Anda di halaman 1dari 15

The Ideology Practice in the Presidential Election Campaign

News on Seputar Indonesia RCTI


Dani Setiadarma S.Sos, M.I.K¹, Dr. Hendriyani²

¹Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Poltik, Universitas Indonesia


² Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Poltik, Universitas Indonesia
Email: danisetiadarma77@gmail.com

ABSTRACT
Tujuan penelitian “Analisis Praktek Ideologi Pada Headline pemberitaan Program Berita Televisi Seputar
Indonesia RCTI” ini adalah untuk menganalisis wacana ideologi headline pemberitaan kampanye pemilihan
Presiden 2014. Jenis penelitian adalah kualitatif. Metode penelitian adalah analisis isi (content analysis)
dengan pendekatan Analisis Wacana Kritis versi Norman Faitclough. Paradigma penelitian; paradigma kritis
dengan teori kritis. Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Analisis
Teks, Indepth-interview, studi kepustakaan dan dokumentasi, dan observasi. Berdasarkan hasil analisis
deskriptif pada level teks/mikro, analisis interpretif pada level discourse practice/mezzo, dan analisis
eksplanatif pada level sosiocultural practice / makro, maka diperoleh hasil penelitian ini, adalahTentang
ideologi program berita Koran Sindo, secara teoritis atau berdasarkan simbol-simbol eksternal media ini
serta berdasarkan pengakuan key informan sebagai representasi owner, maka dapat dipastikan wacana
ideologi pemberitaan kampanye Pilpres 2014 program berita Koran Sindo adalah pers Pancasila. Akan
tetapi di dalam praktek manajemen pers sikap pemilik modal sangat nampak berpihak kepada pasangan
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta. Namun disisi lain Program Berita Televisi Seputar Indonesia juga
memberikan ruang kebebasan kepada individu-individu wartawan untuk memiliki sikap yang sedikit berbeda
dengan kebijakan pemilik modal.

KEYWORDS
Praktek Ideologi, Media massa, Berita dan Kampanye Pilpres

faktor berpengaruh dari luar terhadap proses dan


INTRODUCTION
masalah manajemen pemberitaan dari hulu hingga
hilir yang tidak bisa mereka elakkan. Semua itu
Di tengah era keterbukaan informasi di
berintikan pada masalah transparansi proses
Indonesia sekarang ini, pemberitaan kampanye
manajemen pemberitaan dalam mengungkapkan fakta
pemilihan Presiden menjadi bagian integral
dalam berita hingga ke khalayak. Kemajuan teknologi
komunikasi politik. Hal itu selalu menjadi fokus
informasi tersebut adalah suatu peradaban baru yang
perhatian berbagai kalangan masyarakat.
sama artinya dengan informasi. Menurut Muis, arus
Pemberitaan kampanye pemilihan Presiden menjadi
informasi dari luar akan semakin gencar dan semakin
penting dalam pelaksanaan sistem demokrasi
sulit disaring. Sebab, rintangan ruang dan waktu
langsung yang melibatkan partisipasi publik secara
semakin tipis. Akhirnya dunia menjadi semakin
luas dalam setiap pemilihan presiden dan wakil
transparan (Muis, 2000: 3). Salah satu hal yang
presiden di Indonesia. Realitas tersebut adalah
mungkin telah terjadi dan sekaligus menjadi sumber
masalah penting dalam konteks kekinian dimana
ketakutan kita selaku masyarakat Pancasila adalah
Indonesia sedang dalam proses pembangunan
bahwa dalam proses dan masalah manajemen
demokrasi. Kampanye Pilpres 2014 yang
pemberitaan kampanye Pilpres 2014 pada
diberitakan dalam pemberitaan Program Berita
pemberitaan Program Berita
Televisi Seputar Indonesia tentu merupakan hasil
konstruksi dari insan pers pada media tersebut.
Televisi Seputar Indonesia terjadi eskalasi
Mereka pun bekerja dalam situasi kemajuan
teknologi informasi yang demikian pesatnya sebagai pengaruh dari proses liberalisasi arus informasi,
pengaruh mana telah menyeret sistem pers nasional
jauh ke dalam nilai-nilai liberalisme. kian maraknya pelanggaran kode etik jurnalistik
Sebagaimana isu yang telah dan sedang dilakukan akhir-akhir ini, dan kecenderungan media massa
oleh manajemen pemberitaan Program Berita megeksploitasi selera rendah audience kian tajam.
Televisi Seputar Indonesia terindikasi adanya Dalam era revolusi informasi ini terjadi perubahan
kecenderungan tidak menganut azas independensi identitas nilai-nilai kemanusiaan yang cenderung
sebagai ideologi yang harus dipegang teguh oleh radikal. Ia lebih bersifat menghancurkan nilai-nilai
media manapun karena kepentingan-kepentingan kemanusiaan (dehumanisasi) dibandingkan dengan
owner media begitu kuat mempengaruhi konstruksi sebuah peperangan dengan senjata api modern. Dari
teks dalam proses pembuatan berita. Kecurigaan pandangan McLuhan d atas mengingatkan kembali
dimaksud semakin menguat ketika kita mengetahui dunia media massa, betapa pentingnya pembelaan
owner Program Berita Televisi Seputar Indonesia terhadap nilai-nilai kemanusiaan (khalayak) oleh
sekaligus sebagai politisi atau pendiri partai politik. media massa dalam praktik manajemen pemberitaan
Ideologi pemberitaan di media massa yang sebagai esensi dasar atas eksisitensi media massa itu
dibungkus dalam agenda kampanye Pilpres melalui peran yang dimainkan di hadapan masyarakat.
merupakan bagian dari perubahan sosial yang kian Lalu, bagaimana jika perilaku media massa
cepat dan kian luas. Perubahan atas ideologi itu dalam pemberitaan politik seperti tergambar di atas
berhubungan langsung dengan pengaruh dari proses jika dilihat pada event politik tertentu seperti
pembangunan nasional yang dipertajam oleh kampanye Pilpres di Indonesia yang telah berlangsung
pengaruh globalisasi dan era informasi ini. Dalam pada bulan Juli 2014, di mana bangsa Indonesia
situasi lain terkadang isi informasi yang disampaikan melaksanakan hajatan nasional, pemilihan Presiden
melalui media massa kepada khalayak sering terjadi dan Wakil Presiden. Sebagaimana dalam kebiasaan
kontradiksi dengan harapan khalayak sebagai akibat politik yang menganut sistem demokrasi, sebelum
pandangan media massa yang bersifat pragmatis, pemilihan berlangsung terdapat proses kampanye
yang mau tidak mau kenyataan seperti dimaksud dari para kandidat sebagai salah satu tahapan penting
akan berpengaruh terhadap sistem pembangunan pemilu untuk meneguhkan dukungan dari calon
informasi di Indonesia. masayarakat pemilih.
Selanjutnya dalam perspektif pemberitaan Berdasarkan uraian masalah diatas maka
Program Berita Televisi Seputar Indonesia terkait peneliti menganggap pentingnya membuat fokus
kampanye Pilpres 2014, pada pemberitaan Program penelitian agar peneliti terhindar dari berbagai
Berita Televisi Seputar Indonesia, yang cenderung bentuk bias konsentrasi selama proses penelitian
pemberitaannya tidak independen, sebenarnya ada hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Dapat
hal yang paling mendasar terutama masalah nilai- ditegaskan bahwa penelitian ini berfokus pada
nilai pers Pancasila yang kian jauh ditinggalkan di wacana ideologi media dalam pemberitaan media
belakang kemajuan informasi itu. Ada kesenjangan massa cetak terkait dengan kampanye pemilihan
manajemen pemberitaan yang terjadi secara tajam Presiden 2014, dengan mengambil korpus penelitian
dalam prakteknya. Mengapa demikian? Pada pada headline pemberitaan Program Berita Televisi
dasarnya fenomena kesenjangan itu terjadi akibat Seputar Indonesia.
benturan kepentingan yang melibatkan kelas pekerja
media (tim redaksi), Pemilik Media Televisi yang 1.2 Research Question
sekaligus sebagai pendiri partai politik/politisi yang Dengan demikian, dapat dirumuskan judul
berpengaruh dalam proses manajemen pemberitaan penelitian ini adalah “Analisis Praktek Ideologi Pada
kampanye Pilpres 2014, di Indonesia. C.A. Van Surat pemberitaan Program Berita Televisi Seputar
Peursen menjelaskan, dalam era globalisasi Indonesia Melalui Headline Pemberitaan Kampanye
sekarang, masalah etika komunikasi kian dramatis. Pemilihan Presiden Tahun 2014”.
Etika dan kearifan manusia kian jauh ditinggalkan
oleh perkembangan teknologi komunikasi dan LITERATURE REVIEW
informasi. Hukum komunikasi umat manusia juga
kian berubah menjadi fenomena yang lebih banyak Komunikasi Politik
mudaratnya daripada pahalanya. Sebab, fungsi
komoditas informasi dan media kian lebih dominan Menurut Steven Foster, komunikasi politik
ketimbang fungsi sosial (Muis, 2000: 19). adalah cara dan implikasi dari di mana politisi
Dalam hubungan itu, Marshall Mcluhan dan berusaha untuk mengomunikasikan pesan mereka
Eric Mcluhan (Muis, 2000: 19) menjelaskan, bahwa melalui berbagai instrumen media untuk pemilih yang
skeptis dan tidak terikat. Foster menganggap bahwa merupakan proses yang berubah. Sebagai ciri khasnya
komunikasi politik terjadi dalam kaitanya dengan waktu mengingatkan kita cara bagaimana orang
pemilu, ketika terdapat proses kampanye politik berkomunikasi beraneka ragam selama sejarah
yang melibatkan politisi dan pemilih. Sisi lain Foster interaksi mereka (Darmawan, 2015: 118-121).
menjelaskan bahwa komunikasi politik tidak sebatas Partisipasi merupakan bagian penting dalam
terjadi pada saat pemilu saja, melainkan terjadi berdemokrasi, dimana Huntington & Nelson (1976:
sepanjang waktu. Berbeda dengan pandangan yang 3) mengemukakan pandangannya sebagai berikut: "By
diungkapkan oleh Damsar, komunikasi politk adalah political participation we mean activity by private
proses pengalihan pesan berupa data, fakta, citizens designed to influence government decision-
informasi atau citra, yang mengandung suatu making." Berdasarkan definisi ini, partisipasi politik
maksud atau arti dari pengiriman kepada penerima dimaknai sebagai kegiatan pribadi warga negara yang
yang melibatkan proses pemaknaan terhadap dilakukan untuk memengaruhi keputusan
kekuasaan, kewenangan, kehidupan politik, pemerintah. Kemudian Dahrendorf (2003)
pemerintah, negara, kebijakan, pengambilan menyatakan "Political participation affords citizens in
keputusan, dan pembagian atau alokasi kekuasaan a democracy an opportunity to communicate
yang sedang berjalan maupun yang belum berjalan information to government officials about their
(Darmawan, 2015: 115-116). concerns and preferences and to put pressure on
Munculnya komunikasi politik sebagai them to respond."
forum istimewa untuk transmisi pesan politik adalah Setiap proses demokrasi dalam Pemilu
respon terhadap kebutuhan dari waktu ke waktu Presiden akan senantiasa ada upaya-upaya untuk
karena komunikasi tidak lagi didominasi komunikasi meraih dukungan publik dari masyarakat khususnya
antar pribadi dan lisan secara langsung ataupun yang memiliki hak pilih. Demokrasi sendiri berasal
interaksi tatap muka tetapi berorientasi pada dari kata demos dan kratos. Artinya, pola
teknologi komunikasi. (Ahmed dan Ansari, pemerintahan yang berasal dari rakyat. Bisa juga
2012:181) pemerintah (Presiden) dipilih oleh para wakil rakyat.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga Maknanya, kekuasaan tertinggi berada di tangan
model komunikasi politik, yaitu; 1). Model linear. rakyat. Demokrasi dikembangkan untuk
Model ini menganggap bahwa komunikasi politik menumbuhkan partisipasi rakyat, bukan partisipasi
sebagi proses yang bersifat linear. Menurut Laswell, seseorang atau kelompok. Peran rakyat (baca: publik)
komunikasi terjadi karena lima elemen yang lebih dihargai karena berperan penting dalam
berhubungan secara linear, yaitu komunikator, mengambil keputusan untuk kepentingan publik.
pesan, saluran, penerima, dan efektif atau pengaruh. Sebut saja, dalam menentukan seorang Kepala
Sebagai realisasi dari model ini adalah model linear Daerah, Bupati, Gubernur, dan Presiden sebagai
yang dipakai oleh sumber, dalam hal ini berupa kepala negara dalam system demokrasi harus dipilih
partai politik atau aktor politik, untuk oleh rakyat (Irawan, 2018:91). Pengenalan tokoh
menginformasikan konstituen atau pemilihnya politik sebagai personal dan kelembagaan dan/atau
dalam setiap pemilihan umum. model linear sangat koalisi politik akan dibangun bersama dengan
berhubungan dengan komunikasi politik yang pengenalan ide-ide politik, untuk mendapatkan
bersifat monologis (komunikasi satu arah). Saluran penerimaan dimata publik pemilih. Melalui sistem
ini dapat berupa media elektronik maupun media demokrasi maka setiap individu memiliki hak politik
cetak. 2). Model inreaktif. Model ini menunjukkan yang sama “'one person, one vote' 'one weight'”
komunikator menciptakan dan menginterpretasikan tergantung dari suara rakyat terbanyak yang memiliki
pesan dengan pengalaman personal, lebih banyak hak pilih dan datang melakukan pemilihan dengan
overlop pengalaman dari komunikator, maka lebih memilih pasangan calon presiden dengan sah
baik mereka mengerti satu sama lain. Model ini juga menurut undang-undang. Pasangan calon presiden
menunjukkan mendorong orang untuk akan berebut pada sasaran yang sama, yaitu
berpengertian baik pengirim maupun penerima masyarakat pemilih (Rahman, 2018: 167).
pesan untuk berpartisipasi secara aktif. 3). Model
Transaksional. Model ini melibatkan adanya noise, Ideologi Pers (Media Massa)
yang merupakan segala hal yang mencampuri Secara harfiah mengartikan ideologi adalah
komunikasi yang disengaja atau memiliki tujuan seperangkat keyakinan yang tertata dalam ketentuan
tertentu. Model ini juga menekankan bahwa aturan untuk mencapai tujuan. . Istilah ideologi
komunikasi adalah berlanjut secara konstan pertama kali digunakan oleh seorang filsuf Perancis,
Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Destutt de Oleh kerena itu ideologi dan media massa
Tracy menggunakan kata ideologi untuk menunjuk merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu
pada suatu bidang ilmu yang otonom, ialah analisis dengan yang lain. Dengan demikian untuk melihat
ilmiah dari berpikir manusia, otonom dalam arti perbedaan-perbedaan dalam sistem pers dalam
lepas dari metafisika tetapi juga untuk perspektif sepenuhnya, orang harus melihat pada
mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat sistem-sistem masyarakat di mana pers itu berfungsi.
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai Mencakupi tentang hakekat manusia, hakekat
cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat masyarakat dan negara, hubungan antara manusia
dan beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai dengan negara, hakekat pengetahuan dan kebenaran.
serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas Jadi pada akhirnya perbedaan antar sistem-sistem
masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota pers merupakan perbedaan filsafat, dan landasan-
masyarakat (Bagus, 2000: 178). landasan atau teori-teori filsafat dan politik yang ada
Namun, dalam pandangan penulis bahwa di balik aneka pers di dunia yang berbeda-beda
setiap media memiliki ideology yang dianut sekarang ini (Siebert, Peterson, & Schramm, 1986: 2).
terutama oleh pemilik media. Menurut Syaifuddin, Sehubungan dengan hal tersebut ada empat
bahwa dalam perusahaan media massa juga teori yang menjadi landasan dasar tentang pers.
mengandung nilai-nilai ideologis yang Pertama, teori pers otoritarian menurut Fred S.
merepresentasikan ideologi pemilik/owner masing- Siebert. Secara historis dan geografis, teori ini paling
masing media. Nilai-nilai yang bersifat ideologis tersebar diantara teori yang lain. Teori ini secara
dimaksud bisa dipraktekkan dan dikembangkan otomatis dipakai hampir semua negara terutama
melalui kebijakan yang diterapkan dalam sistem pada saat masyarakat dan tekhnologi telah cukup
manajemen redaksi media itu. Artinya, nilai-nilai maju untuk menghasilkan apa yang kita namakan
ideologis pemilik media menjadi bagian penting di ”media massa” dalam komunikasi. Teori ini
antara beberapa kepentingan yang menjadi membentuk dasar bagi sistem-sistem pers di berbagai
target/sasaran yang ingin dicapai melalui proses masyarakat modern, bahkan di negara yang tidak lagi
konstruksi teks dalam tugas menggunakannya serta teori ini terus mempengaruhi
pemberitaan/penyebaran isu-isu oleh media praktek-praktek sejumlah pemerintahan yang secara
(Syaifuddin, 2003: 97). teoritis menyetujui prinsip-prinsip libertarian.
Dalam pandangan Karl Marx, Ideologi adalah Kedua, teori pers Libertarian. Teori ini
ajaran yang menjelaskan suatu keadaan, terutama bagian dari doktrin libertarian juga merupakan
struktur kekuasaan, sedemikian rupa, sehingga pengembangan prinsip-prinsip philosophis yang
orang menganggapnya sah, padahal jelas tidak sah. menghasilkan basis struktur sistem sosial politik di
Ideologi melayani kepentingan kelas berkuasa mana media massa itu beroperasi. Liberialisme,
karena memberikan legitimasi kepada suatu sebagai sistem sosial politik, mempunyai suatu rangka
keadaan yang sebenarnya tidak memiliki legitimasi. kerja bagi lembaga-lembaga lain, juga ditentukan oleh
Kritik ideologi adalah salah satu sumbangan prinsip-prinsip yang mendasari masyarakat di mana
terpenting teori Marx terhadap analisis struktur pers menjadi bagiannya.
kekuasaan dalam masyarakat. Pendekatan ideologis Ketiga, teori pers Soviet Komunis (Wilbur
tersebut klaim negara bahwa ia mau mewujudkan Schramm). Pada hakekatnya teori ini
kepentingan umum padahal ia melayani kepentingan memperbincangkan soal perbedaan pandangan untuk
kelas berkuasa. Begitupula tuntutan untuk taat pada memahami teori komunikasi massa Soviet dengan
hukum dianggap ideologis, karena tuntutan itu Amerika Serikat, yaitu a). Harus kita ingat bahwa
dibenarkan dengan keadilan hukum, padahal hukum perbedaan dasar antara tradisi Soviet dengan
melayani kepentingan golongan atas, sedangakan Amerika merupakan perbedaan pandangan antara
orang kecil sulit untuk memanfaatkan hukum. Marx dengan Mill. Keduanya memikirkan sebanyak
Dalam konteks inilah sebenarnya bagi para pemilik mungkin kebaikan untuk sebanyak orang. Tetapi
modal yang bergerak di bidang industri media massa Marx bermaksud meningkatkan kehidupan manusia
seharusnya idependen dalam penyampaian berbagai dengan meningkatkan masyarakat sebenarnya,
informasi kepada khalayak tentang wacana atau bermaksud menggunakan manusia sebagai mesin
gagasan yang dijadikan sebagai landasan ideiologis untuk meningkatkan masyarakat agar manusianya
yang berisi aspek etik dan moral dalam merumuskan meningkat. Sebaliknya Mill bermaksud meningkatkan
hukum dan menata pemerintahan dalam suatu masyarakat dengan meningkatkan manusianya dulu.
negara (Suseno, 1999: 122). Jadi di dalam dua tradisi ini kita melihat dua konsep
yang paralel tapi bertentangan. b). Soviet consumers atau masyarakat umum; (8) sumber berita
komunikasi massa pada dasarnya sebuah instrumen atau news sources; (9) pemasang iklan atau
yang dimainkan untuk mencapai tujuan yang telah advertisers.
ditetapkan, dengan pengarahan sekelompok kecil Investor atau owner memberikan arah
pemimpin Promethean. Dalam sistem Amerika ketika mendirikan holding company atau parent
komunikasi massa merupakan sebuah jasa dan corporation, dimana salah satu unit usahanya adalah
bukan instrumen, yang digunakan bukan untuk lembaga penyiaran swasta. Stasiun televisi yang
tujuan yang telah ditetapkan melainkan sebagai didirikan harus menghasilkan revenue kepada parent
suara masyarakat serta kebutuhan, kepentingan, corporation yang pada akhirnya memberikan profit
selera, dan pemikiran-pemikiran masyarakat, dalam bentuk materi ataupun pengaruh kepada
sebagaimana yang dilihat dan interpretasikan oleh investor atau pemilik. Media firm kemudian melalui
para pemilik dan pengelola media massa dengan rapat dan keputusan board of directors membangun
tujuan menjual sebuah produk yang bermanfaat departemen pemberitaan dengan mengembangkan
(Siebert, Peterson, & Schramm, 1986: 9-13). norma-norma jurnalistik di satu sisi berhadapan
Keempat, Teori Tanggung Jawab Sosial dengan norma-norma bisnis di sisi yang lain. Kedua
(Theodore Peterson). Teori ini memperbincangkan norma ini kemudian dikembangkan dalam budaya
soal hak masyarakat untuk mengetahui dan organisasi news room yang harus dipatuhi oleh
tanggung jawab pers kepada masyarakat selalu jurnalis dalam menentukan keputusan redaksional,
menelusup ke dalam percakapan mereka. Pemikiran mulai dari mencari berita, memilah berita sampai
dan kegiatan pers seperti itu memperlihatkan dengan melaporkannya dalam bentuk program siaran
adanya perubahan teori libertarian tradisional, berita untuk disampaikan kepada khalayak. Feedback-
karena teori ini tidak pernah bicara masalah hak nya diformulasikan dalam data kuantitatif yang
publik untuk memperoleh informasi atau tentang menghasilkan rating. News room juga berinteraksi
keharusan penerbit menerima tanggung jawab dengan news recources, sementara media firms yang
moral. membawahi news room berinteraksi dengan
Lima, teori Pers Pancasila. Pers Pancasila pemasang iklan atau advertisers.
adalah pers yang sehat, bebas, dan bertanggung Pada era perkembangan di era teknologi
jawab. Atau pers yang berorientasi, bersikap, dan yang pesat kini, program berita dan majalah sekarang
bertingkah laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan juga dapat diperoleh dalam format digital yang dapat
UUD 1945. Pers Pancasila merupakan ciri khas diakses melalui smartphone. Hal ini dilakukan karena
sistem pers Indonesia. Dalam konteks dalam market-driven journalism, audience lebih
pembangunan pers merupakan keterlibatan atau dilihat sebagai ”customer” dan jurnalisme sudah tidak
partisipasi pers untuk melaksanakan fungsi dapat dipisahkan dalam market-driven journalism
jurnalistik pembangunan (development support karena cenderung lebih mencari keuntungan
journalism) di mana pers menjalankan peran sebagai (Riyanto, 2007).
fasilitator, penghubung, katalisator dan juru bahasa
(interpreter) pembangunan. Pers menjadi forum Berita Televisi dan Bahasa dalam Konstruksi
dialog antara pemerintah dengan rakyat secara Realitas
demokratis, terbuka, dan egaliter sehingga semua Pekonstruksian terhadap realitas adalah
proses pengambilan keputusan berlaku secara suatu proses rekayasa terhadap suatu peristiwa yang
rasional. dilakukan oleh media massa dimana bahasa melalui
Market Driven Journalism kata-kata atau teks sebagai alat utama. Proses
John H Mcmanus (1994) dalam buku pembingkaian, pewacanaan, penyusunan kalimat
Market Driven Journalism menyatakan ada sembilan melalui teks yang diarahkan untuk membawa makna
kelompok agensi yang berinteraksi dalam proses tertentu sesuai kepentingan media sesunggungnya
berita televisi. (1) investor atau pemilik stasiun adalah aktivitas konstrksi realitas.
televisi; (2) holding company atau parent Bahasa merupakan unsur utama di dalam
corporation, yakni kelompok usaha pemilik dimana proses realitas. Hal tersebut telah dibahas oleh
salah satu unit usahanya adalah lembaga penyiaran Berger dan kawan-kawan. Mereka mengatakan
televisi yang bersangkutan; (3) media firm atau bahwa proses konstruksi realitas dimulai ketika
perusahaan televisi; (4) departemen berita atau seseorang konstruktor melakukan objektifitas
news room yang memproduksi berita; (5) budaya terhadap suatu kenyataan, yakni melakukan persepsi
organisasi; (6) news worker atau jurnalis; (7) terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari
pemaknaan melalui persepsi itu diinternalisasikan ke manusia merupakan sebuah proses memproduksi
dalam diri seseorang konstruktor. Dalam tahap dan mereproduksi struktur sosial. Jadi tindakan ini
itulah dilakukan konseptualisasi terhadap suatu dilihat sebagai perulangan bahwa aktifitas itu
objek yang dipresepsi. Langkah terakhir adalah bukanlah dihasilkan sekali oleh aktor sosial tetapi
melakukan eksternalisasi atas hasil dari proses secara terus menerus diciptakan berulang-ulang
perenungan secara internal tadi melalui pernyataan- melalui suatu cara, dengan cara itu pula mereka
pernyataan. Alat untuk membuat pernyataan menyatakan diri sebagai aktor. Di dalam dan melalui
tersebut tiada lain adalah kata-kata suatu konsep aktifitas mereka, agen menciptakan kondisi yang
atau bahasa. Sejalan dengan itu, Tuchman memungkinkan aktifitas ini berlangsung
mengatakan bahasa adalah alat konseptualisasi dan (Giddens,1984 : 2). Berikut ini akan dijelaskan
alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada beberapa konsep penting dalam teori strukturasi
berita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Giddens :
Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbol) tertentu
menentukan format narasi (dan makna) tertentu. Agensi
Dalam media massa khususnya Berita Agensi menurut Giddens inilah konsep yang
Televisi, keberadaan bahasa tidak lagi hanya sebagaimengacu pada aksi-aksi sosial yang dilakukan agen
alat untuk menggambarkan sebuah realitas, tetapi atau aktor sosial. Aksi sosial tersebut mempunyai
dapat menentukan gambaran (makna citra)tujuan dan tidak dipengaruhi (Croteau & Hoyness,
mengenai suatu realitas-realitas media yang akan 2000). Agen sosial ini, tidak hanya mengacu pada
muncul di benak khalayak selanjutnya, dalam individu tapi juga kelompok. Adanya interaksi aktif
halaman yang sama Defleur mengatakan media dari para agen inilah yang membuat kita paham
massa memiliki berbagai cara memengaruhi bahasa tentang dunia social.
dan makna mengembangkan kata-kata baru beserta Giddens memberikan kekuasaan besar terhadap
makna asosiatifnya memperluas makna dari istilah- agen. Agen mempunyai kemampuan untuk
istilah yang ada mengganti makna lama sebuah menciptakan pertentangan dalam kehidupan sosial,
istilah dan makna baru memantapkan konvensi dan agen menjadi tidak berarti apa-apa tanpa
makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa. kekuasaan. Aktor berhenti menjadi agen jika ia sudah
Karena itu maka penggunaan bahasa berpengaruh kehilangan kemampuan untuk menciptakan
terhadap konstruksi realitas, lebih-lebih atas pertentangan. Pemaksaan dan pembatasan terhadap
hasilnya, dalam hal ini makna atau citra. Hal tersebut
aktor tertntu mempunyai pilihan dan peluang untuk
disebabakan bahasa mengandung makna.
membuat pertentangan (Giddens,1984 ; Ritzer dan
Penggunaan bahasa tertentu dapat berimplikasi pada Godman : 2004). Oleh karena itu bukanlah
bentuk konstruksi realitas dan makna yang suatu hal yang aneh bila terjadi pertentangan dalam
dikandungnnya. Pilihan kata dan cara penyajian ruang sosial. Salah satunya perjuangan kelas
suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi subordinan atas dominasi kelas yang berkuasa atau
realitas dan makna yang muncul darinya. Dari bahkan perjuangan kelas yang dominan untuk
perspektif tersebut, bahkan bahasa bukan hanya melestarikan kekuasaannya dengan bermacam
mampu mencerminkan realitas, melainkan juga strategi. Jadi, teori strukturasi Giddens memberikan
sekaligus dapat menciptakan realitas. kekuasaan kepada aktor dan tindakan, namun bukan
berarti dia mengabaikan struktur. Dialektika antara
Teori Strukturasi agen dan struktur tetap menjadi tema sentral dari
Teori strukturasi akan digunakan untuk teorinya.
menjelaskan interaksi yang terjadi antara pemilik
media dan jurnalis di ruang redaksi. Perhatian Struktur dan Dualitas struktur
Giddens terhadap peran agen dan struktur Struktur ialah aturan dan sumber daya atau
diwujudkannya ke dalam teori strukturasi dengan wewenang. Giddens (1984) yang melihatnya sebagai
mencoba mengintegrasikan keduanya lewat praktik “ the structuring properties (rules &resources)”.
sosial yang berulang. Menurut Bernstein (Ritzer dan Struktur hanya akan terwujud karena adanya aturan
Godman, 2004 : 508), ”tujuan fundamental dari dan sumber daya. Namun pada kenyataanya,
teori strukturasi adalah untuk menjelaskan pengertian struktur tidak hanya terbatas pada
hubungan dialektika dan saling berpengaruh dan peraturan dan sumber-sumber tersebut saja.
mempengaruhi antara agen dan struktur”. Titik Struktur bukanlah sesuatu yang berbentuk fisik.
tolak analisis Giddens adalah praktik atau tindakan Menurut Croteau & Hoynes (2000:21) dalam
pengertian yang lebih luas, struktur sosial sosial tapi bukan struktur itu sendiri yang
menggambarkan segala bentuk pola yang berulang- membentuk dan menentukan kehidupan sosial itu.
ulang dari tingkah laku sosial. Fenomena sosial Dualitas struktur dan agensi, dalam studi ekonomi
mempunyai kapasitas yang cukup untuk menjadi politik media massa, dikenal juga dengan istilah
struktur. interplay antara struktur dan agensi. Pendekatan ini
Giddens berpendapat bahwa struktur salah satunya bertujuan untuk menjelaskan
hanya ada di dalam dan melalui aktifitas agen bagaimana struktur itu dibentuk lewat aksi dan begitu
manusia. Disini dia berupaya mengindahkan kesan juga sebaliknya bagaimana aksi dibentuk lewat aksi
bahwa struktur berada “diluar” atau “eksternal” dan begitu juga sebaliknya bagaimana aksi dibentuk
terhdap tindakan aktor. Giddens tak menyangkal secara struktural (Giddens,1976). Studi ini
fakta bahwa struktur dapat memaksa atau seharusnya juga dapat menjelaskan bagaimana
mengendalikan tindakan, struktur bisa membatasi struktur diproduksi dan di reproduksi oleh human
namun bisa memberdayakan (enabling), yang agents yang bertindak lewat medium dari struktur
memungkinkan terjadinya praktik sosial (Ritzer & (Mosco,1996).
Goodman,2004 : 510-511; Priyono 2002 : 23). Dualitas terdapat dalam fakta bahwa suatu
Golding dan Murdock (dalam Cuttan & struktur mirip pedoman yang menjadi prinsip bagi
Gurevitch,1991) pun mengamini Giddens dengan praktik-praktik di berbagai tempat dan waktu
mengatakan, pada kenyataannya, para human tersebut, yang merupakan hasil perulangan berbagai
agency ini bekerja dalam suatu struktur yang dapat tindakan kita. Begitupun sebaliknya, menjadi sarana
mengahambat maupun memfasilitasi, menetapkan (medium) berlangsungnya praktik sosial.
batasan-batasan sekaligus menawarkan Giddens melihat ada tiga gugus besar
kesempatan-kesempatan. struktur yang termasuk ke dalam prinsip struktural :
Hal yang perlu kita cermati yaitu mana yang pertama, signification (struktur penandaan atau
lebih berkuasa anatara struktur dan agency. Untuk signifikansi) yang menyangut skemata simbolik,
menjawabnya kita bisa mengacu pada pendapatnya pemaknaan, penyebutan dan wacana. Kedua,
Ritzer. Hubungan-hubungan struktur dan agency Dominations (struktur penguasaan atau dominasi)
(Ritzer,1996.) adalah bahwa kita tak dapat selalu yang mencakup skemata penguasaan atas orang
mengasumsikan bahwa agensi dan struktur sama (politik) dan ekonomi. Ketiga, legitimation (struktur
pentingnya. Tingkat persamaan mereka adalah pembenaran atau legitimasi) yang menyangkut
sebuah pertanyaan bersejarah. Pada sebagian skemata peraturan normatif, yang terungkap dalam
zaman struktur mungkin memperoleh pengaruh taat hukum (Giddens : 2004, Priyono : 2002).
untuk menguasai agensi, pada kurun yang lain agen Ketiga prinsip struktural tersebut sangat
yang mungkin memainkan peran lebih besar dan terkait dengan praktik-praktik sosial. Struktur
tingkat kepentingan dari struktur akan berkurang. signifikansi juga mencakup struktur dominasi dan
Pada kali yang lain, mungkin ada kesamaan kasar di legitimasi. Misalnya skemata signifikansi orang yang
antara keduanya. Tak ada yang bisa meletakkan menguasi modal disebut pemilik modal, yang pada
sebuah hubungan agensi-struktur tunggal untuk gilirannya menyangkut skemata dominasi otoritas
seluruh masa dalam sejarah. pemilik modal terhadap pekerjaanya dan juga
Giddens (1984 : 25) menyatakan “…. The skemata legitimasi hak pemilik modal untuk
constructions of agents and structures are not two mengadakan penilaian terhdap kinerja dari
independently given sets of phenomena , a dualism, pekerjaanya, bahkan sampai kepada keputusan untuk
but represent duality… “. Struktur dan agen, bukan memberhentikan aliran modal satu menarik modal
sebuah fenomena yang menghadirkan dualisme tapi yang telah diberikannya.
merepresentasikan dualitas. Dualitas terjadi dalam
praktik sosial yang berulang dan terpola dalam lintas Pertarungan Wacana, Wacana Politik dan
ruang dan waktu. Dualitas struktur dan agen Representasi dalam Berita Televisi.
terletak pada proses dimana struktur sosial Pertarungan Wacana. Dalam konteks politik,
merupakan hasil (outcome) dan sekaligus sarana pertarungan wacana dapat diartikan sebagai
(medium) praktik sosial (Priyono,2002:19,22). kampanye yang melibatkan partai politik sebagai
Giddens dalam bukunya A Reply to My aktor utama dalam melahirkan demokrasi. Terutama
Critics (Ritzer dan Goodman, 2004 : 510), juga politisi baik calon presiden, Gubernur , Bupati, dan
mengatakan, bahwa struktur adalah apa yang walikota untuk memainkan peran mereka melakukan
membentuk dan menentukan terhadap kehidupan kampanye tentang wacana atau gagasan kepada
khalayak melalui pertarungan pemilihan umum Representasi Dalam Berita Televisi. Bicara tentang
(pemilu). Dengan demikian pertarungan wacana media massa tentu tidak terlepas dari pembahasan
merupakan bagian dari kampanye pemilu yang mengenai sistem pers yang pada hakekatnya tidak
memiliki ciri pokok dalam kehidupan partai politik bisa dilepaskan dari bentuk-bentuk sistem yang lebih
dan merupakan basis tentang demokrasi besar, dalam hal ini adalah sistem komunikasi. Sistem
perwakilan. Oleh karena itu dalam konteks di mana pers itu merupakan bagian atau subsistem dari sistem
gaya kampanye pemilu merupakan realisasi dari gaya komunikasi. Sedangkan sistem komunikasi itu sendiri
komunikasi politik yang telah berubah serta penting merupakan bagian dari suatu sitem sosial
untuk mendapatkan beberapa perspektif tentang kemasyarakatan. Oleh karena itu sistem pers kita
apa implikasi ini bagi para politisi. untuk menjadi tidak bisa lepas dari bentuk sistem sosial dan bentuk
kandidat dalam jabatan politik yang dicalonkan oleh pemerintahan negara yang ada, serta di mana sistem
partai politik. Studi tentang kampanye melalui pers itu berada dan berfungsi. Sebagaimana hal yang
pertarungan wacana muncul sendirinya sebagai diungkapkan oleh Siebert Et Al, ia mengatakan;
bidang penelitian penting dalam komunitas ilmu sistem pers pada suatu negara mencerminkan sistem
politik (Katz & Crotty, 2014: 199-200). sosial yang di dalamnya diatur hubungan-hubungan
Lipset dan Rokkan menjelaskan anatarindividu dengan lembaga-lembaga yang ada
pertarungan wacana sebagai akibat munculnya serta suatu sistem media mencerminkan Falsafah
keragaman sistem partai dan volatilitas pemilu serta politik negar di mana ia berfungsi. Selanjutnya Jhon C.
juga jauh lebih menarik untuk memerikas partai- Merill secara lebih tegas menyatakan, bahwa suatu
partai sendiri, tidak hanya dalam hal reaksi mereka sistem media merupakan sebagai konskuensinnya,
terhadap perubahan, tetapi juga dalam hal maka sistem pers itu berada di negara yang satu
bagaimana dengan evolusi organisasi dan gaya dengan negara yang lain. Lioyd Sommerlad
kampanye baru mereka melalui pertarungan wacana mengatakan bahwa sebagai institusi sosial pers
atau gagasan yang mungkin terjadi dibalik mempunyai fungsi dan sifat yang berbeda, tergantung
perkembangan ini (Katz & Crotty, 2014: 201). pada sistem politik ekonomi dan struktur sosial dari
negara di mana pers itu berada (Rachmadi, 1990: 29-
Wacana Politik Dalam Berita Televisi 30)
Wacana politik, menurut Syaifuddin, adalah sebagai Sebagaimana yang dikatakan oleh Hall, representasi
komunikasi buah pikiran tentang politik, baik lisan merupakan bagian penting dari proses dimana makna
maupun tulisan, yang resmi dan teratur untuk tujuan diproduksi dan dipertukarkan antara anggota suatu
kekuasaan (hegemoni). Dalam kalimat ini budaya. Itu tidak melibatkan penggunaan bahasa,
menyiratkan hal-hal yang menegaskan tentang arti tanda-tanda dan gambar yang berdiri untuk mewakili
“wacana politik”: Pertama, semua tulisan yang sesuatu. Tapi ini adalah jauh dari proses sederhana
teratur seperti berita politik, artikel politik dan atau mudah, karena anda akan segera menemukan
editorial politik yang tarsusun secara sistematis dan (Hall, 1997: 15). Ada dua proses representasi, yaitu
logis, yang memiliki kesatuan (unity) dan (1) representasi mental, yang bersifat abstrak
keterpaduan/benang merah (coherence) dalam (konseptual) karena berada dalam benak individu
redaksi atau kalimatnya (Syaifuddin, 2013: 75). maupun masyarakat, dan (2) representasi bahasa,
Wacana politik adalah komunikasi dalam suatu yang merupakan penerjemahan dari representasi
proses yang kompleks, di dalamnya abstrak. Sebagai penerjemah dari representasi
melibatkan/terkait dengan pikiran-pikiran dan sikap- abstrak, representasi bahasa berfungsi untuk
sikap warga negara dan kepentingan, kelompok menghubungkan konsep dan ide-ide tentang sesuatu
organisasi, kegiatan pemilihan umum, dan lobbying dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.
sebagai jawaban tentang bagaimana memperoleh,
mengolah dan mempertahankan kekuasaan Konsep Kampanye Politik.
(hegemoni) bagi si pembuat wacana politik tersebut.
Di sini mengandung arti, komunikasi yang Perspektif Riker, terkait dengan kampanye
menyangkut pesan-pesan politik adalah sebagai mengembangkan dua prinsip retorika kampanye dari
“wacana politik”, Wacana politik pada hakekatnya kepemilikan masalah. "Ketika satu sisi memiliki
adalah realitas politik yang dikonstruksi oleh si keuntungan pada suatu masalah, dan sisi lain
pembuat/media untuk mempengaruhi khalayak mengabaikan itu; tetapi ketika tidak ada pihak
politik dengan tujuan pencitraan politik, hegemoni memiliki keunggulan, baik mencari isu-isu baru dan
dan akumulasi kepentingan (Syaifuddin, 2013: 76). yang menguntungkan". Hal tersebut dinamakan
prinsip dominasi dan yang terakhir prinsip dispersi. terhadap realitas sosial terdapat seperangkat
Teori tersebut memprediksikan ada bentuk keyakinan yang mendahuluinya. Hal ini karena
ekstrem dari masalah perbedaan dalam strategi terdapat realitas yang lebih dalam yang terbentuk
komunikasi. sebelumnya (prestructured), tidak diciptakan oleh
Menurut Syaifuddin, memasuki paruh kedua manusia. (Hamad, 2004: 125).
dasawarsa 1970-an minat untuk mengkaji kampanye . Penelitian ini menggunakan pendekatan
marak kembali di kalangan pakar ilmu komunikasi, ekonomi politik kritis. Selain memperhatikan
bahkan akhirnya memancarkan harapan baru akan hubungan persoalan ekonomi dan kehidupan politik,
potensi kampanye dalam mendorong perubahan sosial, serta budaya, penekanan penelitian ini ada
sosial dan prospeknya bagi penelitian komunikasi. pada relasi sosial dan kekuasaan, pada pola bagaimana
Optimalisasi semacam itu berkembang terutama kepentingan politik pemilik media itu bekerja.
setelah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Subyek penelitian ini adalah headline berita
Mendelsohn (Perloff, 1993), Warner (1977), A.J. Televisi di RCTI mengenai kampanye , pemilik/pelaku
Meyer, Nash, Mc.Alister, Maccobby dan Farguhar (redaktur) kedua media tersebut serta representasi
(perry, 2002) dipublikasikan. Semua laporan khalayak penonton televisi. Sedangkan obyek
penelitian tersebut pada prinsipnya menjelaskan penelitian adalah ideologi dan ekonomi politik
bahwa semua kampanye yang dikontruksi dengan pemberitaan pada headline berita kampanye
baik akan memberikan efek yang luar biasa terhadap pemilihan Presiden RI 2014 yang terbit selama masa
khalayak sasarannya. Masa ini kemudian dikenal kampanye Calon Presiden.
sebagai masa kesuksesan kampanye (Syaifuddin, Selanjutnya teknik pengumpulan data yang akan
2013: 85). digunakan dalam penelitian ini yaitu;
Pada masa ini para ahli komunikasi a. Indepth-interview, yaitu suatu teknik
menyadari bahwa efek kampanye lebih bersifat pengumpulan data dengan cara menginterview secara
moderat dan dipengaruhi oleh berbagai faktor: mendalam para pihak terkait sebagai narasumber
Pertama, pada kondisi tertentu sebuah program kunci (key informant) guna melengkapi data-data
kampanya berpeluang besar untuk sukses, namun primer pada level mezo (discourse practice), yakni 1
pada keadaan lain program tersebut gagal. Dua, orang Pemimpin Redaksi dan 3 orang
mereka juga memahami pelaku kampanye dalam wartawan/reporter Senior Koran Sindo, serta 1
merancang dan memanfaatkan berbagai sumber orang Pemimpin Redaksi dan 2 orang wartawan
daya yang ada (Syaifuddin, 2013: 85-86). Hal ini senior program berita Media Indonesia. Selain itu,
sepenuhnya sejalan dengan pendapat Robert. E. pada level praktek sosikultural (sociocultural
Simon (1990) dalam Venus, bahwa “keberhasilan practice) atau level makro, penulis juga melakukan
mencapai tujuan kampanye hanya ditentukan oleh interview 6 orang narasumber yang berprofesi
kemampuan kita dalam merancang, menerapkan sebagai ilmuan / akademisi bidang ilmu komunikasi,
dan mengevaluasi program kampanye secara peneliti, pengamat politik nasional, mantan Ketua MK
sistematis dan strategis. Kemampuan semacam itu dan anggota DPR-RI sebagai representasi dari
harus dilandasi oleh pemahaman teoretis terhadap khalayak pembaca guna menganalisis wacana kedua
berbagai dimensi serta kecakapan teknis dalam media pada kontek sosialnya.
menerapkannya (Venus, 2004: 4). c. Studi kepustakaan dan dokumentasi, yaitu
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
Materials and Methods dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis,
membaca buku-buku (literatur), dokumen, rujukan
Penelitian ini menggunakan paradigma (reference), dan lain-lain di tempat-tempat tertentu,
kritis. Dalam pendekatan kritis, tujuan penelitian di perpustakaan, guna mendapatkan berbagai teori,
bukan sekedar mempelajari dunia sosial tetapi konsep, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan
untuk mengubahnya. . Realitas sosial bagi tujuan penelitian ini. Teknik ini adalah untuk
pendekatan kritis adalah sebagai wujud yang terdiri melengkapi data primer da sekunder pada level
atas berbagai lapisan: empiris, nyata, dan aktual. Sosiocultural practice (analisis level tiga).
Observasi dan pengalaman dengan realitas empiris d. Observasi, yaitu suatu tehnik pengumpulan
tidak murni netral, dan segera, sebaliknya ide, data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara
keyakinan dan interpretasi mewarnai atau langsung dan pencatatan pada subyek penelitian guna
mempengaruhi hal-hal yang diamati dan cara mendapatkan data-data primer dan sekunder pada
mengamatinya. Dengan demikian dalam pengamatan kedua program berita (Syaifuddin 2013: 124).
realitas, media memanfaatkan tiga komponen: (1)
Results and Discussions Pemakaian simbol-simbol politik (language of politic),
(2) Strategi pengemasan pesan (framing strategies),
Dalam pembahasan tentang wacana dan (3) Kesediaan media memberi tempat (agenda
ideologi Seputar Indonesia dalam pemberitaan setting function). Ketiganya itulah yang menentukan
Kampanye Pemilihan Presiden Republik Indonesia opini yang terbentuk (Hamad, 1999).
2014, bahwa dari 15 pemberitaan Seputar Edisi ……, Seputar Indonesia menampilkan
Indonesia, peneliti memperoleh 8 headline headline berjudul “…….”. Melalui judul headline
berhubungan dengan wacana ideologi. Selanjutnya, tersebut, Seputar Indonesia sedang mengonstruksi
dalam sub bagian pembahasan ini, peneliti akan wacana yang memarjinalkan Jokowi. Pemarjinalan
membagi ketujuh headline tersebut dalam tiga tema tersebut dilakukan dengan penekanan bagaimana
besar. Jokowi diposisikan di dalam teks berita. Posisi seperti
Pertama, adalah tema tentang konstruksi itu, menurut Rachmadi (1990) tidak hanya sekedar
teks yang menunjukkan keunggulan Prabowo teknik jurnalistik, tetapi juga berkaitan dengan politik
daripada Jokowi, baik secara pribadi maupun pemberitaan (Rachmadi, 1990: 6).
sebagai pasangan Capres-Cawapres. Hal ini dapat Pada pemberitaan ….. dengan judul ….”,
dilihat pada Konstruksi teks pada Seputar Indonesia Seputar Indonesia melakukan strategi pengemasan
edisi …. pesan (framing strategies) dengan memposisikan
Pada edisi …. berjudul “….”, Seputar Prabowo sebagai salah satu tokoh popular di dunia
Indonesia semakin memperkuat konstruksi teks internasional bersama dengan …... Nama Prabowo
pada headline sebelumnya yang menunjukkan Subianto menjadi tokoh politik kelima di dunia yang
keunggulan Prabowo dibandingkan Jokowi. paling banyak diberi tanda like (disukai) oleh
Berdasarkan pengertian di atas, dalam pengguna Facebook.
konstruksi pemberitaan Seputar Indonesia cukup Kemudian “…….”, demikian judul
menegaskan makna bahwa kepentingan pemberitaan tanggal ……. Dalam mengonstruksi
pemberitaan diarahkan pada penegasan keunggulan realitas ini, Seputar Indonesia mengutip media
figur Prabowo sebagai yang layak menjadi pemimpin ternama Australia, Sydney Morning Herald (SMH) yang
Indonesia melalui Pilpres 2014. Artinya, makna ini menyebutkan bahwa Prabowo mulai menyamai
menunjukkan keberpihakan yang sangat kuat bagi Jokowi bahkan cenderung unggul tipis beradasarkan
Seputar Indonesia terhadap Capres Prabowo pada hasil survei sejumlah lembaga yang dianggap kredibel.
saat itu. Sebagai disampaikan di atas, ketiga
Sementara pada edisi …. dengan judul …..” pemberitaan ini (tanggal …. Juni 2014) adalah tingkat
merupakan penegasan terhadap konstruksi teks kesukaan publik terhadap figur Prabowo Subianto
pada - sebelumnya dengan tema keunggulan maupun sebagai pasangan capres-cawapres
Prabowo dibandingkan dengan Jokowi, baik secara Prabowo-Hatta. Untuk memperkuat konstruksi
pribadi maupun sebagai pasangan Capres- tema tersebut, Seputar Indonesia mengutip hasil
Cawapres. Penegasan ini tampak pada teks: “… survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), tulisan media
….”. Sedangkan sisi Jokowi mengalami pemarjinalan ternama Australia Sydney Morning Herald (SMH)
dimana tampak pada teks berikut ini: ….” dan teks tentang prediksi kemenangan Prabowo-Hatta dan
“……”. banyaknya tanda like (disukai) oleh pengguna
Kedua, adalah tema tentang konstruksi Facebook untuk Prabowo Subianto.
teks atas preferensi publik terhadap Prabowo Konstruksi teks Seputar Indonesia dengan
berdasarkan hasil penelitian sejumlah lembaga mengutip ketiga sumber tersebut (LSI, SMH,
survei dan jumlah orang yang meng-klik ‘like’ di Facebook), tentunya dalam kontrol dan dengan
media sosial Facebook. Ketiga adalah konstruksi teks kepentingan untuk meyakinkan publik. Seputar
dimana kampanye hitam Wiranto yang ‘menyerang’ Indonesia menjalankan fungsi sebagai komunikator
Prabowo dengan kasus penculikan aktivis dan politik dimana tujuannya adalah membentuk opini
kerusuhan Mei 1998 justru menjadi keuntungan publik. Sebagaimana yang direkomendasikan oleh
buat Prabowo karena dianggap sebagai pihak yang Perloff (2003), pilihlah komunikator yang terpercaya.
dirugikan. Lembaga Survei Indonesia (LSI) dikenal sebagai
Praktik wacana dengan tujuan lembaga riset opini publik terkemuka di Indonesia,
mengonstruksi realitas yang dilakukan ini merujuk merupakan lembaga independen dan non-partisan
pendapat Hamad, bahwa dalam mengkonstruksikan yang berdiri sejak September 2003. The Sydney
Morning Herald (SMH) adalah program berita para narasumber menuturkan pendapatnya.
program berita yang diterbitkan oleh Fairfax Media Raymond Rondonuwu dan Septyantoro mengakui
di Sydney, Australia, didirikan pada tahun 1831, bahwa MNC dan Seputar Indonesia “pasang badan
dengan sirkulasi rata-rata 104.000 eksemplar pada untuk Prabowo”, dan mengambil posisi yang kritis
Februari 2016 terhadap Jokowi –JK. Sikap tersebut, dilakukan
(https://en.wikipedia.org/wiki/The_Sydney_Mornin dengan tetap berpegang pada Kode Etik Jurnalistik.
g_Herald). Seputar Indonesia mendukung Prabowo dan
Sedangkan Facebook, pada akhir Februari mengkritik Joko Widodo dengan memperhatikan
2012, jumlah pengguna Facebook di Indonesia telah Kode Etik Jurnalistik, fakta -fakta dan
melebihi 43 juta orang, ketiga terbesar setelah mempertimbangkan kaidah hukum.
Amerika dan India (Merlyna, 2012). Ketiga institusi Terkait keberpihakan Seputar Indonesia, hal
tersebut menjadi medium/alat Seputar Indonesia yang sama disampaikan Soemiadeny. Ia tidak
dalam mengonstruksi pesan dengan tujuan memungkiri bahwa media yang dikelolanya memihak
mempengaruhi opini publik. Titik sentral dalam kubu Prabowo, tapi Seputar Indonesia tidak pernah
konstruksi tersebut adalah opini yang menyerang Jokowi dengan isu-isu yang tidak masuk
dimanifestasikan dalam bahasa sebagaimana akal, apalagi berita hoax. Seputar Indonesia tetap
pembahasan ketiga pemberitaan dengan tema mengedepankan sikap professional dan menjaga
tingkat kesukaan publik terhadap figur Prabowo kemandirian dengan pemberitaan yang berimbang,
Subianto maupun sebagai pasangan Capres- terutama pada penyajian headline setiap harinya.
Cawapres Prabowo-Hatta tersebut di atas. Profesionalisme dan independensi ini dikuatkan oleh
Ketiga adalah konstruksi teks dimana pernyataan Purwanto dengan mengakui adanya
kampanye hitam Wiranto yang ‘menyerang’ beragam afiliasi politik individu di ‘dapur’ redaksi.
Prabowo dengan kasus penculikan aktivis dan Menurutnya, oleh karena ‘dapur’ redaksi ada yang
kerusuhan Mei 1998 justru menjadi keuntungan pro Prabowo dan Jokowi, maka di redaksi terjadi
buat Prabowo karena dianggap sebagai pihak yang perdebatan untuk mengambil keputusan atas sikap
dirugikan. “………”, demikian judul pemberitaan politik institusi media berdasarkan fakta dan data.
tanggal 20 Juni 2014. Pada pemberitaan tersebut, Narasumber dan pengamat komunikasi
wartawan mengkonstruksi berita dimana Wiranto politik Heri Budianto, melihat bahwa relasi media dan
melakukan kampanye hitam ‘menyerang’ Prabowo relasi politik dalam pemilihan presiden tidak bisa
dengan kasus penculikan aktivis. Kampanye hitam ini menghindari adanya dukung-mendukung. Proses
menuai reaksi yang menentang Wiranto tetapi di tersebut akan berlangsung secara otomatis karena
lain pihak menjadi keuntungan bagi Prabowo yang konflik kepentingan pemilik modal yang sudah
dikesankan sebagai pihak yang dirugikan. Praktik memiliki afiliasi politik tertentu kepada kandidat
wacana ini dinilai kontraproduktif bagi kubu Jokowi tertentu yang diusung oleh partai tertentu.
dan menguntungkan kubu Prabowo. Menurutnya, media akan mendukung penuh Capres-
…..8 Juni 2014 dalam judul berita “….”” Cawapres yang masuk dalam basis koalisinya.
Wartawan mengkonstruksi wacana dimana Keberpihakan ini, menurutnya, mengakibatkan media
Prabowo adalah tumbal yang dikorbankan oleh para tidak obyektif lagi dalam mengkonstruksi realitas.
jenderal dalam kerusuhan Mei 1998. Konstruksi ini Premis bad news is good news adalah suatu bukti
didasarkan pada . bahwa hari ini idealisme pers sudah tidak ada lagi.
Praktik wacana media tidak bisa dilepaskan Padahal amanat UU Pers dan UU Penyiaran mengatur
begitu saja dari kepentingan pemilik modal/pemilik bahwa pers harus independen, tidak boleh berpihak.
media. Wacana adalah sebuah realitas yang telah Tapi amanat tersebut kemudian dikalahkan oleh
diproses melalui dikonstruksi wartawan menjadi dominasi kepentingan pemilik modal dan bisnisnya.
berbentuk berita atau opini dalam media massa. Dalam melakukan kajian terhadap Seputar
Oleh karena itu, selain analisis terhadap teks, Indonesia terkait dominasi pemilik modal. Raymond
peneliti juga mewawancarai beberapa narasumber Rondonuwu sebagai wartawan senior (pekerja) di
internal Seputar Indonesia, untuk mengkonfirmasi Seputar Indonesia secara individu tidak memiliki
hasil kajian mengetahui praktik wacana (konsumsi kebebasan untuk membatasi diri dalam penulisan
teks) Seputar Indonesia. berita. Raymond meminta pimpinan redaksi untuk
Seputar Indonesia lebih terus terang dalam tidak memproduksi berita rivalitas Prabowo versus
menjawab hal tersebut. Terkait praktek wacana dan Jokowi dengan menggunakan narasumber twitter
keberpihakan Seputar Indonesia dalam Pilpres 2014, @triomacan karena khawatir tidak obyektif.
Raymond Rondonuwu memberi saran agar dalam praktek manajemen pemberitaan program
membuat berita yang balance dan tidak menyerang berita Seputar Indonesia mengutamakan
tanpa sumber berita yang jelas. kepentingan pemilik modal. Tetapi Seputar
Pertimbangan Raymond Rondonuwu untuk Indonesia tidak pernah menyerang dengan isu-isu
tetap independen dan tidak menyerang salah satu yang tidak masuk akal, apalagi berita hoax. Seputar
pihak semata adalah alasan idealisme, menunjukkan Indonesia tetap mengedepankan sikap
bahwa hubungan kekuasaan antara pemilik modal, professional dan menjaga kemandirian dengan
disatu pihak, dan kaum buruh di pihak lain pemberitaan yang berimbang, terutama pada
melahirkan hegemoni pemilik modal. Bahkan, penyajian headline setiap harinya.
struktur organisasi Seputar Indonesia, khususnya 2. Disisi lain Seputar Indonesia nampak tidak
dalam tataran teknis redaksi antara Pemimpim memberikan ruang kebebasan kepada individu-
Redaksi dan Produser Berita dimana ideologi individu wartawan untuk memiliki sikap yang
pemilik modal ‘secara tersamar’ disampaikan, dalam sedikit berbeda dengan kebijakan pemilik modal.
kasus Raymond tidak memberi ruang keleluasaan Sikap ini sesungguhnya didorong oleh orientasi
individu untuk memilih. kepentingan ekonomi dan politik pemilik media.
Terkait praktek wacana yang dilakukan
secara santun oleh Seputar Indonesia, narasumber Berdasarkan dua kesimpulan di atas, maka penulis
Dendhy Laksono mengingatkan kepada media dapat memberikan beberapa rekomendasi (saran)
massa untuk dapat menjalankan fungsi pengawas sebagai solusi atas kondisi yang ada saat ini pada
mengintepretasi atau memberi arti atas situasi sosial program berita Seputar Indonesia, sebagai berikut :
politk yang mencerdaskan masyarakat, menjadi alat 1. Seputar Indonesia melalui penataan manajemen
propaganda dalam membentuk opini yang sehat media, sebaiknya segera kembali berpegang
sehingga menciptakan stuasi kondusif dan secara konsisten kepada hakikat pers dalam
masyarakat pun tercerdaskan. sosok kebebasan yang bertanggung jawab sesuai
Berdasarkan penjelasan di atas, dari semangat UU Pers Nasional dan Kode Etik
perspektif normatif pers, Peneliti berpendapat Jurnalistik sebagai subordinat dari sumber dari
bahwa wacana ideologi Seputar Indonesia adalah segala sumber hukum nasional yakni Pancasila
praktik nilai pers Tanggung Jawab Sosial (Social dan UUD 45.
Responsibility) yang tidak merepresentasikan 2. Untuk melakukan akselerasi terhadap cita-cita
kepentingan publik (Public Interest) dan perspektif reformasi dalam demokratisasi nasional, maka
pers yang profesional. Pada sistem pers Tanggung media Seputar Indonesia ini sebaiknya
Jawab Sosial, hak kebebasan penyiaran dibarengi menghindari sikap hipokrit sambil menjauhi sikap
dengan kewajiban terhadap masyarakat yang lebih kemunafikan terhadap masyarakat pembaca
luas yang melebihi kepentingan pribadi. Gagasan (khalayak) dalam usaha pemberitaan.
kebebasan positif yang digambarkan melibatkan
beberapa tujuan sosial. Media yang bertanggung Acknowledgment
jawab akan memelihara standar yang tinggi dengan The author’s received Grant support for the research
pengaturan sendiri, tetapi campur tangan from BPPDN DIKTI year 2017.
pemerintah juga dilibatkan. Mekanisme akuntabilitas
terhadap masyarakat dan Publik juga ada. References

Conclusions Ansari. dan Ahmed, Sohail. Political


Berdasarkan hasil analisis deskriptif, ada beberapa Communication: An Epistemological Base of
hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut: Political Campaigns. International Research
1. Secara teoritis simbol-simbol eksternal yang Journal of Arts and Humanities; Jamshoro
digaungkan program berita Media Indonesia Vol. 40, Iss. 40, (2012): 181-192.
dapat dipastikan mewacanakan nilai-nilai Pers
Pancasila. Artinya, media ini mengaku A. Rahman HI. Political Messages Processing of
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dengan cara Presidential Candidate through Heuristic
memberikan ruang terhadap pihak-pihak yang and Systematic Model in the 2014
berlawanan di dalamnya. Namun di sisi lain, Presidential Election in Indonesia.
International Journal of Science and PT Gramedia Pustaka Utama.
Research (IJSR). Volume 7 Issue 7, July Giddens, Anthony. 1984.The Constitution of Society
2018. : The Outline of the Theory of Stucturation. UK:
Assegaff, Dja’far, 1991, Jurnalistik Masa Kini,
Polity Press Cambridge.
Jakarta, Ghalia Indonesia
Jenkiins, Richard. 2004.Terj. Membaca Pikirian
Aziz S.R., Abdul. 2003. Memahami Fenomena Sosial
Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Melalui Studi Kasus dalam Analisis Data
Yogyakarta.
Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Epstein, E.J., 1973, News From No Where:Television
Metodologis ke Arah Penguasaan Model
and The News, USA : Vintage
Aplikasi. Burhan Bungin, ed. Jakarta : Raja
Eriyanto, 2002. Analisis Framing: Konstruksi,
Grafindo Perkasa.
Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta, Lkis
Badara, Aris. (2012). Analisis Wacana (Teori,
Eriyanto, 2005, Analisis Wacana Pengantar Analisis
Methode, dan Penerapannya Pada
Wacana Media). Penerbit Kencana Media Teks Media, PT. LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta
Group, Jakarta. Fairclough, Norman, 1995, Media Discourse, Edward
Bagus, Lorens, (2000). Kamus Filsafat. Gramedia Arnold, New York
Pustaka Utama, Jakarta. Giddens, Anthony dan David Held. 1987. Terj.
Breed, Warren. 1955. Social Control in The Perdebatan Klasik dan Kontemporer Mengenai
Newsroom : A Functional Analysis. Article in Kelompok , Kekuasaan dan Konflik. Jakarta: CV
Sosial Forces 33 (4) Rajawali.
Briggs, Adam and Paul Colbey, 1998, The Media: An Griffin, EM. A. 2004. A First Look at Communication
Introduction, Addison Wesley Longman, Ltd, Theory. Singapore : McGraw-Hill
New York Hall, Stuart. (1997). Representations: Cultural
Croteau, David and William Hoyness2000. Media Representations and Signifying Practices.
Society : Industries, Image and Audiences. 2nd London: Thousand Oaks.
ed. California : Pine Forge Press. Hamad, Ibnu, (2004). Konstruksi Realitas Politik
Dahrendorf R (2003). The Challenge for Democracy. dalam Media Massa, Granit,
Journal of Democracy. 14 (4). EACEA Hanakazi, Yasou. Pers Terjebak. Jakarta: Institut
(Education, Audiovisual and Culture Studi Arus Informasi. 1998.
Executive Agency) (2012). Political Harker, Richard, Charleen Mahar, dan Chris Wilkes.
participation and EU citizenship: 1990. An Introduction to The Work of Pierre
Perceptions and behaviors of young Bourdieu: The Practice Theory. London: The
people. Evidence from Eurobarometer Macmillan Press Ltd. Terj. (Habitus X Modal) +
surveys. European Commission.
Ranah = Praktik : Pengantar Paling
Herman, Edward S. dan Chomsky, Noam. 1988.
Komperhensif Kepada Pemikiran Pierre
Manufacturing Consent : Political Economy of
Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra.
The Mass Media. New York, Pantheon Books.
Katz Richar S, dan William Crotty, (2014). Hanbook
Hidayat, Dedy N. 2008. Dikotomi Kualitatif –
Partai Politik. Penerbit Nusa Media,
Kuantitatif dan Varian Paradigmatik dalam Bandung
Penelitian Kualitatif. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA Kristi Poerwandari. 2007. Pendekatan Kualitatif
Vol 2, No 2 Juli 2008 untuk Penelitian Perilaku Manusia, edisi ke-3.
Hidayat, Dedy N. 2002. Modul Metode Penelitian Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas
Komunikasi I (MPS). Universitas Indonesia: Indonesia.
Prodi Ilmu Komunikasi. Littlejohn, Stephen W. 2002.Theories of Human
Hidayat, Dedy N. 2000. ed, Pers dalam Revolusi Communication. California: Wadsworth.
Mei: Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta: McQuail, Dennis, 1987, Mass Communication Theory
atau Teori Komunikasi Massa Jakarta, Erlangga Sobur, Alex, 2002, Analisis Teks Media, Bandung, PT
Michael Quinn Patton. 2002. Qualitative Research Remaja Rosdakarya
and Evaluation Methods 3rd Edition. California: Strinati, Dominic. 2003.Terj. Popular Culture:
Sage Publication Pengantar Menuju Teori Budaya Populer.
Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Yogyakarta : Bentang Budaya.
Communication. Rethinking and Renewal. Suseno, Franz Magnis. 1999. Pemikiran Karl Marx :
London: Sage Publication. Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Muis, A. (2000), Titian Jalan Demokrasi (Peranan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Kebebasan Pers Untuk Budaya Komunikasi Utama.
Politik), Penerbit Harian Kompas, Jakarta. Suseno, Franz Magnis, (1999). Pemikiran Karl Marx,
Murdock, Graham and Peter Golding. 1995. For a Sosialisme Utopis Ke Perselisihan
Political Economy of Mass Communication in Revisionisme. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Boyd Barret and Newbold, ed. The Approaches Utama Jakartata.
to Media : A Reader. London : Edward Arnold. Syaifuddin, (2013). Konstruksi Capres Dan Wapres
Murdock, Graham and Peter Golding.1979. Dalam Media Massa, (Studi Analisis Wacana
Kritis Terhadap Wacana Politik Editorial SK.
“Capitalism, Communication and Class
Kompas dan Rakyat Merdeka Dalam
Relation” in Curran, Gurevitch, Woolacott. Ed. Kampanye Pilpres 2009). Disertasi Program
Mass Communication and Society. Beverly Hill : Pascasarjana (S3) Ilmu Komunikasi,
Sage Publication. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Neuman, W. Lawrence. 2011. Social Research Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye
Methods: Qualitative and Quantitative (Panduan Teoretis dan Praktis Dalam
Approaches 7th Edition. USA: Pearson Mengefektifkan Kampanye Komunikasi),
Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Education
Pawito. 2009. Komunikasi Politik, Media Massa dan Dani Setiadarma, S.Sos, M.I.Kom.
Kampanye Pemilihan. Jogjakarta : Jalansutra Dani Setiadarma was born in Tangerang, 29 July
Potter, W. James. 2001.Media Literacy. 2nd ed. 1977. He finished master of corporate
Thousand Oaks. California : Sage Publication. communication at Paramadina University. Now, he is
Rachmadi F, (1990). Perbandingan Sistem pers doing PhD in communication at University of
(Analisis Deskriptif Sistem Pers di berbagai Indonesia.
negara, Penerbit PT Gramedia, Jakarta. He had 15 years experience as a journalist at TRANS
Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Terj. TV and RCTI. Now he works as Head of
Communication Department, Faculty of Bussines
Teori Sosiologi Modern. 6th ed. Jakarta : and Sosial Sciences, Dian Nusantara University.
Kencana. His research interest area in journalism, mass media
Salim, Agus dkk. 2001. Teori dan Paradigma and social media.
Penelitian Sosial (Dari Denzin Cuba dan His published research follows:
Penerapannya). Yogyakarta : PT. Tiara Wacana -Netnography studies on YouTube Indonesian and
international community in panama papers cases.
Yogya.
2016
Shoemaker, Pamela J., Stephen D.Reese, 1996, -Netnography studies on YouTube Indonesian and
Mediating The Message: Theories of Influence international community In 411 Rallies Cases In
on Mass Media Content, 2nd edition, New York, Jakarta. 2018
Longman Publisher
Siebert Fred S, Theodore Peterson, Wilbur
Schramm. (1986). Fourt Theory of The
Press. Penerbit PT Intermasa University of
Illinois Prees Urbana/Chicago/London.

Anda mungkin juga menyukai