Anda di halaman 1dari 26

LITERASI DIGITAL

MEMBANGUN ETIKA KOMUNIKASI


LITERASI DIGITAL
SEKTOR PEMERINTAHAN

oleh :
DIMENSI DIGITAL ETHIC - 2023 Cahyo Edhi Widyatmoko
URGENSI ETIKA KOMUNIKASI

Perlu keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan


tanggung jawab

Mengingatkan tanggung-jawab pembuat konten medsos ada


di dua dunia (fisik & maya)

Pencitraan demi insentif instan (like, love,dll)


kebohongan jadi biasa tanpa implikasi moral

Era Pasca-Kebenaran sarat hoax, emosi sosial & dis-informasi


mudah menyulut konflik

Rentan penyalahgunaan & peretasan data pribadi,


kelompok, organisasi, negara

1
Tujuan Sosialisasi Etika Komunikasi

1 Memberdayakan aparatur pemerintah untuk melek media


digital sehingga menumbuhkan intuisi kewaspadaan di internet
dan sikap kritis akan informasi.

2 Memahami prinsip-prinsip etika komunikasi guna menjamin


netralitas aparatur pemerintah untuk mencegah kubu-kubu
ideologi dan menjaga harmoni masyarakat

3 Membantu meningkatkan pelayanan publik agar transparan


dan akuntabel.

2
Etika : Perlu Verifikasi, Mencegah Polarisasi

Teknologi digital mendorong berkembangnya jurnalisme warga


demokratisasi media khususnya media sosial
pada deontologi jurnalisme, kendali informasi Media arus utama ada di
praktisi, sedangkan pada media social maka kendali ada di nitizen.

Tanpa adanya Deontologi Jurnalisme maka :


Informasi yang didapat menjadi lemah dalam verifikasi,
independensi & akuntabilitas.
Pada media sosial, masyarakat sering mengabaikan verifikasi
kebenaran informasi
Kebohongan menyelinap: sulit membedakan antara berita,
opini, fakta & analisis.
Ujaran kebencian marak bersembunyi di balik kedok kebebasan
berpendapat.

3
Akibatnya:
masyarakat Indonesia yang sudah terpolarisasi oleh
ideologi, ketegangan & konflik semakin mudah dipicu.

4
Menjaga Netralitas Aparatur Pemerintah

1 Dalam bernegara, keadaban publik dijamin bila aparatur


pemerintah netral (ideologis): tidak berpihak ke politik
tertentu, politik praktis,

2 Tidak condong ke partai politik, kelompok agama/suku tertentu,


tapi mengatasi kepentingan kelompok demi menjamin
pemenuhan hak-hak dasariah setiap warganegara &
masyarakat yang lebih luas.

3 Penggunaan media digital: untuk pengembangan pelayanan


publik agar lebih berkualitas, relevan & responsif akan
kebutuhan masyarakat.

5
Netralitas : Kritis Agar Penuh Inisiatif
Netralitas Membuat Lebih Kritis
Aparatur pemerintah harus menelusuri sumber berita :
bisa dipercaya, alamat situs, detil visual, cek redaksi (bisa dikomplain),
bila cari sensasi, sebar kebencian, perlu dipertanyakan
Periksalah organisasi berita dengan mengecek profesionalitas sumber berita.
Cara verifikasi fakta :
media mainstream memberitakan/tidak. Gunakan Hoax Buster Tools!

Netralitas BUKAN PASIF, tapi PENUH INISIATIF


Masuk dialog dengan kelompok-kelompok tertutup.
Tembuslah kelompok yang diisolasi dari sudut pandang sendiri.

Sikap terbuka terhadap pihak lain


Harus tahu apa pikiran pihak seberang sebagai jembatan
sehingga tidak mudah mengadili.

Bersikap skeptis terhadap narasi


yang kita percaya seperti narasi orang lain yang tidak kita percaya.
Obyektivitas / rasionalitas jangan kalah dari emosi dalam opini publik.
6
Jurnalisme Kreatif Kendalikan Naluri Agresif
Aparatur Pemerintah didorong menjadi Jurnalisme Kreatif

Penggunaan media sosial ke verifikasi fakta.


Kreativitas cara memverifikasi fakta bisa menggusur
jurnalisme adu-domba & desinformasi

Menghidupkan kembali cerita benar (feature)

Mengendalikan sentimentalisme

Menundukkan naluri agresif agar nalar lebih diutamakan


dari pada emosi yang kasar.

7
8
5 (lima) Pertanyaan Agar Peduli Etika
1 Apakah saya peduli terhadap reputasi atau kebaikan pihak lain ?

2 Apakah saya memperlakukan orang sebagai tujuan dalam hak-


haknya, bukan hanya memperalat atau menjadikannya sebagai
objek / sarana?

3 Apakah mereka yang diuntungkan lebih banyak dari pada


yang dirugikan?

4 Apakah kegiatan saya di medsos mengarah ke kebaikan


masyarakat, membangun nilai, dan menciptakan harmoni
masyarakat?

5 Apakah orang-orang yang ada dalam situasi paling tersingkir


atau korban mendapatkan sesuatu dari unggahan gambar atau
informasi saya?
9
Lingkup Bahasan Etika Komunikasi

Apa yang seharusnya saya lakukan ketika membuat konten,


membagikan dan menggunakan media sosial?

Apa batas-batas tindakan saya dalam penggunaan media


sosial?
Siapa diuntungkan/dirugikan dalam kegiatan atau tindakan
saya di media sosial?

Nilai apa yang saya perjuangkan dalam aktivitas saya di


media sosial?

10
Tujuan Etika Komunikasi
1 Menciptakan masyarakat yang melek informasi secara
politik & tercerahkan: masyarakat bisa menggunakan
informasi kredibel untuk mengambil keputusan
(informed consent)

2 Membantu pengguna mendapat pertimbangan /


informasi yang diperlukan agar bisa ambil bagian dalam
menciptakan komunitas yang baik
3 Mendorong penciptaan komunikasi terbuka agar ada
transparansi & akuntabilitas untuk mencegah konflik
kepentingan & korupsi

4 Perkembangan pemahaman bersama: meningkatkan


integrasi sosial, solidaritas dan pembentukan identitas diri
11
Prinsip-Prinsip Etika Komunikasi
1 Kewajiban menghormati martabat manusia
“Perlakukanlah orang lain sebagai tujuan, bukan sebagai sarana” (I. Kant).
Jangan ada perundungan, ujaran kebencian, manipulasi, penyesatan,
konten rendahkan martabat

2 Anggota masyarakat “harus memperlakukan semua orang


setara” (J. Rawls)
Setiap orang memperoleh status sosial bukan karena perjuangannya sendiri,
tapi tergantungpada banyak faktor dari masyarakat
Ketidaksamaan sosial-ekonomi menguntungkan semua pihak, terutama yang
paling tidak beruntung

3 Setiap orang mempunyai hak untuk tidak dihalangi mewujudkan


kebebasannyauntuk bisa berpartisipasi mengambil keputusan dan
menciptakan nilai bagi komunitasnya

4 Kita ikut bertanggungjawab atas nasib/penderitaan orang lain


Membantu terpenuhinya kebutuhan,kebahagiaan dan masa depan sesama.
Jangan sampai media sosial disalahgunakan untuk membuat orang lain
menderita.
12
Implementasi Etika Komunikasi
Semua harus menghormati martabat manusia
Hak berekspresi dalam media, hak jawab, jaminan atas privacy data,
praduga tak bersalah, reputasi & hak perlindungan terhadap rahasia
komunikasi.
Aparatur pemerintah ikut menjamin akses ke informasi ke semua lapisan
masyarakat, terutama yang paling tersingkir, daerah yang infrastruktur
digitalnya tidak memadai (listrik, bandwith, coding literacy).

Semua harus menghormati hak akan informasi, sarana yang perlu untuk
mendapatkannya dan dijamin representasi riil di media

Perlindungan atas sumber berita, informasi dipercaya, tepat, dan jujur.


Metode mendapat informasi yang jujur, pantas, bukan mencuri, bohong,
menyalahgunakan kepercayaan, mengorbankan sumber berita.
Semua warganegara, wajib menjaga harmoni masyarakat: suasana
damai, menghindari diskriminasi, komunitas tertentu jangan dihalangi dalam
memenuhi hak-hak mereka.
regulasi jelas dan tegas melarang semua bentuk provokasi, kebencian
dan permusuhan.
13
Mengapa Perlu Analisis Wacana Kritis?
diperlukan analisis kritis terhadap penggunaan BAHASA

Bahasa digunakan untuk beragam fungsi & konsekuensi

Bahasa sekaligus dikonstruksi & mengonstruksi

Fenomen yang sama bisa dideskripsikan dengan


beragam cara.
Variasi laporan/cerita/harafiah/fiksi/representasi/virtual

Dinamika masyarakat tidak transparan

Ada retorika, manipulasi, penyesatan & terutama hoax


Asumsi :
Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi dipakai sebagai Instrumen
atau strategi kekuasaan. Di balik bahasa ada ideologi/kepentingan
14
Contoh Analisis Informasi yang dicurigai Hoax
“Orang yang sudah divaksin menunjukkan gelombang bluetooth.
Bagi yang sudah di vaksin coba di tes Caranya, jauhkan seluler/jaringan sekitar
yang ada jaringan bluetooth kemudian nyalakan browsing bluetooth. Jika muncul
angka kode itu adalah kode vaksin Anda.
Selamat bagi Yang sudah di vaksin, Anda jadi mayat hidup yang terkoneksi
dengan signal 5G yang dikendalikan oleh Zionis serta pemerintah RRC”

4 (empat) Langkah Analisis Wacana Kritis (N.Fairclough, 2010: 234)

1 Mengidentifikasi ‘ketidakberesan sosial


ketidakadilan, diskriminasi, adu domba, abuse of power,
prasangka negatif, menyebar kebencian, memancing konflik
2 Mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk menangani
‘ketidakberesansosial’.

3 Apakah tatanan sosial-politik itu ‘membutuhkan’ ketidakberesan


sosial tersebut?
(siapa diuntungkan & siapa dirugikan)
4 Menemukan cara-cara yang mungkin untuk mengatasi
hambatan-hambatan
15
1 Mengidentifikasi “ketidakberesan sosial”
Ketidakberesan sosial di informasi itu berupa 2 (dua) ajakan provokatif
Menghasut agar tidak mau menerima vaksinasi
Menebarkan kebencian terhadap Zionis dan pemerintah RRC

1. Pemberi Pesan Siapa ? (Control Analysis) Tidak ada: instansi apa?


2. Acuan Mengatakan Apa ? (Control Analysis) Vaksin di tubuh anda :
chip yang dikendalikan
oleh zionis dan RRC
3. Penerima Kepada Siapa ? (Audience Analysis) Warganegara Indonesia
4. Saluran Kontak Melalui Apa ? (Media Analysis) Sumber Tidak Kredibel
5. Efek Dampaknya apa? (Effect Analysis) Resah, menolak vaksin,
anti-zionis & anti-China
6. Kepentingan Apa Tujuannya? (Ideology Analysis) Menebarkan kebencian
dan sikap anti-vaksinasi

Informasi itu patut dicurigai karena


5 dari 6 komponen komunikasi tidak kredibel
16
2 Identifikasi hambatan menangani ‘ketidakberesan sosial’
Menolak untuk verifikasi fakta dan tidak peduli perbedaan fakta-opini

Rasa penasaran membuat haus berita sehingga mudah menelan


hoax, yang dipicu oleh FOMO (Fear of Missing Out)
Hanya mau menerima berita yang sesuai dengan ideologinya
(Ilusi Muller-Lyer)

Echo Chamber : gagasan anggota kelompok menggema di telinga


sesama (ideologi) anggota komunitas sehingga memperteguh sistem
keyakinan
membuat tidak terbuka lagi terhadap gagasan pihak lain

Bahasa tidak mengacu ke kebenaran: berbohong tidak menimbulkan


rasa salah
Jurnalisme warga mengakibatkan lemahnya verifikasi, independensi
dan akuntabilitas serta tidak peduli lagi terhadap deontologi jurnalisme
(praktisi/wartawan)

17
3 Apakah ketidakberesan sosial didukung tatanan yang ada?

Bagi pihak yang anti-pemerintah informasi semacam


itu menguntungkan

Kelompok-kelompok yang tidak suka dengan etnis tionghoa


mendapatkan semacam alasan untuk semakin
mengobarkan kebencian

Kelompok-kelompok yang menganggap Covid-19 sebagai


‘konspirasi’ semakin mendapat alasan untuk
membenarkan pendapat mereka

Kelompok-kelompok anti-vaksin memperoleh bahan untuk


mengobarkan keresahan/ketakutan agar terus menolak
vaksinasi

18
4 Identifikasi Cara Memecahkan Masalah
Periksalah informasi dengan menganalisis 6 (enam) komponen
komunikasinya!

Sanggahan konten (Lihatlah juga langkah ke 2!): (sumber DetikInet,


pada Senin 19 Juli 2021 pukul 18.16 WIB)
Tubuh yang sudah divaksin tidak mungkin dapat terkoneksi ke
bluetooth karena vaksin terdiri dari sejumlah bahan kimia yang
tidak bisa mentransmisi gelombang radio dari jarak pendek.

Fullfact.org melakukan penelusuran untuk mengetahui AC dan


EC berasal, ditemukan kode ‘EC’ yang diklaim sebagai vaksin
sebenarnya adalah produk perusahaan Logitech yang
membuat aksesori nirkabel, dan kode ‘AC’ adalah produk yang
dibuat oleh perusahaan Chongqing Fegui Electronics

19 bersambung ke halaman selanjutnya 


 sambungan dari halaman sebelumnya

Verifikasi fakta & dicek apakah diberitakan di media arus utama!


Melansir laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika
(KOMINFO) dan covid19.go.id yang mengutip lembaga
pengecekan fakta fullfact.org, klaim tersebut tidaklah benar
alias HOAX (sumber DetikInet, Senin 19 Juli 2021 18.16 WIB)

Pecahkan gelembung yang menutupi kita agar tertarik ke


perspektif pihak lain!
Berusaha menempatkan diri pada posisi yang
peduli/solider dengan penderita

Perlu dicek apakah media arus utama memberitakannya

20
Teknik-Teknik Provokatif Media Sosial
Teknik-teknik agresif yang merugikan pihak lain

1 Image manipulation/editing (photoshop, Gimp)


Teknik digital untuk memodifikasi hasil fotografi yang
digunakan sebagai sarana pembunuhan karakter lawan
2 Dekontekstualisasi
Melepaskan suatu pernyataan dari konteksnya, yang
dimaksudkan untuk menciptakan kambing hitam atau
memancing emosi publik.

3 Trolling
Berupa unggahan pesan jahil atau membakar dengan sengaja
di blog, kelompok, forum untuk provokasi respon kemarahan.
Teknik manipulatif menarik perhatian publik
1 Komunikasi phatique
Gaya bahasa yang dipakai untuk menarik perhatian audience

2 Memasang headlines
Berita yang sensasional, padahal menjebak karena isinya tidak
sesuai dan hanya untuk memancing perhatian audience.
21 bersambung ke halaman selanjutnya 
Teknik Argumentasi yang menyesatkan
1 Argumen ekstrapolasi
Argumen yang mendasarkan pada data yang minim,
tetapi kesimpulannya sensasional.
2 Argumen ad infinitum
Argumen yang diungkap dengan mengulang-ulang pernyataan
seakan menjadi benar

3 Informasi yang dipersenjatai (weaponized information)


informasi untuk memengaruhi persepsi penerima agar skeptis
atau berubah keyakinan/sikapnya.

4 Skematisasi
menyederhanakan argumen agar bisa jadi karikatur provokatif

22
Kerentanan Psikologi

ODE (Online Disinhibition Effect)


orang merasa lebih bebas melakukan apa saja di internet tanpa
hambatan sehingga dunia maya (internet) seolah menjadi ruang
tanpa otoritas, status sosial, bahkan sampai mengabaikan norma
moral dan sosial.

FOMO (Fear of Missing Out)


situasi ketika orang merasakan takut berlebihan akan ketinggalan
bila tidak mengikuti perkembangan informasi melalui gadgetnya
saat yang lain bersosialisasi. Orang jadi impulsif, semua harus segera
dijawab tanpa pengendapan.

Motivasi mengunggah konten atau berita


viral, bukan informasi berkualitasatau etis.
mentalitas insentif instan di banyak pengguna: “love”,
“share”, “like”, “comment”

Lemah intuisi kewaspadaan (alarmingintuition) di internet

23
Risiko Pemikiran Sempit

mana Gambar yang lebih panjang ?


ilusi “Muller – Lyer”
Mengapa keyakinan politik sering tak mendasarkan pada
fakta obyektif?
2 (dua) proses kognitif dalam menilai / memecahkan masalah
“melihat bahwa…” berpikir intuitif (otomatis): intuisi bisa dorong berpikir
“mengapa”, tapi tidak tergantung pada penalaran

“berpikir mengapa…” tidak otomatis, orang harus sadar betul


24
Kritis terhadap Echo Chamber , lawan Radikalisme

Echo Chamber
gagasan anggota kelompok yang menggema berulang di
telinga sesame anggota komunitas dianggap benar dan
memperteguh sistem keyakinan
membuat tidak terbukalagi terhadapgagasan pihak lain

Gaslighting
Rekayasa psikologis dalam hubungan antar-pribadi. Perekayasa
melemahkan rasa percaya diri korban yang membuat korban
mempertanyakan ingatan, sudut pandang & kewarasannya.
korban menjadi mudah dipengaruhi & diindoktrinasi

25

Anda mungkin juga menyukai