2101113954
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap Independen, menghasilkan berita yang
akurat, berimbang, dan tidak memiliki niat buruk.
Penafsiran
a. Independen berarti melaporkan suatu peristiwa atau fakta menurut
suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, atau intervensi dari
pihak lain, termasuk pemilik pers.
b. Akurat berarti kebenaran yang diyakini sesuai dengan kondisi
objektif pada saat kejadian.
c. Berimbang artinya semua pihak memiliki kesempatan yang sama.
d. Tidak memiliki niat buruk berarti tidak memiliki niat yang disengaja
dan eksklusif untuk merugikan pihak lain.
Pasal 2
Jurnalis Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
menjalankan tugas jurnalistiknya.
Penafsiran
Cara-cara yang profesional sebagai berikut :
a. Tunjukkan identitas Anda kepada pelapor.
b. Menghormati hak privasi.
c. Tidak suap
d. Membuat berita faktual dan sumber informasi yang jelas.
e. Teknik untuk merekam dan memuat atau mentransmisikan gambar,
foto, dan suara. Informasi tentang sumber disediakan dan
ditampilkan secara seimbang.
f. Evaluasi pengalaman traumatis penyedia informasi saat
menyajikan gambar, foto, dan audio.
g. Jangan menjiplak, termasuk mengklaim hasil laporan dari jurnalis
lain sebagai pekerjaan sendiri.
h. Dapat mempertimbangkan untuk menggunakan metode khusus
jurnalisme investigasi untuk kepentingan publik.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampuradukkan fakta dan opini yang bersifat
menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Penafsiran
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Penafsiran
a. Kebohongan berarti sesuatu yang sebelumnya diketahui wartawan
tidak sesuai dengan fakta.
b. Tuduhan palsu berarti tuduhan tidak berdasar yang jahat dan
disengaja.
c. Sadis berarti kekejaman.
d. Cabul berarti penggambaran erotis perilaku dalam foto, gambar,
suara, grafik, atau teks yang semata-mata dimaksudkan untuk
membangkitkan kesenangan.
e. Saat menyiarkan gambar dan materi audio dari arsip, jurnalis
menyertakan waktu perekaman dan audio.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebut dan menyiarkan identitas korban
tindak pidana asusila dan tidak menyebut identitas anak pelaku tindak
pidana.
Penafsiran
a. Identitas adalah semua data dan informasi tentang seorang individu
yang memudahkan orang lain untuk melacaknya.
b. Anak adalah seseorang yang berusia di bawah 16 tahun yang belum
menikah.
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesinya dan tidak
menerima suap.
Penafsiran
a. Penyalahgunaan profesi berarti menyalahgunakan informasi secara
pribadi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut
dirilis.
b. Suap adalah pemberian uang, properti, atau fasilitas dari orang lain
yang merusak independensi.
Pasal 7
Wartawan Indonesia berhak menolak untuk melindungi sumber yang tidak
diketahui identitas atau keberadaannya, menghormati ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.
Penafsiran
a. Hak tolak adalah hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan pelapor demi keselamatan pelapor dan keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan dalam memuat atau mengirim berita
seperti yang diminta oleh sumber.
c. Informasi latar belakang adalah informasi atau data dari suatu
sumber yang disiarkan atau dilaporkan tanpa konfirmasi dari
sumbernya.
d. Off the record adalah informasi atau data dari sumber dan tidak
boleh disebarluaskan atau dilaporkan.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku,
ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan
yang lemah, miskin, sakit, cacat mental, atau cacat fisik.
Penafsiran
a. Prasangka adalah beberapa asumsi yang tidak menguntungkan
mengenai sesuatu sebelumnya.
b. Diskriminasi adalah perbedaan dalam pelayanan.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak nara sumber mengenai kehidupan
pribadinya kecuali untuk kepentingan umum.
Penafsiran
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan penuh
perhatian.
b. Kehidupan pribadi mencakup semua aspek kehidupan orang dan
keluarganya yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan
umum.
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, membetulkan, dan mengoreksi berita
yang salah dan tidak tepat disertai permintaan maaf kepada pembaca,
pendengar, dan atau pemirsa.
Penafsiran
a. Segera berarti bertindak secepat mungkin, dengan atau tanpa
peringatan eksternal.
b. Permintaan maaf dibuat jika kesalahan itu terkait dengan komponen
utama.
Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional.
Penafsiran
a. Hak jawab adalah hak individu atau sekelompok individu untuk
membalas atau membantah berita yang mengandung fakta yang
merugikan nama baik.
b. Hak untuk mengoreksi adalah hak seseorang untuk mengoreksi
informasi yang tidak akurat yang diberitakan oleh pers, baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
c. Proporsional artinya menanggapi kolom berita yang perlu perbaikan.
(Bekti Nugroho, 2013)
6. Risiko Hukum
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers menjamin kebebasan
pers di Indonesia. Pengesahan undang-undang yang merupakan salah satu produk
hukum gerakan reformasi tahun 1998 ini merupakan tanda penting komitmen
pemerintah dan DPR dalam menjaga kehidupan demokrasi, khususnya kebebasan
pers di Indonesia. Pasal 4 ayat 1 UU Pers mengatur bahwa jaminan kebebasan
pers merupakan bagian dari hak asasi warga negara. Paragraf kedua menyatakan
bahwa berita nasional tidak tunduk pada sensor, larangan, atau pembatasan siaran.
Selain itu, pada ayat 3 disebutkan bahwa untuk menjamin kebebasan pers, pers
nasional berhak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan
informasi. Paragraf keempat mengatur bahwa jurnalis berhak menolak ketika
bertanggung jawab atas pemberitaan menurut undang-undang.
Jaminan ini sesuai dengan Pasal 28F UUD 1945. Pasal ini menyatakan
bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi untuk
mengembangkan diri serta lingkungan sosialnya, dan berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, memproses, dan mengirimkan informasi
melalui semua saluran yang tersedia. Sementara jaminan kebebasan pers kuat,
protes dan proses menentang berita masih sering terjadi. Orang yang merasa
tersinggung seringkali menyalahkan media massa karena berprasangka buruk,
kritis, dan kurang mampu. UU Pers juga mengatur penyelesaian sengketa pers
dengan adanya partai politik yang menentang pemberitaan tersebut. Aturan
tersebut menyebutkan bahwa sengketa media diselesaikan dengan mengajukan
hak jawab, hak koreksi, dan hak banding kepada dewan pers. (Bekti Nugroho,
2013)
Undang-undang surat kabar tidak memuat ketentuan yang jelas yang
menegaskan bahwa segala bentuk sengketa surat kabar harus diselesaikan melalui
mekanisme undang-undang ini. Hal inilah yang sering digunakan oleh para
penggugat sebagai dasar beracara terhadap produk jurnalistik. Beberapa pihak
berpendapat bahwa tidak adanya ketentuan yang mewajibkan penyelesaian
sengketa surat kabar melalui mekanisme undang-undang surat kabar
menimbulkan ketidakpastian hukum. Alat lain yang sering digunakan adalah
melaporkan kejahatan ke polisi dan mengajukan gugatan perdata di pengadilan.
Dalam situasi ini, pers perlu meminimalkan risiko hukum yang terkait dengan
penyajian berita.(Rachman, 2018)
Kedua pasal ini menitikberatkan pada dua hal: unsur perbuatan melawan
hukum, termasuk penghinaan, dan kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan
melawan hukum tersebut. Ada ketentuan mengenai apakah penghinaan adalah
pelecehan untuk upaya melanggar hukum. Hakim pengadilanlah yang
memutuskan apakah penghinaan itu berat atau tidak.
Media harus bisa menyangkal bahwa produk jurnalistik tidak memenuhi dua
faktor tersebut. Penyangkalan terhadap pelanggaran hukum khususnya
pencemaran nama baik dapat dilakukan dengan menunjukkan bahwa laporan
tersebut berdasarkan bukti dan fakta yang sah serta didukung oleh berbagai
sumber.(Rachman, 2018)
Izzaty, R. E., Astuti, B., & Cholimah, N. (1967). 済無 No Title No Title No Title.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.
Winora, R., Besman, A., & Hidayat, D. R. (2021). Penerapan Kode Etik
Jurnalistik dalam Penulisan Berita Kriminal pada Media Online
Infobekasi.co.id. Jurnal Kajian Jurnalisme, 4(2), 165.
https://doi.org/10.24198/jkj.v4i2.29323