Anda di halaman 1dari 24

Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia

LITERASI MEDIA DAN TANGGUNG JAWAB


JURNALIS PEMBANGUNAN

Mata Kuliah
Jurnalistik Pembangunan (KPM 214)

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu
• Menjelaskan jenis-jenis literasi dan peran jurnalis pembangunan
dalam meningkatkan literasi
• Elemen-elemen penting dalam literasi informasi dan media (digital)
• Menganalisis secara kritis berita palsu dan hoax
• Peran jurnalis dalam mencegah fakenews dan hoax
Sub Pokok Bahasan

• Jenis-jenis literasi dan peran jurnalis pembangunan dalam


meningkatkan literasi
• Elemen-elemen penting dalam literasi informasi dan media (digital)
• Analisis secara kritis berita palsu dan hoax
• Peran jurnalis dalam mencegah fakenews dan hoax
Mengapa Literasi Penting?
Literasi: kemampuan membaca dan menulis “teks” (dalam pengertian
luas kata-kata, gambar, dan audio)
Penting , karena literasi:
1. Memberdayakan khalayak: menjadi sarana menyampaikan
pendapat (sebagai bagian demokrasi), berpartisipasi dalam budaya
(melalui kreasi), dan menjadi warga negara yang aktif.
2. Pendorong pembangunan berkelanjutan yang memungkinkan
partisipasi masyarakat dalam dunia kerja, mengurangi kemiskinan
dan memperbaiki kehidupan.
Media massa sebagai sumber informasi dan menjadi sarana ekspresi
Mengapa Jurnalis Pembangunan Bertanggungjawab
memberi informasi yang berkualitas ?
Schramm (1964), 3 fungsi media massa dalam
pembangunan:
1. Menyampaikan informasi kepada masyarakat
mengenai pembangunan nasional (watchman
Jurnalis profesional function); menyampaikan informasi yang relevan
untuk memecahkan masalah-masalah masyarakat
Jurnalis warga 2. Mendidik (teaching function) memberikan
pengetahuan dan keterampilan untuk masyarakat
terkait dengan matapencaharian dan
kesejahteraan
3. Memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk mengambil bagian secara aktif dalam
proses pengambilan keputusan (policy function);
Jenis-Jenis Literasi

1. Literasi informasi
2. Literasi media Multimodal literacy

3. Literasi digital
Multimedia dan
teks digital
Literasi informasi (Information literacy)
Literasi informasi adalah kemampuan:
a. Mengenali kebutuhan informasi;
b. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan;
c. Menyusun strategi mencari informasi;
d. Mengakses informasi;
e. Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari berbagai
sumber;
f. Mengelola, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi;
g. Mensintesa dan “membuat” informasi baru. (adapted from Town, 2000:
17-18)
Literasi Media
• Literasi media : kemampuan mengakses, memahami dan
mengevaluasi media secara kritis berbagai aspek media dan isi media
serta menciptakan (pesan) komunikasi dalam berbagai konteks
(European Commission, 2007).
• Karakteristik media (massa):
1. Media dikonstruksi dan mengkonstruksi realitas;
2. Media memiliki implikasi komersial;
3. Media memiliki implikasi ideologis dan politik;
4. Bentuk dan isi media dipengaruhi oleh jenis media, yang memiliki estetika,
kode, dan atauran konvensi yang unik;
5. Khalayak menegosiasikan makna pesan di media (massa). (Aufderheide,
1992)
Literasi Digital (Digital Literacy)
• Literasi digital adalah kesadaran, sikap dan kemampuan individu
untuk menggunakan alat dan fasilitas digital untuk mengidentifikasi,
mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisa dan
mensintesa sumberdaya digital, mengkonstruksi pengetahuan baru,
berkreasi dengan media dan berkomunikasi dengan orang lain dalam
konteks khusus, untuk melakukan tindakan konstruktif; dan berefleksi
terhadap proses tersebut
• Literasi digital tidak hanya membutuhkan ketrampilan berinternet
tetapi juga sikap dan perilaku yang beretika
Tingkatan Literasi Digital
Level 1. Digital Competence
1. Perumusan permasalahan 7. Pengintegrasian
2. Identifikasi 8. Analisis
3. Akses 9. Sintesis
4. Evaluasi 10. Komunikasi solusi masalah
5. Interpretasi 11. Diseminasi menyajikan solusi
6. Pengorganisasian 12. Refleksi
Level 2. Digital Usage
Level 3. Digital Transformation
Informasi dalam Pemberitaan
• Berita: laporan berdasarkan informasi tentang peristiwa–peristiwa
yang terjadi dan ingin diketahui secara umum, yang bersifat aktual,
telah terjadi dalam lingkungan pembaca, berhubungan dengan tokoh
terkemuka, dan akibat peristiwa tersebut bisa berpengaruh kepada
pembaca
• Hoax : informasi tidak berdasarkan fakta
• Fake news : berita bohong
• SARAN: Hendaknya kritis terhadap judul provokatif dan kritis
terhadap sumber berita
Misinformasi, Disinformasi, Malinformasi

• Misinformasi, salah informasi. Informasinya sendiri salah, tapi orang yang


menyebarkannya percaya bahwa informasi itu benar. Penyebaran informasi
dilakukan untuk tujuan baik atau tak ada tendensi untuk membahayakan orang
lain.

• Disinformasi. Penyebar informasi tahu kalau informasinya salah, namun dengan


sengaja menyebarkannya untuk menipu, mengancam, bahkan membahayakan
pihak lain.

• Malinformasi. Informasinya sebetulnya benar tapi digunakan untuk mengancam


keberadaan seseorang atau sekelompok orang dengan identitas tertentu.
Malinformasi bisa dikategorikan ke dalam hasutan kebencian.
Tujuh (7) Misinformasi dan Disinformasi

1. Satire atau parodi: Satire atau parodi sebetulnya merupakan sindiran,


bukan yang sebenarnya. Konteksnya bisa untuk lucu-lucuan ---
misinformasi.
2. Koneksi yang salah: Koneksi yang salah terjadi karena hubungan antar
elemen dalam berita, seperti judul, badan berita, foto, maupun caption-
nya tidak nyambung.
3. Konten yang menyesatkan: Dengan konten yang menyesatkan, pengguna
digiring untuk memiliki persepsi tertentu tentang sebuah isu atau
peristiwa (framing).
4. Konten yang salah: Yang dimaksud dengan konten yang salah adalah
ketika informasi benar disebarkan dengan konteks yang sama sekali
berbeda
Tujuh (7) Misinformasi dan Disinformasi
5. Konten tiruan: Informasi konten tiruan ini dibuat seolah-olah berasal dari seseorang atau
lembaga yang sah, padahal bukan.
6. Konten yang dimanipulasi: Konten ini adalah hasil modifikasi dari gambar, video atau
tulisan sehingga konten itu memiliki makna yang berbeda dari konten aslinya. Terkadang
konten yang dimanipulasi bermaksud sebagai hiburan (misinformasi)
7. Konten palsu: Konten palsu adalah informasi yang sama sekali tidak benar tapi sengaja
dibuat untuk menipu atau merugikan pihak lain.

---------
Artikel ini sudah Terbit di AyoBandung.com, dengan Judul Inilah Beda Misinformasi, Disinformasi, dan
Malinformasi, pada URL https://www.ayobandung.com/read/2019/01/31/44283/inilah-beda-
misinformasi-disinformasi-dan-malinformasi
Penulis: Rahim Asyik
Editor : Adi Ginanjar Maulana
Hoax di Indonesia

• 92,40% hoax di Indonesia tersebar melalui media sosial (facebook, twitter,


Instagram dan Path), berturut-turut 62,80% hoax tersebar melalui aplikasi
chatting (whatsapp, line, telegram) dan menempati nomor tiga, berturut-turut
34,90% hoax tersebar melalui situs web.
• Format hoax, 62,10% berupa tulisan, 37,50% berbentuk gambar dua dimensi.
• Hoax paling populer di Indonesia
1. 91,80% merupakan isu sosial politik, yang secara spesifik membahas terkait
Pilkada dan Kebijakan atau Kinerja Pemerintah
2. 88,60% isu SARA (Suku Agama Ras dan Antar-golongan)
3. isu kesehatan
Contoh Kasus Hoax di Indonesia

• Dalam studi kasus isu wayang kulit, dianggap sesat beroposisi dengan sejarah Islam dan isu PKI.
Opini publik lebih banyak dibentuk oleh perasaan dan emosi dibandingkan mendasarkan diri pada
fakta-fakta yang ada.
• Dalam studi kasus lain, isu 10 juta Tenaga Kerja Cina (2016), Fahmi menemukan bahwa walaupun
hoax berusaha ditangkis melalui klarifikasi oleh pihak otoritatif dan media, namun publik di
Internet nampai mulai meragukan – tidak percaya pada media arus utama.
• Media crowdsourcing yang tidak menjalankan kerja jurnalisme secara professional, Seword
mengalahkan media arus utama seperti Antaranews dan Tempo.
• Pada Maret 2017, Seword dan Postmetro menguasai informasi di media sosial, sedangkan media
Portalpiyungan mendominasi informasi yang diakses melalui Google.
• Pada era Post-trutih, masyarakat di manapun, cenderung mencari afirmasi dan konfirmasi atas
keyakinan ideologis atau politisnya. Kebenaran menjadi tidak penting, kalah dengan perasaan.
UPAYA MENGATASI BERITA HOAX

• Pendekatan kelembagaan, komunitas anti hoax: Forum Anti


Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian
Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
• Teknologi aplikasi “hoax cheker”
• Pendekatan literasi media/digital,dengan gerakan anti berita
hoax
• Pendekatan Kebijakan
KODE ETIK JURNALISTIK
1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,
berimbang, dan tidak beritikad buruk.
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Mengapa Jurnalis Pembangunan
Bertanggungjawab atas Berbagai Literasi?
• Menurut Schramm (1964) dalam rangka pembangunan di negara-
negara berkembang, media massa sekurang-kurangnya menjalankan
tiga fungsi, yaitu:
• Menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai
pembangunan nasional (watchman function)
• Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil
bagian secara aktif dalam proses pengambilan keputusan (policy
function); Mendidik (teaching function)
Daftar Pustaka
• https://www.kominfo.go.id/content/detail/9222/media-arus-utama-
melawan-hoax/0/sorotan_media
• https://diskominfo.bogorkab.go.id/deklarasi-anti-hoax-bersama-
jurnalis-tv/
• https://youtu.be/x5BV9JZbrWw
TERIMA KASIH

Sarwititi Sarwoprasodjo
Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat – IPB University
E-mail: sarwititi@apps.ipb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai