Anda di halaman 1dari 9

Prinsip-Prinsip Jurnalistik

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Jurnalistik


Dosen Pengampu: Saiful Bahri, S.Psi., M.Ikom

Disusun Oleh:
Kelompok 8:

1. Karina Aulia Putri (11220510000123)


2. Farros Arkaan Mubarroq (11220510000132)
3. Auriel Najma Haya (11220510000141)
4. Syiefa Alaida Hakim (11220510000155)

Kelas: 3D Komunikasi Penyiaran Islam

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Makalah yang berjudul “Prinsip-Prinsip Jurnalistik” ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Jurnalistik Semester 3 Kelas D Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Saiful Bahri, S.Psi., M.Ikom selaku dosen pengampu mata kuliah


Jurnalistik yang telah membimbing penulis, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang dikutip oleh penulis,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
3. Rekan-rekan kelas 3D Komunikasi Penyiaran islam yang telah membantu
kelancaran penyelesaian makalah ini.

Sekian ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Penulis juga
berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Dengan demikian, penulis bisa lebih baik lagi
dalam menyusun makalah.

Ciputat, 07 November 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................2

PENDAHULUAN.............................................................................................................2

1.1. Latar Belakang....................................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3. Tujuan Pembahasan...........................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN................................................................................................................4

2.1. UUD 99...............................................................................................................4

2.2. Dewan Pers........................................................................................................4

BAB III..............................................................................................................................5

PENUTUP.........................................................................................................................5

3.1. Kesimpulan.........................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................6
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perintah salat lima

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa itu UUD Pers 99?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan Dewan Pers?

1.3. Tujuan Pembahasan


1.3.1. Untuk mengetahui apa itu UUD Pers 99
1.3.2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Dewan Pers
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. UU Pers tahun 1999


Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris
berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti
penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication). Dari
perkembangannya, pers tidak hanya mencakup media cetak saja, akan tetapijuga
mencakup media elektronik. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua
pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit.
Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti
radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi,
berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada
orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi,
jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk
penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah
mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media
cetak.
Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium
komunikasi yang tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat
atau institusi sosial merupakan bagian integral dari masyarakat, dan bukan
merupakan unsur yang asing dan terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga
masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga- lembaga masyarakat
lainnya.Pers adalah kegiatan yang berhubungan dengan media dan masyarkat luas.
Kegiatan tersebut mengacu pada kegiatan jurnalistik yang sifatnya mencari,
menggali, mengumpulkan, mengolah materi, dan menerbitkanya berdasarkan
sumber-sumber yang terpercaya dan valid.
Suatu sistem pers di Indonesia sebaiknya pers itu dapat melaksanakan
kebebasan dan tanggung jawabnya. Pers dalam sejarah Indonesia memiliki peran
yang efektif debagai jembatan komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan
masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri. Pers sebagai salah
satu unsur media masa yang hadir ditengah masyarakat bersama dengan lembaga
masyarakat alinnya harus mampu menjadikan diri sebagai forum pertukaran
5

fikiran, komenter, dan kritik yang bersifat menyeluruh dan tuntas, tidak
membedakankelompok, golongan dan agama. Pers dalam kehidupannya memiliki
tanggung jawab yang harus dipikul dalam konteksnya sebagai media. Macam dan
sifat tanggung jawab pers bersifat relatif di tiap negara namun pada dasarnya
semua tanggung jawab tersebut berlandaskan pada Kode etik pers yang mana
merupakan dasar dari cara kerja pers.
Pers Indonesia diatur dalam UU pers No. 40 Tahn 1999. Ini merupakan
UU pers yang baru, memuat berbagai perubahan sistem pers yang mendasar atau
sistem pers sebelumnya. hal ini dimaksudkan afgar pers berfungsi secara
maksimal seperti diamanatkan oleh pasal 28 UUD 1945. Fungsi yang maksimal
tersebut diperlukan karena kemerdekaan pers adalah suatu perwujudan kedaulata
rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyaralkat, berbangsa dan bernegara yang demokratis.Pencabutan undang
undang yang lama dan digantikannya denga yang baru hakikatnya merupakan
pencerminan adanya perbedaan nilai – nilai dasar politis ideologis antara orde
baru dengan orde reformasi. hal ini tampak jelas pada konsideransi undang –
undang pers yang baru. Dalam konsideransi itu antara lain dinyatakan bahwa
undang – undang tentang ketentuan pers yang lama dianggap sudah tidak sesuai
dengan perkembanngan zaman.
Lahirnya UU pers yang baru no. 40 tahun 1999 didasarkan atas
pertimbangan bahwa UU No.11 Tahun 1966 tentang ketentuan pokok pers
sebagaimana telah diubah lagi dengan UU Nu. 04 Tahun 1967 dan diubah lagi
dengan UU No. 21 Tahun 1982. Dianggap sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman.
Falsafah di bidang moral pers yaitu mengenai kewajiban – kewajiban pers,
baik dan buruknya ers, pers yang benar, dan pers yang mengatur perilaku pers di
namakan etika pers. Dengan kata lain, etika pers berbicara tentang apa yang
seharusnya dilakukan orang – orang yang terlibat dalam kegiatan pera. Sumber
etika pers adalah kesadaran moral, yaitu pengetahuan baik dan buruk, benar dan
salah, tepat maupun tidak bagi orang yang terlibat dalam kegiatan pers.
Wartawan memiliki kebebasan yang disebut kebebasan pers, yakni kebebasan
mencari, memperoleh, menyebarluaskan gagasan dan informasi. UU No. 40
6

Tahun 1999 tentang pers menyebutkan, Kebebasan pers terjamin sebagai hak asasi
warga negara., bahkan pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pelarangan
penyiaran (pasal 4 ayat 1). Pihak yang mencoba menghalangi kemerdekaan pers
dapat dikenai tindak pidana penjara maksimal 2 (dua) tahun atau denda Rp. 500 jt
(pasal 18 ayat 1). Meskipun demikian kebebasan disini dibatasi dengan kewajiban
menghormati norma – norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas
preduga tak bersalah (pasal 5 ayat 1).

2.2. Dewan Pers


7

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Salat adalah
8

DAFTAR PUSTAKA
As-Syafi’i, Syaikh Al-Imam Al-‘Alim Al-‘Allamah Syamsuddin Abu Abdillah
Muhammad bin Qasim. Kitab Fathul Qorib, n.d.
Herawati, Isnaini. “Sholat Dan Kesehatan.” publikasiilmiah.ums.ac.id (n.d.).
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/876/6.
ISNAENI.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
Rizal Mubit. “Formulasi Waktu Salat Perspektif Fikih Dan Sains.” Al-Marshad:
Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan 3, no. 2 (2017): 41–55.
Online, NU. “Makna Dan Hikmah Shalat.” Islam.Nu.or.Id. Last modified 2017.
https://islam.nu.or.id/shalat/makna-dan-hikmah-shalat-l3yO8.
Rifa’i, Moh. Fiqih Islam Lengkap. Toha Putra, n.d.
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=r10MEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=sejarah+fiqih+isla
m&ots=mWO4-AOKcn&sig=qw-
KSGUBwezh5srfKJGlOc2rBNU&redir_esc=y#v=onepage&q=sejarah fiqih
islam&f=false.

Anda mungkin juga menyukai