Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PERANAN PERS DAN ETOS KERJA DI INDONESIA

Di Susun Oleh :
Nama Siswa :
1. Azizi Fauzillah
2. Nasya Nurjanah
3. Novitasari
4. Silvia Dea Indriani Putri
5. Sumirah

Kelas XII TKJ 1

SMK INDUSTRI MANDIRI


Jl. Raya Kosambi KM 12.5 Kec. Klari Kab. Karawang 41371
Tlp. 0267-431479 E-Mail : smk_iman@yahoo.co.id
LEMBAR PENGESAHAN PORTOFOLIO
PERANAN PERS DAN ETOS KERJA DI INDONESIA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
TAHUN PELAJARAN
2021/ 2022

Karawang, ………………… 2022


Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran,

_________________ __________ Rahmat Antasari, S.Pd.I

Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK INDUSTRI MANDIRI

Tuti Roji’ah, S.Pd.I.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN PERS DAN ETOS KERJA


B. LANDASAN HUKUM PERS DI INDONESIA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. PERANAN PERS DI INDONESIA


B. ETOS KERJA MASYARAKAT INDONESIA

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
portofolio ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontrubusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Pers dan Etos Kerja


a. Pers
Secara etimologis, istilah pers (press) berasal dari istilah latin, pressus, yang
artinya adalah tekanan, tertekan, terhimpit, padat. Dalam bahasa Inggris, press artinya
menekan, tekanan, mesin pencetak, menyeterika, mencetak (records), dan mendesak.
Kata pers juga berasal dari bahasa Belanda, Persen atau Press dalam bahasa Inggris
yang barti menekan pada mesin cetak sehingga menghasilkan karya cetak pada
lembaran kertas.
Pengertian Pers secara Bahasa, pers memiliki banyak arti, mulai percetakan
hingga media massa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan pers
sebagai berikut:
 usaha percetakan dan penerbitan
 usaha pengumpulan dan penyiaran berita
 penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan radio
 orang yang bergerak dalam penyiaran berita
 medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film
Dalam kamus Merriam Webster juga disebutkan, salah satu pengertian pers terkait
dengan “pencetakan” (printing pers) yang artinya:
 tindakan atau proses pencetakan (the act or the process of printing)
 perusahaan percetakan atau penerbitan (a printing or publishing establishment)
 pengumpulan dan penerbitan atau penyiaran berita (jurnalisme) (the gathering
and publishing or broadcasting of news (journalism))
 surat kabar, majalah, dan seringkali siaran berita radio dan televisi
(newspapers, periodicals, and often radio and television news broadcasting)
 reporter berita, penerbit, dan penyiar (news reporters, publishers, and
broadcasters)
 komentar atau pemberitahuan di surat kabar dan majalah mendapatkan pers
yang bagus (comment or notice in newspapers and periodicals is getting a
good press).

b. Etos Kerja
Etos kerja merupakan seperangkat perilaku positif dan fondasi yang mencakup
motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode
etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip,
dan standar-standar (Sinamo, Darodjat ; 2015:77).
Secara sederhananya, paragraf di atas mengartikan bahwa etos kerja merupakan
cerminan kedisiplinan, semangat dan produktivitas milik seseorang. Seseorang yang memiliki
etos kerja rendah menjadikan produktivitasnya juga rendah, begitupun sebaliknya.

B. Landasan Hukum Pers Di Indonesia


Berikut beberapa landasan hukum yang mengatur Pers di Indonesia:
1) Landasan Idiil
Ini juga sempat di kenal sebagai sebuah landasan pancasila. Pancasila yang
dimaksudkan disini adalah Pancasila yang menjadi pedoman negara dan merupakan salah
satu pembukaan UUD 1945. Pancasila ini memiliki peranan dalam landasan idiil dari sebuah
negara yaitu negara Indonesia. Dimana di negara ini, pers menggunakan pancasila sebagai
sebah pedoman yang fasih.
2) Landasan Konstitusi
Ini merupakan landasan kedua dari hukum pers di indonesia. Ini adalah landasan yang
akan mengutamakan UUD 1945 selain menggunakan landasan Pncasila sebagai peranan huku
pers di Indonesia tersebut. UUD adalah sebuah sistem perundangan yang memiliki peranan
penting dna tinggi di Indonesia. Ini di gunakan supaya nantinya pers tidak semena-mena dan
menghianati landasan hukum yang berlaku di Indonesia.
3) Landasan Yuridis
Ini adalah landasan ketiga dari hukum pers yang berlakuk di Indonesia dimana asas
yang di berlakukan dan diutamakan adalah UU nomor 40 pada tahun 1999. UU ini nantinya
akan menjadi sebuah peraturan tertulis bagi pers berisi panduan pengaturan pers secara
lengkap, pengertian, persetujuan, bentuk dan tujuan dari persitu sendiri.
4) Landasan Profesional
Ini adalah sebuah landasan yang bisa juga diartikan sebagai sebuah kode etik dari
jurnalistik. Faktanya adalah kode etik ini akan di berlakukan untuk segala jenis dari media
pers di Indonesia. Beberapa poin di dalam kode etik yang satu ini adalah penghormatan,
kejujuran dan keberanian yang akan menjurus pada perbedaan pendapat dan fakta yang jelas
mengatur perbedaan dan persamaan warga negara.

5) Landasan Etis
Selain dari beberapa landasan hukum diatas landasan lain yang tidak kalah penting
adalah landasan etus atau yang bisa dinyatakan sebagai sebuah landasan kode etik jurnalisme
di dalam dunia pers. Karena warga yang berkecimpung di dalam dunia pers di Indonesia
harus memahami tentang beberapa hal penting tentang landasan hukum pers yang berlaku di
Indonesia.
6) Landasan Kebebasan
Sesuai dengn UUD 1945 pasal 28 dan 28 F maka di tetapkannya kebebasan individu
dalam mengolah, menyampaikan atau menerima sebuah informasi. Inilah mengapa lembaga
pers bisa berdiri dan dilindungi hikum di Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Peranan Pers Indonesia


Peranan pers dalam pembangunan nasional adalah sebagai pembaharu (agen of
social change). Gunanya membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang
tradisional menjadi masyarakat yang modern.
Dalam pasal 6 UU No. 40/1999, peranan pers nasional adalah sebagai berikut:
a) hak masyarakat untuk mengetahui
b) nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong mewujudkan supremasi hukum dan hak asasi
manusia, serta menghormati kebhinekaan
c) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar
d) Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum
e) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran

B. Etos Kerja Masyarakat Indonesia


Diatas telah disebutkan bahwa masyarakat Indonesia bermental lemah, tidak
bertanggung jawab, munafik atau hipokrit, berjiwa feodal dan lain-lain. Ada juga yang
menyebutkan bahwa bangsa bahwa Indonesia memiliki budaya lemah dan instant.
Karena itu jelas sekali bahwa pengembangan etos kerja baru yang positif dan berstandar
tinggi merupakan sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia agar bisa bangkit dari lembah
keterpurukan. Lebih-lebih ketika kita membicarakan tentang pembangunan masyarakat
Indonesia Baru di era digital global, maka pengembangan etos kerja profesional ini
seharusnya menjadi sentral dari upaya tersebut.
Tanpa bermaksud terlarut dalam kejayaan masa lalu, sejarah menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia memiliki prestasi yang patut dihargai dalam perjalanannya. Tegaknya candi
Borobudur dan candi lainnya hanya mungkin terjadi dengan dukungan etos kerja yang
bercirikan disiplin, kooperatif, loyal, terampil rasional, kerja keras, dan lain-lain.
Berkembang luasnya pengaruh kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit, Samudra Pasai,
Mataram, Demak, dengan berbagai perangkat dan infrastruktur teknologis maupun sosial
dalan pengelolaan kenegaraannya juga mempersyaratkan adanya suatu etos kerja tertentu
yang patut dihargai. Kita juga mengenal slogan-slogan yang setidaknya dulu pernah menjadi
cerminan suatu etos kehidupan, seperti : Bhinneka Tunggal Ika, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Ini mencerminkan etos kerja dalam konteks kehidupan sosial yang penting dalam
membangun persatuan, leadership, dan bahkan untuk berinovasi. Sejarah bangsa Indonesia
dapat menjadi sumber penting bagi kita untuk menggali, memahami, dan membangun etos
kerja bangsa kita. Hanya saja tak jarang dimotivasi oleh dorongan-dorongan apologetik atau
menjadi pelarian dari tantangan-tantangan yang kita hadapi hari ini. Jika potensi sejarah ini
tidak dimanfaatkan secara optimal, ini bisa berimplikasi keterasingan bangsa kita akan
dirinya sendiri. Lebih jauh, akan membuat kita asing terhadap etos karja bangsa kita sendiri.
Sebagaimana disimpulkan oleh para peneliti sosiologi dan manajemen, etos kerja
merupakan bagian penting dari keberhasilan manusia, baik dalam komunitas kerja yang
terbatas, maupun dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Keberhasilan ini bukan hanya
dikarenakan adanya pengetahuan dan kemampuan menggunakan nalar, tetapi juga
kemampuan mengarahkan pengetahuan dan aktivitas penalaran menuju pada kebaikan, baik
kebaikan individu maupun kelompok.
Di dunia, ada dua etos kerja yang paling terkenal yang dianggap sebagai penjelasan
logis atas rahasia keberhasilan mereka. Pertama, etos kerja Protestan milik bangsa-bangsa
Eropa Utara umumnya dan bangsa Jerman khususnya. Kedua, etos kerja Bushido milik
bangsa Jepang. Tidak berarti bangsa-bangsa lain tidak mempunyai etos kerja masing-masing,
namun kedua etos kerja diatas yang paling sering dibicarakan dan sudah dirumuskan secara
baku.
Dewasa ini, selain kedua etos kerja diatas, etos yang berbasis pada Konfusianisme juga
semakin popular sebagai penjelasan yaitu berkibarnya wirausahawan Asia khususnya etnis
Cina, yang bahkan menandingi rivalnya di Barat dan Jepang.
Lalu bagaimana dengan negeri-negeri Asia lainnya yang didominasi oleh penduduk
Islam seperti Indonesia, Malasyia, Pakistan, dan Bangladesh ? Kecuali Malaysia yang agak
lumayan, negeri-negeri lainnya boleh dibilang payah secara ekonomi. Tampaknya kaitan etos
kerja dan kemajuan ini agak bermuka dua. Maksudnya, doktrin formal yang diajarkan Islam
meskipun sangat bersesuaian dengan kemajuan dan modernitas itu sendiri, tetapi di tingkat
implementasi, etos kerja umat di lapangan belum menampakkan hasil yang menggembirakan.
Agama Islam sendiri adalah agama kerja. Umat Islam tidak boleh menjadi beban orang lain.
Islam mengajarkan bahwa beriman saja tidak cukup, tetapi harus dibarengi dengan amal saleh
atau kerja yang baik. Tujuan bekerja adalah demi kepentingan diri sendiri, keluarga,
masyarakat, negara maupun untuk kepentingan lingkungan alamnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang berpenduduk padat ternyata tidak bisa
menyaingi negara-negara tetangga di kawasan Asia dalam hal perekonomian. Ini disebabkan
karena etos kerja masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah bila dibandingkan negara-
negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura.
Dulu Malaysia yang berguru kepada kita, tetapi sekarang terbalik, Indonesia yang berguru ke
Malaysia. Ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan maju ke depan tetapi mundur beberapa
langkah ke belakang. Jika hal ini kita biarkan berlarut-larut, maka Indonesia akan semakin
terpuruk dalam segala hal. Indonesia tidak akan bisa bersaing dengan negara-negara lain
sekalipun hanya di kawasan Asia Tenggara.

B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, tentunya kita tidak ingin Indonesia menjadi negara
yang terpuruk. Indonesia mempunyai penduduk yang banyak, jika hal ini dimanfaatkan
dengan baik tentunya akan membuat Indonesia lebih maju beberapa langkah. Kita dapat
mulai dengan memperbaiki etos kerja kita. Jika etos kerja hanya didasarkan pada materi saja
maka kita hanya akan mendapatkan materi. Jika hanya ingin mendapatkan kehormatan, maka
yang didapat hanya materi dan kehormatan. Sedangkan jika pekerjaan dinilai sebagai ibadah,
maka seseorang akan mendapatkan materi, kehormatan dan nilai ibadahnya itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai