A. Pengertian Ideologi
Secara etimologi, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas 2 kata, yaitu
idea dan logos. Idea yang berarti gagasan, cita-cita atau konsep; Logos yang berarti
pemikiran/ilmu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa- ideologi mempunyai arti
pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau
ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.1
a.Ideologi Terbuka
1
Suhari, Dwi Retnani Srinarwati, Irnawati, dan Bernadetta Budi Lestari, “Pencegahan Paham Radikalisme
Melalui Pemahaman Ideologi Pancasila dan Budaya Sadar Hukum”, Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan
Masyarakat, Vol 1 No. 2 (2021), 193.
2
July Hidayat, “Desain Sebagai Fenomena Ideologi”, Jurnal Desain Interior UPH Jakarta, Vol 5 No. 1 (Juni,
2007), 35.
1. Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan
diambil dari harta kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat sendiri.
2. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan konsensus
masyarakat. Ideologi terbuka tidak diciptakan, melainkan ditemukan dalam
masyarakat sendiri.
3. Ideologi terbuka itu adalah milik seluruh rakyat; masyarakat dapat menemukan
dirinya kembali di dalamnya.
4. Ideologi terbuka itu tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan.
5. Isinya tidak langsung operasional.
b. Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan
tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran
yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang
sudah jadi dan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya
dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat dirubah atau dimodifikasi berdasarkan
pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai-
nilai lain. Adapun ciri khas dari ideologi tertutup di antaranya:
1. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan
berupa cita-cita sebuah kelompok yang mendasari suatu program untuk mengubah
dan membaharui masyarakat.
2. Ideologi tertutup adalah musuh tradisi.
3. Kalau kelompok itu berhasil untuk merebut kekuasaan politik, ideologinya itu
akan dipaksakan pada masyarakat.
4. Pola dan irama kehidupan, norma-norma kelakuan, dan nilai-nilai masyarakat
akan diubah, sesuai dengan ideologi itu.
5. Dengan sendirinya ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku dan
dipatuhi masyarakat oleh elite tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan
dijalankan dengan cara yang totaliter.
6. Bidang yang segera dikuasai sepenuhnya dan dipergunakan bagi penyebaran
ideologi itu adalah bidang yang mempengaruhi sikap-sikap masyarakat: bidang
informasi dengan media massa dan bidang pendidikan.
a. Liberalisme
Ciri- ciri dari liberalisme adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kecenderungan untuk mendukung perubahan
2. Mempunyai kepercayaan terhadap nalar manusiawi
3. Bersedia menggunakan pemerintah untuk meningkatkan kondisi manusiawi.
4. Mendukung kebebasan individu.
5. Bersikap ambivalen terhadap sifat manusia
Adapun kelemahan dari paham atau ideologi liberalisme jika dibandingkan ideologi
Pancasila di antaranya :
1. Liberalisme buta terhadap kenyataan bahwa tidak semua orang kuat
kedudukannnya dan tidak semua orang kuat cita- citanya.
2. Liberalisme melahirkan “Binatang Ekonomi” yaitu manusia yang hanya
mementingkan keuntungan ekonomisnya sendiri.
b. Komunisme
Setelah membandingkan kedua ciri di atas dengan paham negara RI yaitu Pancasila,
maka dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai ideologi memberi kedudukan seimbang
kepada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
3
Agus, Aco. “Relevansi Pancasila sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi”. Jurnal Office, Vol. 2 No. 2 (2016),
230-231.
E. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kelima Sila Pancasila
Nilai-nilai dasar Pancasila dapat diartikan sebagai asas-asas yang diterima warga
negara sebagai dalil yang mutlak serta sebagai kebenaran yang tidak perlu dipertanyakan
lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila di antaranya Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan. Pancasila sendiri dirumuskan dari nilai-nilai bangsa Indonesia
yang luhur. Pengamalan butir-butir Pancasila yang mengandung nilai-nilai kebaikan itu
hendaknya diterapkan di semua sektor kehidupan, dari bidang politik, hukum, ekonomi,
sosial, budaya, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Aco. “Relevansi Pancasila sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi”. Jurnal Office,
Vol. 2 No. 2 (2016), 230-231.
July Hidayat, “Desain Sebagai Fenomena Ideologi”, Jurnal Desain Interior UPH Jakarta, Vol
5 No. 1 (Juni, 2007), 35.
Suhari, Dwi Retnani Srinarwati, Irnawati, dan Bernadetta Budi Lestari, “Pencegahan Paham
Radikalisme Melalui Pemahaman Ideologi Pancasila dan Budaya Sadar Hukum”,
Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, Vol 1 No. 2 (2021), 193.