Anda di halaman 1dari 16

rs

i Pe
is
e fin
D rs
Pe
UU Eti
k
d e
Ko

Undang-Undang Pers, dan


Kode Etik Jurnalistik
Jurnalistik Olahraga

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Definisi Pers

Pers adalah Pilar Negara Demokratis. Secara etimologi, pengertian


demokrasi berasal dari bahasa Yunani.
Terdiri atas dua kata, yaitu demos, yang berarti rakyat dan kratos,
yang berarti kekuasaan/berkuasa.
Maka dapat dimaknai demokrasi berarti kekuasaan ada di tangan
rakyat atau rakyat yang berkuasa. Dalam demokrasi, rakyat menjadi
penentu bagaimana pola kekuasaan dan pelaksanaannya hendak di-
lakukan.
HOME
Continue…
Definisi Pers

Pemerintah atau penguasa yang menjalankan negara wajib


mendengarkan suara rakyat, memperhatikan keinginan rakyat,
dan melaksanakan apa yang menjadi kehendak rakyat.
Perlu adanya sarana atau media yang akan digunakan dalam
partisipasi tersebut. Salah satu sarana yang dapat digunakan
masyarakat dalam partisipasi politik dan pemerintahan adalah
pers.

HOME
Undang-Undang Pers

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers


menjelaskan bahwa pers memiliki hak, antara lain adalah ke-
bebasan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara; ter-
hadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembrede-
lan.
Atau pelarangan penyiaran; untuk menjamin kebebasan pers,
pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan
menyebarluaskan gagasan dan informasi; dałam mempertang-
gungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mem-
punyai hak tolak.
HOME
Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik adalah hinpunan etika profesi ke-


wartawanan. Kode Etik Jurnalistik memiliki kedudukan yang
istimewa bagi wartawan yakni agar wartawan bertanggung-
jawab dałam menjalankan profesinya, yaitu mencari dan
menyajikan informasi.

HOME
Kode Etik Jurnalistik
Pers tidak hanya memiliki hak, namun pers juga harus men-
jalankan kewajibannya, antara lain adalah melayani hak
jawab; melakukan kewajiban koreksi; membuat berita secara
akurat dan berimbang; memenuhi dan mentaati Kode Etik
Jurnalistik; tidak melanggar asas praduga tak nersalah;
menghormati supremasi hukum.
Sehingga dibuatlah Undang-Undang khusus yang menjamin
kebebasan Pers yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
tentang Pers. Akan tetapi dałam melaksanakan tugas jurnalis-
tiknya, seringkali pers bertindak diluar batas dan tidak
mematuhi Kode Etik Jurnalistik, sehingga sering terjadi salah
pemberitaan menyangkut nama seseorang.
HOME
Continue…
Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat, dan
penanggung jawab secara terbuka melalui media yang
bersangkuran. Namun, khusus untuk penerbit pers ditambah
nama dan alamat percetakannya. Peraturan mengenai Perusa-
haan Pers dapat dicermati pada :

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, yakni


perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menye-
lenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak,
elektronik, dan kantor berita serta perusahaan media Iainnya
secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau
menyalurkan informasi.
HOME
Continue…
Dalam pengaturan tentang tanggung jawab media Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers adalah lex spe-
cialis (pengaturan hukum yang lebih khusus) terhadap Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
Sehingga dalam hal ini terdapat suatu permasalahan yang
berkaitan dengan pemberitaan pers, peraturan perundang-un-
dangan yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers.
Terhadap hal-hal yang tidak diatur di dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers maka merujuk pada Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
HOME
Kode Etik Jurnalistik
Di Indonesia terdapat banyak Kode Etik Jurnalistik. Hal tersebut
dipengaruhi oleh banyaknya organisasi wartawan di Indonesia,
untuk itu kode etik juga berbagai macam, antara lain
Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (KEJ-PWI),
Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI), Kode Etik
Jurnalistik Aliansi Jurnalis Independen (KEJ-AJI), Kode
Etik Jurnalis Televisi Indonesia, dan lainnya .
(Wikipedia.com)

HOME
Sejarah Kode Etik Jurnalistik di Indonesia

Sejarah perkembangan Kode Etik Jurnalistik di Indonesia tidak


dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan pers di Indonesia. 
Jika diurutkan, maka sejarah pembentukan, pelaksanaan, dan
pengawasan Kode Etik Jurnalistik di Indonesia terbagi dalam
lima periode. Berikut kelima periode tersebut:

HOME
Sejarah Kode Etik Indonesia

1. Periode Tanpa Kode Etik Jurnalistik


2. Periode Kode Etik Jurnalistik PWI tahap 1
3. Periode Dualisme Kode Etik Jurnalistik PWI dan Non PWI
4. Periode Kode Etik Jurnalistik PWI tahap 2
5. Periode Banyak Kode Etik Jurnalistik

HOME
Kode Etik Jurnalistik
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan
landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional
dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta
profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan
menaati Kode Etik Jurnalistik:

1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita


yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang
menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
HOME
Lanjutan. . . .

4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,


dan cabul.
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas
korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan.
6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun
keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

HOME
Lanjutan . . . .
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas
dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan
bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit,
cacat jiwa atau cacat jasmani.
9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki
berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf
kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional
ANY QUESTION?
LETS DISCUSS!
Apa Pendapat Anda?

Anda mungkin juga menyukai