Anda di halaman 1dari 3

Sistem Komunikasi Massa

Kelompok 2

1. Syafirudin lafif 20.96.2116


2. Arick Agil Vickran 20.96.2135
3. Rivaldy Dhean Prayoga 20.96.2090
4. Farhan Bimantara 20.96.2080
5. Safril Rahmat 20.96.2100
6. Fiqo syafril syaiful hidayat 20.96.2093
7. khadafi erli syaputra 20.96.2107
Pengertian Sistem Komunikasi Massa

Menurut Bittner (1980:10), komunikasi massa merupakan sebuah komunikasi yang


dicirikan dengan pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang.

Sementara itu, Gerbner (1967) menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah produksi
dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Dari dua pengertian di atas, para ahli cenderung menyimpulkan bahwa komunikasi
massa merupakan sebuah komunikasi dengan sasaran sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim. melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat. Akan tetapi komunikasi juga sering diartikan dengan
komunikasi yang sasarannya merupakan banyak orang, terlepas dari berbagai macam-macam
media komunikasi yang digunakan, apakah melalui media massa ataukah melalui komunikasi
langsung, seperti misalnya seorang pengkhotbah di hadapan jemaahnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak dalam komunikasi massa

Dalam sistem komunikasi massa, dipelajari apa saja yang dapat mempengaruhi reaksi
komunikan atau khalayak yang menjadi sasaran komunikasi. Secara umum, beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap reaksi khalayak pada komunikasi massa, antara lain adalah
sebagai berikut.

● Gender, atau jenis kelamin, yaitu laki-laki atau perempuan.


● Usia, yaitu tingkat muda atau tuanya seseorang yang membaca pesan tersebut.
● Keyakinan individual, yaitu apa yang diyakini oleh seorang individu.
● Kelompok sosial, yaitu pada kelompok apa individu tersebut berada.
● Kebutuhan individu, atau hal-hal yang diinginkan oleh individu tersebut.
● Kecenderungan terhadap konflik, yaitu bagaimana individu tersebut mengatasi
konflik atas keyakinan yang dimiliki.
● Rasionalitas, yaitu kemampuan individu dalam memahami nilai-nilai logika suatu
pesan.
● Pengetahuan, yaitu sejauh apa individu memahami apa yang sedang dibicarakan.
Media sebagai pencipta realita

Pada dasarnya fungsi media adalah pembentuk makna (the meaning construction of
the press); bahwasanya interpretasi media massa terhadap berbagai peristiwa secara radikal
dapat mengubah interpretasi orang tentang suatu realitas dan pola tindakan mereka. Realitas
yang ada di media adalah realitas simbolik karena realitas yang sebenarnya tak dapat disentuh
(untouchable). Kemampuan yang dimiliki media massa untuk menentukan realitas di benak
khalayak, kemudian dimamfaatkan untuk kepentingan menciptakan opini publik yaitu
propaganda politik, promosi, relasi publik.

Pekerjaan media massa berdasarkan sifat dan faktanya adalah menceritakan


peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah
dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah
penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang
bermakna.Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pekerjaan kaum jurnalis adalah
mengkonstruksikan realitas.Para pekerja media tersebut boleh disebut constructor of reality;
orang yang tukang mengkonstruksikan realitas.

Peran media sangat penting karena mampu menampilkan sebuah cara dalam
memandang sebuah realita. Para pemilik media mengendalikan isi medianya melalui
cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan.

Dengan demikian jelas bahwa media tidak bisa dianggap berwajah netral dalam
memberikan jasa informasi dan hiburan kepada khalayak. Media massa tidak hanya
dipandang sebagai penghubung antara pengirim pesan pada satu pihak dan penerima pada
pihak lain. Lebih dari semua itu media dilihat sebagai produksi dan pertukaran makna. Semua
media pada dasarnya membawa bias-bias tertentu. Setiap wartawan yang memasuki sebuah
lingkungan media akan menyerap bias-bias media itu sebagai bagian dari kerja dia, atau jika
menggunakan istilah perusahaan, sebagai bagian dari corporate culture dia.

Kesimpulan

Secara ideal media seharusnya menyediakan informasi yang jujur, jernih dan seluas
mungkin mengenai apa yang layak dan perlu diketahui oleh masyarakat Idealnya suatu berita
yang baik adalah berita yang ditulis berdasarkan fakta sesungguhnya. Tidak dikotori oleh
kepentingan segelintir orang sehingga mendistorsi fakta tersebut. Namun dalam realita media
sebagai ruang publik kerap tidak bisa memerankan diri sebagai pihak yang netral.Media
senantiasa terlibat dengan upaya merekonstruksi realitas sosial. Dengan berbagai alasan
teknis, ekonomis, maupun ideologis, media massa selalu terlibat dalam penyajian realitas
yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak mencerminkan realita sesungguhnya.
Keterbatasan ruang dan waktu juga turut men-dukung kebiasaan media untuk meringkas
realitas berdasarkan “nilai berita” prinsip berita yang berorientasi pada hal-hal yang
menyimpang menyebabkan liputan peristiwa jarang bersifat utuh, melainkan hanya
mencakup hal-hal yang menarik perhatian saja yang ditonjolkan. Berita juga sering dibuat
berdasarkan semangat “laku tidaknya berita itu dijual”.

Anda mungkin juga menyukai