Anda di halaman 1dari 19

TANTANGAN JURNALIS DIERA INFORMASI DAN DIGITALISASI

PERSPEKTIF MEDIA PIKIRAN RAKYAT BANDUNG

PROPOSAL PENELITIAN
Disusun sebagai syarat Ujian Akhir Semester
Matakuliah Metode Penelitian Komunikasi I

Oleh:
Elsa Azzahara Salsabila
1194050048

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
A. Latar Belakang Penelitian

Manusia pada hakikatnya selalu mencari dan membutuhkan informasi,


pada jaman dulu masyarakat hanya mengandalkan berita dari orang per
orang melalui proses verbal, dari mulut ke mulut. Namun saat ini
perkembangan informasi bergerak sangat cepat dengan difasilitasi media
massa setiap individu kini bisa dengan mudah mendapatkannya. Media
massa mengacu pada alat komunikasi massa utama seperti televisi dan surat
kabar yang digunakan untuk menyebarkan informasi. Diera modern ini,
dunia media semakin terlihat pesat, salah satunya dilihat dari munculnya
media baru atau new media. Media baru merupakan media berbasis
teknologi digital yang sering digunakan sebagai alat untuk menyampaikan
informasi, sebagai pendidikan atau juga sebagai hiburan. Istilah new media
hadir bersamaan dengan adanya komunikasi digital yang terkomputerisasi
dan terhubung ke dalam jaringan. New media juga mencakup kemunculan
era digitalisasi. Media yang sangat mempresentasikan new media adalah
penggunaan internet dan media sosial. New media berlawanan dengan old
media yang menggunakan bentuk media tradisional yaitu, radio, televisi dan
media cetak seperti surat kabar dan majalah.

Karakteristik dari media baru yaitu dapat berkomunikasi secara dua


arah, tidak dapat dikontrol, demokratis, dapat menimbulkan kesadaran
individu, dan tidak terpusat. Holmes (2005:10). Salah satu dari karakteristik
media baru yang digambarkan oleh Holmes adalah tidak dapat dikontrol.
Karakteristik tersebut memungkinkan manusia untuk lebih mudah
mengendalikan dan mengatur informasi secara kreatif. Artinya, dalam hal
ini siapa pun bisa membuat, mengatur ataupun menyebarkan informasi
sendiri, baik dimedia sosial maupun media internet. Kini dengan adanya
media internet juga menyebabkan munculnya berbagai media siber atau
media online yang tanpa disadari kehadirannya dapat menjadi pesaing
media massa. Selain itu, informasi yang dibuat oleh masyarakat dalam sosial
media kini tidak jarang lebih menarik dan lebih cepat dibanding media
massa yang dipegang oleh para jurnalis. Sementara, jurnalisme merupakan
pembentuk arus utama opini sehingga diharapkan tidak menjadi pengekor
tetapi menjadi pelopor wacana publik.

Dengan kemudahan yang diberikan oleh internet membuat individu


lebih sering dan lebih senang menggunakan internet dan media sosial karena
dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan mudah, bebas dan tanpa
batas. Pada masa ini manusia secara tidak langsung dapat dikatakan menjadi
masyarakat informasi. Konsep masyarakat informasi muncul pada tahun
1970-an. Dimana pada tahun tersebut terjadi peralihan dari masyarakat
industri menuju masyarakat informasi. Information society atau masyarakat
informasi merupakan suatu kondisi dimana masyarakat melakukan produksi,
distribusi dan manipulasi suatu informasi dimedia secara pribadi dan
menjadikannya sebagai kegiatan utama.

Seperti yang dikutip Mc Quail (2011:44-45) Chastelles (2001)


menjelaskan internet pada awalnya digunakan sebagai alat komunikasi non
komersil yang kemudian berkembang sebagai alat penyedia barang dan jasa
juga sebagai alat komunikasi pribadi maupun antar pribadi. Aplikasi intenet
seperti berita online, merupakan perkembangan dari jurnalisme surat kabar,
yang kini semakin berkembang, dimana masyarat sekarang juga dapat
menjadi seorang jurnalis dengan cara mengumpulkan atau melaporkan
langsung kejadian-kejadian yang ada disekitanya.

Era informasi dan digitalisasi tentu sangat mempengaruhi pada kinerja


seorang jurnalis dimedia massa, perubahan secara fundamental dan
terjadinya inovasi yang sangat pesat juga mengubah pandangan baru di era
industri 4.0 seperti saat ini. Internet kini menjadi jalan pintas bagi setiap
orang untuk mempelajari sesuatu termasuk ilmu jurnalistik, hal seperti itu
sulit didapat bagi orang-orang era 90-an yang harus mencari dan membeli
buku sebagai sumber pengetahuan ketika ingin belajar dan mengetahui
sesuatu. Sementara kini tayangan sosial media mulai dari Facebook, Twitter,
Instagram, Youtube hingga Tiktok dan sosial media lainnya merupakan
industri di era baru yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah bahkan
dapat dijadikan sebagai alternatif pekerjaan di era digitalisasi.

Seorang jurnalis dalam era ini menghadapi beberapa tantangan, selain


adaptasi terhadap teknologi digital juga tentu harus dapat bersaing guna
menghilangkan pandangan dan pertanyaan; apakah penting mempelajari
keilmuan jurnalistik dengan berkuliah jurusan Jurnalistik di era digital ini?
Disaat setiap orang bisa mempelajari bahkan melakukan kegiatan jurnalistik
secara pribadi atau juga disebut sebagai jurnalisme instant yang
kemunculannya dapat terlihat melalui jurnalisme clickbait dengan cara
membuat judul menarik dan membuat penasaran demi memancing perhatian
pembaca.

Dihadapkan dengan isu-isu tersebut, dunia jurnalisme dapat dikatakan


berada dipersimpangan jalan. Dalam kondisi ini apakah dunia jurnalisme
diera informasi dan digitalisasi sebagai transformasi atau bahkan sebagai
tantangan. Dunia jurnalisme dapat dikatakan bertrasformasi jika jurnalisme
sedang masuk ke tahap baru mengikuti perkembangan media baru, di mana
semakin diutamakan multi kompetensi di dunia kewartawanan seperti
kompetensi kejuruan, kompetensi teknik, kompetensi keahlian, orientasi
sosial, terlebih kompetensi dalam bidang digital. Namun disisi lain juga era
informasi dan digitalisasi ini bisa dikatakan sebagai sebuah tantangan
terhadap jurnalisme sebagai profesi yang dikhawatirkan tugas dan fungsinya
dalam menyampaikan informasi secara aktual lama-lama akan menghilang
karena siapa saja dapat menjadi sumber dan penulis berita di internet.

Dengan dilatar belakangi fenomena-fenomena tersebut, hal ini tentu


menjadi sangat penting bagi dunia jurnalisme karena bagaimanapun selaku
orang yang berada pada ranah dan bidang jurnalistik harus mengetahui dan
menemukan solusi serta cara bagaimana dalam menghadapi tantangan
dimedia massa nantinya ditengah era informasi dan digitalisasi melalui
sebuah penelitian. Setiap media massa memiliki tantangan yang berbeda-
beda dalam menghadapi perkembangan teknologi di era informasi dan
digitaslisasi. Untuk memperdalam dan lebih mengetahui mengenai
tantangan bagi jurnalis, penulis memilih untuk meneliti jurnalis dari media
Pikiran Rakyat Bandung. Media Pikiran Rakyat Bandung merupakan media
massa yang sudah berdiri cukup lama, dan sangat aktif hingga saat ini. Maka
dari itu, media massa Pikiran Rakyat dirasa telah melalui berbagai tantangan
termasuk tantangan diera informasi dan digitalisasi ini.

Untuk menelusuri fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk


mengadakan penelitian dengan mengangkat judul : “Tantangan Jurnalis
Diera Informasi dan Digitalisai Perspektif Media Pikiran Rakyat
Bandung”

B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang mendalam dan memiliki fokus yang


jelas, penulis memberikan batasan dalam penelitian ini, yaitu dalam
perspektif media Pikiran Rakyat Bandung mengenai pengalaman tantangan
jurnalis diera informasi dan digitalisasi, pemaknaan dan strategi jurnalis
dalam menghadapi persaingan diera informasi dan digitalisasi

1. Bagaimana pengalaman jurnalis Pikiran Rakyat Bandung mengenai


tantangan diera informasi dan digitalisasi?
2. Apa makna yang diperoleh jurnalis Pikiran Rakyat Bandung atas
tantangan diera informasi dan digitalisasi?
3. Bagaimana strategi jurnalis Pikiran Rakyat Bandung dalam menghadapi
persaingan diera informasi dan digitalisasi?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengalaman jurnalis Pikiran Rakyat Bandung
mengenai tantangan diera informasi dan digitalisasi.
2. Untuk mengetahui makna yang diperoleh jurnalis Pikiran Rakyat
Bandung atas tantangan diera informasi dan digitalisasi.
3. Untuk mengetahui strategi jurnalis Pikiran Rakyat Bandung dalam
menghadapi persaingan diera informasi dan digitalisasi.

D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, pertanyaan penelitian dan tujuan
penelitian, akan diuraikan kegunaan dari penelitian ini untuk kedepannya.
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa berguna kedepannya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan atau teoritis, diantaranya:
Menambah dan meningkatkan pengetahuan, umumnya terhadap teori
dan kajian ilmu komunikasi, khususnya terhadap bidang jurnalistik, serta
menyumbangkan pemikiran untuk kajian ilmu terkait tantangan jurnalis
diera informasi dan digitalisasi agar berguna bagi perkembangan jurnalis
dan lebih baik serta menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk
penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktisi
Penelitian ini diharapkan bisa berguna ke depannya dalam dunia
praktisi yang fokus dalam bidang ilmu komunikasi jurnalistik
diantaranya:
Memberikan pemikiran yang lebih luas bagi jurnalis dalam
menghadapi tantangan jurnalis diera informasi dan digitalisasi.

E. Hasil Penelitian Releven


Dalam hasil penelitian relevan, peneliti mengawali dan menelaah
penelitian terdahulu yang berkaitan serta relevansi dengan penelitian yang
akan dilakukan. Guna mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta
pembanding dalam menyusun proposal ini sehingga lebih memadai, selain
itu telaah pada penelitian terlebih dahulu berguna untuk memberikan
gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian
ini.

Setelah melakukan pencarian penelitian relevan atau penelitian


terdahulu, ditemukan beberapa penelitian mengenai tantangan di dunia
jurnalistik diera modern ini. Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam
proses penelitian mengenai “Tantangan Jurnalis Diera Informasi dan
Digitalisai Perspektif Media Pikiran Rakyat Bandung”, penulis mengacu
pada beberapa pembahasan yang digunakan dalam penyusunan skripsi
berikut ini.

No Judul Nama Metode Perbedaan/persamaan


penelitian peneliti yang
digunakan dengan penelitian ini
1 Teori Sistem Thomas Perbedaan, dalam
Sosial dan Hanitsch penelitian ini lebih
Paradigma menekankan pada
Konstruktivis tantangan keilmuan
me: jurnalistik diera
Tantangan Informasi, sementara
Keilmuan penulis menekankan
Jurnalistik di tantangan bagi jurnalis
Era Informasi itu sendiri. Persamaan
terletak pada
paradigma yang
digunakan yaitu
konstruktivisme.
2 Strategi media Ikah Metode Metode penelitian
cetak di Era Rahmawati deskriptif yang digunakan
Revolusi kualitatif berbeda, dalam
Industri 4.0: penelitian terdahulu
Studi ini menggunakan
kualitatif pada metode deskriptif
media cetak kualitatif, sementara
Tribun Jabar. penulis menggunakan
metode fenomenologi.
Persamaan terletak
pada pembahasan
strategi yang harus
dilakukan diera
modern ini.
3 Media Dalam Putri Kualitatif Perbedaan, penelitian
Tantangan Maulina ini lebih menganalisis
Industri 4.0: penerapan sistem
“Analisis digitalisasi di suatu
Penerapan media, sementara
Sistem penulis meneliti
Digitalisasi tantangan bagi jurnalis
Pada diera informasi dan
Perusahaan digitalisasi.
Media Tempo Persamaan mengenai
pembahasan tantangan
dari era baru.

F. Landasan Pemikiran
1. Jurnalis
KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa
jurnalis atau juga disebut wartawan adalah orang yang malakukan
kegiatan atau pekerjaan mencari, menulis serta melaporkan atau
mempublish berita, informasi atau juga peristiwa untuk dimuat dalam
media cetak, media elektronik dan kini juga dimuat di media online.
Profesi jurnalis merupakan profesi yang penting dan tentu
dibutuhkan dalam dunia informasi ataupun digitalisasi. Dalam hal ini
seorang jurnalis harus bersungguh-sungguh melakukan upaya menjdi
seorang jurnlis yang handal, berkualitas dan memiliki multi kompetensi.
Pada konsekunsinya, pendidikan jurnalistik tidak memiliki pilihan
lain selain mempersiapkan calon-calon jurnalis yang siap untuk bersaing
dilapangan. Dalam era ini seorang jurnalis diharapkan dapat
bertransformasi, berubah dan mencapai kualitas baru.
2. Era Informasi
Kata informasi berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu informacion
(tahun 1387) yang diambil dari bahasa Latin informationem artinya yaitu
(garis besar, konsep, ide). Informasi juga merupakan kata benda dari
informare yang artinya (aktivitas dalam pengetahuan yang
dikomunikasikan).
Era informasi sendiri merupakan suatu kondisi dimana siapapun baik
individu ataupun perusahaan dapat melakukan produksi dan distribusi
informasi secara pribadi. Kini pergerakan informasi dapat dikatakan
sangat cepat, baik informasi lokal, nasional hingga internasional. Dan
semua individu tentu membutuhkan informasi. Menurut Krikelas,1983
(dalam Tawaf dan Khaidir Alimin), kebutuhan informasi merupakan
suatu pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam didalam diri yang
kemudian mendorong individu untuk mencari informasi.
3. Era Digitalitasi
Kini diera modern ini, ada yang disebut dengan era digitalisasi yang
dimana ditandai dengann kemunculan internet. Dengan kehadiran
internet ini, masyarakat menjdi lebih senang menggunakan gadget karena
dengan melalui internet dapat dengan mudah mengakses ataupun mencari
informasi. Digitalisasi sendiri merupakan kondisi yang menuntut
kecepatan.
Era digital sendiri muncul pertamakali pada tahun 1990-an yang
kehadirannya ditandai dengan munculnya informasi-informasi dimedia
komunikasi dan informasi tersebut dapat dikatakan sudah bersifat jelas,
akurat dan cepat.

G. Langka-langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Bandung tepatnya di Media
Pikiran Rakyat Bandung. Media Pikiran Rakyat Bandung dipilih sebagai
lokasi penelitian karena sudah berdiri cukup lama dan sangat aktif hingga
saat ini. Maka dari itu, media massa Pikiran Rakyat Bandung dirasa tepat
dijadikan pilihan untuk lokasi penelitian terhadap kasus yang ingin
diteliti mengenai tantangan jurnalis diera informasi dan digitalisasi.
2. Paradigma dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan paradigma kontrukvisme yang memiliki


arti sebagai paradigma dengan cara pandang suatu realitas sosial dapat
dilihat dari hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial
bersifat relatif. Paradigma ini merupakan paradigma yang memiliki
paham untuk meletakan pengamatan serta objektivitas sebagai bentuk
untuk menemukan realitas atau ilmu pengetahuan.
Paradigma konstruktivisme ini menekankan aspek keterlibatan
individu dan proses sosial dalam penciptaan pengetahuan. Kenyataan
beragam dan dikonstruksi, karenanya pengetahuan pun dikonstruksi dari
hasil interaksi manusia dan lingkungannya, dimana dalam penelitian ini
konstruksi dari hasil interaksi jurnalis dengan tantangan diera informasi
dan digitalisasi.
Paradigma ini memiliki paham bahwa ilmu sosial dapat dilakukan
sebagai analisis yang tersistematis pada perspektif dengan subjek
penelitian melalui pengamatan yang terperciri dan secara langsung pada
perilaku yang bersangkutan dengan menciptakan dan memelihara serta
mengelola dunia sosial. Menurut Hidayat, 2003 (dalam Rahmawati,
2020).
Peneliti memilih pendekatan kualitatif, karena dengan menggunakan
pendekatan kualitatif penulis dapat mengamati subyek secara langsung,
mengembangakan definisi informan terkait dengan fokus penelitian. Jadi,
dengan hal tersebut peneliti dapat mengumpulkan data dengan cara
observasi, langsung turun ke lapangan, melakukan wawancara
mendalam, tidak terstruktur, dengan beberapa informan, dan
dokumentasi. Dengan tujuan akhir yang diharapkan dapat memperoleh
informasi yang diinginkan terkait permasalahan yang penulis teliti agar
pelaporan hasil maksimal.
3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi.


Fenomenologi merupakan metode yang menjelaskan makna umum dari
pengalaman yang dialami dari beberapa individu terkait suatu konsep
atau fenomena.

Menurut Littlejohn (dalam Hasbiansyah, 2008) fenomenologi


merupakan studi mengenai pengetahuan yang berdasarkan pada
kesadaran manusia. Dalam fenomenologi, seseorang dapat mempelajari
cara memahami suatu peristiwa, gejala, atau objek dengan mengalaminya
secara sadar. Menurut Creswell (dalam Susila, 2015) pendekatan
fenomenologi digunakan untuk mengembangkan pemahaman atau
menjelaskan arti dari suatu peristiwa yang dialami seseorang atau
kelompok.

Peneliti menggunakan metode fenomenologi dengan memfokuskan


melihat dan mendengar lebih dekat penjelasan individual tentang
pengalaman-pengalamannya. Dalam hal ini untuk mengetahui bagaimana
pemaknaan dan pengalaman para jurnalis di media Pikiran Rakyat
Bandung terhadap tantangan jurnalis diera informasi dan digitalisasi.

4. Jenis Data dan Sumber Data


a. Jenis Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti memilih menggunakan
jenis data kualitatif. Data kualitatif sendiri merupakan data yang
dipresentasikan dalam bentuk kalimat atau kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Jenis data kualitatif digunakan dalam penelitian ini
dengan tujuan untuk lebih mendeskripsikan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan tantangan jurnalis diera informasi dan
digitalisasi.
b. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer atau sumber data pertama merupakan data
yang diperoleh langsung dari narasumber, responden atau yang
dijadikan objek kajian dilapangan dengan melakukan
wawancara mendalam. Dalam penelitian ini, sumber data primer
diperoleh dari hasil wawancara dengan informan inti dari objek
yang dikaji, yaitu jurnalis di Pikiran Rakyat Bandung.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder atau juga sumber data kedua yang tidak
didapatkan langsung dari objek yang diteliti, diperoleh dari
observasi atau berasal dari dokumen-dokumen seperti jurnal,
buku, penelitian sebelumnya dan website terpercaya yang dapat
mendukung sumber data primer.
5. Informan Penelitian
a. Informan
Dalam mengkaji dan untuk mengetahui penelitian yang akan diteliti,
peneliti mengandalkan temuan berdasarkan data yang diperoleh dari
informan yang mengetahui mengenai objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, informan yang dituju adalah jurnalis di Pikiran Rakyat
Bandung untuk mrnjawab permasalahan mengenai tantangan jurnalis
diera informasi dan digitalisasi.
b. Teknik Penentuan Informan
Menurut Creswell, pemilihan subjek atau informan dalam penelitian
kualitatif fenomenologi, berdasarkan pada kriteria “all individuals
studied represent people who have experienced the phenomenon” hal
tersebut berarti orang yang dipilih menjadi informan penelitian
merupakan orang yang memiliki kapasitas dan pengalaman mengenai
hal yang dipertanyakan dalam penelitian ini. Adapun teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Menurut Sugiono,2016 (dalam Fakhri,2021) Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah jurnalis
di media Pikiran Rakyat Bandung dan dengan waktu telah bekerja di
Media Pikiran Rakyat Bandung Minimal 3 tahun lamanhya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan metode
fenomenologi ini adalah wawancara mendalam dengan informan
penelitian. Adapun untuk kelengkapan data diperdalam dengan
menggunakan teknik observasi dan penelusuran dokumentasi.
a. Wawancara
Teknik wawancara dijadikan sebagai teknik utama untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini, selain karena menggunakan
metode penelitian fenomenologi juga karena wawancara merupakan
proses memperoleh data penelitian dengan cara tanya jawab secara
langsung. Wawancara dilakukan pada jurnalis dimedia Pikiran
Rakyat Bandung untuk mengetahui pengalaman mengenai tantangan
jurnalis diera informasi dan digitalisasi, makna terhadap tantangan
jurnalis diera informasi dan digitalisasi, serta strategi jurnalis dalam
menghadapi persaingan diera informasi dan digitalisasi.
b. Observasi
Teknik observasi menjadi sumber pelengkap yang diharapkan dapat
menguatkan penelitian ini. Observasi dilakukan pada media pikiran
rakyat bandung dengan cara mengamati dan mencari informasi tekait
masalah yang diteliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik ketiga dalam penelitian ini sebagai
pelengkap dalam pengumpulan data primer.
7. Terknik Penentuan Keabsahan Data

Tujuan akhir dari sebuah penelitian tentu saja adalah memperoleh


hasil data penelitian yang kredibel dan valid. Untuk melakukan
pengujian kebasahan data ini, peneliti akan menggunakan salah satu
teknik yang sudah sering dipakai dalam berbagai penelitian kualitatif,
yaitu Triangulasi. Penggunaan teknik ini juga bisa diterapkan pada saat
proses observasi hingga wawancara berlangsung.
Triangulas merupakan teknik untuk pemeriksaan data yang telah
diperoleh dari informan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data tersebut untuk keperluan pengecekan ataupun pembanding terhadap
data. Yang lebih banyak digunakan dalam teknik penelitian ini adalah
dengan cara memeriksa sumber lain.
Menurut Sugiyono,2017 (dalam Mekarisce, 2020) menyebutkan
bahwa Triangulasi dipakai sebagai kegiatan pengecekan data melalui
beragam sumber, teknik, serta waktu. Namun yang digunakan dalam
penelitian ini hanyalah triangulsi sumber dan Teknik:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk mengecek kembali data yang
sudah disampaikan sebelumnya oleh informan. Triangulasi sumber
diterapkan peneliti ketika melakukan wawancara kepada beberapa
orang informan terkait, sehingga mendapatkan kredibilitas pada hasil
temuan. Yang nantinya dari berbagai data yang diperoleh tersebut
selanjutnya dikategorisasikan atau dideskripsikan, maka pendapat
yang sama, berbeda, atau spesifik.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi ini dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap
sumber yang sama akan tetapi menggunakan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan
informan pertama, dilakukan pengecekan kembali dengan cara
melakukan observasi atau pengamatan. Seiring dengan hal ini,
penerapan triangulasi teknik juga diterapkan peneliti, yang mana
ketika proses wawancara sedang berlangsung, peneliti dapat
sekaligus mengamati informan atau lingkungan sekitar.
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan tahap yang digunakan untuk
menganalisis data dari hasil akhir penelitian dilapangan. Menurut
Stevick, Colaizzi dan Keen mengenai prosedur penting dalam
melaksanakan studi fenomenologi terdapat tahap analisis data untuk
metode fenomenologi, Adapun tahap analisis data tersebut, sebagai
berikut:
a. Tahap awal
Pada tahap ini peneliiti mendeskripsikan fenomena yang telah
dialami informan penelitian. Seluruh data rekaman dari hasil
wawancara mendalam dengan informan ditranskip kedalam bahasa
tulisan
b. Tahap Horizonalization
Setelah ditranskip, peneliti mencatat pernyataan-pernyataan yang
memang penting dan relevan dengan topik penelitian.
c. Tahap Cluster of Meaning
Dalam tahap ini peneliti mengklarifikasi pernyataan-pernyataan yang
telah dicacat ditahap sebelumnya kedalam tema-tema atau unit-unit
makna dan menyisihkan pernyataan yang masih tumpeng tindih atau
berulang-ulang. Pada tahap ini dilakukan Textural description atau
deskripsi tekstural, yang didalamnya peneliti melakukan penulisan
terhadap “apa” yang dialami oleh informan. Selanjutnya dalam tahap
ini juga dilakukan Structural description atau deskripsi structural,
jm’vdimana peneliti menuliskan “bagaimana” fenomena dalam
penelitian ini dialami oleh informan.
d. Tahap Deskripsi Esensi
Pada tahap akhir analisis data yang diambil dari studi fenomenologi
ini, peneliti mengkostruksi atau membangun deskripsi menyeluruh
mengenai makna pengalaman para informan.
9. Rencana Jadwal Penelitian
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan setelah peneliti pendapatkan
persetujuan dalam tahap Ujian Proposal Penelitian yang akan dilakukan.
Setelah mendapat persetujuan maka peneliti akan mulai melakukan
pengumpulan data hingga analisis data
.

DAFTAR PUSTAKA

Fakhri, Rizki Adha (2021) Pengaruh Keadilan Organisasi, Pengembangan

Karir, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Kasus Pada PT.

Pertamina Training and Consulting). Skripsi thesis, Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Indonesia Jakarta.

Hanitsch, T. (2001). Teori Sistem Sosial dan Paradigma Konstruktivisme:

Tantangan Keilmuan Jurnallistik di Era Informasi. MEDIATOR, vol.2

Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik

Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. MEDIATOR, vol.9 no.1

Mekarisce, A.A (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian

Kualitatif di Bidang Kesehatan Masayarakat. JIKM, vol.12 Edisi 3

Rahmawati, Ikah. (2020). Strategi media cetak di Era Revolusi Industri 4.0:

Studi kualitatif pada media cetak Tribun Jabar.

Tawaf dan Alimin, K. Kebutuhan Informasi Manusia: Sebuah Pendekatan

Kepustakaan. UIN Suska Riau

https://core.ac.uk/display/19966234
http://eprints.umm.ac.id/37045/3/jiptummpp-gdl-salwasausa-50798-3-babii.pdf

https://kominfo.go.id/content/detail/39834/siaran-pers-no-38hmkominfo022022-

tentang-hadapi-tantangan-era-digital-kominfo-dorong-terapkan-nilai-dasar-

jurnalisme/0/siaran_pers

https://mediaindonesia.com/opini/475323/pentingkah-kuliah-jurusan-jurnalistik-

di-era-digital

http://repository.unika.ac.id/24805/4/15.E1.0121_BAB%203.pdf

https://www.dictio.id/t/bagaimana-metode-penelitian-dengan-menggunakan-

pendekatan-fenomenologi/117068

Anda mungkin juga menyukai