Anda di halaman 1dari 5

GOLONGAN INTELEKTUAL DALAM POLITIK

Dosen Pengajar :
Dr MELYANA TARANA PUGU, S.IP.M.Si
APRIANI ANASTASIA AMENES, S.Sos.,M.Si
Mata Kuliah : Kekuatan Politik Indonesia

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Novalin Worumi (2020031054196)
Inden Irarya (2020031054308)
Samuel Warpur(2020031054285)
Pinasoti A Wandik(2020031054311)
Fikri C A Deda(2020031054278)
Angeline D.F. Watem(2019031054078)
Alpons Muyapa (2020031054199)
Victorya Wambrauw(2020031054267)
Yulita Maria Apaseray (2020031054258)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIA DAN POLITIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
Golongan Intelektual Dalam Politik

1. Pengertian Golongan Intelektual

Dalam tulisan ini, istilah intelektual,intelegensia, dan cendekiawan, penulis artikan sama
Intelektual adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir
abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien, efektif, dan bebas. Intelegensia adalah sebagai
bagian komunitas yang dapat dipandang atau memandang dirinya sebagai intelektual yang
mempunyai kemampuan sungguh-sungguh berpikir bebas. Dalam konteks ini, maka
intelektual arus dianggap sama dengan konsep intelegensia.Dengan demikian, pemikiran
seorang intelektual harus dapat mengemukakan sesuatu apa adanya, yaitu kebenaran,
meskipun kebenaran itu tidak sesuai dengan orang lain. Yang terpenting bahwa ide/gagasan
yang benar tersebut telah tersampaikan. Tidak peduli apaka itu menyinggung orang lain atau
tidak.Kebebasan berpikir seorang intelektual biasanya dipengaruhi oleh suatu sistem
kepercayaan atau ideologi. Meskipun demikian, tidak memengaruhi kualitas seorang
intelektual.

Gramsci membedakan antara Intelektual Tradisional dan Intelektual Organik. Intelektual


Tradisonal adalah para intelektual yang secara tradisional dihasilkan oleh kelas borjuasi dan
mengabdi kepada kepentingan borjuasi dengan mendukung perselingkuhan antara negara dan
modal lewat hegemoni. Sedangkan Intelektual Organik adalah pemikir yang dihasilkan oleh
setiap kelas secara alamiah walaupun tidak melalui jenjang-jenjang pendidikan
formal.Cendekiawan adalah orang-orang yang kelihatannya tidak pernah puas menerima
kenyataan sebagaimana adanya. Mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada suatu
saat, dalam hubungannya dengan kebenarannya yang lebih tinggi dan luas.Edward Shills
memandang kaum cendekiawan adalah orang-orang yang mencari kebenaran, mencari
prinsip-prinsip yang terkandung dalam kejadian-kejadian serta tindakan-tindakan atau dalam
proses perjalinan hubungan antara pribadi dan hakekat, baik hubungan yang bercorak
pengenalan, penilaian maupun pengutaraan.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara
intelektual dan cendekiawan tidak berbeda dan dapat disimpulkan bahwa intelektual atau
cendekiawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan nalar yang dapat diekpresikan
secara bebas dalam kehidupan masyarakat untuk mencari kebenaran, tanpa beroerientasi
mengejar keuntungan materi.
2. Sumber Kekuatan yang dimiliki

Mereka BEBAS mengungkapkan bentuk pemikiran-pemikiran, ide , gagasan, dan pandangan


yang benar yang itulah yang menjadikan sumber kekuatan (power) dari seorang intelektual
atau cendekiawan.Jadi dengan adanya golongan intelektual dalam politik dapat mengungkap
kebohongan-kebohongan pemerintah dengan menganalisis Tindakan -tindakanya ,penyebab,
motif ,juga maksud-maksud yang sering tersembunyi sehingga berperan untuk menyuarakan
kebenaran dan menguak kebohongan-kebohongan.

3. Intelektual/Cendekiawan dan Kekuasaan

Keterlibatan kaum cendekiawan dalam panggung kekuasaan semakin menguat dalam situasi
bangsa ini.Bagi kaum cendekiawan, terlibat dalam kekuasaan ialah sebuah panggilan untuk
untuk mengambil tanggung jawab dan memperjuangkan nilai-nilai mutlak terhadap
perkembangan masyarakat, baik didalam pemerintahan (kekuasaan) maupun tidak. Sehingga
kaum intelektual biasanya berani menentang perbuatan yang salah, menunjukan perbaikan
menurut keyakinannya. Jadi cara tersebut menunjukan rasa tanggung dan sebagai manusia
susila dan demokratis.

Gagasan-gagasan, pemikiran-pemikiran, dan pandangan, melahirkan suatu ide-ide yang


cemerlang, dapat membawa masyarakat ke arah perubahan signifikan yang maju kedepan.
Oleh sebab itu, intelektual dipandang sebagai pembawa modernisasi, penggerak ke arah
tujuan-tujuan dan maksud-maksud baru walaupun munculnya pendapat-pendapat yang saling
berlawanan.

4. Hubungan Intelektual dengan Pemerintah

Kita sepakat bahwa kebebasan berpikir untuk menyampaikan suatu kebenaran hendaknya
harus berada diluar garis. Artinya, bahwa siapa pun tidak boleh memengarugi pemikiran
seorang intelektual dalam menyampaikan kebenaran. Dengan demikian, dapat diartikan
bahwa intelektual harus berada diluar pemerintah,

Meskipun tidak berada dalam sistem (pemerintahan), tetapi banyak ide cemerlang, gagasan
baik dan pemikiran jitu yang dihasilkan seorang intelektual, sehingga menghasilkan suatu
kebijakan yang bermanfaat bagi masyrakat dan bangsa.

Jika para intelektual yang masuk ke dalam sistem (pemerintahan) maka Ciri khas yang
melekat pada diri intelektual mengalami erosi dan beban moral untuk menyampaikan
kebenaran sebagai tanggung jawab seorang intelektual menjadi pudar, karena orientasinya
bersifat pragmatisme. Intelektual semacam ini disebut Gramsci sebagai intelektual traditional,
yaitu intelektual yang melakukan perselingkuhan dengan borjuasi.

KESIMPULAN

kaum intelektual selalu menjadi salah satu faktor penentu maju atau berkembangnya suatu peradaban
masyarakat. Mereka juga kerap menjadi tumpuan harapan terwujudnya perubahan sosial ke arah yang
lebih baik.Siapa saja yang bisa dikategorikan sebagai kelompok intelektual? Apa peran mereka dalam
konteks kehidupan sosial?kelompok intelektual memiliki pengetahuan dan wawasan yang kompleks,
meliputi pengetahuan teknis dan mekanis, agama,seni, kebudayaan, nasionalisme, ekonomi, sains,
hukum, politik dan lain sebagainya.

Antonio Gramsci membedakan kaum intelektual ke dalam beberapa tipologi:

 Pertama, intelektual tradisional seperti guru, pemuka agama, dan para administrator.

 Kedua, intelektual organik seperti kalangan profesional yang melalui riset dan kajiannya
berupaya memberikan refleksi atas situasi yang ada.

 Ketiga, intelektual kritis, kelompok orang yang melalui pemikiran alternatif/kritisnya


melakukan perlawanan untuk membebaskan diri dari jerat hegemoni atau dominasi
kekuasaan.

 Keempat, intelektual universal, yang memperjuangkan proses peradaban dan struktur budaya
dalam konteks proyek kemanusiaan.

Filsuf Amerika yang juga dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern, Noam Chomsky dalam The
Responsibility of Intellectuals mengatakan bahwa kelompok intelektual memiliki peran atau tanggung
jawab untuk menyuarakan ‘kebenaran’ dan mengungkap kebohongan penguasa (to speak the truth and
to expose the lies).Mengapa sasarannya kelompok penguasa? Karena kelompok penguasa memiliki
agenda-agenda tertentu yang tidak jarang manipulatif dan berorientasi pada kepentingan kelompok
mereka sendiri ketimbang kepentingan bersama.Oleh karena itu, kaum intelektual sepatutnya
memiliki tanggung jawab untuk membongkar kedok kepentingan kelas yang kerap bersembunyi di
balik ideologi (to seek the truth lying behind the veil of distortion, misinterpretation, ideology and
class interest).Dari definisi-definisi di atas, kelompok intelektual memang dapat berasal dari beragam
kalangan dan profesi, seperti guru, dosen, profesor, mahasiswa, filsuf, ekonom, pemuka agama,
budayawan, dan mereka yang memiliki pengetahuan serta penalaran

Anda mungkin juga menyukai