Dosen Pengajar :
Dr MELYANA TARANA PUGU, S.IP.M.Si
APRIANI ANASTASIA AMENES, S.Sos.,M.Si
Mata Kuliah : Kekuatan Politik Indonesia
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Novalin Worumi (2020031054196)
Inden Irarya (2020031054308)
Samuel Warpur(2020031054285)
Pinasoti A Wandik(2020031054311)
Fikri C A Deda(2020031054278)
Angeline D.F. Watem(2019031054078)
Alpons Muyapa (2020031054199)
Victorya Wambrauw(2020031054267)
Yulita Maria Apaseray (2020031054258)
Dalam tulisan ini, istilah intelektual,intelegensia, dan cendekiawan, penulis artikan sama
Intelektual adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir
abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien, efektif, dan bebas. Intelegensia adalah sebagai
bagian komunitas yang dapat dipandang atau memandang dirinya sebagai intelektual yang
mempunyai kemampuan sungguh-sungguh berpikir bebas. Dalam konteks ini, maka
intelektual arus dianggap sama dengan konsep intelegensia.Dengan demikian, pemikiran
seorang intelektual harus dapat mengemukakan sesuatu apa adanya, yaitu kebenaran,
meskipun kebenaran itu tidak sesuai dengan orang lain. Yang terpenting bahwa ide/gagasan
yang benar tersebut telah tersampaikan. Tidak peduli apaka itu menyinggung orang lain atau
tidak.Kebebasan berpikir seorang intelektual biasanya dipengaruhi oleh suatu sistem
kepercayaan atau ideologi. Meskipun demikian, tidak memengaruhi kualitas seorang
intelektual.
Keterlibatan kaum cendekiawan dalam panggung kekuasaan semakin menguat dalam situasi
bangsa ini.Bagi kaum cendekiawan, terlibat dalam kekuasaan ialah sebuah panggilan untuk
untuk mengambil tanggung jawab dan memperjuangkan nilai-nilai mutlak terhadap
perkembangan masyarakat, baik didalam pemerintahan (kekuasaan) maupun tidak. Sehingga
kaum intelektual biasanya berani menentang perbuatan yang salah, menunjukan perbaikan
menurut keyakinannya. Jadi cara tersebut menunjukan rasa tanggung dan sebagai manusia
susila dan demokratis.
Kita sepakat bahwa kebebasan berpikir untuk menyampaikan suatu kebenaran hendaknya
harus berada diluar garis. Artinya, bahwa siapa pun tidak boleh memengarugi pemikiran
seorang intelektual dalam menyampaikan kebenaran. Dengan demikian, dapat diartikan
bahwa intelektual harus berada diluar pemerintah,
Meskipun tidak berada dalam sistem (pemerintahan), tetapi banyak ide cemerlang, gagasan
baik dan pemikiran jitu yang dihasilkan seorang intelektual, sehingga menghasilkan suatu
kebijakan yang bermanfaat bagi masyrakat dan bangsa.
Jika para intelektual yang masuk ke dalam sistem (pemerintahan) maka Ciri khas yang
melekat pada diri intelektual mengalami erosi dan beban moral untuk menyampaikan
kebenaran sebagai tanggung jawab seorang intelektual menjadi pudar, karena orientasinya
bersifat pragmatisme. Intelektual semacam ini disebut Gramsci sebagai intelektual traditional,
yaitu intelektual yang melakukan perselingkuhan dengan borjuasi.
KESIMPULAN
kaum intelektual selalu menjadi salah satu faktor penentu maju atau berkembangnya suatu peradaban
masyarakat. Mereka juga kerap menjadi tumpuan harapan terwujudnya perubahan sosial ke arah yang
lebih baik.Siapa saja yang bisa dikategorikan sebagai kelompok intelektual? Apa peran mereka dalam
konteks kehidupan sosial?kelompok intelektual memiliki pengetahuan dan wawasan yang kompleks,
meliputi pengetahuan teknis dan mekanis, agama,seni, kebudayaan, nasionalisme, ekonomi, sains,
hukum, politik dan lain sebagainya.
Pertama, intelektual tradisional seperti guru, pemuka agama, dan para administrator.
Kedua, intelektual organik seperti kalangan profesional yang melalui riset dan kajiannya
berupaya memberikan refleksi atas situasi yang ada.
Keempat, intelektual universal, yang memperjuangkan proses peradaban dan struktur budaya
dalam konteks proyek kemanusiaan.
Filsuf Amerika yang juga dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern, Noam Chomsky dalam The
Responsibility of Intellectuals mengatakan bahwa kelompok intelektual memiliki peran atau tanggung
jawab untuk menyuarakan ‘kebenaran’ dan mengungkap kebohongan penguasa (to speak the truth and
to expose the lies).Mengapa sasarannya kelompok penguasa? Karena kelompok penguasa memiliki
agenda-agenda tertentu yang tidak jarang manipulatif dan berorientasi pada kepentingan kelompok
mereka sendiri ketimbang kepentingan bersama.Oleh karena itu, kaum intelektual sepatutnya
memiliki tanggung jawab untuk membongkar kedok kepentingan kelas yang kerap bersembunyi di
balik ideologi (to seek the truth lying behind the veil of distortion, misinterpretation, ideology and
class interest).Dari definisi-definisi di atas, kelompok intelektual memang dapat berasal dari beragam
kalangan dan profesi, seperti guru, dosen, profesor, mahasiswa, filsuf, ekonom, pemuka agama,
budayawan, dan mereka yang memiliki pengetahuan serta penalaran