Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

JURNALISME WARTAWAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Ilmu Jurnalistik
Dosen Pengampuh : Maya Sari, M.SI

Oleh

Iswandri Tulung (021111048)


Maharani Intan Sya’ada Mahifa (021111018)

KEMENTRIAN AGAMA REPULIK INDONESIA INTITUT AGAMA ISLAM


NEGERI (IAIN) FATTAHUL MULUK PAPUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAM ISLAM TAHUN AJARAN 203-2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehinggah makalah ini dapat selesai pada
waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan pada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan rapi.
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung oleh
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Pada akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar hapan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan makalah-makalah selanjutnya.

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
A. Pengertian Kode Etik.........................................................................................
B. Kode Etik Jurnalistik..........................................................................................
C. Etika Jurnalistik................................................................................................
D. Kekuatan Kode Etik.........................................................................................
E. Tantangan Jurnalistik........................................................................................
F. Pertanggung Jawaban........................................................................................
G. Hubungan Komputer dengan Jurnalistik..........................................................
BAB PENUTUP.........................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

3
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Euforia era reformasi tampaknya masih terasa hingga kini. Tiba-tiba banyak
orang yang merasa berhak menjadi apa saja, termasuk menjadi wartawan. Orang yang
merasa berhak dan mampu menjadi calon legislator bahkan mencapai ratusan atau
bahkan ribuan dalam satu kabupaten / kota. Khusus di bidang pers, banyak orang yang
tiba-tiba menjadi wartawan dan memiliki kartu pers, padahal mereka tidak pernah
melalui jenjang pendidikan jurnalistik yang memadai dan benar. Karena tidak memiliki
pendidikan yang memadai dan tidak pernah mendapatkan atau mengikuti pendidikan
jurnalistik yang memadai dan benar, maka tidaklah mengherankan kalau banyak oknum
wartawan yang menyalahgunakan profesinya dan melanggar kode etik wartawan atau
Kode Etik Jurnalistik.

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan pers adalah lembaga sosial dan
wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun
dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala
jenis saluran yang tersedia. (UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers). Lalu apa dan siapa
wartawan itu? Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan
jurnalistik. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan, tetapi mereka harus memiliki
dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Sebagai professional dan dalam melaksanakan
profesinya, wartawan mendapat perlindungan hukum.

Wartawan adalah orang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, rasa keterlibatan
besar terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan, memiliki integritas, cermat,
andal, siaga, disiplin, serta memiliki keterbukaan. Sebagai orang yang senantiasa
bersentuhan dengan publik, wartawan dalam menjalankan profesinya diikat oleh norma
dan aturan-aturan yang berlaku di tengah masyarakat.

Wartawan pun harus menghormati etika dan kaidah-kaidah yang ada, termasuk
menaati Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang telah disepakati bersama oleh 29 organisasi
4
wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia, di Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006,
dan ditetapkan oleh Dewan Pers pada Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 24 Maret 2006,
melalui Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006, tentang Kode Etik
Jurnalistik.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki batasa-batasan masalah guna
untuk membatasi pembahasan makalah ini, agar nantinya dalam pembahasan tidak keluar
dari materi ini. Batasan-batasan itu adalah :

1. Apakah kode etik itu ?


2. Seperti apakah kode etik jurnalistik itu ?
3. Seperti apakah etika jurnalistik itu ?
4. Seperti apa kekuatan kode etik itu ?
5. Tantangan apa yang harus dihadapi jurnalistik ?
6. Pertanggung jawaban seperti apakah yang harus dilakukan oleh seorang jurnalistik ?
7. Hubungan Komputer dengan jurnalistik?

5
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KODE ETIK


Etika berasal dari bahasa Latin, ethica, yang berarti aturan atau kaidah-kaidah
moral, tata susila yang mengikat suatu masyarakat atau kelompok masyarakat, atau
profesi. Etika didasari oleh kejujuran dan integritas perorangan. Etika yang mengikat
masyarakat dalam sebuah profesi itulah yang disebut Kode Etik, maka lahirlah berbagai
macam Kode Etik, antara lain Kode Etik Wartawan atau Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik
Kedokteran, dan Kode Etik Pengacara.

Di Indonesia, Kode Etik Wartawan tidak hanya merupakan ikatan kewajiban


moral bagi anggotanya, melainkan sudah menjadi bagian dari hukum positif, karena
Pasal 7 (2) UU Pers dengan tegas mengatakan bahwa wartawan memiliki dan menaati
Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik dimaksud yaitu kode etik yang disepakati
organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.

B. KODE ETIK JURNALISTIK


Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers terdiri atas 11 pasal
dan diawali dengan pembukaan, yang antara lain menyatakan bahwa kemerdekaan
berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.

Juga dinyatakan bahwa kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk


memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu,
wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial,
keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak,
kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers
dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi
sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan
integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan
menaati Kode Etik Jurnalistik.

6
Kode Etik Jurnalistik ialah ikrar yang bersumber pada hati nurani wartawan
dalam melaksanakan kemerdekaan mengeluarkan pikiran yang dijamin sepenuhnya oleh
Pasal 28 UUD 1945, yang merupakan landasan konstitusional wartawan dalam
menjalankan tugas jurnalistiknya.

Pasal 1

Wartawan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha


Esa, berjiwa Pancasila taat Undang-Undang Dasar Negara RI, kesatria, bersikap
independen serta terpercaya dalam mengemban profesinya.

Pasal 2

Wartawan dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut
tidaknya menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar)
yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan
bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu golongan yang
dilindungi oleh undang-undang dan prasangka atau diskriminasi terhadap jenis kelamin,
orang cacat, sakit, miskin atau lemah

Pasal 3

Wartawan tidak beriktikad buruk, tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar,
suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan, memutar balikkan fakta, bohong,
bersifat fitnah, cabul, sadis, dan sensasional.

Pasal 4

1. Yang dimaksud dengan imbalan adalah pemberian dalam bentuk materi, uang, atau
fasilitas kepada wartawan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan berita dalam
bentuk tulisan di media cetak, tayangan di layar televisi atau siaran di radio siaran.
Penerimaan imbalan sebagaimana dimaksud Pasal ini, adalah perbuatan tercela.
2. Semua tulisan atau siaran yang bersifat sponsor atau pariwara di media massa harus
disebut secara jelas sebagai penyiaran sponsor atau pariwara.
Pasal 5

Wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan ketepatan dari
kecepatan serta tidak mencampuradukkan fakta dan opini. Tulisan yang berisi interpretasi
dan opini, disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya. Penyiaran karya

7
jurnalistik rekaulang dilengkapi dengan keterangan, data tentang sumber rekayasa yang
ditampilkan.

Pasal 6

Pemberitaan hendaknya tidak merendahkan atau merugikan harkat-martabat, derajat,


nama baik serta perasaan susila seseorang. Kecuali perbuatan itu bisa berdampak negatif
bagi masyarakat.

Pasal 7

Wartawan selalu menguji informasi, menerapkan prinsip adil, jujur, dan penyajian yang
berimbang serta menghormati asas praduga tak bersalah.

Wartawan menghormati asas praduga tak bersalah, senantiasa menguji kebenaran


informasi, dan menerapkan prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang serta.

Pasal 8

Wartawan tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan
tidak menyebut identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Pasal 9

Wartawan menempuh cara yang profesional, sopan dan terhormat untuk memperoleh
bahan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) dan selalu
menyatakan identitasnya kepada sumber berita, kecuali dalam peliputan yang bersifat
investigative.

Pasal 10

Hak jawab diberikan pada kesempatan pertama untuk menjernihkan duduk persoalan
yang diberitakan. Pelurusan atau penjelasan tidak boleh menyimpang dari materi
pemberitaan bersangkutan, dan maksimal sama panjang dengan berita sebelumnya.

Pasal 11

Wartawan harus menyebut sumber berita dan memperhatikan kredibilitas serta


kompetensi sumber berita serta meneliti kebenaran bahan berita.

8
Pasal 10

Hak jawab diberikan pada kesempatan pertama untuk menjernihkan duduk persoalan
yang diberitakan.

Pelurusan atau penjelasan tidak boleh menyimpang dari materi pemberitaan


bersangkutan, dan maksimal sama panjang dengan berita sebelumnya.

Pasal 11

Wartawan harus menyebut sumber berita dan memperhatikan kredibilitas serta


kompetensi sumber berita serta meneliti kebenaran bahan berita .

Pasal 12

Wartawan tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa
menyebut sumbernya.

Pasal 13

Wartawan dalam menjalankan profesinya memiliki hak tolak untuk melindungi identitas
dan keberadaan narasumber yag tidak ingin diketahui. Segala tanggung jawab akibat
penerapan hak tolak ada pada wartawan yang bersangkutan.

Pasal 14

Wartawan menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan
informasi yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan berita serta tidak
menyiarkan keterangan “off the record”.

Pasal 15

Wartawan harus dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik


Jurnalistik PWI (KEJ-PWI) dalam melaksanakan profesinya.

Pasal 16

Wartawan menyadari sepenuhnya bahwa penaatan Kode Etik Jurnalistik ini terutama
berada pada hati nurani masing-masing.

9
Pasal 17

Wartawan mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode
Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI.

C. ETIKA JURNALISTIK
Jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam mengelola dan menyajikan
informasi pada masyarakat,yang bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif,
dalam arti informasi yang disebarluaskan merupakan informasi yang diperlukan.
Jurnalistik berasal dari bahasa asing yaitu diurnal dan dalam bahasa inggris journal yang
berarti catatan harian.
Etika jurnalistik adalah Standart aturan perilaku dan moral yang mengikat para
jurnalistik dalam melaksanakan pekerjaanya. Etika jurnalistik ini sangat penting dimana
bukan hanya mencerminkan standart jkualitas jurnalistik namun untuk menghindari dan
melindungi masyarakat dari kemungkinan dmpak yang merugikan dari tindakan atu
perilaku keliru dari seorang jurnalis.
D. KEKUATAN KODE ETIK
Kode etik dibuat atas prinsip bahwa pertanggung jawaban tentang penataannya
berada terutama pada hati nurani setiap wartawan Indonesia. Dan bahwa tidak ada
satupun pasal dalam kode etik (jurnalistik) yang memberi wewenang kepada golongan
manapun di luar PWI untuk mengambil tindakan terhadap seorang wartawan Indonesia
atau terhadap penerbitan pers. Karenanya saksi atas pelanggaran kode etik adalah hak
yang merupakan hak organisatoris dari PWI melalui organ-organnya. Menyimak dari
kandungan kode etik jurnalistik di atas tampak bahwa nilai-nilai moral, etika maupun
kesusilaan mendapat tempat yang sangat urgen, namun walau demikian tak dapat
dipungkiri bahwa kenyataan yang bebicara di lapangan masih belum sesuai dengan yang
diharapkan.

Namun terlepas dari apakah kenyataan-kenyataan yang ada tersebut melanggar


kode etik yang ada atau norma/aturan hukum atau bahkan melanggar kedua-duanya,
semua ini tetap terpulang pada pribadi insan pers bersangkutan, dan juga kepada
masyarakat, sebab masyarakat sendirilah yang dapat menilai penerbitan/media yang
hanya mencari popularitas dan penerbitan/media yang memang ditujukan untuk melayani

10
masyarakat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tetap menjunjung
tinggi kode etiknya.

E. TANTANGAN JURNALISTIK
Seorang Jurnalis atau Wartawan harus memiliki berbagai kemampuan dan
keterampilan agar bisa bersaing dan tetap menjalankan profesinya sesuai dengan Kode
etik Jurnalistik. Jika seorang wartawan tidak punya keinginan untuk mengembangkan
diri, dia akan tersingkir dari kelompoknya.

Salah satu tantangan yang harus siap dihadapi yakni kesadaran hukum dan
keberanian masyarakat sudah muncul. Mereka meminta hak jawab, berbagai pihak yang
dirugikan bisa melakukan somasi dan tuntutan hukum. Jika seorang jurnalis menjalankan
profesinya sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik, dia akan lebih dihargai oleh masyarakat,
nara sumber dan rekan se-profesinya.

Hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi Tantangan, diantaranya :

- Menjalankan pekerjaan sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik.


- Banyak Membaca (buku, koran, kamus populer, internet, UU, Peraturan, Perda dll.)
- Mengikuti berbagai Pelatihan dan Kursus Keterampilan (jurnalistik, bahasa asing,
audit, pajak, dll.)
- Menguasai materi sebelum melakukan wawancara.
- Mempunyai data pendukung untuk materi tulisan.
1. Jurnalis Yang Memihak
Profesi jurnalis rentan sekali untuk memihak kepada satu pihak, sehingga dia tidak
independen lagi dalam mencari berita. Informasi yang disampaukan karena pesanan
pihak tertentu. Contoh Keberpihakan, ketika satu daerah melakukan pemilihan kepala
daerah langsung. Jurnalis menulis berita tersebut sesuai dengan pesanan tim suksesnya,
tanpa memperhatikan keinginan para pembaca.

2. Jurnalis Masyarakat (Civil Journalist)


Sejak dibukanya kebebasan Pers tahun 1998 lalu, banyak sekali berbagai
perusahaan media yang muncul dan tenggelam. Tetapi para wartawan maupun
perusahaan media tidak menyadari bahwa jurnalis masyarakat sudah muncul di dunia
maya seperti blog. Para blogger muncul Tanpa perlu latar belakang pendidikan
jurnalistik. Mereka membuat berita sendiri (meskipun tidak mengikuti kaidah penulisan).

11
Mereka menuangkan ide, tulisan bahkan makian terhadap pihak tertentu tanpa sensor.

3. Media Gratis
Satu lagi tantangan bagi perusahaan para jurnalis dan perusahaan pers yakni
maraknya media (koran dan majalah gratis). Media gratis bisa mengurangi pendapatan
kue iklan, karena tarif iklan lebih murah dibanding tarif iklan di surat koran maupun
majalah. Para penulis di media gratis juga jarang yang berlatar belakang seorang jurnalis.

Mereka hanya mengandalkan materi tulisan dari perusahaan yang memasang iklan,
seperti iklan berita (advetorial).

Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki kepribadian, yaitu :


bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat pada UUD 1945, bersifat
kesatria, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan berjuang untuk emansipasi bangsa
dalam segala lapangan, sehingga dengan demikian turut bekerja ke arah keselamatan
masyarakat Indonesia sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa.

F. PERTANGGUNG JAWABAN
Bahwa seorang wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan
bijaksana mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar,
karikatur dan sebagainya disiarkan. Kaitannya dengan hal di atas, dalam kenyataan yang
ada masih terdapat banyak media cetak yang memuat berita atau gambar yang secara
jelas bertentangan dengan kehidupan sosial yang religius. Namun walau demikian
tampaknya gejala ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai suatu kewajaran dalam
rangka mengikuti perkembangan zaman, sehingga batasan-batasan etika dan norma yang
harusnya dikedepankan, menjadi kabur bahkan tidak lagi menjadi suatu pelanggaran
kode etik, maupun norma/aturan hukum yang ada.
Sebagaimana dalam Pasal 5 ayat (1) UU. No. 40/1999 disebutkan bahwa “Pers
nasional berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati
normanorma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah”.
Serta ditambahkan lagi dalam Pasal 13 yang memuat larangan tentang iklan, yaitu iklan
yang memuat unsur : Mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, minuman
keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan penggunaan wujud rokok atau
penggunaan rokok.
Pertanggungjawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan
seorang wartawan terhadap seseorang atau suatu golongan tertentu. Namun lagi-lagi

12
dalam kenyataannya menunjukkan bahwa keberpihakan tersebut tampaknya telah
menjadi trend dan seolah tidak dipermasalahkan lagi.
G. HUBUNGAN KOMPUTER DENGAN JURNALISTIK
Teknologi informasi atau yang biasa di sebut IT adalah study atau pengguna
peralatan elektronika, terutama computer, untuk menyimpan, menganalisis dan
mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar .

Menurut alter teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak
untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap,
menyimpan, mengambil atau menyimpan data. Sehingga mempunyai kedekatan persepsi
bahwa teknologi informasi adalah teknologi yang memungkinkan manusisa berbagai
informasi dengan manusia lain, terlepas dari perdebatannya mengenail alat yang di
gunakan. Namun yang saya bahas pada disini lebih menekakan pada teknologi informasi
dalam konteks komputer, dan internet.

Salah satu hasi dari perkembangan teknologi yang memudahkan akses seiring
munculnya situs-situs jejaring sosial, twitter, facebook, dan sebagainya dan juga situs
penyedia blog, seperti blogspot, wordpress, edublogs, dan sebagainya.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penerapan kode etik jurnalistik yang merupakan gambaran serta arah, apa dan
bagaimana seharusnya profesi ini dalam bentuk idealnya oleh sebagian pers atau media
massa belum direalisasikan sebagaimana yang diharapkan, yang menimbulkan kesan
bahwa dunia jurnalistik (juga profesi lain) terkadang memandang kode etik sebagai
pajangan-pajangan yang kaku. Namun terlepas dari ketimpangan dari apa yang
seharusnya bagi dunia jurnalistik tersebut, tampaknya hal ini berpulang pada persepsi
dan obyektifitas masyarakat/publik untuk menilai kualitas, bobot, popularitas maupun
keberpihakan dari suatu media massa.Kebebasan pers yang banyak didengungkan,
sebenarnya tidak hanya dibatasi oleh kode etik jurnalistik, tetapi terdapat aturan lain
yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan apa yang seharusnya.

Untuk itulah masih diperlukan langkah-langkah konkrit dalam rangka


mewujudkan peran dan fungsi pers, paling tidak menutup kemungkinan untuk dikurangi
dari penyimpangan tersebut.

B. SARAN
Mohon maaf apa bila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang
kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Pada akhir tulisan, penulis mengajak para pembaca
untuk lebih mengerti lagi bagaimana etika seorag jurnalistik tersebut dan hubungannya
dengan komputer. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2005. Kewarganegaaan. Jakarta : Erlangga

Djzazuli, HM.2007.Kewarganegaraan 3 Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Yudhistira


https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/kabepe/5519602da333110418b6594
0/makalah-
jurnalistik?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=D ari
%20%251%24s&aoh=16954691845608&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&
ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fkabepe%2F5519602da333110418b
65940%2Fmakalah-jurnalistik
http://zainimarigaanakgayo.blogspot.com/2015/12/makalah-jurnalistik-atauwartawan.html?
m=1
http://zainimarigaanakgayo.blogspot.com/2015/12/makalah-jurnalistik-atau-
wartawan.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai