sebagai
ilmuwan yang pertama sekali menguji teori ini, Maxwell McComb dan Donald
L Shaw kemudian menjadi tokoh utama dibalik teori ini, yang empat tahun
setelah penelitiannya (1968-1972) baru mengumumkan ke publik, bahwa

4
Rakhmat, Jalaluddin, 1998, Psikologi Komunikasi, Bandung: Penerbit Rosdakarya
5
Maxwell E. McCombs and Donald L.Shaw, “The Agenda setting Function off Mass Media” (Summer:
Oxford University Press: 1972). Hal. 181-182.
6
H.J. Ritonga, “Teori Agenda setting”, Jurnal Akademia Volume II Nomor 6, “Medan: LPPI-SHA: 2011)
hal. 33
risetnya itu menguatkan hipotesis hingga keduanya sepakat menamakan teori
tersebut sebagai agenda setting theories7
Aplikasi teori agenda setting pertama sekali pada penelitian perubahan
sikap pemilih dalam kampanye pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 1968,
memberikan hasil penelitian berbalik dengan teori efek media terbatas (the
limited media effect theories) sebelumnya. Dengan kata lain teori agenda setting
menganggap media memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dan
mempengaruhi khalayak terhadap suatu isu. Fungsi teori ini berlangsung karena
media sangat selektif dalam menyiarkan berita, yang menarik bagi publik baik
dilihat dari aspek nilai berita (news value) maupun nilai jual (sell value).
Sehingga model agenda setting ini mengasumsikan adanya hubungan positif
antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian
khalayak pada persoalan yang sama.8
Berdasarkan teori agenda setting, pemberitaan positif dan negatif media
massa terhadap para kandidat selama massa kampanye akan sangat menentukan
nasib kandidat dalam pemilu. Dengan demikian muncullah anggapan bahwa
“menguasai media berarti menguasai publik” atau “menguasai media berarti
menguasai massa (politik)”. Jauh sebelum teori agenda setting diperkenalkan
oleh McCombs dan Shaw, Bernard Cohen telah mengemukakan “pers lebih
penting daripada sekedar penyedia informasi dan opini, barangkali mereka
(media) tidak terlalu sukses dalam menyuruh apa yang dipikirkan seseorang
tetapi mereka sukses dalam menyuruh orang apa yang seharusnya dipikir. Dunia
akan terlihat berbeda menurut orang yang berbeda pula, tergantung bukan hanya
pada visi mereka pribadi tetapi juga peta yang diberikan media massa kepada
mereka.9
Kehadiran teori Agenda setting, telah membantah banyak teori
sebelumnya seperti teori peluru (the bullet theory) yang dikemukakan Wilbur
Shramm (1950-an), yang berasumsi efek media massa sangat luar biasa, karena
khalayak bersifat pasif dan tidak berdaya, meskipun teori ini telah dibantah

7
Maxwell E. McCombs and Donald L.Shaw, “The Agenda setting Function off Mass Media” (Summer:
Oxford University Press: 1972). Hal. 188
8
Asep Saiful Muhtadi,” Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik” (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu:
1999) hal 41.
9
Maxwell E. McCombs and Donald L.Shaw, “The Agenda setting Function off Mass Media” (Summer:
Oxford University Press: 1972). Hal. 231-232.
sendiri oleh Schramm pada tahun 1970 dengan meminta supaya teori peluru
ajaib itu dianggap tidak ada, sebab ternyata khalayak media massa tidak pasif.
Teori lain yang dibantah oleh teori agenda setting adalah teori media terbatas
(the limited media effects) yang mengemukakan media massa hanya memiliki
pengaruh sedikit terhadap khalayak10

Media berita memang memiliki sudut pandang, terkadang bias ekstrim.


Namun, korelasi tinggi menunjukkan konsensus tentang nilai berita, terutama
pada item berita utama. Meskipun tidak ada definisi berita yang eksplisit dan
disepakati bersama, ada norma profesional mengenai berita utama dari hari ke
hari. Norma-norma berita besar ini pasti sangat dipengaruhi hari ini oleh
meluasnya penggunaan layanan kabel utama, terutama oleh surat kabar dan
televise untuk banyak informasi politik.12 Tetapi ketika kita beralih dari
peristiwa-peristiwa besar kampanye, di mana hampir semua orang setuju, ada
lebih banyak ruang bagi individu dalam interpretasi, tercermin dalam korelasi
yang lebih rendah untuk kesepakatan item kecil diantara media yang ditunjukkan
. Karena surat kabar, misalnya, hanya menggunakan sekitar 15 persen dari
materi yang tersedia pada hari tertentu, ada ruang yang cukup besar untuk
seleksi diantara item-item kecil.11
3. Asumsi Teori agenda setting
ini bertumpu pada dua asumsi dasar, yaitu :
a. Asumsi media menyaring dan membentuk apa yang kita lihat, bukan hanya
mencerminkan cerita kepada audiens. Contohnya adalah melihat cerita
sensasional atau memalukan di bagian atas siaran sebagai lawan dari cerita
yang terjadi baru-baru ini atau yang mempengaruhi lebih banyak orang,
seperti badai yang mendekat atau reformasi pajak legislatif.
b. Asumsi kedua adalah semakin besar perhatian media terhadap suatu isu,
semakin besar kemungkinan publik menganggap isu tersebut penting. Cara
lain untuk melihatnya: Organisasi media massa tidak memberi tahu kita apa
yang harus dipikirkan atau bagaimana perasaan kita tentang suatu cerita atau

10
Hamdani,”Teori Agenda setting. Teori Komunikasi Massa”, (Medan: Cita Pustaka Media Perintis:
2011) hal. 51-52
11
Maxwell E. McCombs and Donald L.Shaw, “The Agenda setting Function off Mass Media” (Summer:
Oxford University Press: 1972). Hal. 197.
masalah, tetapi memberi kita cerita atau masalah tertentu yang harus lebih
dipikirkan orang.
Ada manfaat psikologis dan ilmiah untuk teori agenda setting. Semakin
banyak sebuah cerita dipublikasikan di media massa, semakin jelas tersimpan
dalam ingatan individu ketika mereka diminta untuk mengingatnya, bahkan jika
itu tidak secara khusus memengaruhi mereka atau mendaftar sebagai masalah
yang menonjol di benak mereka. Adapun agenda yang dapat ditentukan oleh
media massa yaitu:
a. Apa yang harus dipikirkan oleh masyarakat.
b. Menentukan fakta yang harus dipercayai masyarakat.
c. Menentukan penyelesaian terhadap suatu masalah.
d. Menentukan tumpuan perhatian terhadap suatu masalah.
e. Menentukan apa yang perlu diketahui dan dilakukan oleh masyarakat.
4. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari teori Agenda Setting adalah sebagai berikut:
a. Mampu menentukan topik yang dianggap penting: Teori Agenda Setting
menyatakan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk menentukan
topik atau isu yang dianggap penting oleh masyarakat. Hal ini memungkinkan
media massa untuk mempengaruhi opini publik dan membentuk persepsi
masyarakat terhadap suatu isu atau topik tertentu.
b. Meningkatkan kesadaran publik: Dengan menentukan topik yang dianggap
penting, media massa dapat meningkatkan kesadaran publik terhadap isu-isu
yang dianggap penting. Hal ini dapat membantu masyarakat untuk
memahami isu-isu yang kompleks dan sulit dipahami.
c. Meningkatkan partisipasi politik: Teori Agenda Setting juga dapat
meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Dengan menentukan topik yang
dianggap penting, media massa dapat memotivasi masyarakat untuk terlibat
dalam proses politik dan memberikan suara mereka dalam pemilihan umum.
d. Meningkatkan kualitas demokrasi: Teori Agenda Setting dapat meningkatkan
kualitas demokrasi dengan memastikan bahwa isu-isu yang penting dan
relevan dibahas secara terbuka dan transparan. Hal ini dapat membantu
masyarakat untuk membuat keputusan yang lebih baik dan memastikan
bahwa kepentingan publik diwakili dengan baik.
e. Meningkatkan transparansi: Teori Agenda Setting dapat meningkatkan
transparansi dalam proses politik dan pemerintahan. Dengan menentukan
topik yang dianggap penting, media massa dapat memastikan bahwa isu-isu
yang penting dibahas secara terbuka dan transparan, sehingga masyarakat
dapat memantau dan mengevaluasi kinerja pemerintah.
Kelemahan dari teori Agenda Setting adalah sebagai berikut:
a. Subyektivitas: Teori Agenda Setting cenderung subyektif karena melibatkan
interpretasi media massa terhadap isu-isu yang dianggap penting. Hal ini
dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas hasil penelitian.
b. Keterbatasan generalisasi: Hasil penelitian teori Agenda Setting cenderung
sulit digeneralisasi ke populasi yang lebih luas, karena sampel yang
digunakan dalam penelitian biasanya lebih kecil dan tidak representatif.
c. Keterbatasan waktu dan biaya: Penelitian teori Agenda Setting membutuhkan
waktu dan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan penelitian lainnya,
karena melibatkan pengumpulan data yang lebih mendetail dan interpretasi
yang lebih rumit.
d. Keterbatasan teknis: Penelitian teori Agenda Setting membutuhkan
keterampilan teknis yang lebih tinggi, seperti kemampuan analisis media
massa dan interpretasi data yang baik. Hal ini dapat menjadi kendala bagi
peneliti yang kurang berpengalaman dalam metode penelitian.
e. Keterbatasan objektivitas: Peneliti teori Agenda Setting dapat terpengaruh
oleh bias pribadi atau pandangan yang sudah ada sebelumnya, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penelitian.

5. Kesimpulan
Agenda setting adalah sebuah teori yang menempatkan besarnya pengaruh
media massa dalam mempengaruhi khalayak mengenai prioritas kepentingan
sebuah isu. Media disebutkan mampu mengarahkan isu dalam masyarakat dan
mampu membuat agenda dimana isu diramu untuk menjadi sebuah diskursus
dimasyarakat. Agenda setting adalah sebuah teori yang pertama kali diuji secara
empirik oleh Maxwell Combs dan Donald L. Shaw pada tahun 1968 pada
pemilihan presiden Amerika Serikat.
Asumsi dasar pada teori ini ada dua, Yang pertama adalah media
menyaring dan membentuk apa yang kita lihat, bukan hanya mencerminkan
cerita kepada audiens.Contohnya adalah melihat cerita sensasional atau
memalukan di bagian atas siaran sebagai lawan dari cerita yang terjadi baru-baru
ini atau yang mempengaruhi lebih banyak orang, seperti badai yang mendekat
atau reformasi pajak legislative
Asumsi kedua adalah semakin besar perhatian media terhadap suatu isu,
semakin besar kemungkinan publik menganggap isu tersebut penting. Cara lain
untuk melihatnya: Organisasi media massa tidak memberi tahu kita apa yang
harus dipikirkan atau bagaimana perasaan kita tentang suatu cerita atau masalah,
tetapi memberi kita cerita atau masalah tertentu yang harus lebih dipikirkan
orang.
Daftar Pustaka
Asep Saiful Muhtadi, 1999, ” Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik” Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu
Hamdani, 2011, ”Teori Agenda setting. Teori Komunikasi Massa”, Medan: Cita
Pustaka Media Perintis
H.J. Ritonga, 2011, “Teori Agenda setting”, Jurnal Akademia Volume II Nomor 6,
Medan: LPPI-SHA
John W, Creswell. 1993. Research Design: Qualitative & Quantitative Approach.
London: Sage
Jalaludin Rahmat. 1996. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Maxwell E. McCombs and Donald L.Shaw, 1972, “The Agenda setting Function off
Mass Media”, Oxford University Press
Rakhmat, Jalaluddin, 1998, Psikologi Komunikasi, Bandung: Penerbit Rosdakarya
Warner, James, 2007, Teori Komunikasi, Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai