Puji dan syukur penulis sampaikan atas ke hadiran Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan kemurahan-Nya, kami masih dapat membuat
tugas Critical Jurnal Review (CJR) ini. Laporan ini akan membahas tentang
Hak Asasi Manusia. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CJR mata
kuliah Ilmu Kewarganegaraan. Melalui laporan ini, penulis berharap pembaca
dapat menjadikan laporan ini sebgai referensi jika hendak mengetahui lebih
lanjut tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Kelompok 7
CJR 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
PENGANTAR..................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
RINGKASAN ARTIKEL................................................................................................4
A. Jurnal I......................................................................................................................4
B. Jurnal II..................................................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................16
KEUNGGULAN PENELITIAN...................................................................................16
A. Elemen penelitian...................................................................................................16
B. Origanilasi temuan.................................................................................................16
C. Kemukthariran masalah........................................................................................16
D. Kohesi dan koherensi isi penelitian.......................................................................17
BAB IV............................................................................................................................17
KELEMAHAN PENELITIAN.....................................................................................17
A. Elemen penelitian...................................................................................................17
B. Originalitas temuan...............................................................................................17
C. Kemuktahiran masalah.........................................................................................17
D. Kohesi dan koherensi isi penelitian.......................................................................17
BAB V.............................................................................................................................18
IMPLIKASI....................................................................................................................18
A. Teori........................................................................................................................18
B. Pembangunan di Indonesia...................................................................................18
C. Pembahasan dan analisis.......................................................................................18
BAB VI............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Kesimpulan.............................................................................................................19
B. Saran.......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
CJR 1
BAB I
PENGANTAR
Laporan ini ditulis agar dapat dimengerti oleh setiap orang yang akan
mempelajari tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia . Pembahasan penelitian
dalam jurnal ini meliputi semua komponen-komponen yang penting dalam suatu
penelitian terhadap Hak Asasi Manusia, negara demokrasi, serta perundang-
undangan yang mencangkup materi itu sendiri.
Materi pada jurnal ini berasal dari penelitian mengenai Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Jurnal yang dapat kita lihat telah memuat tentang hasil dari suatu
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis artikel.
CJR 1
BAB II
RINGKASAN ARTIKEL
A. Jurnal I
Keadilan adalah keadilan yang terdefinisi atas apa yang tertulis dan menutup
diri atas keadilan yang selama ini tidak termaktub dalam suatu teks
perundangundangan. Teori ini mengidentikkan hukum dengan undang-undang,
CJR 1
yaitu tidak ada hukum di luar undang-undang dan satu-satunya hukum adalah
undangundang. Pemikiran Hukum Progresif muncul karena ketidakpuasan dan
keprihatinan terhadap kinerja dan kualitas penegakan hukum yang ada dalam
masyarakat.
Hukum Progresif adalah hukum pro keadilan dan pro rakyat , artinya dalam
berhukum para pelaku hukum dituntut mengedepankan kejujuran, empati,
kepedulian kepada rakyat dan ketulusan dalam penegakan hukum. Pembentukan
hukum dan konstruksi hukum sangat diperlukan untuk dapat memberikan rasa
nyaman terhadap masyarakat sebagai akses untuk keadilan. Pembentukan hukum
tidak lepas dari putusan-putusan hakim (judge made law) yang terkait dengan
penegakan hukum, sedangkan penegakan hukum pada hakikatnya adalah
merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum ide-ide hukum
menjadi kenyataan.11 Penegakan hukum konvensional tidak selalu dapat
mewujudkan nilai keadilan masyarakat, maka perlu ada kontruksi penegakan
hukum progresif yang dapat mewujudkan nilai keadilan yang berorientasi pada
kesejahteraan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia. Ide penegakan
hukum progresif lahir dari ketidakpuasan pada praktik ajaran ilmu hukum positif
di Indonesia. Hukum progresif digagas sebagai solusi dari kegagalan penerapan
hukum positif dan rasa keprihatinan terhadap kualitas penegakan hukum di
Indonesia terutama sejak terjadinya reformasi pada pertengahan tahun 1998.
Hukum tidak hadir untuk dirinya sendiri sebagaimana yang digagas oleh hukum
positif, melainkan untuk manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia. Progresivisme tidak ingin menjadikan hukum sebagai
teknologi yang tidak bernurani, melakukan suatu institusi yang bermoral
kemanusiaan.
CJR 1
tentang Kekuasaan Kehakiman yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
bertugas untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hukum progresif berbeda
dengan hukum positif. Progresifisme hukum mengajarkan bahwa hukum bukan
raja, tetapi alat untuk menjabarkan dasar kemanusiaan yang berfungsi
memberikan rahmat kepada dunia dan manusia. Asumsi yang mendasari
progresifisme hukum adalah pertama hukum ada untuk manusia dan tidak untuk
dirinya sendiri, kedua hukum selalu berada pada status law in the making dan
tidak bersifat final, ketiga hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan.
Berdasar asumsi-asumsi di atas maka kriteria hukum progresif adalah:
CJR 1
6) Hukum progresif adalah “hukum yang pro rakyat” dan “ hukum yang pro
keadilan”.
7) Asumsi dasar hukum progresif adalah, bahwa “hukum adalah untuk
manusia”, bukan sebaliknya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hukum
tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas
dan lebih besar. Maka setiap kali ada masalah dalam dan dengan hukum,
hukumlah yang ditinjau dan diperbaiki, bukan manusia yang dipaksakan
untuk dimasukkan ke dalam sistem hukum.
8) Hukum bukan merupakan suatu institusi yang absolut dan final melainkan
sangat bergantung pada bagaimana manusia melihat dan
menggunakannya. Manusialah yang merupakan penentu.
9) Hukum selalu berada dalam proses untuk terus menjadi (law as a process,
law in the making).
CJR 1
1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan ialah hak segala bangsa”. Kita pun
harus ingat bahwa diri kita, kita dapat mendisplinkan diri untuk tidak melakukan
pelanggaran hukum, tetapi bukankah kita tidak dapat bebas dari risiko menjadi
seorang “tersangka” kemudian pula “terdakwa?” disinilah letak pentingnya kita
memperjuangkan tegaknya hak- hak tersangka/terdakwa untuk :
Didengar penjelasannya;
Didampingi oleh penasihat hukum;
Dibuktikan kesalahannya oleh penuntut umum;
Dan dihadapkan pada pengadilan yang adil dan tidak berpihak.
Di dalam KUHAP terdapat 7 (tujuh) asas umum dan 3 (tiga) asas khusus yaitu
sebagai berikut:
a) Asas umum
Perlakuan yang sama dimuka hukum tanpa diskriminasi apapun;
Praduga tidak bersalah;
Hak untuk memperoleh kompensasi (ganti rugi) dan rehabilitasi;
Hak untuk mendapatkan bantuan hukum;
Hak kehadiran Terdakwa dimuka pengadilan;
Peradilan yang bebas dan dilakukan dengan cepat dan sederhana;
Peradilan yang terbuka untuk umum.
b) Asas khusus
Pelanggaran atas hak-hak individu (penangkapan, penggeledahan,
penahanan dan penyitaan) harus didasarkan pada undang-undang dan
dilakukan dengan surat perintah tertulis;
Hak seorang Tersangka untuk diberitahu tentang persangkaan dan
pendakwaan terhadapnya;
Kewajiban pengadilan untuk mengendalikan pelaksanaan putusan-
putusannya.
Dalam kaca mata aliran hukum positif, tiada hukum lain kecuali perintah
penguasa atau inti aliran hukum positif ini menyatakan bahwa norma hukum
adalah sah apabila ia ditetapkan oleh lembaga atau otoritas yang berwenang dan
CJR 1
didasarkan pada aturan yang lebih tinggi, bukan digantungkan pada nilai moral.
Norma hukum yang ditetapkan itu tidak lain adalah Undang-undang. Undang-
Undang adalah sumber hukum, di luar Undang-undang bukan hukum. Teori
hukum positif mengakui adanya norma hukum yang bertentangan dengan nilai
moral, tetapi hal ini tidak mengurangi keabsahan norma hukm tersebut.
CJR 1
pembangunan hukum nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945.
Karena itu, dasar negara yang tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
keputusan dan pilihan bapak-bapak pendiri negara (the founding father), wajib
menjadi pegangan setiap pemerintahan di dalam mengisi kemerdekaan, khususnya
yang terkait dengan hak asasi manusia. Hal itu terbukti dengan pengakuan
beberapa hak mendasar tersebut dalam UUD 1945 yang menjadi landasan
konstitusional berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, meski UUD itu
disusun dalam waktu yang singkat, dari tanggal 29 Mei sampai dengan 16 Juli
(Pide, 1999: 63). Hak-hak tersebut diantaranya adalah hak atas kedudukan yang
sama di depan hukum dan pemerintah, hak untuk menganut agama dan
menjalankan ajaran agama/kepercayaannya, hak untuk mengemukakan pendapat,
hak untuk berserikat dan berkumpul, hak untuk mendapatkan pendidikan dan
pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Di situlah jantung dan nafas perjuangan
bangsa, disitulah politik hukum dan pilihan hukum yang tidak dapat ditawar-tawar
oleh siapa pun dan pemerintah dari kelompok/partai manapun juga, yaitu
membangun demokrasi dan penegakan hukum,vinito.
Hak Asasi Manusia berat yang terjadi telah mendorong munculnya suatu
usulan untuk membantu pengadilan Hak Asasi Manusia ad hoc untuk kasus-kasus
CJR 1
pelanggaran Hak Asasi Manusia berat di Aceh. Permintaan Dewan Perwakilan
Rakyat mengajukan usulan kepada Presiden Republik Indonesia untuk
membentuk pengadilan Hak Asasi Manusia ad hoc telah disampaikan oleh
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
B. Jurnal II
Diantara sekian banyak aspek kehidupan yang paling menonjol dan harus
dihadapi setiap negara demokrasi adalah isu tentang Hak-hak Asasi Manusia. Isu
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) terutama terarah pada tingkat komitmen
negara-negara dalam mengimplementasikan hak-hak dasar manusia dalam
kehidupan sosial politik negara dan bangsa bersangkutan. Komitmen itu paling
tidak terlihat dari aspek kebijakan- kebijakan pemerintah yang terwujud dalam
pranata-pranata kemasyarakatan, baik pranata hukum (Konstitusi beserta
penjabarannya dalam perundang-undangan nasional) maupun pranata-pranata
kelembagaan pendukungnya, termasuk dalam hal ini perlindungan HAM Peran
serta masyarakat dan mekanisme bekerjanya pranata- pranata tersebut dalam
mewujudkan tuntutan HAM di dalam kehidupan sosial-politik negara
bersangkutan, sesuai dengan kesepakatan dan standar baku masyarakat
internasional yang tertuang dalam instrumen-instrumen internasional.
Indonesia sebagai satu negara demokrasi mau tidak mau dihadapkan juga pada
isu-isu yang muncul akibat modernisasi dan globalisasi itu, seperti isu tentang
bagaimana perlindungan HAM dan peran serta masyarakat dalam penegakan
HAM di Indonesia. Dampak modernisasi dan globalisasi ini bagi Indonesia
memunculkan wajahnya yang khas Indonesia. Mengapa demikian? Keunikan
tersebut muncul karena karakteristik struktur masyarakat Indonesia, masyarakat
yang sangat majemuk dan sangat heterogen sudah barang tentu akan membuahkan
keanekaragaman pengakomodasian modernisasi, dan globalisasi. Satu sisi, masih
dapat ditemui kelompok-kelompok masyarakat yang agraris tradisional atau
mungkin agraris modern, ada pula kelompok masyarakat yang sudah berada
dalam taraf kehidupan industrial, namun ada pula masyarakat yang sudah berada
dalam kehidupan modern dan global, Masyarakat Prismatik. Kondisi masyarakat
demikian sudah barang tentu pada satu sisi akan dihadapkan pada situasi
CJR 1
kehidupan yang relatif "rentan" terhadap berbagai masalah yang muncul dan
bersumber pada arus modernisasi dan globalisasi, dan pada sisi lain, menampilkan
wajah kehidupan hukum (sistem dan penegakan hukumnya) yang “canggung”
menghadapi tuntutan modernisasi dan globalisasi itu. Perbenturan (kalau boleh
dikatakan demikian) antara nilai-nilai kehidupan agraris tradisional dengan nilai-
nilai kehidupan modernisasi dan globalisasi serta kecanggungan "sikap"
penegakan hukum dalam menghadapi situasi itu, tentunya akan menampakkan
permasalahan hukum dan kemasyarakatan yang khas di Indonesia. Oleh sebab itu
Kebutuhan akan perlunya Penegakan HAM di Indonesia, mendorong
dilakukannya pemahaman tentang bagaimana perlindungan HAM dan Peran serta
masyarakat dalam pelaksanaan HAM dalam Negara Demokrasi khususnya di
Indonesia.
Demokrasi dan HAM dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.
Didalam Negara yang menganut asas Demokrasi kedudukan rakyat sangat
penting, sebab didalam negara tersebut rakyatlah yang memegang kedaulatan
kepentingan dan hak asasi rakyat diakui dan dilindungi oleh negara, yaitu dengan
kata lain negara melindungi Hak asasi manusia yang diatur dalam konstitusinya,
atau kedaulatan adalah kekuasaan yang penuh dan langgeng ada pada masyarakat.
Di dalam negara Demokrasi suatu negara dianggap milik masyarakat karena
secara formal negara itu didirikan dengan perjanjian masyarakat.
CJR 1
Demikian juga halnya di Indonesia perkembangan demokrasi dan HAM dapat
ditelusuri pengaturannya didalam konstitusinya, Sebelum UUD 1945 yang
berlaku sekarang ini, di Indonesia juga pernah berlaku Konstitusi RIS 1949 dan
UUS 1950. Seperti kita ketahui UUD 1945 hanya memuat 5 pasal yang mengatur
tentang HAM, yaitu pasal 27 sampai pasal 31, bila hal ini kita bandingkan dengan
kontitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 ternyata kedua konstitusi yang disebut
terakhir lebih maju dalam pengaturan HAM, karena kedua konstitusi itu sudah
mengaturnya secara rinci dalam banyak pasal. Konstitusi RIS 1949 mengatur
dalam 35 pasal, yaitu pasal 7 sampai dengan pasal 41, sedangkan UUDS 1950
mengatur dalam 37 pasal, yaitu pasal 7 sampai dengan pasal 43. Konstitusi RIS
1949 dan UUDS 1950 mengatur masalah HAM dengan pasal-pasal yang
terperinci, jelas dan tegas. Hal tersebut tidak terdapat dalam UUD 1945 yang jauh
lebih sedikit jumlah pasalnya, tidak terperinci dan hanya mengatur beberapa
persoalan saja.
Setelah amandemen kedua UUD 1945 dan keluarnya Ketetapan MPR RI No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, perkembangan HAM di Indonesia
semakin pesat. Dalam upaya pengembangan HAM di Indonesia, kita selalu
berpegang pada prinsip sebagai berikut:
CJR 1
Untuk melaksanakan amanat ketetapan MPR tersebut diatas, telah dibentuk-
undang- undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Pembentukan undang- undang tersebut merupakan perwujudan tanggung jawab
bangsa Indonesia sebagai Negara yang demokrasi dan juga sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Disamping hal tersebut pembentukan Undang-
undang Hak Asasi Manusia juga mengandung suatu misi pengemban tanggung
jawab moral dan hukun dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa,
serta yang terdapat dalam instrumen hukum lainnya yang mengatur Hak Asasi
Manusia yang telah disahkan atau diterima oleh negara Republik Indonesia.
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang
sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup kemerdekaan perkembangan
manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu
gugat oleh siapapun. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia
bersifat historis dan dinamis yang pelaksanaannya berkembang dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Perumusan Hak Asasi Manusia pada
dasarnya dilandasi oleh pemahaman suatu bangsa terhadap citra, harkat, dan
martabat diri manusia itu sendiri.
Partisipasi dan peran masyarakat sangat penting dalam penegakan Hak Asasi
Manusia. Tanpa partisipasi masyarakat dan dukungannya maka penegakan Ham
akan sia-sia. Partisipasi dan peran masyarakat itu juga diatur dalam UU No. 39
Tahun 1999. Peran itu dapat dilakukan oleh perseorangan, kelompok, organisasi
politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga
CJR 1
masyarakat lainnya, semua elemen tersebut mempunyai hak untuk berpartisipasi
dalam perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia (Pasal 100).
CJR 1
BAB III
KEUNGGULAN PENELITIAN
A. Elemen penelitian
Pada jurnal elemen yang ditilti cukup lengkap. Pertama-tama jurnal membahas
apa itu Hak Asasi Manusia. Jurnal juga menjelaskan tentang hubungan Hak Asasi
Manusia dengan Negara demokrasi, pentingnya Hak Asasi Bagi Indonesia. Pada
jurnal juga dibahas tentang perundang-undangan yang mengatur tentang Hak
Asasi Manusia di Indonesia. Jurnal juga membererikan contoh kasus yang pernah
ada di Indonesia, sehingga hasil penelitian cukup memuaskan.Kesimpulan jurnal
dijelaskan bahwa pentingnya Hak Asasi Manusia di Indonesia, serta
ditingkatkannya pengawasan tentang pelanggaran-pelanggaran Has Asasi
Manusia itu sendiri.
B. Origanilasi temuan
Pada jurnal yang telah saya angkat. Penulis memang merumuskan sendiri apa
yang telah dia teliti. Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa penulis
melakukan penelitian dan menuliskan laporannya berbentuk jurnal ini juga sangat
terlihat hasil pekerjaan sendiri.
C. Kemukthariran masalah
Masalah yang dibahas sangat berguna bagi mahasiswa khususnya bagi yang
ingin memperdalam ilmunya tentang HAM. Masalah yang dibahas juga sangat
penting bagi mahasiswa untuk menanamkan pentingnya menjaga HAM sesama
manusia setanah air. Maka dari itu masalah yang telah diangkat sangat berguna.
Hasil penelitian dengan judul yang telah diterbitkan pada artikel ini sagat
sesuai. Isi dan pembahasan juga sangat berhubungan dengan apa yang telah
dibahas pada awal pendahuluan. Isi dari hasil penelitian juga dilengkapi dengan
data data yang sangat menunjang keterkaitan hubungan isi penelitian dengan apa
yang telah dilampirkan pada awal pendahuluan.
CJR 1
BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN
A. Elemen penelitian
Karna jurnal yang saya sangat lumayan bagus dan sanagat terjamin karena
adanya pembahsan lebih sebelum masuk ke penellitian, maka untuk
kelemahannya, mungkin sedikit
B. Originalitas temuan
Penelitian pada jurnal ini memang dilakukan secara pribadi. Namun penelitian
ini terjadi karna adanya penelitian lain yang dilakukan terlebih dahulu oleh orang
lain. Bisa dikatakan penelitian pada jurnal ini terjadi karena adanya inspirasi dari
penelitian yang terdahulu.
C. Kemuktahiran masalah
Semua yang dimuat pada jurnal sangatlah berhubungan satu sama lain dengan
judul maupun masalah yang dijadikan inti penelitian. Maka dari itu unutuk
kelemahannya mungkin sangatlah kecil dan mungkin tidak ada sama sekali.
CJR 1
BAB V
IMPLIKASI
A. Teori
Teori yang dimuat pada jurnal ini sangatlah berdampak positif bagi
pembacanya. Maupun masyarakat biasa atau mahasiswa jurnal ini sangat berguna
untuk referensi pemebelajaran.
B. Pembangunan di Indonesia
Jika semua pembaca yang sudah memahi isi dari materi jurnal ini. maka
diharapkan kesadaran masyarakat di Indonesia akan maju, bertambah dan
berkembang pesat.
Jurnal yang dibahas sangatlah berkaitan dengan mata kuliah yang saya ambil.
Penelitian yang dilakukan juga sangatlah menarik. Isi pada jurnal juga saling
berhubungan. Hasil dari penelitian jurnal juga lengkap dengan tabel data yang
mendukung kemuktahirannya. Bahkan menurut saya untuk kekurangan pada
jurnal ini sangatlah kecil dan tipis.
CJR 1
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari laporan yang telah saya sampaikan tadi, kita dapat menyimpulkan secara
keseluruhan bahwa jurnal yang dikritik dari segi sajian materi sangatlah baik,
karena setiap materinya ada memberikan penjelasan yang cukup, hasil penelitian
juga jelas, bahasa yang digunakan cukup mudah untuk dipahami oleh pembaca ,
dan yang pasti menambah wawasan baru bagi pembaca.Sedangkan dari segi
kekurangannya mungkin belum ada ataupun sedikit.
B. Saran
Disarankan untuk penulis agar membuat note kecil untuk kata yang sulit
dipahami dari jurnal yang ditulis. Dan diharapkan masyarakat maupun mahasiswa
membaca dan mendalami ini agar mampu dan mahir diterapkan di dunia nyata.
Dan besar harapan kami agar kritikal kami dapat diterima bagi pembaca dan
masyarakat luas.
CJR 1
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozali, 2002, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Esmi, Warassih P., 2005, Lembaga Prana Hukum Sebuah Telaah Sosiologis,
Semarang: Suryandaru Utama.
F.S., Anton, 2004, Wajah Peradilan Kita Kontriksi Sosial Tentang Penyimpangan
Mekanisme Kontrol dan Akuntanilitas Peradilan Pidana, Bandung: PT. Refika
Aditama.
CJR 1