Anda di halaman 1dari 10

Implikasi Teoritis dan Empiris Konglomerasi Media

1. Dengan konglomerasi media, maka media menjadi ladang bisnis menggiurkan serta alat untuk memperkuat basis ekonomi dan politik pemilik media. Konglomerasi media merupakan hasil dari kapitalisasi global. Dan, yang merasakan dampaknya adalah industri media itu sendiri, pekerja media, isi media dan khalayak sebagai pengguna media. Dampak yang luas ini sangat berbahaya jika media ini dikuasai oleh segelintir orang saja. konglomerasi dan konsentrasi media menyebabkan output media menjadi tidak obyektif, terutama yang kaitannya dengan hal-hal faktual seperti news. para pemilik media dapat dengan seenaknya masuk dalam ranah editorial media. mereka dengan mudah memutar balikkan fakta, berita palsu, dan cenderung berpihak kepada pihak-pihak tertentu yang menguntungkan sang pemilik media. Yang paling dirugikan tentu saja khalayak masyarakat yang menggunakan media itu. sebab, kita membutuhkan fakta. bukan kebohongan publik. Contoh kongkret dari konglomerasi media adalah hubungan antara Golkar dangan Media Group. intervensi Surya paloh sebagai pemilik Media Indoneia dan juga menjabat sebagai ketua tim penasehat parta Golkar menyebabkan pemberitaan yang dilakukan Medai Group baik Metro tv maupun koran Media Indonesia menjadi tidak obyektif terutama yang berkenaan dengan partai Golkar. Dengan kekuatan media, saryo paloh cs. membangun citra positif partai Golkar dan seolah-olah menutup-nutupi kasus-kasus yang menyeret partai beringin ini. Sebaliknya mereka akan memblow-up kasus-kasus yang melibatkan partai lain. 2. Menurut Croteau dan Hoynes, integrasi vertikal merujuk pada proses apa yang diperoleh oleh pemiik media dari segala aspek baik distribusi maupun produksi dari satu tipe media. Sebaliknya, integrasi horizontal merujuk pada proses dimana sebuah perusahaan membeli media yang berbeda jenis. Sebuah perusahaan memiliki berbagai tipe media yang berbeda yang biasa diistilahkan dengan "media atas dan media bawah". seperti MNC yang memiliki berbagai tipe media seperti Televisi (RCTI, TPI, dan GLOBAL tv), Radio (Women Radio), dan media cetak (SINDO). 3. Perspektif ekonomi politik menurut McQuail, implikasi dari konglomerasi dan konsentrasi dalam industri media menyebabkan pengurangan kebebasan/independensi output media. Media menjadi terfokus pada keuntungan ekonomi sebesar-besarnya, dan menghindari resiko. kita juga menemukan media melupakan masyarakat kelas bawah dan miskin. Hubungannya dengan politik, output media menjadi tidak berimbang yang condong pada pihak-pihak tertentu.

1. Jelaskan tentang fenomena konsentrasi dan konglomerasi media? Berilah contoh kongkretnya? Konsentrasi dan konglomerasi media memungkinkan terjadinya privatisasi media. Terdiri dari banyak cabang dan departemen, bahkan mungkin perusahaan, tetapi kepemilikannya hanya dimiliki oleh beberapa tangan saja. Hal ini di gunakan untuk mengoptimalkan pendapatan perusahaan. Sebagai contoh di Indonesia, MNC memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu Koran Sindo, RCTI, TPI,dan Global TV. Setiap di visi dari MNC tersebut memiliki peran, karakter dan audiensnya masing-masing, tetapi memiliki satu tujuan yang sama mendapatkan keuntungan finansial bagi perusahaan induknya yang tentu saja hanya dimiliki oleh beberapa orang semata. Ini sesuai dengan pendapat OSullivan yang menyatakan bahwa, pencarian keuntungan profit adalah yang melandasi apapun yang diproduksi oleh media,yang pertama mendapatkan surplus dari pencapaian ekonomisnya, yang kedua ideologi yang di gunakannya mensupport kapitalism media. 2. Jelaskan tentang integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam kepemilikan media? Berilah contoh kongkretnya? Konsentrasi biasanya dideskripsikan berupa hubungan vertikal dan horisontal. Berdasarkan Croteau dan Haynes integrasi vertikal mewakilli proses dari satu pemilik yang mencakup semua aspek produksi dan distribusi dari satu tipe produk media. Sedangkan integrasi horisontal mewakili satu proses dimana satu perusahaan membeli bermacam-macam media, kepemilikannya terkonsentrasi melompati berbagai maca type media, lebih dari sekedar keatas dan ke bawah melalui satu industri. Sebagai contoh, MNC merupakan perusahaan yang melakukan integrasi horisontal karena mereka berfokus pada beberapa tipe media, yaitu stasiun televisi, koran,dan sebagainya. 3. Jelaskan pemikiran perspektif ekonomi politik dalam ranah manajemen media? Ekonomi politik teori mengedepankan pada keinginankuat untuk memahami dan mengkritisi implikasi dari konsentrasimediadan konglomerasi. Berdasarkan perspektif ini, konsentrasi dan konglomerasi memiliki implikasi yang serius pada isi media (terutama genre faktual, seperti berita, dokumenter,dan current affairs) dan audiens media. Audiens dikonstruksikan lebih sebagai konsumen daripada sebagai warga yang berhak mendapatkan informasi. Ismail 20040530243 Mensaxe #4 Ismail escribiuo 25 de Xullo de 2009 s 12:35 alah..bul contone poin 2 bodo ro duwure..ra po2 lah yo mas.. :P Mensaxe #5

Arie respondeu tema mensaxe de Fajaro 26 de Xullo de 2009 s 1:19 1.Fenomena konsentrasi dan konglomerasi media biasanya ditandai beberapa faktor, diantaranya : - Semakin hilangnya ranah, atau ruang publik. Contohnya: media telah dikuasai atau lebih di dominan oleh orang-orang tertentu yang berkepentingan didalam media itu sendiri. - Kebangkitan infotainment. Contohnya: acara-acara infotainment.

2. Intergrasi vertikal yakni proses dimana seseorang memiliki semua aspek dari produksi dan distribusi dari satu jenis produk media. Contoh; Indonesian Idol, Idola cilik, The master. Intergrasi horizontal yakni proses dimana satu perusahaan membeli berbagai jenis media berbagai lini, seperti cetak, elektronik, dan ICT. Contoh: Viacom, MNC.

3. Pemikiran perspektif ekonomi politik didalam media, khususnya manajemen media berawal dari ideologi media tersebut. Dengan adanya pemikiran perspektif ekonomi politik didalam media maka media tersebut lebih berkonsentrasi pada pasar yang luas dan menurunnya sumber media yang indenpenden serta meningkatnya resiko terhadap media itu sendiri. Lalu Pika Hari S 20050530154 Mensaxe #6 Panic escribiuo 26 de Xullo de 2009 s 9:39 1. fenomena konsentrasi dan konglomerasi media adalah Seiring dengan terjadinya revolusi teknologi penyiaran dan informasi, korporasi-korporasi media terbentuk dan menjadi besar dengan cara kepemilikan saham, penggabungan dalam joint-venture, pembentukan kerjasama, atau pendirian kartel komunikasi raksasa yang memiliki puluhan bahkan ratusan media. contoh Masalah pemakaian istilah Lumpur Sidoarjo oleh ANTV dan LATIVI menunjukkan bahwa kepemilikan suatu media konsentrasi dan konglomerasi sangat berpengaruh besar terhadap pemberitaan didalam media tersebut, jika salah satu pemegang saham atau modal mempunyai masalah. Jadi ANTV dan LATIVI seolah- olah menutupi permasalahn yang terjadi di perusahaan keluarga Bakrie, tentang PT Lapindo Brantas. Semua itu terjadi karena pengaruh dari kepemilikan media, konsentrasi dan konglomerasi didalam kepemilikan media.

2. integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam kepemilikan media media yang pemiliknya membayar secara personal untuk memperoleh hak istimewa dalam mempengaruhi isi, kebanyakan media hanya menginginkan untung dan kebanyakan media dibiayai dari sumber yang berbeda. Disini termasuk jangkauan dari private investor (diantara perusahaan media mereka), advertisers, consumers, publik yang beraneka macam, para pembeli subsidi, dan pemerintah. Hal ini membuat garis dari pengaruh dari pemilik seringkali tidak langsung dan kompleks dan ini jarang sekali hanya berupa satu garis dari pengaruh.

contoh Grup Bakrie ini membawahi ANTV (PT Cakrawala Andalas Televisi) yang kini berbagi saham dengan STAR TV (News Corps., menguasai 20% saham) dan Lativi (PT Lativi Media Karya). Kelompok yang ketiga adalah PT Trans Corpora (Grup Para). Grup ini membawahi Trans TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) dan Trans-7 (PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh). Ketiga televisi swasta lainnya, yakni SCTV, Metro TV dan Indosiar, berdiri sebagai perusahaan sendiri 3. pemikiran perspektif ekonomi politik dalam ranah manajemen media fenomena ini bukanlah semata-mata fenomena bisnis, melainkan fenomena ekonomi-politik yang melibatkan kekuasaan. Kepemilikan media, bukan hanya berurusan dengan persoalan produk, tetapi berkaitan dengan bagaimana lanskap sosial, citraan,berita, pesan dan kata-kata dikontrol dan disosialisasikan ada masyarakat, misalnya Kondisi yang terjadi di Indonesia. Sejak lama, media terutama televisi telah menjadi ajang pertarungan kepentingan bisnis dan politik para penguasa. Soeharto, presiden Indonesia selama 32 tahun, mengizinkan berdirinya televisi swasta pada tahun 1988. Semenjak itu dan setelah 1998, ketika Soeharto turun dari kekuasaannya, dunia televisi Indonesia semakin ramai dengan kehadiran televisi-televisi baru. Beberapa televisi bisa disebut, seperti SCTV, Global TV, LaTV, TransTV, TV7, Metro TV dll

Erwin prasetyo 20050530235 Mensaxe #7 Lucky escribiuo 26 de Xullo de 2009 s 13:45 Pada dasarnya media massa adalah institusi yang mementingkan masalah sosial dan politik dalam bermasyarakat dan bernegara serta mencerdaskan kahlayak dengan informasi-informasi yang mendidik bahakan meluruskan berbagai problem kemasyarakatan hingga pemerintahan pada media massa modern saat ini. Namun bukan saja masalah sosial, budaya dan politik, namun terlahir fenomena baru tentang kuatnya karakter kapitalisme media dalam proses berkembangan media massa yang sudah meramabah kearah pemilikan modal tunggal yang hanya mementingkan keuntungan saja (profit). Analisis : Karakter sosial-budaya-politik dan ekonomi Media massa sebagai institusi politik Media massa sebagai institusi politik artinya sebagi jalan meraih sebuah kekuaan (power), yang akan membwa kecerdasan, kesjahteraan masyarakat, penyalur aspirasi masyarakat serta alat kontrol masyarakat terhadap pemerintah. Contoh : Akhir-akhir ini gembar-gembur maslah ikalan politik parati-parati baru (seperti Parti Gerindra) yang sangat intens dalam mengiklan partainya, apakah iklan politik ini bisa menarik simpati atau medidik masyarakat, untuk cerdas dalam berpolitik dan meningkatkan partisipasi politik masyarakat namun dikacamata politik terlihat bahawa kemiskinan sebagai komoditas politik, dengan menjunjung tinggi kesejahteraan petani nelayan dan para pedagang yang dicerminkan parti Gerindra. Media massa sebagai institusi ekonomi Disini erat kaitanya dengan kapitalisme media dan liberalisme media, media modren sekarang kurang memperhatikan kepentingan sosial, budaya bahakan politik namun kepentingan merauk

keuntungan yang sebesar-besaranya tanpa memperhatikan positif dan negarif pemberitaan dan informasi yang dicerna masyarakat. Yang hanya mengejar tayang dan mengejar popularitas beckgarud perusahaannya. Contoh : Kasus TV nasional maupun lokal di malang yang tidak boleh mengudara akibat belum mempunyai izin rekomendasi kelayakan (RK). Contoh TV yang dilarang mengudara di malang seperti : Malang TV, Trans TV, Trans7, ATV, Global TV, Batu TV, Space Toon TV, ATV, Mahameru TV, Dhamma TV, JTV, dan Metro TV. Inilah fakta bahwa kapitalis media bukan saja sebagi wacana saja namun sudah meramabah berapa tahun yang lalu yang mementingkan produksi (tayangan) semata bukan meperhatikan aturan-atauran yang ada di negara Indonesia masalah ketentuan penyiaran, diabaikannya ketentuan penyiaran untuk merauk keuntungan yang berlipat ganda. media masa dalam konteks Teori kritis adanya aspek moral dan etika sosial yang mencakup : Kritis terhadap liberalisme. Adanya kompetisi yang tidak sehat. Hukum pasar cendrung dimiliki atau memonopoli dan mendominasi. Negara bertindak subyektif dan melakukan Intervensi pasar. Adapun ciri ekonomi politik yaitu Holistik, Historis dan Praktis. Sedangkan konsumsi teks media ada dua prepektif yaitu khalayak yang pasif (agenda setting) dan kahlayak yang aktif. Lucky tredyanes 20060530134 30 Mensaxe #8 Ina' escribiuo 27 de Xullo de 2009 s 9:59 1.Fenomena Konsentrasi Media merupakan suatu konsentrasi sebuah media pada suatu kejadian yang benar-benar sedang terjadi dan menjadi perhatian oleh setiap orang. Fenomena Konglomerasi Media merupakan suatu keadaan semakin hilangnya ruang public, Kebangkitan infotainment, turunnya jurnalisme investigasi dan Tendensi adanya homogenisasi. Contohnya : Bali Post yang men jadi kerajaan media terbesar di Bali. Jenis medianya beRagam dan mengakar dibawah bendera Kelompok Media Bali Post, seperti Denpost, Bisnis Bali, tabloid wanita dan keluarga Tokoh, tabloid remaja Wiyata Mandala, tabloid anak-anak Lintang, tabloid pariwisata Bali Travel News, harian Suara NTB. Sampai sekarang dengan menggunakan nama depan Bisnis, Kelompok Media Bali (KMB) juga mendirikan Bisnis Jakarta, Bisnis Bandung, dll. KMB juga punya sekitar sembilan radio di Bali, Mataram, dan Yogya. Enam radio di Bali: Global FM di Tabanan, Genta FM di Denpasar, SWIB di Karangasem, Negara FM di Jembrana, dan Singaraja FM di Buleleng, nyaris tidak ada tempat yang tidak terjangkau oleh siaran radio milik KMB. Apalagi mereka kini juga punya Bali TV yang bahkan menjangkau hingga sebagian Jawa Timur dan Lombok. Kalau dengan satelit, siarannya bisa sampai Australia. Selain Bali TV, KMB juga punya Bandung TV, Jogja TV, Semarang TV, Palembang TV, hingga Aceh TV. Dengan semua media itu, tentu saja Bali Post menjadi raja lokal di Bali. Tak hanya dari sisi besar dan banyaknya media yang mereka miliki tapi juga karena ada kedekatan kultur, agama, politik, dan seterusnya.

2. Integrasi vertical merupakan proses dimana seseorang memiliki semua aspek dari produksi dan distribusi dari satu jenis produk media. Integrasi horizontal merupakan proses dimana satu perusahaan membeli berbagai jenis media berbeda lini, seperti cetak, elektronik dan ICT. Contohnya : MNC yang memiliki berbagai tipe media dan lebih menjurus pada tipe integrasi horizontal. 3. Perspektif ini berusaha memahami dan mengkritisi implikasi dari konsentrasi dan konglomerasi media. Yaitu dengan definisi Pendekatan kritik sosial yang berfokus pada relasi antara struktur ekonomi dan dinamisasi industri media dan isi ideologis dari media. Dimana dalam perspektif ekonomi politik dalam media ini, media lebih berkonsentrasi pada pasar yang luas dan menurunnya sumber media yang indenpenden serta meningkatnya resiko terhadap media itu sendiri. Dan adanya keterpengaruhan faktor ekonomi dan politik dalam sebuah tatanan organisasi media.

Rina Budipratiwi 20060530088 Mensaxe #9 Andry escribiuo 28 de Xullo de 2009 s 1:52 1. Jelaskan tentang fenomena konsentrasi dan konglomerasi media? Berilah contoh kongkretnya? Untuk memahami industri media secara tepat, perlu diperhatikan pula konteks sosial, ekonomi dan politik dimana media itu berada. Institusi di luar media kadang-kadang memberikan batasan atau pagar sejauh mana media bisa beroperasi. Sebaliknya institusi media juga bisa mempengaruhi institusi sosial lain yang ada dalam masyarakat, khususnya institusi ekonomi, politik. Di sisi lain, media juga tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi yang terus berubah. Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi telah mengubah dunia. Dulu tak ada orang membayangkan, dunia yang begitu luas akan menjadi desa global (global village). Apalagi dibidang media penyiaran adalah sebuah industri yang padat modal, padat kepentingan dan padat power. Jika tidak diatur kepemilikannya, akan terjadi konsentarsi kepemilikan. Sementara itu, pusat industri media dunia sebagai penyebar budaya global, benar-benar semakin menjadi alat kapitalisme. Media massa sebagai produsen budaya, dewasa ini lebih berperan sebagai mesin bisnis pencari keuntungan. Bentuknya menjadi semakin menggurita, menjangkau kemana mana, melintasi batas negara. Tetapi kontrol pemilikannya justru makin terkonsentrasi hanya pada beberapa orang saja. Konglomerasi media di Indonesia Di Indonesia, Konglomerasi juga menggejala. Beberapa media tergabung dalam satu holding company. RCTI, TPI dan Global TV merupakan televisi dengan pemilik dan saham yang sama. Di dunia media massa cetak kompas memiliki sekialn media massa yang tergabung dalam Kelompok Kompas Gramedia (KKG), Jawa Pos juga melakukan hal tersubut dengan Jawa Pos Grup-nya, dan demikian pula Tempo. 2. Jelaskan tentang integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam kepemilikan media? Berilah contoh kongkretnya? Integrasi horizontal, yaitu proses di mana sebuah perusahaan membeli beberapa media yang

berbeda, misalnya majalah, televisi, penerbitan buku, record labels dan sebagainya, dengan tujuan saling mendukung operasi dari masing-masing media. Integrasi vertikal, yaitu proses di mana sebuah perusahaan memiliki semua aspek produksi dan distribusi dari setiap produk media, misalnya sebuah perusahaan film secara vertikal mengintegrasikan aspek-aspek seperti agensi pencari bakat, studio produksi, rantai teater, produksi videocassette hingga rantai penjualan videocassette. 3. Jelaskan pemikiran perspektif ekonomi politik dalam ranah manajemen media? Perkembangan cepat teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology) telah membawa angin segar bagi semakin beragamnya informasi yang meletup ke ruang publik (public sphere). Meningkatnya kuantitas pesan yang diperoleh khalayak melalui pelbagai saluran media ini kemudian membawa optimisme bahwa peningkatan kuantitas tersebut juga diikuti dengan peningkatan kualitas isi media. Beragam perspektif kemudian bisa digunakan untuk melihat apakah optimisme yang terpancar ini masih perlu dilihat sebagai sebuah realitas yang akan terjadi atau justru akan menjadi utopia semata-mata, atau bahkan manajemen media telah terjerumus ke dalam ranah market driven journalism? Dilihat dari sudut pandang ekonomi-politik media, kondisi media kontemporer ditandai dengan meluasnya konsentrasi dan konglomerasi media. Perluasan atas konsentrasi dan konglomerasi media ini juga pararel dengan konvergensi media. Di satu sisi tumbuh media dalam berbagai lini yang berbeda, namun di sisi yang lain, kepemilikan dari media semakin memusat pada segelintir orang saja. Ketika media massa sudah jadi industri, maka orientasi ekonomis tentu akan leih mewarnai. Pengusaha media lebih banyak memikirkan untung, para redatur yang berorientas politik lebih sering cari aman. Sementara wartawan lapangan yang berkerja dalam sturuktur kapitalis teralienasi dari pekerjaan dan hasil kerjanya. Publik yang selalu diposisikan lemah hanyalah objek Pelengkap Penderita yang tidak punya kekuasan apa apa. Pulik malah dilenakan oleh iklan yang membius dan mau tidak mau secara berlahan namun pasti masuk lingkaran kapitalisme dengan membeli prodak yang ditawarkan. Jadi siasat kapitalisme dalam media sudah sedemikian liciknya, sehingga hampir tidak ada celah lagi untuk melalukan protes dan penolakan. Jangan jangan, media massa hari ini tidak tertolong lagi, dalam artian menafikan sama sekali kepentingan publik secara tidak mampu lagi menjadi ruang publik itu sendiri. Media massa hari ini telah dalam cengkeraman kapitalisme yang licik itu sehingga keberadaannya tidak lebih dari institusi yang menjadi sarana bagi pemilik modal untuk semakin menggelembungkan modalnya. Andriyanto Gunawan 20030530176 Mensaxe #10 Agung escribiuo 28 de Xullo de 2009 s 6:56 1.konsentrasi merupakan proses akhir dari rangkaian perubahan organisasional yang merefleksikan adanya perubahan dalam dasar sosial dan ekonomi pada media komunikasi massa. Konglomerasi media sangat tidak sehat dalam demokrasi dan politikan bangsa Indonesia. mengingat pengaruh media yang begitu kuat terhadap kognitif khalayak. Jika mengacu pada Jurgen habemas menyatakan media massa sesungguhnya adalah sebuah public Sphere yang semestinya dijaga dari berbagai pengaruh yang tidak sesuai dengan iklim demokrasi. Dalam

artian media selayaknya menjadi tempat penawaran berbagai gagasan sebagaimana setiap konsep pasar, yang mana hanya ide terbaik sajalah yang pantas dijual dan ditawarkan. Contoh nyata : di idonesia kepemilikan penyiaran televise hanya dikuasai oleh kalangan tertentu. Contoh Trans7 dan Trans TV yang dikuasai Trans Corp yang dimiliki oleh Chairul Tanjung , Global TV, RCTI dan TPI bergabung di Group MNC pemilik di Indonesia adalah hary Tanoesoedibyo, Lativi dan ANTV bernaung di Bakrie Group dengan Boss utama Abu Rizal bakrie 2.Strategi integrasi vertikal merupakan strategi yang menghendaki perusahaan melakukan penguasaan yang lebih atas distributor, pemasok dan atau para pesaing baik melalui merjer, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. integrasi horizontal merupakan Penggabungan beberapa perusahaan atau beberapa bagian dalam perusahaan yang memproduksi dan/atau memasarkan barang yang sama (horizontal integration) 3. Perspektif ekonomi politik harus diletakkan dalam konstelasi alur atau jalinan kekuasaan yang mendistribusikan, memproduksi dan mengkonsumsi seluruh produk media sebagai output kebudayaan sosial. Artinya, dengan konteks Indonesia, apakah memang kebebasan media massa di sini dilihat sebagai komoditas perluasan globalisasi yang sedang berlangsung atau kebebasan media massa merupakan raison d'etre demokratisasi di Indonesia.

dwi iryani 20050530149 Mensaxe #11 Gusti escribiuo 30 de Xullo de 2009 s 7:23 Kepemilikan Media Dilihat Dari Perspektif Ekonomi Politik 1. Jelaskan tentang fenomena konsentrasi dan konglomerasi media? Berilah contoh kongkretnya? Konsentrasi dan Konglomerisasi media mengakibatkan media tidak lagi berkata apa adanya kepada masyarakat namun lebih kepada ada apanya. Bagaimana tidak, banyak kenyataankenyataan yang terjadi di lapangan yang seharusnya menjadi berita krusial bagi masyaakat namun output yang dihasilkan dan diketahui, didengar, dan ditonton oleh masyarakat tidaklah sesuai kenyataan yang terjadi di lapangan, hal ini tentunya sangat merugikan khalayak media. Konsentrasi dan Konglomerisasi media tentunya sangat tidak menguntungkan karena khalayak butuh berita asli bukan berita yang sudah dikebiri. Contoh : ANTV yang merupakan bagian dari Bakrie Group tidak akan mengatakan Lumpur Lapindo namun Lumpur Panas Sidoarjo karena ANTV dan Lapindo Brantas sama-sama berada di bawah paying Bakrie Group. 2. Jelaskan tentang integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam kepemilikan media? Berilah contoh kongkretnya? Integrasi Vertikal merujuk pada proses apa yang diperoleh oleh pemilik media dari segala aspek baik distribusi maupun produksi dari satu tipe media (Croteau dan Hoynes). Integrasi Horizontal merujuk pada proses dimana sebuah perusahaan memiliki media yang berbeda jenis (Croteau dan Hoynes). Contoh :

PT Aksara SOLOPOS yang merupakan anak perusahaan dari PT Jurnalindo Aksara Grafika mempunyai anak perusahaan berupa PT Solo Grafika Utama yang bergerak dibidang percetakan mulai dari koran, majalah maupun LKS (Lembar Kerja Siswa). SOLOPOS juga mengembangkan radio berita SOLOPOS Fm berada disepanjang gelombang 103 FM dan SOLOPOS juga menerbitkan Harian Jogja. Disamping itu, mulai tahun 2005 SOLOPOS juga mengembangkan divisi baru yang bergerak di bidang Event Organizer dan pelayanan pemasaran dengan nama SOLO PRO.

3. Jelaskan pemikiran perspektif ekonomi politik dalam ranah manajemen media? Perspektif ekonomi politik dalam ranah manajemen media menjelaskan tentang konsentrasi dan konglomerisasi media yang lebih fokus pada materi dan keuntungan pemilik media dan sekelompok orang bukan pada materi dan bobot dari isi berita yang disampaikan kepada khalayak media.

Gusti Kartika 20060530012

Mensaxe #12 Cantique escribiuo 03 de Agosto de 2009 s 9:16 1.Konglomerasi media adalah bagian dari kapitalisme media secara global, dan yang merasakan efeknya adalah industri media, pekerja media, isi media dan masyarakat luas sebagai konsumen media.Konsentrasi Media merupakan suatu konsentrasi sebuah media pada suatu kejadian yang benar-benar sedang dan telah terjadi yang menjadi pusat perhatian khalayak. Konglomerasi Media merupakan keadaan dimana semakin hilangnya ruang public, Kebangkitan infotainment, turunnya jurnalisme dan advertising. ex:Jawa Post dengan akar-akarnya misalanya tabloid Genie. 2. Integrasi horizontal, yaitu proses di mana sebuah perusahaan membeli beberapa media dari segala aspek baik satu tipe media dengan tujuan saling mendukung satu sama lain Integrasi vertikal, yaitu proses di mana sebuah perusahaan memiliki semua aspek produksi dan distribusi dari setiap produk media dari berbagai tipe media, ex : MNC yang membawahi RCTI, Global TV dan TPI 3.perspektif ekonomi politik, media lebih berkonsentrasi pada pasar yang besar dan menurunnya sumber media yang berdiri sendiri serta meningkatnya resiko terhadap media. Dan adanya keterpengaruhan faktor ekonomi dan politik dalam sebuah aturan organisasi dalam media.

Yan Fitri Y 20030530110 Mensaxe #13 Muhammad escribiuo 05 de Agosto de 2009 s 6:59

1. Fenomena konglomerasi, konsentrasi media. Semakin hilangnya ruang publik, kebangkitan infotainment, turunnya jurnalisme investigasi, tendensi adanya homogenisasi (Deveraux, 2003:57). Konglomerasi selalu ditandai dengan: - pencarian keuntungan/profit - ideological senses of values and beliefs untuk mendukung kapitalisme. 2. Integrasi vertikal adalah proses dimana seseorang memiliki semua aspek dari produksi dan distribusi dari satu jenis produk media. Contoh, Indonesian Idol, semua yang berkaitan dengan Indonesian Idol dipegang oleh satu grup. Integrasi Horizontal adalah proses dimana satu perusahaan membeli berbagai jenis media berbeda lini, seperti media cetak, elektronik, dan ICT. Contohnya MNC yang memiliki beberapa media yang berbeda seperti RCTI, Trijaya FM, Tabloid Genie, Koran Sindo, Okezone.com. 3. Perspektif ekonomi politik dalam manajemen media, pendekatan kritik sosial yang berfokus pada relasi antara struktur ekonomi dan dinamisasai industri media dan isi ideologis dari media (McQuail dalam Devereux,2003:62) 20070530136 Mensaxe #14 Dwi escribiuo 19 de Agosto de 2009 s 6:47 1. fenomena konsentrasi dan konglomerasi media adalah Seiring dengan terjadinya revolusi teknologi penyiaran dan informasi, korporasi-korporasi media terbentuk dan menjadi besar dengan cara kepemilikan saham, penggabungan dalam joint-venture, pembentukan kerjasama, atau pendirian kartel komunikasi raksasa yang memiliki puluhan bahkan ratusan media. 2. Strategi integrasi vertikal merupakan strategi yang menghendaki perusahaan melakukan penguasaan yang lebih atas distributor, pemasok dan atau para pesaing baik melalui merjer, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. integrasi horizontal merupakan Penggabungan beberapa perusahaan atau beberapa bagian dalam perusahaan yang memproduksi dan/atau memasarkan barang yang sama 3. Perspektif ekonomi politik dalam ranah manajemen media menjelaskan tentang konsentrasi dan konglomerisasi media yang lebih fokus pada materi dan keuntungan pemilik media dan sekelompok orang bukan pada materi dan bobot dari isi berita yang disampaikan kepada khalayak media. dwi galih ismuha 20070530162

Anda mungkin juga menyukai