Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM & KEBIJAKAN KOMUNIKASI


Diajukan untuk memenuhi nilai UAS mata kuliah Hukum & Kebijakan Komunikasi

Dosen Pengampu: Dadi Ahmadi, S.Sos., M.I.Kom.

Disusun Oleh:
Nama : Sabila Putri Septiani
Npm : 10080020125
Kelas :D

Ilmu Komunikasi
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Jalan Tamansari No. 1 Telepon (022) 4203368 Bandung
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi nilai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Hukum & Kebijakan Komunikasi. Selain
itu, makalah ini disusun untuk menambah wawasan tentang undang-undang dan etika
penyiaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dadi Ahmadi, S.Sos., M.I.Kom.
selaku dosen mata kuliah Hukum & Kebijakan Komunikasi. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan referensi bagi pembaca. Dalam penulisan makalah ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mereka yang
menggunakannya sebagai acuan dan pedoman dalam kegiatan pembelajaran., Aamiin Yaa
Rabbal ‘Alamiin.

Bandung, 6 Januari 2022

Sabila Putri Septiani


DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………...………..i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….…..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….………...1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..……………..1
1.3 Tujuan………………………………………………...…………………………2
1.4 Manfaat………………………………………………...………………………..2
BAB II PERMASALAHAN
2.1 Pelanggaran Terhadap Undang-undang Pokok Pers Nomor 40/1999 ………….3
2.2 Pelanggaran Terhadap Kode Etik Jurnalistik………...………………………….3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Melanggar Aturan…………...........................................……………..6
3.2 Pasal-Pasal yang Menjerat………………………...................………………….7
BAB IV PENUTUP
4.1 Solusi dan Strategi………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pers merupakan suatu bentuk komunikasi dan jembatan dalam penyampaian informasi
yang akan menyebarkan pengetahuan, pengamalan dan menampilkan peristiwa-peristiwa
kehidupan masyarakat baik yang bersifat nasional maupun internasional. Selain itu, pers juga
merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat dan
menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan realita
sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok. Tidak dapat disangkal bahwa media massa
atau pers juga berperan penting dalam sejarah bangsa Indonesia hingga saat ini. Salah satunya
sebagai media informasi yang membangun karakter masyarakat. Pers memiliki peran yang
sangat besar dalam membangkitkan dan menguatkan semangat juang rakyat Indonesia, baik
ketika meraih kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan tersebut. Pers kala itu
menyebarkan informasi-informasi sekaligus mimpi untuk meraih kemerdekaan Indonesia
supaya dapat terbebas dari penjajahan. Dengan adanya publikasi, pesan-pesan kemerdekaan
dapat lebih tersampaikan kepada khalayak luas.

Kode Etik Jurnalistik adalah “Mahkota” dan “Nurani” dalam hati setiap wartawan.
Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik adalah salah satu barometer seberapa benar amanah yang
diberikan oleh rakyat kepada pers dijalankan. Oleh karena itu pemahaman dan pentaatan
terhadap Kode Etik Jurnalistik menjadi sesuatu yang mutlak bagi wartawan. Pemahaman dan
penataan terhadap Kode Etik Jurnalistik tidak dapat ditawar-tawar. Pelaksanaan Kode Etik
Jurnalistik oleh wartawan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam proses kerja kreatifg
wartawan dalam menyajikan berita. Seharusnya Kode Etik Jurnalistik sudah otomatis melekat
dalam dalam setiap motif, tekhnikal, darinjiwa seorang wartawan. Kode Etik Jurnalistik Sudah
harus Intermelazed atau mendarah daging dalam diri dari setiap wartawan. Sebagai pedoman,
tuntunan, dan tuntutan profesi, Kode Etika Jurnalistik tidak hanya sebagai nilai-nilai yang ideal
saja, tetapi juga harus terkait langsung dengan praktek jurnalistik. Di sinilah tokoh pers
Indonesia, Muchtar lubis, mengingatkan, pers harus benar-benar operasional dalam diri
wartawan. Dengan kata lain, ketidakpahaman dan ketidaktaatan terhadap Kode Etik Jurnalistik
adalah bagaikan kapas yang kehilangan arah sehingga tidak jelas arah tujuannya. Tentu saja
kalau ini terjadi merupakan sebuah kesalahan besar dan mendasar bagi wartawan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa penyebab jurnalis Indonesia melanggar aturan yang sudah ditetapkan?


2. Pasal-pasal yang menjerat pelanggaran tersebut.

1.3 Tujuan

1. Mengetahui penyebab jurnalis Indonesia melanggar aturan yang sudah ditetapkan.


2. Mengetahui pasal yang dilanggar oleh pelanggar.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan teman-teman yang
membutuhkan referensi mengenai contoh-contoh kasus jurnalis yang melanggar aturan
penyiaran.
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Pelanggaran Terhadap Undang-Undang Pokok Pers Nomor 40/1999


1. Intimidasi Jurnalis di Acara 212
Semua peristiwa ini melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang
Pers, tepatnya Pasal 4. Di sana disebut: "kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi
warga negara." Yang dimaksud dalam pasal ini, seperti tertulis pada bagian
penjelasan, adalah pers bebas dari "tindakan pencegahan, pelarangan, dan atau
penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin." Sanksi diatur
dalam Pasal 18. Di sana disebut kalau siapa saja yang dengan sengaja melakukan
tindakan yang mengakibatkan terhambatnya kemerdekaan pers "dipidana penjara
paling lama dua tahun atau denda paling banyak Rp500 juta." Bukan cuma itu,
pengeroyokan dan penganiayaan juga termasuk tindakan pidana berdasarkan Pasal
170 KUHP. Hukumannya paling lama lima tahun enam bulan.
2. Kasus Dugaan Penganiayaan Jurnalis Nurhadi
Selama ini banyak kasus kekerasan terhadap jurnalis yang kemudian hanya
menerapkan pasal-pasal KUHP. Apalagi, dengan menerapkan Undang-Undang
Pers, penyelidik harus mencari lebih banyak keterangan mengenai kerja-kerja
jurnalistik.
3. Surat Kabar “Radar Bogor” Langgar Kode Etik Dewan Pers Sesalkan Adanya
Intimidasi.
Menurut Dewan Pers, ada pelanggaran kode etik dalam pemberitaan itu. Namun
Dewan Pers tetap menyesalkan adanya intimidasi terhadap Radar Bogor. Pada
Senin (4/6/2018), Dewan Pers mendatangi kantor redaksi Radar Bogor dan bertemu
dengan pimpinan media itu untuk melihat langsung lokasi kejadian dan meminta
penjelasan terkait pemberitaan serta peristiwa penyerangan tersebut. Dewan Pers
juga sudah melakukan komunikasi dengan pengurus PDIP. Kemudian Dewan Pers
menggelar sidang pleno mengenai pemberitaan Radar Bogor serta kasus
penyerangan pascapemberitaan. Ada tiga poin hasil kajian Dewan Pers tersebut.

2.2 Pelanggaran Terhadap Kode Etik Jurnalistik


1. Identitas dan Foto Korban Susila Anak-Anak Dimuat
Pemuatan nama dan pemasangan foto korban susila di bawah umur inilah yang
melanggar Kode Etik Jurnalistik. Sesuai dengan asas moralitas, menurut Kode
Etik Jurnalistik, masa depan anak-anak harus dilindungi. Oleh karena itu, jika
ada anak di bawah umur, baik sebagai pelaku maupun korban kejahatan
kesusilaan, identitasnya harus dilindungi.
2. Sumber Imajiner
Sumber berita dalam liputan pers harus jelas dan tidak boleh fiktif. Satu harian
di Medan melaporkan bahwa dalam suatu kasus dugaan korupsi di Partai Golkar
Sumatera Utara, Kepolisian Daerah Sumut telah mengeluarkan Surat Perintah
Penghentian Penyelidikan (SP3). Menurut harian ini, sumber berita adalah
Komisaris Besar A. Nainggolan dari Hubungan Masyarakat Polda Sumut yang
diumumkan dalam sebuah konferensi pers. Ternyata pertemuan itu tidak pernah
ada. Begitu pula petugas humas yang dimaksud itu juga tidak pernah
mengeluarkan pernyataan seperti itu. Dengan kata lain, sumber beritanya fiktif.
3. Tidak Paham Makna “Off the Record”
Menurut Kode Etik Jurnalistik, wartawan wajib menghormati ketentuan tentang
off the record. Artinya, apabila narasumber sudah mengatakan bahan yang
diberikan atau dikatakannya adalah off the record, wartawan tidak boleh
menyiarkannya. Kalau wartawan tidak bersedia terikat dengan hal itu, sejak awal
ia boleh membatalkan pertemuan dengan narasumber yang ingin menyatakan
keterangan off the record. Begitu pula off the record tidak berlaku bagi informasi
yang sudah menjadi rahasia umum. terdapat tradisi jurnalis bahwa off the record
tidak berlaku untuk opini. Dengan kata lain, off the record lebih diutamakan
untuk hal-hal yang berkaitan dengan data dan fakta. Tetapi, kalau wartawan
sudah bertemu dengan narasumber yang menyatakan keterangannya off the
record, ia terikat dengan kesepakatan ini. Apabila keterangan off the record
disiarkan juga, maka seluruh berita tersebut menjadi tangggung jawab wartawan
atau pers yang bersangkutan. Dalam hal ini narasumber dibebaskan dari segala
beban tangung jawab karena pada prinsipnya keterangan off the record harus
dipandang tidak pernah dikeluarkan oleh narasumber untuk disiarkan.
Pemberitaan sesuatu yang off the record sepenuhnya menjadi tangung jawab pers
yang menyiarkannya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.I Penyebab Melanggar Aturan


1. Intimidasi Jurnalis di Acara 212
"Malam Munajat 212" mengintimidasi wartawan Detik berinisal S, di Monas, Jakarta,
tadi malam (21/2/2019). Dia, berdasarkan penuturan juru warta lain, "dicekik, dicakar,
dan bajunya ditarik-tarik." Semua berawal ketika beberapa orang dituduh copet. Saat
panitia menangkap copet itu, S, yang ada di dekat titik peristiwa, mengabadikannya
lewat gawai. Padahal salah satu penyelenggara, Laskar Pemuda Islam (LPI),
melarangnya. Pelarangan ini berlaku untuk semua jurnalis yang mencoba mendekat
ke lokasi kejadian. "S kebetulan paling dekat dan merekam di lokasi kericuhan.
Mungkin orang LPI sadar kalau S merekam full. Dia paling dekat. Kemudian dia
paksa S untuk hapus rekaman," ucap W ketika dikonfirmasi reporter Tirto. "Sempat
ada perlakuan kasar kepada S. Dicekik, dicakar, kemudian bajunya ditarik-tarik,"
imbuhnya. Bahu dan bagian belakang kepala reporter Tirto dipukul, meski yang
bersangkutan sudah berkali-kali bilang belum membuat laporan atau memfoto apa-
apa.
2. Kasus Dugaan Penganiayaan Jurnalis Nurhadi
Penyidik menetapkan kasus ini menggunakan pasal 18 ayat (1) UU No.40 tahun 1999
tentang Pers subsidar pasal 170 KUHP, pasal 351 KUHP dan pasal 335 KUHP.
Fatkhul Khoir, Koordinator Advokasi Aliansi Anti-Kekerasan Terhadap Jurnalis yang
mendampingi Nurhadi, mengatakan penggunaan delik pers dalam kasus ini
merupakan terobosan dalam kasus-kasus pelanggaran terhadap pers dan jurnalis.
3. Surat Kabar “Radar Bogor” Langgar Kode Etik Dewan Pers Sesalkan Adanya
Intimidasi.
Dewan Pers menilai berita Radar Bogor, edisi Rabu, 30 Mei 2018, berjudul ‘Ongkang-
ongkang Kaki Dapat Rp 112 juta’ melanggar kode etik jurnalistik,” demikian petikan
poin pertama ‘putusan’ Dewan Pers tersebut yang dipublikasikan melalui akun
Twitter resmi, Rabu (6/6/2018). Dewan Pers menyatakan Radar Bogor melanggar
pasal 1 dan pasal 3 kode etik jurnalistik. Dewan Pers merekomendasikan agar Radar
Bogor memuat hak jawab dari Megawati Soekarnoputri atau yang mewakili disertai
permintaan maaf. Kedua, sesuai dengan spirit Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
tentang Pers, penyelesaian semua kasus terkait pemberitaan pers dilakukan melalui
mekanisme hak jawab, hak koreksi, dan/atau permintaan maaf. Intimidasi dan dugaan
kekerasan terhadap Radar Bogor tidak dapat dibenarkan dan berpotensi melanggar
Pasal 18 ayat 1 UU Pers,” demikian petikan poin kedua. Sedangkan di poin ketiga,
Dewan Pers mengimbau aparat penegak hukum mengambil tindakan sepatutnya demi
tegaknya kemerdekaan pers. Terpisah, Pemimpin Redaksi Radar Bogor Tegar Bagja
kepada merdeka.com mengungkapkan telah menjalankan rekomendasi Dewan Pers
tersebut.
4. Identitas dan Foto Korban Susila Anak-Anak Dimuat
Masih di Medan, satu harian lainnya menemukan adanya pencabulan atau pelecehan
seksual oleh seorang pejabat setempat terhadap seorang anak di bawah umur. Koran
ini sampai tiga kali berturut-turut menurunkan berita tersebut. Di judul berita pun
nama korban susila di bawah umur itu disebut dengan jelas. Tidak hanya itu. Selain
memuat identitas berupa nama korban, foto korban pun terpampang dengan jelas dan
menonjol karena ingin membuktikan bahwa kejadian itu memang benar.
5. Sumber Imajiner Oleh Wartawan Harian
Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan harian ini karena
telah membuat berita dengan sumber imajiner alias tidak ada atau fiktif.
6. Tidak Paham Makna “Of The Record”
Inilah yang tidak dilakukan oleh wartawan satu harian di Yogyakarta. Seorang
narasumber dari kantor Telekomunikasi setempat mengungkapkan bahwa ada
pungutan tidak resmi oleh Asosiasi Warung Telepon di Yogyakarta antara Rp5 juta –
Rp25 juta. Keterangan tersebut dengan jelas dan tegas dinyatakan sebagai off the
record. Tetapi, ternyata oleh wartawan surat kabar ini keterangan tersebut tetap
disiarkan. Ini jelas merupakan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik, yakni menyiarkan
berita yang sebenarnya off the record. Akibatnya, narasumber yang tadinya begitu
percaya kepada wartawan, merasa dikhianati. Apalagi kemudian dari segi yuridis atau
hukum narasumber tersebut dituduh mencemarkan nama baik. Di tingkat Pengadilan
Negeri ia kalah. Alasannya, menurut hakim, yang boleh mengatakan off the record
hanyalah pejabat tertentu! Orang pada posisi setingkat narasumber itu, seorang yang
cuma memiliki jabatan kepala, tidak boleh atau tidak berhak mengeluarkan pernyataan
off the record, kata hakim. (Pendapat demikian, dilihat dari sudut pandang Kode Etik
Jurnalistik, tentulah sangat keliru). Pada tingkat Pengadilan Tinggi, narasumber
tersebut dibebaskan. Tetapi, di tingkat kasasi, Mahkamah Agung menghukum
narasumber dengan dua bulan penjara. Pengajuan “Peninjauan Kembali” oleh
narasumber ditolak dengan alasan tidak memenuhi alasan formal. (Sebagai bentuk
kekecewaan, narasumber sempat mengiris nadi tangannya untuk bunuh diri, tetapi
jiwanya dapat diselamatkan). Ketidakpahaman terhadap makna off the record juga
terjadi pada wartawan satu terbitan pers di Surabaya. Suatu saat ada briefing dari
seorang petinggi Tentara Nasional Indonesia tentang berbagai hal yang dinilai sensitif
bagi perkembangan pertahanan dan keamanan negara. Perwira tinggi itu sebelum
memulai keterangannya sudah mengatakan bahan-bahan yang diberikannya bersifat
off the record. Apa yang kemudian terjadi? Salah seorang wartawan yang hadir di sana
memberitakan seluruh isi briefing tersebut dengan lengkap. Malahan di bagian akhir
laporannya diberitakan bahwa keterangan itu bersifat off the record. Ini pelanggaran
terhadap Kode Etik Jurnalistik. Pelanggaran semacam ini menurunkan kredibilitas
pers, sebab jika hal seperti ini sering terjadi maka narasumber tidak akan lagi percaya
kepada pers.

3.2 Pasal-pasal yang Menjerat Pelanggaran Undang-undang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik
1. Intimidasi Jurnalis di Acara 212 : Pasal 18 UU Pers, dengan ancaman dua tahun
penjara atau denda Rp 500 juta
2. Kasus Dugaan Penganiayaan Jurnalis Nurhadi : Pasal 170 KUHP dan atau Pasal
351 KUHP dan atau Pasal 335 KUHP dan atau Pasal 18 UU Nomor 40 Tahun 1999
tentang Pers.
3. Surat Kabar “Radar Bogor” Langgar Kode Etik Dewan Pers Sesalkan Adanya
Intimidasi : pasal 1 dan pasal 3 kode etik jurnalistik Pasal 18 ayat 1 UU Pers
4. Identitas dan Foto Korban Susila Anak-Anak Dimuat : Pasal 281 – Pasal 303
KUHP
5. Sumber Imajiner Oleh Wartawan Harian : Pasal 282 KUHP
6. Tidak Paham Makna “Of The Record” : Pasal 7 kode etik jurnalistik
BAB IV

PENUTUP

4.1 Solusi dan Strategi


Menurut saya, seharusnya pemerintah lebih tegas dalam memberikan hukuman
terhadap media yang sudah jelas melanggar aturan. Dan seharusnya media ada
kesadaran untuk mnyebarkan berita dengan baik sesuai aturan dan sesuai faktanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://lpds.or.id/kajian/kajian-media/pelanggaran-pelanggaran-kode-etik-
jurnalistik/

http://eprints.umm.ac.id/23556/2/jiptummpp-gdl-ghofuryuni-42283-2-babifi-h.pdf

https://repository.unja.ac.id/14899/4/BAB%20I.pdf

https://tirto.id/intimidasi-jurnalis-di-acara-212-pelanggaran-uu-pers-pidana-dhyT

https://surabaya.liputan6.com/read/4537308/kasus-dugaan-penganiayaan-jurnalis-
nurhadi-naik-penyidikan

https://dewanpers.or.id/berita/detail/966/Surat-Kabar-%E2%80%9CRadar-
Bogor%E2%80%9D-Langgar-Kode-Etik-Dewan-Pers-Sesalkan-Adanya-
Intimidasi

https://www.jawapos.com/jpg-today/22/02/2019/kecam-intimidasi-jurnalis-di-
acara-munajat-212-aji-minta-polisi-usut/?amp

https://nasional.tempo.co/amp/1508886/segera-disidang-ini-kilas-balik-kasus-
penganiayaan-terhadap-jurnalis-tempo-nurhadi

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56cf0955ae82d/pemerasan-
oknum-polri-dalam-dugaan-kasus-asusila/

https://dewanpers.or.id/assets/ebook/buku/822-
Buku%20Pers%20berkualitas%20masyarakat%20Cerdas_final.pdf

https://www.lpmjournal.id/off-the-record-dan-permasalahannya-3750/

Anda mungkin juga menyukai