Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DASAR-DASAR JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kulia:dasar-dasar jurnalistik
Dosen pengampu: Dr. Mas Agus Firmansyah, S.Sos, M.Si.

DISUSUN OLEH
MERIANSA ADO PUTRA
NPM:D1C022052

KELAS B
PRODI S1 JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan Makalah “Kode Etik
Jurnalistik” ini yang berisi tentang penjelasan tentang Kode Etik Jurnalistik. sebagai salah satu
tugas kuliah. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan dan motivasi. saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah Kode
Etik Jurnalistik ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini
dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya. saya
juga memohon maaf apabila dalam penulisan Makalah Etika Profesi Jurnalistik ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami
maksud penulis

Bengkulu 07 Desember 2022

penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................4

2.1 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................5

BAB II...........................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6

2.1 PENGERTIAN KODE ETIK....................................................................................................................6

2.3 ETIKA JURNALISTIK.............................................................................................................................9

2.4 KEKUATAN KODE ETIK........................................................................................................................9

2.5 TANTANGAN JURNALISTIK...............................................................................................................10

2.6 PERTANGGUNG JAWABAN..............................................................................................................11

2.7 HUBUNGAN KOMPUTER DENGAN JURNALISTIK..............................................................................11

2.8 GAJI SEORANG JURNALISTIK............................................................................................................12

BAB III........................................................................................................................................................13

PENUTUP...................................................................................................................................................13

3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................................13

3.2 SARAN..............................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Euforia era reformasi tampaknya masih terasa hingga kini. Tiba-tiba banyak orang yang
merasa berhak menjadi apa saja, termasuk menjadi wartawan. Orang yang merasa berhak dan
mampu menjadi calon legislator bahkan mencapai ratusan atau bahkan ribuan dalam satu
kabupaten / kota. Khusus di bidang pers, banyak orang yang tiba-tiba menjadi wartawan dan
memiliki kartu pers, padahal mereka tidak pernah melalui jenjang pendidikan jurnalistik yang
memadai dan benar.

Karena tidak memiliki pendidikan yang memadai dan tidak pernah mendapatkan atau mengikuti
pendidikan jurnalistik yang memadai dan benar, maka tidaklah mengherankan kalau banyak
oknum wartawan yang menyalahgunakan profesinya dan melanggar kode etik wartawan atau
Kode Etik Jurnalistik.

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. (UU No. 40
Tahun 1999 Tentang Pers).

Lalu apa dan siapa wartawan itu? Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan
kegiatan jurnalistik. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan, tetapi mereka harus
memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Sebagai professional dan dalam melaksanakan
profesinya, wartawan mendapat perlindungan hukum.

Wartawan adalah orang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, rasa keterlibatan besar terhadap
masalah-masalah sosial kemasyarakatan, memiliki integritas, cermat, andal, siaga, disiplin, serta
memiliki keterbukaan.

Sebagai orang yang senantiasa bersentuhan dengan publik, wartawan dalam menjalankan
profesinya diikat oleh norma dan aturan-aturan yang berlaku di tengah masyarakat. Wartawan
pun harus menghormati etika dan kaidah-kaidah yang ada, termasuk menaati Kode Etik
Jurnalistik (KEJ) yang telah disepakati bersama oleh 29 organisasi wartawan dan organisasi
perusahaan pers Indonesia, di Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006, dan ditetapkan oleh Dewan Pers
pada Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 24 Maret 2006, melalui Surat Keputusan Dewan Pers
Nomor 03/SK-DP/III/2006, tentang Kode Etik Jurnalistik.

2.1 RUMUSAN MASALAH


Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki batasa-batasan masalah guna untuk
membatasi pembahasan makalah ini, agar nantinya dalam pembahasan tidak keluar dari materi
ini. Batasan-batasan itu adalah :

Apakah kode etik itu ?

Seperti apakah kode etik jurnalistik itu ?

Seperti apakah etika jurnalistik itu ?

Seperti apa kekuatan kode etik itu ?

Tantangan apa yang harus dihadapi jurnalistik ?

Pertanggung jawaban seperti apakah yang harus dilakukan oleh seorang jurnalistik ?

Hubungan Komputer dengan jurnalistik?

Gaji seorang jurnalistik?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KODE ETIK
Etika berasal dari bahasa Latin, ethica, yang berarti aturan atau kaidah-kaidah moral, tata
susila yang mengikat suatu masyarakat atau kelompok masyarakat, atau profesi. Etika didasari
oleh kejujuran dan integritas perorangan. Etika yang mengikat masyarakat dalam sebuah profesi
itulah yang disebut Kode Etik, maka lahirlah berbagai macam Kode Etik, antara lain Kode Etik
Wartawan atau Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Kedokteran, dan Kode Etik Pengacara.

Di Indonesia, Kode Etik Wartawan tidak hanya merupakan ikatan kewajiban moral bagi
anggotanya, melainkan sudah menjadi bagian dari hukum positif, karena Pasal 7 (2) UU Pers
dengan tegas mengatakan bahwa wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Kode
Etik Jurnalistik dimaksud yaitu kode etik yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan
oleh Dewan Pers.

2.2 KODE ETIK JURNALISTIK

Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers terdiri atas 11 pasal dan diawali
dengan pembukaan, yang antara lain menyatakan bahwa kemerdekaan berpendapat, berekspresi,
dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.

Juga dinyatakan bahwa kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh
informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga
menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan
norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers
menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk
dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang
benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman
operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme.
Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
Kode Etik Jurnalistik ialah ikrar yang bersumber pada hati nurani wartawan dalam melaksanakan
kemerdekaan mengeluarkan pikiran yang dijamin sepenuhnya oleh Pasal 28 UUD 1945, yang
merupakan landasan konstitusional wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.

Pasal 1

Wartawan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila taat
Undang-Undang Dasar Negara RI, kesatria, bersikap independen serta terpercaya dalam
mengemban profesinya.

Pasal 2

Wartawan dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya
menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) yang dapat
membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa,
menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu golongan yang dilindungi oleh
undang-undang dan prasangka atau diskriminasi terhadap jenis kelamin, orang cacat, sakit,
miskin atau lemah

Pasal 3

Wartawan tidak beriktikad buruk, tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara,
serta suara dan gambar) yang menyesatkan, memutar balikkan fakta, bohong, bersifat fitnah,
cabul, sadis, dan sensasional.

Pasal 4

Yang dimaksud dengan imbalan adalah pemberian dalam bentuk materi, uang, atau fasilitas
kepada wartawan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan berita dalam bentuk tulisan di media
cetak, tayangan di layar televisi atau siaran di radio siaran.

Penerimaan imbalan sebagaimana dimaksud Pasal ini, adalah perbuatan tercela.

2. Semua tulisan atau siaran yang bersifat sponsor atau pariwara di media massa harus disebut
secara jelas sebagai penyiaran sponsor atau pariwara.
Pasal 5

Wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan ketepatan dari
kecepatan serta tidak mencampuradukkan fakta dan opini. Tulisan yang berisi interpretasi dan
opini, disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya. Penyiaran karya jurnalistik
rekaulang dilengkapi dengan keterangan, data tentang sumber rekayasa yang ditampilkan.

Pasal 6

Pemberitaan hendaknya tidak merendahkan atau merugikan harkat-martabat, derajat, nama baik
serta perasaan susila seseorang. Kecuali perbuatan itu bisa berdampak negatif bagi masyarakat.

Pasal 7

Wartawan selalu menguji informasi, menerapkan prinsip adil, jujur, dan penyajian yang
berimbang serta menghormati asas praduga tak bersalah.

Wartawan menghormati asas praduga tak bersalah, senantiasa menguji kebenaran informasi, dan
menerapkan prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang serta.

Pasal 8

Wartawan tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak
menyebut identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Pasal 9

Wartawan menempuh cara yang profesional, sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan
karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) dan selalu menyatakan
identitasnya kepada sumber berita, kecuali dalam peliputan yang bersifat investigative.

Pasal 10

Hak jawab diberikan pada kesempatan pertama untuk menjernihkan duduk persoalan yang
diberitakan.

Pelurusan atau penjelasan tidak boleh menyimpang dari materi pemberitaan bersangkutan, dan
maksimal sama panjang dengan berita sebelumnya.

Pasal 11
Wartawan harus menyebut sumber berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi
sumber berita serta meneliti kebenaran bahan berita .

Pasal 10

Hak jawab diberikan pada kesempatan pertama untuk menjernihkan duduk persoalan yang
diberitakan.

Pelurusan atau penjelasan tidak boleh menyimpang dari materi pemberitaan bersangkutan, dan
maksimal sama panjang dengan berita sebelumnya.

Pasal 11

Wartawan harus menyebut sumber berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi
sumber berita serta meneliti kebenaran bahan berita .

Pasal 12

Wartawan tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut
sumbernya.

Pasal 13

Wartawan dalam menjalankan profesinya memiliki hak tolak untuk melindungi identitas dan
keberadaan narasumber yag tidak ingin diketahui. Segala tanggung jawab akibat penerapan hak
tolak ada pada wartawan yang bersangkutan.

Pasal 14

Wartawan menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan
informasi yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan berita serta tidak
menyiarkan keterangan “off the record”.

Pasal 15

Wartawan harus dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Jurnalistik
PWI (KEJ-PWI) dalam melaksanakan profesinya.

Pasal 16
Wartawan menyadari sepenuhnya bahwa penaatan Kode Etik Jurnalistik ini terutama berada
pada hati nurani masing-masing.

Pasal 17

Wartawan mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik
Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI.

2.3 ETIKA JURNALISTIK


Jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam mengelola dan menyajikan
informasi pada masyarakat,yang bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam
arti informasi yang disebarluaskan merupakan informasi yang diperlukan. Jurnalistik berasal dari
bahasa asing yaitu diurnal dan dalam bahasa inggris journal yang berarti catatan harian.

Etika jurnalistik adalah Standart aturan perilaku dan moral yang mengikat para jurnalistik dalam
melaksanakan pekerjaanya. Etika jurnalistik ini sangat penting dimana bukan hanya
mencerminkan standart jkualitas jurnalistik namun untuk menghindari dan melindungi
masyarakat dari kemungkinan dmpak yang merugikan dari tindakan atu perilaku keliru dari
seorang jurnalis.

2.4 KEKUATAN KODE ETIK


Kode etik dibuat atas prinsip bahwa pertanggung jawaban tentang penataannya berada
terutama pada hati nurani setiap wartawan Indonesia. Dan bahwa tidak ada satupun pasal dalam
kode etik (jurnalistik) yang memberi wewenang kepada golongan manapun di luar PWI untuk
mengambil tindakan terhadap seorang wartawan Indonesia atau terhadap penerbitan pers.
Karenanya saksi atas pelanggaran kode etik adalah hak yang merupakan hak organisatoris dari
PWI melalui organ-organnya. Menyimak dari kandungan kode etik jurnalistik di atas tampak
bahwa nilai-nilai moral, etika maupun kesusilaan mendapat tempat yang sangat urgen, namun
walau demikian tak dapat dipungkiri bahwa kenyataan yang bebicara di lapangan masih belum
sesuai dengan yang diharapkan.

Namun terlepas dari apakah kenyataan-kenyataan yang ada tersebut melanggar kode etik yang
ada atau norma/aturan hukum atau bahkan melanggar kedua-duanya, semua ini tetap terpulang
pada pribadi insan pers bersangkutan, dan juga kepada masyarakat, sebab masyarakat sendirilah
yang dapat menilai penerbitan/media yang hanya mencari popularitas dan penerbitan/media yang
memang ditujukan untuk melayani masyarakat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan tetap menjunjung tinggi kode etiknya.

2.5 TANTANGAN JURNALISTIK


Seorang Jurnalis atau Wartawan harus memiliki berbagai kemampuan dan keterampilan
agar bisa bersaing dan tetap menjalankan profesinya sesuai dengan Kode etik Jurnalistik. Jika
seorang wartawan tidak punya keinginan untuk mengembangkan diri, dia akan tersingkir dari
kelompoknya.

Salah satu tantangan yang harus siap dihadapi yakni kesadaran hukum dan keberanian
masyarakat sudah muncul. Mereka meminta hak jawab, berbagai pihak yang dirugikan bisa
melakukan somasi dan tuntutan hukum. Jika seorang jurnalis menjalankan profesinya sesuai
dengan Kode Etik Jurnalistik, dia akan lebih dihargai oleh masyarakat, nara sumber dan rekan
se-profesinya.

Hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi Tantangan, diantaranya :

Menjalankan pekerjaan sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Banyak Membaca (buku, koran,
kamus populer, internet, UU, Peraturan, Perda dll.) Mengikuti berbagai Pelatihan dan Kursus
Keterampilan (jurnalistik, bahasa asing, audit, pajak, dll.) Menguasai materi sebelum melakukan
wawancara. Mempunyai data pendukung untuk materi tulisan. Jurnalis Yang Memihak

Profesi jurnalis rentan sekali untuk memihak kepada satu pihak, sehingga dia tidak independen
lagi dalam mencari berita. Informasi yang disampaukan karena pesanan pihak tertentu. Contoh
Keberpihakan, ketika satu daerah melakukan pemilihan kepala daerah langsung. Jurnalis menulis
berita tersebut sesuai dengan pesanan tim suksesnya, tanpa memperhatikan keinginan para
pembaca.

Jurnalis Masyarakat (Civil Journalist)


Sejak dibukanya kebebasan Pers tahun 1998 lalu, banyak sekali berbagai perusahaan media yang
muncul dan tenggelam. Tetapi para wartawan maupun perusahaan media tidak menyadari bahwa
jurnalis masyarakat sudah muncul di dunia maya seperti blog. Para blogger muncul Tanpa perlu
latar belakang pendidikan jurnalistik. Mereka membuat berita sendiri (meskipun tidak mengikuti
kaidah penulisan). Mereka menuangkan ide, tulisan bahkan makian terhadap pihak tertentu tanpa
sensor.

Media Gratis

Satu lagi tantangan bagi perusahaan para jurnalis dan perusahaan pers yakni maraknya media
(koran dan majalah gratis). Media gratis bisa mengurangi pendapatan kue iklan, karena tarif
iklan lebih murah dibanding tarif iklan di surat koran maupun majalah. Para penulis di media
gratis juga jarang yang berlatar belakang seorang jurnalis. Mereka hanya mengandalkan materi
tulisan dari perusahaan yang memasang iklan, seperti iklan berita (advetorial).

Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki kepribadian, yaitu : bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat pada UUD 1945, bersifat kesatria, menjunjung
tinggi hak-hak asasi manusia dan berjuang untuk emansipasi bangsa dalam segala lapangan,
sehingga dengan demikian turut bekerja ke arah keselamatan masyarakat Indonesia sebagai
anggota masyarakat bangsa-bangsa.

2.6 PERTANGGUNG JAWABAN


Bahwa seorang wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana
mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur dan
sebagainya disiarkan. Kaitannya dengan hal di atas, dalam kenyataan yang ada masih terdapat
banyak media cetak yang memuat berita atau gambar yang secara jelas bertentangan dengan
kehidupan sosial yang religius. Namun walau demikian tampaknya gejala ini oleh sebagian
kalangan dianggap sebagai suatu kewajaran dalam rangka mengikuti perkembangan zaman,
sehingga batasan-batasan etika dan norma yang harusnya dikedepankan, menjadi kabur bahkan
tidak lagi menjadi suatu pelanggaran kode etik, maupun norma/aturan hukum yang ada.
Sebagaimana dalam Pasal 5 ayat (1) UU. No. 40/1999 disebutkan bahwa “Pers nasional
berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan
rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah”. Serta ditambahkan lagi dalam Pasal
13 yang memuat larangan tentang iklan, yaitu iklan yang memuat unsur : Mengganggu
kerukunan hidup antar umat beragama, minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya dan penggunaan wujud rokok atau penggunaan rokok.

Pertanggungjawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan seorang wartawan
terhadap seseorang atau suatu golongan tertentu. Namun lagi-lagi dalam kenyataannya
menunjukkan bahwa keberpihakan tersebut tampaknya telah menjadi trend dan seolah tidak
dipermasalahkan lagi.

2.7 HUBUNGAN KOMPUTER DENGAN JURNALISTIK


Teknologi informasi atau yang biasa di sebut IT adalah study atau pengguna peralatan
elektronika, terutama computer, untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi
apa saja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar .

Menurut alter teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk
melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, menyimpan,
mengambil atau menyimpan data.

Sehingga mempunyai kedekatan persepsi bahwa teknologi informasi adalah teknologi yang
memungkinkan manusisa berbagai informasi dengan manusia lain, terlepas dari perdebatannya
mengenail alat yang di gunakan. Namun yang saya bahas pada disini lebih menekakan pada
teknologi informasi dalam konteks komputer, dan internet.

Salah satu hasi dari perkembangan teknologi yang memudahkan akses seiring munculnya situs-
situs jejaring sosial, twitter, facebook, dan sebagainya dan juga situs penyedia blog, seperti
blogspot, wordpress, edublogs, dan sebagainya.

2.8 GAJI SEORANG JURNALISTIK


Rata-rata jurnalis yang baru diangkat menjadi karyawan tetap digaji seputaran Rp.
1.700.000 – Rp. 2.200.000. Akan tetapi di luar Jakarta seperti daerah Palu, Semarang dan
Medan, jurnalis digaji hanya sebesar Rp. 500.000 – Rp.700.000. Seharusnya jurnalis untuk entry
level position bisa memperoleh gaji layak sebesar Rp. 2.700.000 – Rp. 3.500.000. Hanya ada 4
perusahaan media di Indonesia yang memberikan gaji layak diatas standar gaji minimum jurnalis
yaitu Kompas, Bisnis Indonesia (Rp.5.000.000), Jakarta Post (Rp. 5.500.000) dan Jakarta Globe
(Rp. 5.500.000).

Dengan kondisi pengupahan yang kurang seperti saat ini, sering kita lihat adanya praktek suap
jurnalis atau yang lebih dikenal dengan pemberian ”amplop” kepada jurnalis. Bentuk pemberian
”amplop” ini berbeda-beda dapat berbentuk uang atau biaya transportasi, barang berupa
doorprize seperti alat-alat kebutuhan rumah tangga, Fasilitas, hiburan, dan service di luar acara.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penerapan kode etik jurnalistik yang merupakan gambaran serta arah, apa dan bagaimana
seharusnya profesi ini dalam bentuk idealnya oleh sebagian pers atau media massa belum
direalisasikan sebagaimana yang diharapkan, yang menimbulkan kesan bahwa dunia jurnalistik
(juga profesi lain) terkadang memandang kode etik sebagai pajangan-pajangan yang kaku.
Namun terlepas dari ketimpangan dari apa yang seharusnya bagi dunia jurnalistik tersebut,
tampaknya hal ini berpulang pada persepsi dan obyektifitas masyarakat/publik untuk menilai
kualitas, bobot, popularitas maupun keberpihakan dari suatu media massa.

Kebebasan pers yang banyak didengungkan, sebenarnya tidak hanya dibatasi oleh kode etik
jurnalistik, tetapi terdapat aturan lain yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan apa yang
seharusnya. Untuk itulah masih diperlukan langkah-langkah konkrit dalam rangka mewujudkan
peran dan fungsi pers, paling tidak menutup kemungkinan untuk dikurangi dari penyimpangan
tersebut.

3.2 SARAN
Mohon maaf apa bila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan
Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Pada akhir tulisan, penulis mengajak para pembaca untuk lebih mengerti lagi
bagaimana etika seorag jurnalistik tersebut dan hubungannya dengan komputer. Sekian penutup
dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto.2005.Kewarganegaaanuntuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga

Djzazuli, HM.2007.Kewarganegaraan 3 Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Yudhistira

Tim MGMP SMA/MA kab Mojokerto.2006.PPKN Kelas XII semester ganjil. Mojokerto: Media
Gravika

Tim MGMP SMA/MA kab Mojokerto.2007.Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII Semester


Gasal.Mojokerto:Media gravika

Anda mungkin juga menyukai