“Makalah Kewarganegaraan”
Nim : 521211060
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, atas karunia-Nya lah kami akhirnya
bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila
dalam implementasi kewarganegaraan dan kemasyarakatan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk memberi pengetahuan
dan wawasan agar kita dapat memahami dan mengetahui apa pengertian dari kebebasan pers
dalam negara demokrasi
Dalam undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, dikatakan pers harus diukur dari
sejauh mana negara melindungi keselamatan jurnalis dalam menjalankan tugasnya, juga dari
kesadaran semua pihak untuk menyelesaikan keberatan atas pemberitaan media secara
beradab dan tanpa kekerasan fisik. Keselamatan wartawan masih masalah serius di Indonesia
Kekerasan secara fisik juga terus mengalami peningkatan. Penganiayaan merupakan salah
satu bentuk kekerasan yang masih sering terjadi di masa yang Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) Indonesia juga membenarkan bahwa kekerasan terhadap jurnalis kian mengalami
peningkatan. Dari 37 kasus pada 2009 terjadi peningkatan menjadi 51 kasus pada 2010 yang
dimana sebagian besar kekerasan tersebut merupakan penganiayaan fisik.4 Pada awal 2011
terjadi konflik antara kamerawan Global TV dengan artis Ahmad Dhani yang
mengindikasikan telah terjadinya tindakan penganiayaan dan berakhir di meja Dewan Pers
sebagai mediator. Kamerawan tersebut dituding telah melakukan tugas jurnalistik dengan
meliput kediaman pribadi Ahmad Dhani yang jelas-jelas melanggar privasinya sehingga
Ahmad Dhani merebut kaset rekamannya dan kemudian terjadi saling dorong yang
mengakibatkan kekerasan fisik yang dialami kamerawan tersebut. Namun pengakuan pihak
Global TV dalam keterangan Persnya menyebutkan bahwa kamerawan tersebut sudah
menjalankan tugasnya secara profesional sesuai dengan kode etik jurnalistik.5 Menurut
catatan Dewan Pers dan Aliansi Jurnal Independen (AJI), penganiayaan terhadap jurnalis
jumlahnya semakin meningkat. Bahkan terkadang kasus jurnalis korban penganiayaan ini
menguap begitu saja di dalam persidangan, tidak ada solusi ataupun penanganan lebih lanjut.
Kebanyakan kasus-kasus yang menimpa jurnalis Indonesia selesai dengan perdamaian yang
dimediasi Dewan Pers.
2
Namun tentunya perdamaian itu seharusnya tidak serta merta menghentikan proses pidana
yang tengah berlangsung.6 Jurnalis sebagai korban ini masih dianggap sebelah mata oleh
berbagai kalangan. Banyak yang menuding bahwa jurnalis yang mengalami penganiayaan
adalah wajar apabila dilihat dari pekerjaannya yang dilakukannya. Padahal dalam hal ini
jurnalis mendapat perlakuan tersebut dalam kerangka tugas peliputan yang seharusnya
mendapat perlindungan berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang
Pers, yaitu 7 Dalam penjelasan pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers,
disebutkan bahwa, yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan
pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak,
kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku8 . Dalam penjelasan diatas, perlindungan hukum yang diberikan pemerintah maupun
masyarakat tidak secara jelas menerangkan perlindungan seperti apa yang harus diberikan,
sehingga dalam prakteknya perlindungan terhadap jurnalis dalam kerangka tugas peliputan
ini sering diabaikan karena kurangnya pemahaman pemerintah maupun masyarakat mengenai
fungsi jurnalis sebagai profesi yang rawan akan tindakan penganiayaan. penganiayaan sendiri
dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) di atur pada bab XX pasal 351 sampai
358. Penganiayaan merupakan istilah yang digunakan KUHP untuk tindak pidana terhadap
tubuh. Namun KUHP sendiri tidak memuat arti penganiayaan tersebut.9 Meskipun tindak
pidana penganiayaan yang dialami oleh jurnalis tersebut merupakan tindakan yang akibatnya
diatur oleh hukum dan harus diselesaikan di meja persidangan, nyatanya selama 2007-2010
Dewan Pers menerima lebih dari 1.185 pengaduan dari seluruh Indonesia, baik yang datang
dari masyarakat untuk mempersoalkan pelanggaran etika pers maupun dari kalangan pers
yang meminta dukungan advokasi. Pengaduan ke Dewan Pers memang jauh lebih cepat dan
lebih murah daripada mengadu ke polisi. Sebab, Dewan Pers menyelesaikan sengketa tanpa
memungut biaya dan selalu mengusahakan perdamaian lewat mediasi yang solution yang
merasa disakiti dan tidak ada dendam antar kedua belah pihak. Pertimbangannya selalu
berdasarkan kode etik jurnalistik dan Undang-undang Pers, bukan hukum pidana atau
perdata. Itulah alasan mengapa banyak kasus yang menyangkut jurnalistik diselesaikan di
meja dewan pers, tidak lagi melalui jalur litigasi.
urnalis dapat menjadi korban tindak pidana penganiayaan sesuai dengan karakteristik tipelogi
korban, yaitu korban secara sadar atau tidak sadar telah melakukan sesuatu yang merangsang
orang lain untuk melakukan kejahatan. Menurut jenisnya, jurnalis dikategorikan dalam jenis
Latent victims, yaitu mereka yang mempunyai sifat karakter tertentu sehingga cendrung
menjadi korban, atau Participating victims yaitu mereka yang dengan prilakunya
memudahkan dirinya menjadi korban.11 Walaupun masalah penganiayaan yang dialami
jurnalis tersebut ada yang memang berasal dari perbuatannya yang jelas-jelas melanggar kode
etik jurnalistik, namun kekerasan fisik terhadap wartawan seperti melakukan pemukulan atau
tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi wartawan tidak dapat
dibenarkan, apalagi jurnalis tersebut sedang menjalankan fungsi-fungsi publik. Berdasarkan
latar belakang permasalahan tersebut diatas,
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Sistem demokrasi
identik dengan kebebasan untuk menyuarakan pendapat, termasuk kebebasan bagi pihak
pers. Kebebasan pers bukan berarti pers bisa semena-mena dalam hal penyampaian
informasi. Tetapi kebebasan pers lebih mengarah pada kebebasan pers yang disertai dengan
tanggung jawab sosial. Informasi atau berita yang dikeluarkan oleh pers dikonsumsi langsung
oleh publik dan dapat memengaruhi pemikiran publik secara langsung. Oleh sebab itu, pers
harus bertanggung jawab terhadap publik terkait pemberitaan yang telah dikeluarkan. Selain
itu, pers yang bebas adalah pers yang tidak melanggar ketentuan hak asasi manusia. Sebagai
penganut sistem demokrasi, sudah menjadi kewajiban Indonesia untuk menegakkan
kebebasan pers. Kebebasan pers merupakan cermin sistem demokrasi yang ideal.
dijelaskan bahwa kebebasan pers akan memunculkan pemerintahan yang cerdas, bersih, dan
bijaksana. Sebab melalui kebebasan pers masyarakat dapat mengetahui berbagai peristiwa,
termasuk kinerja pemerintah sehingga muncul mekanisme check and balance, kontrol
terhadap kekuasaan, maupun masyarakat sendiri. Kebebasan pers dalam negara demokrasi
diperlukan agar pers bisa menjalankan fungsinya sebagai pengawas pemerintahan sehingga
tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Secara garis besar, kebebasan pers bertujuan untuk
meningkatkan kualitas demokrasi. Dengan adanya kebebasan pers, pers dimungkinkan untuk
menyampaikan beragam informasi sehingga memperkuat dan mendukung masyarakat untuk
berperan di dalam demokrasi.
4
2.2 undang undang yang mengatur kebebasan pers
Kebebasan pers di Indonesia sendiri telah diatur dalam undang-undang. Ada dua undang-
undang yang mengatur kebebasan pers, yaitu: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran Pasal 4 ayat 1 dan 2 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
1999 tentang Pers menjelaskan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
negara dan pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan, atau pelarangan
penyiaran. Dari penjelasan pasal tersebut, dapat diketahui bahwa kebebasan pers merupakan
hak asasi warga negara. Artinya, tidak ada yang boleh menghalangi kegiatan pers, meskipun itu
pemerintah. Meskipun begitu, kebebasan pers bukanlah tanpa batas. Kebebasan pers tetap
dibatasi agar tidak melanggar ketentuan hak asasi manusia. Kebebasan pers di Indonesia harus
dilaksanakan sesuai dengan etika jurnalisme
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa Kebebasan
pers di Indonesia tidak secara langsung disampaikan dalam pasal-pasal yang ada pada
undang-undang negara Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), pasal yang berkaitan dengan kebebasan pers
hanya dapat ditemukan pada Pasal 28, Pasal 28E Ayat 2, dan Pasal 28F. Pada pasal
28E ayat 2 dapat dimaknai bahwa kebebasan pers merupakan bagian dari kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Pada Pasal 28E Ayat 2 dimaknai bahwa
kebebasan pers di Indonesia merupakan bagian dari kebebasan menyatakan pikiran.
Sementara itu, Pasal 28F dapat dimaknai bahwa kebebasan pers merupakan bagian
dari kemerdekaan berkomunikasi dan memperoleh informasi. Pasal 28F menjadi
landasan hukum utama kebebasan pers di Indonesia karena adanya kebebasan dalam
menggunakan berbagai media dalam hal mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi.
Untuk itu kritik dan saran dari dosen atau pembaca yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini yang bersifat kousteuktif dan bersifat komulatif sangat kami harapkan
supaya dalam penugasan makalah yang akan datang lebih baik dan lebih sempurna.
8
BAB IV
DAFTAR PUSAKA
4.1.Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_pers_di_Indonesia#:~:text=Pasal%2028F%20menjadi%
20landasan%20hukum,%2C%20mengolah%2C%20dan%20menyampaikan%20informasi.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/21/203844869/kebebasan-pers-di-
indonesia?page=all
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-208-BABI.pdf