Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KODE ETIK DAN HUKUM PERS DALAM

LAPORAN JURNALISME INVESTIGASI


Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Jurnalisme Investigasi

Disusun Oleh :

Alan Suryadi 24071120061

M Candra Saldifa 24071120068

M Rizaludin 24071120034

Rendy Renaldy 24071120006

Reza Noersyifa Rindiani 24071120111

Dosen Pengampu :
Fery Purnama S.Sos., M.Sos

JURNALISME INVESTIGASI – J
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI
UNIVERSITAS GARUT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Kami

mengucapkan syukur kepada-Nya atas limpahan nikmat sehat, baik itu berupa sehat fisik

maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini sebagai tugas

mata kuliah SEJARAH PERS dan BAHASA JURNALISTIK.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah

ini kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi

kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Garut, 12 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

BAB 1. .............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG ..........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................2

1.3. Tujuan ...................................................................................................................................2

BAB 2. .............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

2.1. Kode Etik Jurnalisme Investigasi ......................................................................................... 3

2.2. Kode Etik Wartawan Internasional .......................................................................................4

2.3. Hukum Pers dalam Konteks Jurnalisme Investigasi .............................................................6

2.4. Tantangan Hukum Jurnalisme Investigasi ............................................................................7

2.5. Keselarasan Antara Etika dan Hukum ..................................................................................8

BAB 3. ...........................................................................................................................................10

STUDI KASUS : DILEMA HUKUM DALAM INVESTIGASI .................................................10

3.1. Produk Jurnalisme Investigasi yang berujung diproses Hukum .........................................10

BAB 4. ...........................................................................................................................................12

PENUTUP .....................................................................................................................................12

ii
BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Peliputan investigasi merupakan salah satu metode pencarian berita yang rumit dan
mengandung risiko. Sering kali dijumpai ancaman gugatan hukum kepada institusi media
investigasi atau mengancam keselamatan jurnalis sendiri.

Berdasarkan data kasus yang ada, jenis kekerasan fisik yang dialami oleh jurnalis beragam.
Ada kasus penyeretan, pengusiran, pemukulan baik dengan tangan maupun dengan benda tajam
atau tumpul, hingga pengeroyokan oleh oknum. Tak sedikit pula terjadi kasus-kasus
pembunuhan jurnalis tiap tahunnya. Maka dalam melakukan pekerjaannya, jurnalis perlu
mengetahui etika dan peraturan hukum terkait pekerjaan yang mereka lakukan.

Jurnalis memerlukan kode etik sebagai landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman
operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme.
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan PERS Nomor 03/SK-DP/III/2006 5 terdapat 11 Pasal Kode
Etik Jurnalistik. Menurut Antakusumah (mantan wartawan Indonesia Raya), dari 11 pasal
tersebut ada 4 pasal kode etik yang haram dilanggar, yaitu: (1) Menerima suap, (2) Menjiplak
karya atau Plagiarisme, (3) Membuka identitas narasumber rahasia/anonym, (4) Informasi
bohong, dibuat seolah-olah benar terjadi.

Dalam melakukan penelusuran data, seorang jurnalis investigasi tidak dapat melakukannya
secara terang-terangan. Mereka membutuhkan cara-cara khusus tersendiri seperti menyamar.
Dalam melakukan penyamaran, jurnalis investigasi menggunakan rekaman tersembunyi.
Menurut Adi Prasetya (Mantan Produser Eksekutif Liputan 6 SCTV), aturan-aturan perekaman
tersembunyi antara lain: (1) Harus menyangkut kepentingan public, (2) Dilakukan di ruang
public, (3) Tidak melanggar privasi orang (dan mereka yang kebetulan ikut terekam), (4)
Perekaman tersembunyi khusus untuk siaran hiburan.

Jurnalis investigasi juga dapat mendapatkan data dan informasi dari reka ulang adegan suatu
kasus. Menurut Andreas Harsono (Pendiri Majalah Pantau), syarat-syarat reka ulang adegan
antara lain: (1) Harus menyangkut kepentingan public, (2) Dilakukan di ruang public, (3) Tidak

1
melanggar privasi orang (dan mereka yang kebetulan ikut terekam), (4) Perekaman tersembunyi
khusus untuk siaran hiburan.

Rekonstruksi harus disampaikan dengan : (1) Sejauh mana kesesuaian dan keakuratan, (2)
Tidak boleh menyimpang dari fakta, (3) Reka ulang harus dijelaskan versi siapa, (4) Tidak boleh
merugikan pihak (subyek dan obyek) dalam reka ulang.

Tentang etika dan hukum Jurnalistik, perjuangan seorang jurnalis akan terasa sangat berat
ketika menghadapi perlawanan dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting untuk
seorang jurnalis mengambil hati informan agar proses pengambilan data berlangsung dengan
menyenangkan. (Rosantika Utami)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja Kode Etik Jurnalisme Investigasi ?


2. Apa itu Hukum Pers dalam Konteks Jurnalisme Investigasi ?
3. Apa saja Tantangan Hukum dalam Investigasi ?
4. Bagaimana Keselarasan antara Etika dan Hukum ?
5. Analisis Studi Kasus Dilema Hukum dalam Investigasi ?

1.3. Tujuan

1. Mngetahui Kode Etik Jurnalisme Investigasi.


2. Mngetahui Hukum Pers dalam Konteks Jurnalisme Investigasi.
3. Mngetahui Tantangan Hukum dalam Investigasi.
4. Mngetahui magaimana Keselarasan antara Etika dan Hukum.
5. Analisis Studi Kasus Dilema Hukum dalam Investigasi.

2
BAB 2.
PEMBAHASAN

2.1. Kode Etik Jurnalisme Investigasi

Kode etik jurnalistik investigasi adalah pedoman moral dan etika profesi yang harus ditaati
oleh wartawan yang melakukan kegiatan jurnalistik investigasi. Jurnalistik investigasi adalah
bentuk jurnalisme yang mengungkap fakta-fakta tersembunyi yang berkaitan dengan
kepentingan publik, seperti korupsi, kejahatan, pelanggaran hak asasi manusia, dan lain-lain¹.

Kode etik jurnalistik investigasi berdasarkan pada Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers. Kode etik ini mengatur
tentang sikap, cara, dan prinsip yang harus dipegang oleh wartawan dalam melaksanakan tugas
jurnalistiknya. Beberapa poin penting dari kode etik ini adalah :

 Wartawan harus bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan
tidak beritikad buruk.
 Wartawan harus menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik, seperti menunjukkan identitas diri, menghormati hak privasi, tidak menyuap,
tidak melakukan plagiat, dan lain-lain.
 Wartawan harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian
yang berimbang dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran
hukum atau proses peradilan.
 Wartawan harus memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.
 Wartawan harus segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani
hak jawab.

Kode etik jurnalistik investigasi bertujuan untuk menjaga kemerdekaan pers, memenuhi hak
publik untuk memperoleh informasi yang benar, dan menegakkan integritas dan profesionalisme
wartawan. Kode etik ini juga bermanfaat untuk melindungi wartawan dari ancaman, intimidasi,
atau tuntutan hukum yang dapat mengganggu kinerja jurnalistiknya. Kode etik ini juga menjadi
acuan bagi masyarakat untuk mengontrol kualitas dan kredibilitas pemberitaan media.

3
2.2. Kode Etik Wartawan Internasional

Kode Etik Wartawan Internasional

International Federation of Journalist (IFJ) atau Federasi Wartawan Internasional merupakan


sebuah organisasi wartawan terbesar di dunia yang dibentuk pertama kali dengan
nama Federation Internationale des Journalistes pada tahun 1926 di Paris, Perancis. Organisasi
ini kemudian dibentuk ulang pada tahun 1946 dengan nama International Organization of
Journalist.

Organisasi ini pernah kehilangan Negara anggota dari Negara-negara Barat akibat Perang
Dingin dan bergabung kembali pada tahun 1952 di Brussels. Hingga kini, organisasi ini telah
memeiliki anggota sebanyak 600.000 dari 139 negara di seluruh dunia. IFJ mengkampanyekan
gerakan internasional untuk melindungi kebebebasan pers dan keadilan sosial menjadi lebih kuat,
bebas dan serikat pekerja wartawan yang mandiri.

Pada tahun 1986, melalui Kongres Dunia Federasi Wartawan Internasional, IFJ
mendeklarasikan prinsip-prinsip perilaku bagi wartawan dengan melakukan amandemen
terhadap hasil Kongres Dunia Federasi Wartawan Internasional tahun 1954. Deklarasi ini
dicanangkan sebagai standar perilaku professional bagi wartawan dalam melakukan
pengumpulan, pengiriman, penyebaran, dan pemberian komentar suatu berita dan informasi yang
menggambarkan suatu kejadian.

Prinsip-prinsip Perilaku Wartawan sebagaimana yang dideklarasikan oleh IFJ adalah sebagai
berikut :

1. Tugas utama wartawan adalah menghormati kebenaran serta hak publik akan kebenaran.
2. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas utamanya, wartawan harus berpegang teguh pada
prinsip-prinsip kebebasan dalam mengumpulkan dan mempublikasikan berita dengan jujur
dan wartawan mempunyai hak untuk memperoleh komentar serta kritik yang adil.
3. Wartawan harus melaporkan kejadian yang hanya berkaitan dengan fakta-fakta yang ia
ketahui sumbernya. Wartawan tidak diperkenankan menahan atau menyembunyikan
informasi yang penting atau memalsukan dokumen.
4. Wartawan hendaknya menggunakan cara-cara yang sesuai ketika mencari berita, foto, atau
dokumen)

4
5. Wartawan hendaknya melakukan upaya maksimal untuk memperbaiki atau meralat
informasi yang tidak akurat yang terlanjur telah dipublikasikan. (Baca juga: Komunikasi
Yang Efektif )
6. Wartawan hendaknya menjaga kerahasiaan profesional mengenai sumber informasi yang
diperoleh dengan penuh keyakinan. (Hambatan-Hambatan Komunikasi)
7. Wartawan harus selalu waspada akan adanya bahaya diskriminasi yang dilakukan oleh
media, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari berbagai tindakan
diskriminasi yang didasarkan atas ras, jenis kelamin, orientasi seksual, bahasa, agama,
pendapat politik atau pendapat lainnya, serta asal mula sosial dan kebangsaan. (Baca
juga: Komunikasi Politik)
8. Wartawan harus menganggap berbagai tindakan berikut sebagai bentuk pelanggaran seperti :
9. Plagiat atau penjiplakan.
10. Kesalahan penulisan atau pemberitaan yang disengaja,
11. Fitnah atau pencemaran nama baik atau tuduhan yang tidak memiliki dasar yang kuat.
12. Menerima suap dalam berbagai bentuk dengan tujuan mempertimbangan suatu berita atau
untuk menyembunyikan fakta. (Baca juga: Komunikasi Bisnis)
13. Predikat wartawan hanya disematkan kepada mereka yang berpegang teguh pada prinsip-
prinsip di atas ketika menjalankan tugasnya sebagai wartawan.

Setiap Negara memiliki ketentuan masing-masing yang berkaitan dengan tugas wartawan
dan kode etik wartawan. Pada umumnya, ketentuan ini disesuaikan dengan sistem pers yang
berlaku di Negara yang bersangkutan dengan tetap mengacu pada prinsi-prinsip perilaku
wartawan yang berlaku secara internasional.

Dalam UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers dijelaskan bahwa pers sebagai lembaga sosial
serta wahana komunikasi massa bertugas melaksanakan kegiatan jurnalistik dengan
menggunakan media cetak dan elektronik, serta berbagai macam saluran yang ada.

Yang dimaksud dengan kegiatan jurnalistik adalah kegiatan pengelolaan laporan harian yang
menarik minat khalayak yang diawali dengan peliputan hingga penyebarannya kepada
masyarakat (Efendi, 1984: 196). Sebagai salah satu bentuk kedaulatan rakyat dalam sebuah
Negara demokrasi, kebebasan pers dijamin oleh konstitusi dan dilaksanakan dengan berdasar
pada supremasi hukum, keadilan, serta prinsip-prinsip demokrasi.

5
Kebebasan pers yang dijamin oleh konstitusi Negara tidak serta merta membuat para pelaku
jurnalistik dalam hal ini wartawan dan organisasi media dapat menjalankan tugas dan
kewajibannya tanpa batasan etika. Di Indonesia sendiri acapkali terdengar berbagai pelanggaran
etika yang dilakukan oleh para pelaku jurnalistik.

Hal inilah yang menimbulkan adanya gagasan untuk menyusun seperangkat norma atau
seperangkat etika sebagai dasar atau koridor bagi para wartawan dalam menjalankan profesinya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip kode etik wartawan atau kode etik
jurnalistik yang kini berlaku, ada baiknya ketahui dahulu mengenai etika, sejarah, serta
pendekatan jurnalisme sebagai dasar kode etik wartawan atau kode etik jurnalistik.

2.3. Hukum Pers dalam Konteks Jurnalisme Investigasi

Dalam konteks jurnalisme investigasi di Indonesia, dasar hukum pers yang berlaku adalah
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (UU Pers). Menurut UU Pers, wartawan
adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik, dan dalam pembuatan berita,
setiap informasi harus melalui proses verifikasi.

UU Pers memberikan perlindungan hukum kepada wartawan dalam menjalankan tugasnya,


termasuk dalam pelaksanaan jurnalisme investigasi. Hal ini penting karena jurnalisme investigasi
seringkali melibatkan pengungkapan informasi yang sensitif atau kontroversial yang dapat
menimbulkan risiko hukum bagi wartawan.

Selain itu, ada juga Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE), yang mengatur tentang distribusi dan transmisi informasi elektronik,
termasuk yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik. Pelanggaran atas pasal
ini dapat diancam dengan pidana penjara dan denda yang signifikan.

Dampak dari dasar hukum ini pada pelaksanaan jurnalisme investigasi adalah adanya
keseimbangan antara kebebasan pers dan perlindungan terhadap individu atau entitas yang
menjadi subjek pemberitaan. Wartawan harus memastikan bahwa informasi yang mereka
publikasikan telah diverifikasi dan tidak melanggar hukum, seperti pencemaran nama baik atau
penghinaan.

6
Dengan adanya perlindungan hukum ini, wartawan dapat lebih leluasa dalam melakukan
investigasi dan mengungkap kebenaran, selama mereka tetap berpegang pada kode etik
jurnalistik dan aturan hukum yang berlaku. Namun, mereka juga harus berhati-hati untuk tidak
melanggar privasi seseorang atau membuat tuduhan tanpa bukti yang cukup.

2.4. Tantangan Hukum Jurnalisme Investigasi

Jurnalisme investigasi adalah bentuk jurnalisme yang mengungkap fakta-fakta tersembunyi


yang berkaitan dengan kepentingan publik, seperti korupsi, kejahatan, pelanggaran hak asasi
manusia, dan lain-lain. Jurnalisme investigasi membutuhkan kemampuan, ketelitian, dan
keberanian yang tinggi dari para wartawan yang melakukannya. Namun, jurnalisme investigasi
juga menghadapi banyak tantangan hukum yang dapat mengancam kebebasan pers dan
keselamatan wartawan. Beberapa tantangan hukum dalam jurnalisme investigasi adalah:

- Ancaman, intimidasi, atau kekerasan terhadap wartawan yang meliput isu-isu sensitif atau
kontroversial, terutama yang melibatkan pihak-pihak berkepentingan atau berkuasa.
Menurut Lembaga Bantuan Hukum Pers, sedikitnya empat wartawan terbunuh di tahun 2010
akibat pemberitaannya¹. Contohnya adalah kasus pembunuhan wartawan Anak Agung
Prabangsa yang membongkar skandal korupsi pembangunan sekolah di Bangli Bali, dan
wartawan Alfrets Mirulewan yang meliput penjualan BBM ilegal di Maluku Barat Daya.
- Gugatan hukum, terutama gugatan perdata atau pidana atas tuduhan pencemaran nama baik,
fitnah, atau ujaran kebencian. Gugatan ini dapat diajukan oleh pihak-pihak yang merasa
dirugikan atau tersinggung oleh pemberitaan wartawan, seperti pengusaha, politisi, pejabat,
atau organisasi. Gugatan ini dapat mengakibatkan denda, ganti rugi, atau bahkan hukuman
penjara bagi wartawan. Contohnya adalah kasus gugatan yang diajukan oleh mantan Ketua
DPR Setya Novanto terhadap Majalah Tempo, yang menuduhnya terlibat dalam skandal
korupsi e-KTP².
- Pelanggaran terkait konten, seperti pelanggaran hak cipta, pornografi, atau ujaran kebencian.
Pelanggaran ini dapat berdampak pada pemblokiran, pencabutan izin, atau penyitaan media
oleh pihak berwenang. Contohnya adalah kasus pemblokiran situs berita Tirto.id oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika karena diduga melanggar Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) atas pemberitaannya tentang aksi 212.

7
- Tantangan teknis, seperti kesulitan dalam mengakses, mengumpulkan, atau memverifikasi
data atau informasi yang dibutuhkan untuk jurnalisme investigasi. Hal ini dapat disebabkan
oleh keterbatasan sumber daya, keterampilan, atau peralatan, atau oleh adanya hambatan,
pengawasan, atau manipulasi dari pihak-pihak yang ingin menyembunyikan atau mengubah
data atau informasi. Contohnya adalah kasus peretasan yang dialami oleh wartawan Tempo,
Febriana Firdaus, yang menyelidiki kasus pembunuhan aktivis Munir.

Untuk mengatasi tantangan hukum dalam jurnalisme investigasi, wartawan harus


mengetahui dan mematuhi kode etik jurnalistik, seperti bersikap independen, akurat, berimbang,
dan tidak beritikad buruk¹. Wartawan juga harus menempuh cara-cara yang profesional, seperti
menunjukkan identitas diri, menghormati hak privasi, tidak menyuap, tidak melakukan plagiat,
dan lain-lain. Wartawan juga harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur,
dan berimbang dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau
proses peradilan¹. Wartawan juga harus memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan¹. Wartawan juga harus segera
mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab.

Selain itu, wartawan juga harus mendapatkan perlindungan hukum yang memadai, baik dari
institusi media, organisasi profesi, lembaga bantuan hukum, maupun pemerintah. Perlindungan
hukum ini bertujuan untuk menjaga kemerdekaan pers, memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, dan menegakkan integritas dan profesionalisme wartawan. Perlindungan
hukum ini juga bermanfaat untuk melindungi wartawan dari ancaman, intimidasi, atau tuntutan
hukum yang dapat mengganggu kinerja jurnalistiknya. Perlindungan hukum ini juga menjadi
acuan bagi masyarakat untuk mengontrol kualitas dan kredibilitas pemberitaan media.

2.5. Keselarasan Antara Etika dan Hukum

Keselarasan antara etika dan hukum sangat penting, terutama dalam jurnalisme investigasi.
Etika dan hukum seringkali berjalan beriringan karena keduanya mengatur tata kehidupan dan
perbuatan manusia¹. Etika memerintahkan untuk berbuat apa yang berguna dan melarang apa
yang tidak baik, sementara hukum berperan sebagai "penjaga" agar etika dan norma-norma lain
dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik.

8
Untuk mencapai keseimbangan antara etika dan hukum dalam jurnalisme investigasi, seorang
jurnalis harus mengetahui etika jurnalistik dalam bekerja. Ada empat kode etik jurnalis yang
tidak boleh dilanggar, yaitu:

1. Menerima suap
2. Menjiplak karya atau plagiatisme
3. Membuka identitas narasumber yang bersifat rahasia atau anonim
4. Informasi bohong, dibuat seolah benar terjadi.

Selain itu, jurnalis investigasi juga harus mematuhi peraturan hukum yang berlaku. Misalnya,
dalam melakukan penyamaran, jurnalis investigasi menggunakan rekaman tersembunyi dengan
aturan-aturan tertentu seperti harus menyangkut kepentingan publik, dilakukan di ruang publik.

9
BAB 3.
STUDI KASUS : DILEMA HUKUM DALAM INVESTIGASI

3.1. Produk Jurnalisme Investigasi yang berujung diproses Hukum

Berikut ini adalah tiga contoh produk jurnalisme investigasi di Indonesia yang berujung
diproses hukum:

- Berita tentang dugaan korupsi pembangunan sekolah di Bangli Bali yang ditulis oleh
Muhammad Asrul, seorang jurnalis berita.news. Berita ini mengakibatkan Asrul dijerat pasal
pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal 27 ayat 3 UU ITE. Asrul divonis penjara 3
bulan oleh Pengadilan Negeri Palopo, Sulawesi Selatan, pada November 2021. Padahal,
Asrul sudah menempuh mekanisme penyelesaian sengketa pers melalui Dewan Pers, yang
menyatakan bahwa beritanya merupakan produk jurnalistik¹.
- Berita tentang penyerobotan lahan oleh PT Jhonlin Baratama yang ditulis oleh Diananta
Putera Sumedi, seorang jurnalis banjarhits.id. Berita ini mengakibatkan Diananta dijerat
pasal pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal 27 ayat 3 UU ITE. Diananta divonis
penjara 3 bulan 15 hari oleh Pengadilan Kotabaru, Kalimantan Selatan, pada Agustus 2020.
Padahal, Diananta sudah melakukan verifikasi dan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait
sebelum menulis beritanya³.
- Berita tentang kebijakan Bupati Buton Tengah, Samahudin, yang dikritik oleh Sadli Saleh,
seorang jurnalis butonpos.com. Berita ini mengakibatkan Sadli dijerat pasal pencemaran
nama baik yang diatur dalam Pasal 27 ayat 3 UU ITE. Sadli divonis penjara 1,5 tahun oleh
Pengadilan Negeri Baubau, Sulawesi Tenggara, pada Maret 2020. Padahal, Sadli hanya
menyampaikan pendapatnya sebagai warga negara yang berhak mengkritik kebijakan
publik².

Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa UU ITE masih menjadi ancaman bagi kebebasan
pers dan jurnalis di Indonesia. UU ITE tidak memberikan ruang bagi jurnalis untuk membela diri
dengan alasan kepentingan umum, pembelaan diri, atau pengungkapan kebenaran, seperti yang
diatur dalam KUHP. UU ITE juga tidak menghormati mekanisme penyelesaian sengketa pers
yang telah ditetapkan oleh UU Pers. Oleh karena itu, UU ITE perlu direvisi agar tidak

10
bertentangan dengan UU Pers dan tidak mengkriminalisasi jurnalis yang melakukan jurnalisme
investigasi.

11
BAB 4.
PENUTUP

Jurnalisme investigasi adalah salah satu bentuk jurnalisme yang memiliki peran penting
dalam mengungkap fakta-fakta tersembunyi yang berkaitan dengan kepentingan publik, seperti
korupsi, kejahatan, pelanggaran hak asasi manusia, dan lain-lain. Jurnalisme investigasi juga
merupakan salah satu cara untuk menjaga kemerdekaan pers, memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, dan menegakkan integritas dan profesionalisme wartawan.
Namun, jurnalisme investigasi juga menghadapi banyak tantangan hukum yang dapat
mengancam kebebasan pers dan keselamatan wartawan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi wartawan yang melakukan jurnalisme investigasi untuk
memahami, menghormati, dan mematuhi kode etik dan hukum pers yang berlaku di Indonesia.
Kode etik dan hukum pers adalah pedoman moral dan etika profesi yang mengatur tentang sikap,
cara, dan prinsip yang harus dipegang oleh wartawan dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya.
Kode etik dan hukum pers juga bertujuan untuk melindungi wartawan dari ancaman, intimidasi,
atau tuntutan hukum yang dapat mengganggu kinerja jurnalistiknya. Kode etik dan hukum pers
juga menjadi acuan bagi masyarakat untuk mengontrol kualitas dan kredibilitas pemberitaan
media.

Dengan memahami, menghormati, dan mematuhi kode etik dan hukum pers, wartawan dapat
melakukan jurnalisme investigasi dengan profesional, akurat, berimbang, dan tidak beritikad
buruk. Wartawan juga dapat menempuh cara-cara yang profesional, seperti menunjukkan
identitas diri, menghormati hak privasi, tidak menyuap, tidak melakukan plagiat, dan lain-lain.
Wartawan juga dapat menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan berimbang
dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses
peradilan. Wartawan juga dapat memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi
latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan. Wartawan juga dapat segera mencabut dan
meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab.

Dengan demikian, kode etik dan hukum pers merupakan hal yang sangat penting dalam
jurnalisme investigasi. Kode etik dan hukum pers tidak hanya menjadi pedoman bagi wartawan,
tetapi juga menjadi jaminan bagi publik untuk mendapatkan informasi yang benar, akurat, dan

12
bermanfaat. Kode etik dan hukum pers juga menjadi sarana untuk menjaga kemerdekaan pers,
memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi, dan menegakkan integritas dan
profesionalisme wartawan. Oleh karena itu, wartawan yang melakukan jurnalisme investigasi
harus selalu memahami, menghormati, dan mematuhi kode etik dan hukum pers.

13
DAFTAR PUSTAKA

(1) KODE ETIK (KEWI, KEJ & KEIW) - Investigasi. https://investigasi.news/kode-etik-kewi-


kej-keiw/.

(2) JURNALISME INVESTIGASI: ELEMEN, PRINSIP DAN TEKNIK REPORTASE.


https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/aldin/article/download/3960/1566.

(3) Kode Etik Jurnalistik: Etika Profesi Wartawan » Romeltea Online.


https://romeltea.com/kode-etik-jurnalistik-etika-profesi-wartawan/

(4) Etika dan Hukum Jurnalis Investigasi: Mempersulit atau ... - Mijil. https://mijil.id/t/etika-dan-
hukum-jurnalis-investigasi-mempersulit-atau-melindungi/1321.

(5) Jurnalisme Investigasi (Etika dan Hukum) - Kompasiana.com.


https://www.kompasiana.com/dwiroso66404/63f6bc5808a8b56653446b62/jurnalisme-
investigasi-etika-dan-hukum.

(6) Masa Depan Berita: Peran dan Tantangan AI dalam Jurnalisme Investigasi ....
https://retizen.republika.co.id/posts/232836/masa-depan-berita-peran-dan-tantangan-ai-dalam-
jurnalisme-investigasi.

(7) Ancaman jurnalisme investigasi di era digital - RAPPLER.


https://www.rappler.com/world/indonesia/168607-ancaman-jurnalisme-investigasi-digital/.

(8) Risiko Hukum Bagi Reporter dan Cara Menghadapinya. https://jaring.id/risiko-hukum-


reporter-defamasi/.

Anda mungkin juga menyukai