Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

LEMBAGA, BUDAYA, DAN ETIKA (EMPHASIZING


INSTITUTIONS, CULTURES, AND ETHICS)

Dosen Pengampu:
Drs. Ign Agus Suryono, MM., CDMP.

Disusun oleh:
Kelompok 4

13. Bonafida Isma Fajrunnikmah (141190147)


14. M. Asyraf Abdullah Mu’thi (141190148)
15. M. Ari Widiatmoko (141190155)
16. David Setiawan R. (141190167)

Kelas EM-E
Strategi Internasional

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafaatnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Etika
Bisnis dan Profesi dengan judul “MAKALAH LEMBAGA, BUDAYA, DAN
ETIKA (EMPHASIZING INSTITUTIONS, CULTURES, AND ETHICS)”. Kami
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Dosen Strategi Internasional kami yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.

Yogyakarta, 7 April 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

ii
Cover ........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I (PENDAHULUAN) ................................................................................. 1-2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................2
BAB II (ISI) ........................................................................................................... 3-
2.1 INSTITUSI ATAU LEMBAGA ....................................................... 3-15
2.2 PERAN STRATEGIS BUDAYA ................................................... 15-19
2.3 PERAN STRATEGIS ETIKA ........................................................ 19-22
2.4 DEBAT DAN EKSISTENSI ........................................................... 22-25
BAB III (PENUTUP) .............................................................................................26
a. Kesimpulan ............................................................................................26
b. Saran ......................................................................................................26
Daftar Pustaka ........................................................................................................27
Lampiran .......................................................................................................... 28-46

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi pada saat ini tentunya membuka peluang bisnis yang
sangat besar bagi seluruh perusahaan yang ada di dunia. Dalam menjalankan kerja
sama ataupun menjalankan operasional perusahaan dibutuhkan ketentuan yang
terkait dengan etika bisnis perusahaan. Dalam hal ini pasti sebuah perusahaan
mempunyai suatu budaya dan etika untuk dapat menggerakan perusahaannya.
Masing-masing perusahaan mempunyai strategi berkembangnya
perusahaan, dari segi sumber daya manusia, budaya perusahaan, etika dalam
menjalankan bisnis mereka agar mencapai citra yang baik di kalangan masyarakat,
serta visi dan misi mereka untuk mencapai tujuan organisasi mereka.
Dalam era globalisasi ini yang maju akan perkembangan ilmu teknologi
yang semakin pesat, kerja sama perusahaan kian marak untuk mengembangkan
sayap bisnisnya. Tentunya dalam menjalankan bisnis, perusahaan akan selalu punya
strategi perusahaan, budaya, dan etika yang berkaitan.
Bagaimana perusahaan memainkan bisnis mereka, setidaknya sebagian
bergantung pada bagaimana aturan dibuat dan ditegakkan. Dipopulerkan sejak
1990-an, pandangan berbasis institusi, yang meliputi institusi, budaya, dan etika,
telah muncul sebagai salah satu dari tiga perspektif utama tentang strategi.
Pandangan berbasis institusi yaitu perspektif strategi terkemuka yang menyatakan
bahwa selain kondisi industri dan tingkat perusahaan, Oleh karena itu, perusahaan
juga perlu memperhitungkan pengaruh yang lebih luas dari sumber seperti keadaan
dan masyarakat saat membuat kerajinan strategi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan institusi keterkaitannya dengan strategi bisnis?
b. Apa yang dimaksud dengan budaya dalam strategi bisnis?
c. Apa yang dimaksud dengan etika dalam strategi bisnis?
d. Bagaimana institusi, budaya, dan etika berperan dalam strategi bisnis?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah pemenuhan tugas mata kuliah
Strategi Internsional. Selain itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam mengenai institusi, budaya, dan etika. Kemudian
mengkorelasikan beberapa artikel dengan teori mengenai institusi penekanan,
budaya, dan etika.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
● Dapat memberikan aspirasi upaya mengenal lebih dalam mengenai
materi institusi, budaya, dan etika.
● Dapat memahami artikel yang berkaitan dengan institusi, budaya, dan
etika serta mengkorelasikan dengan beberapa teori di dalamnya.
2. Bagi pembaca
● Memperoleh wawasan mengenai institusi, budaya, dan etika.

2
BAB II
ISI
2.1 INSTITUSI ATAU LEMBAGA
2.1.1 PENGERTIAN INSTITUSI ATAU LEMBAGA
Secara umum, institusi atau lembaga merupakan suatu organisasi
yang ada dan pendiriannya atas dasar tujuan yang nantinya akan langsung
berhubungan dengan masyarakat. Namun menurut Douglass North,
seorang peraih nobel di bidang ekonomi, secara lebih formal
mendefinisikan institusi sebagai "batasan yang dirancang secara
manusiawi yang menyusun interaksi manusia".
Kemudian, sebuah kerangka kelembagaan terdiri dari lembaga
formal dan informal yang mengatur perilaku individu dan perusahaan.
Lembaga-lembaga ini didukung oleh tiga “pilar” yang diidentifikasi oleh
Richard Scott, seorang sosiolog terkemuka, yaitu: regulasi, normatif, dan
pilar kognitif.
Dalam lembaga formal, termasuk hukum, regulasi, dan aturan.
Pilar pendukungnya yaitu regulatif. Pilar reguatif ini membuat
bagaimana aturan formal, hukum, dan regulasi mempengaruhi perilaku
individu dan perusahaan. Regulatif adalah pilar pendukung utama
mereka. Regulatif, adalah kekuatan koersif pemerintah. Misalnya,
sementara banyak individu dan perusahaan mungkin membayar pajak
karena tugas patriotik mereka, sejumlah besar dari mereka membayar
pajak karena takut akan kekuatan koersif pemerintah jika mereka
tertangkap basah tidak membayar pajak.
1. Hukum, yaitu undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk
mengatur pergaulan hidup masyarakat. Contoh: Hukum
ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah kerja.
2. Regulasi adalah konsep abstrak pengelolaan sistem yang kompleks
sesuai dengan seperangkat aturan dan tren. Contoh: pemerintah

3
mengeluarkan aturan bahwa mobil pribadi harus menggunakan
bahan bakar pertamax.
3. Aturan, yaitu sebuah ketentuan yang dibuat untuk membatasi
tingkah laku atau mengikat seseorang atau masyarakat. Contoh
lainnya yaitu pemerintah mengeluarkan peraturan atau standar
produksi dan standar ekspor ke negara lain untuk barang-barang
tertentu.
Lembaga informal mencakup norma, budaya, dan etika. Dua pilar
pendukung utama adalah normatif dan kognitif. Pilar normatif mengacu
pada bagaimana nilai, keyakinan, dan tindakan pemain relevan lainnya.
Secara kolektif dikenal sebagai norma yang mempengaruhi perilaku
individu dan perusahaan fokus. Misalnya, norma baru-baru ini yang
berpusat pada terburu-buru berinvestasi di China dan India telah
mendorong banyak perusahaan Barat untuk meniru satu sama lain tanpa
pemahaman yang jelas tentang bagaimana membuat langkah tersebut
berhasil. Kemudian, pilar kognitif mengacu pada nilai-nilai dan
keyakinan yang diinternalisasi dan diterima begitu saja yang memandu
perilaku individu dan perusahaan. Misalnya, apa yang memicu "whistle
blower/pelapor pelanggaran" untuk melaporkan kesalahan Enron Corp.
perusahaan AS mengenai skandal penipuan pada para investornya,
adalah keyakinan mereka pada apa yang benar dan salah. Meskipun
norma tidak boleh membuat perdebatan, “whistle blower/pelapor
pelanggaran” memilih untuk mengikuti keyakinan pribadi mereka yang
diinternalisasi tentang apa yang benar dengan mengatasi norma yang
memaksa mereka untuk diam.
2.1.2 HAL-HAL YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA
Lembaga melakukan banyak hal. Dengan memberi sinyal
perilaku mana yang benar dan mana yang salah, lembaga membatasi
berbagai tindakan yang dapat diterima. Jadi, lembaga mengurangi
ketidakpastian. Misalnya, ketidakpastian politik seperti kerusuhan etnis
dapat membuat perencanaan jangka panjang menjadi rusak, kemudian

4
ktidakpastian ekonomi seperti kegagalan untuk melaksanakan kewajiban
kontraktual dapat mengakibatkan kerugian ekonomi.
Ketidakpastian seputar transaksi ekonomi dapat menyebabkan
biaya transaksi. Biaya transaksi yaitu biaya yang terkait dengan transaksi
ekonomi, atau biaya yang digunakan dalam menjalankan bisnis. Sumber
biaya transaksi yang penting adalah oportunisme, yaitu sebagai pencarian
kepentingan pribadi dengan tipu muslihat. Contohnya antara lain
transaksi yang menyesatkan, menipu, dan membingungkan pihak lain
yang akan meningkatkan biaya transaksi. Upaya untuk mengurangi biaya
transaksi semacam itu, kerangka kelembagaan meningkatkan kepastian
dengan menguraikan aturan main sehingga pelanggaran (seperti
kegagalan untuk memenuhi kontrak) dapat dikurangi dengan mudah
(seperti melalui arbitrase formal dan pengadilan).
Menurut pandangan neoklasik, pasar akan berjalan sempurna
tanpa biaya apapun karena pembeli memiliki informasi yang sempurna.
Sedangkan faktanya bahwa informasi, kompetisi, sistem kontrak bisa
bersifat asimetris. Ekonomi kelembagaan merupakan pemekaran teori
biaya transaksi yang mengakibatkan kegagalan pasar (Yeager 1999:29-
30). Biaya transaksi terjadi jika barang dan jasa ditransfer melalui
teknologi terpisah. Secara singkatnya, biaya transaksi adalah ongkos
untuk melakukan negosiasi, mengukur dan memaksa pertukaran
(exchange). Biaya transaksi yang rendah dan tercapainya efisiensi
ekonomi terjadi jika desain pembangunan kelembagaan yang dibuat
memang untuk mendukung kegiatan ekonomi (perdagangan), yakni
melalui penyediaan informasi, melindungi hak kepemilikan dan
menyiapkan mekanismeyang efektif untuk menegakkan kesepakatan.
Tanpa kerangka kelembagaan yang stabil, biaya transaksi dapat
menjadi sangat tinggi, sejauh transaksi tertentu tidak akan terjadi. Jika
tidak ada kerangka kerja institusional yang kredibel yang melindungi
investor, investor dapat memilih untuk menaruh uang mereka di luar
negeri. Orang Rusia kaya sering memilih untuk membeli pelumas sepak
bola di London atau vila tepi pantai di Siprus, daripada berinvestasi di

5
Rusia. Dengan kata lain, biaya transaksi untuk berbisnis di Rusia
mungkin terlalu tinggi.
Perbedaan antara biaya transaksi dan biaya produksi, yaitu biaya
produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan
lain atau manfaat, baik di masa ini maupun di masa yang akan datang.
Sedangkan biaya transaksi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
menjalankan sistem ekonomi suatu badan usaha.
Biaya transaksi dikeluarkan dengan tujuan mendukung
kelancaran proses produksi. Contohnya: biaya negosiasi, biaya
mobilisasi untuk karyawan, biaya pelaksanaan, biaya pengawasan, dan
sejenisnya. Jadi tidak ada hubungan langsung dengan produk yang akan
dijual, tetapi tetap dibutuhkan untuk kelancaran proses jual beli.
Teorinya, semakin tinggi biaya transaksi, maka semakin tidak
efisien badan usaha tersebut. Ini berbanding terbalik dengan teori dari
biaya produksi. Semakin tinggi biaya produksi, maka akan disertai
semakin tingginya angka penjualan dan laba. Tingkatan biaya transaksi
sebenarnya dapat diatur sedemikian rupa oleh perusahaan. Sedangkan
tingkatan biaya produksi dipengaruhi oleh permintaan pasar.
2.1.3 CARA LEMBAGA MENGURANGI KETIDAKPASTIAN
Lembaga informal maupun lembaga formal terkadang
menimbulkan ketidakpastian. Ketidakpastian adalah segala sesuatu yang
tidak diketahui atas outcome/hasil usaha pada saat pengambilan
keputusan ditetapkan. Contoh terjadinya ketidakpastian yaitu pada akhir
tahun 2019 terjadi penyebaran virus Corona yang menyebabkan semua
aktivitas terhenti, bahkan aktivitas ekonomi dunai sangat terhambat,
tidak dapat terduga-duga, sehingga dunia bersiap untuk tatanan
kenormalan baru (new normal), tetapi ketidakpastian kondisi ekonomi
belum dapat diprediksi sampai kapan akan recovery.
KONTRAK RELASIONAL
Terdapat kontrak relasional, yaitu membuat kontrak berdasarkan
hubungan informal atau suatu kontrak yang berlaku didasarkan pada
hubungan saling percaya antara pihak-pihak yang berkaitan. Salah satu

6
jenisnya yaitu informal, berbasis hubungan, pertukaran pribadi, yang
berarti suatu cara pertukaran ekonomi berdasarkan hubungan informal
antar transaksi para pihak. Karakteristik lain dari teori kontrak relasional
adalah bahwa "kontrak" dipahami untuk mencakup pertukaran ekonomi
secara umum, tidak hanya kontrak yang akan diakui sebagai perjanjian
yang dapat diberlakukan secara hukum oleh pengadilan di yurisdiksi
tertentu, bahwa hubungan sebagian besar dipegang bersama oleh nilai-
nilai internal mereka sendiri dan faktor sosial / ekonomi yang lebih luas.
Transakti bisnis yang berdasar pada kontrak relasional akan
diatur oleh norma infoemal dan keyakinan kognitif berdasarkan
pertemanan pribadi. Jika seseorang menghianati kontrak tersebut, maka
reputasinya akan hancur, lalu kehilangan teman-teman bahkan bisa
kehilangan teman-teman yang suatu saat nanti bisa meminjamkan uang.
Maka, terdapat proses lima langkah untuk mengembangkan kontrak
relasional, yaitu:
a. Fokus pada hubungan, bukan kesepakatan. Langkah ini dirancang
untuk membantu membangun kepercayaan yang diperlukan untuk
fokus pada hubungan. Ini termasuk memastikan keselarasan dalam
organisasi dan menggunakan proses untuk memilih mitra yang
mempertimbangkan kompetensi relasional di samping penawaran
layanan, tingkat kualitas, dll.
b. Bangun Kemitraan, bukan Hubungan Panjang Lengan. Langkah ini
dirancang untuk mengeksplorasi dan meletakkan dasar kepercayaan,
transparansi, dan kompatibilitas antara para pihak.
c. Tanamkan Norma Sosial dalam Hubungan. Langkah ini dirancang
untuk membantu para pihak secara bersama-sama menemukan dan
secara resmi menyetujui enam prinsip panduan: timbal balik,
otonomi, kejujuran, kesetiaan, kesetaraan, integritas.
d. Menghindari dan Mengurangi Risiko dengan Penyelarasan
Kepentingan. Langkah ini meletakkan dasar untuk terus
menyelaraskan kepentingan, memulai kesepakatan tentang visi

7
bersama dan tujuan strategis kemitraan, menentukan seperti apa
kesuksesan dan nilai bersama.
e. Buat Kerangka Kerja yang Adil dan Fleksibel. Menetapkan
kerangka tata kelola untuk manajemen hubungan yang
berkelanjutan. Para pihak menyetujui klausul kontrak yang
diperlukan untuk menetapkan aturan hubungan yang lebih spesifik,
semuanya selaras dengan prinsip panduan.
Contohnya yaitu: FFG Enterprise: kolaborasi yang didukung oleh
kontrak relasional antara Royal Australian Navy, Defense Industry, dan
Capability, Acquisition and Sustainment Group (CASG).

Grafik di atas menunjukkan mengenai biaya dan keuntungan


dalam pertukaran pribadi berbasis hubungan informal.
a. Awalnya, pada waktu T1, biaya untuk terlibat dalam penarikan
relasional tinggi (pada titik A) dan manfaat rendah (pada titik B),
karena pihak perlu membangun jaringan sosial yang kuat melalui
waktu- dan proses yang menghabiskan sumber daya untuk saling
berhubungan (seperti pergi ke sekolah/kuliah bersama).
b. Jika hubungan bertahan dalam ujian waktu, maka manfaat mungkin
lebih besar daripada biaya.
c. Seiring waktu, ketika skala dan cakupan transaksi informal meluas,
biaya per transaksi turun (dari A ke C dan kemudian E) dan
keuntungan naik (dari B ke C lalu D), karena ancaman oportunisme

8
dibatasi oleh sejauh mana sanksi informal dapat dijatuhkan terhadap
oportunis jika diperlukan.
d. Ada sedikit permintaan untuk penegakan pihak ketiga formal yang
mahal (seperti catatan IOU yang diteliti oleh pengacara dan diaktakan
oleh pemerintah). Jadi, antara T2 dan T3, Anda dan teman Anda,
dalam perekonomian secara kolektif, kemungkinan besar akan
mendapatkan keuntungan dari kontrak relasional.
e. Namun, di masa lalu T3, biaya mode semacam itu mungkin secara
bertahap lebih besar daripada manfaatnya, karena "semakin besar
variasi dan jumlah pertukaran, semakin kompleks jenis perjanjian
yang harus dibuat, dan semakin sulit untuk melakukannya”
Secara khusus, ada batasan mengenai jumlah dan kekuatan ikatan
jaringan yang dapat dimiliki oleh individu atau perusahaan. Ketika rezim
penegakan hukum informal lemah, kepercayaan dapat dengan mudah
dieksploitasi dan disalahgunakan. Apa yang akan dilakukan jika yang
disebut teman meminjam uang dari kita, lalu menolak membayar kita
kembali atau dia menghilang begitu saja? Akibatnya, batas kontrak
relasional kemungkinan besar akan tercapai pada waktu T3. Setelah T4,
biayanya cenderung secara bertahap lebih besar daripada manfaatnya.
TRANSAKSI LENGAN PANJANG
Transaksi lengan panjang adalah transaksi di mana pihak-pihak
saling menjaga jarak. Suatu modus kelembagaan kedua untuk mengatur
hubungan adalah formal, berbasis aturan, pertukaran impersonal dengan
penegakan pihak ketiga. Hal ini terjadi ketika ekonomi berkembang, skala
dan cakupan transaksi meningkat (ketika ingin meminjam lebih banyak
uang untuk memulai sebuah perusahaan dan ada banyak pengusaha yang
senasib), menyerukan munculnya penegakan pihak ketiga melalui
lembaga pendukung pasar formal.

9
Grafik di atas menjelaskan bahwa biaya awal per transaksi tinggi,
karena tingginya biaya lembaga formal. Biro kredit, pengadilan, polisi, dan
pengacara mahal. Contohnya: India tidak mampu membayar sejumlah
besar hakim). Desa-desa kecil biasanya tidak mampu (dan tidak
membutuhkan) membayar. Namun, seiring berjalannya waktu, penegakan
pihak ketiga cenderung memfasilitasi perluasan pasar, karena pihak yang
tidak dikenal, orang yang bukan teman kita, dan yang sebelumnya akan
dihalangi untuk bertransaksi dengan kita.
Dengan kerangka kelembagaan formal yang memadai, kita atau
perusahaan kita sekarang dapat meminjam dari bank lokal, bank luar
negeri, atau bahkan bank asing. Dengan demikian, lembaga pendukung
pasar formal memfasilitasi lebih banyak entri baru (seperti semua
perusahaan baru yang dapat kita temukan dan rekan pengusaha kita dan
semua bank yang menyediakan pembiayaan ini) dengan menurunkan
biaya transaksi. Akibatnya, perusahaan dapat tumbuh, dan ekonomi
berkembang.
Kesepakatan mengenai panjang lengan biasanya menghasilkan
kontrak yang mendekati nilai pasar wajar daripada transaksi antar pihak
terkait. Konflik kepentingan mungkin dicurigai dalam transaksi yang tidak
sesuai keinginan, misalnya, menggunakan dana publik. Jika pihak yang
terlibat menggunakan aset mereka sendiri dalam transaksi dan tidak
melakukan kegiatan ilegal, maka transaksi yang tidak sesuai dengan

10
keinginan panjang sebenarnya menguntungkan bagi semua pihak dan lebih
baik daripada transaksi jangka panjang.
Tidak ada anggapan bahwa lembaga formal secara inheren lebih
baik daripada lembaga informal, karena dalam banyak situasi permintaan
akan lembaga formal tidak terlihat. Kedua bentuk itu saling melengkapi.
Kontrak relasional memiliki keuntungan ketika ukuran ekonominya
terbatas, tentunya tinggal di sebuah desa kecil di mana semua orang saling
mengenal. Kerugiannya adalah bahwa hal itu dapat menyebabkan
perusahaan bertahan dengan hubungan yang sudah mapan daripada
bekerja dengan pemain baru yang belum dicoba, sehingga menciptakan
hambatan untuk masuk. Ketika kompleksitas transaksi meningkat,
transaksi informal dalam kelompok mungkin menjadi sulit, bayangkan
sebuah kota atau perekonomian nasional di mana akan terlalu sulit untuk
menjatuhkan sanksi informal terhadap para oportunis.
Transaksi jarak jauh, di sisi lain, membantu mengatasi hambatan
ini, dengan menyatukan kelompok yang sebelumnya jauh (perusahaan,
komunitas, dan bahkan negara) untuk menikmati keuntungan dari
perdagangan jarak jauh yang rumit. Transaksi berbasis aturan ini dengan
demikian menjadi semakin menarik karena semakin banyak pemain baru
yang memasuki permainan. Ekonomi global tidak dapat beroperasi hanya
pada institusi informal saja.
TRANSISI KELEMBAGAAN
Secara keseluruhan, interaksi antara lembaga dan perusahaan
yang mengurangi biaya transaksi membentuk aktivitas ekonomi, serta
lembaga tidaklah statis. Transisi kelembagaan adalah fundamental dan
perubahan komprehensif diperkenalkan dengan aturan permainan formal
dan informal yang mempengaruhi organisasi sebagai pemain. Jelas bahwa
para manajer yang membuat pilihan strategis selama transisi semacam itu
harus mempertimbangkan sifat kerangka kelembagaan dan transisinya.
2.1.4 PANDANGAN STRATEGI BISNIS BERBASIS LEMBAGA
Secara historis, banyak literatur strategi, seperti yang dicontohkan
oleh pandangan berbasis industri dan sumber daya, tidak membahas

11
hubungan spesifik antara pilihan strategis dan kerangka kelembagaan.
Yang pasti, pengaruh “lingkungan” sudah diperhatikan. Namun, apa
yang mendominasi sebagian besar pekerjaan yang ada adalah pandangan
"lingkungan tugas" yang berfokus pada variabel ekonomi seperti
permintaan pasar dan perubahan teknologi.

Contoh kasusnya adalah model "berlian" yang berpengaruh dari


Porter (Gambar 4.3) yang menyatakan bahwa keunggulan kompetitif dari
industri yang berbeda di negara yang berbeda bergantung pada empat
faktor. Menurut model ini:
1. Pertama, strategi perusahaan, struktur, dan persaingan dalam satu
negara adalah pada dasarnya pandangan berbasis industri yang sama
yang tercakup dalam Bab 2.
2. Kedua, anugerah faktor mengacu pada repertoar sumber daya alam
dan manusia.
3. Ketiga, industri terkait dan pendukung memberikan fondasi di mana
industri utama dapat unggul. Keunggulan global Swiss dalam obat-
obatan berjalan seiring dengan industri pewarna.
4. Terakhir, permintaan domestik yang sulit mendorong perusahaan
untuk meningkatkan skala baru untuk memenuhi permintaan tersebut.
Mengapa industri film Amerika begitu kompetitif di seluruh
dunia? Salah satu alasannya adalah bahwa penonton bioskop Amerika
menuntut “seks dan kekerasan” terbaik (dua tema yang laku secara
universal jika dikemas dengan artistik). Berusaha untuk memenuhi

12
permintaan domestik seperti itu, studio film merilis High School Musical
2 setelah High School Musical dan Spiderman 3 setelah Spiderman 1 dan
Spiderman 2, setiap kali mengemas lebih banyak kegembiraan untuk
melampaui produksi sebelumnya. Secara keseluruhan, Porter
berpendapat bahwa kombinasi dari keempat faktor ini menjelaskan apa
yang ada di balik keunggulan kompetitif industri terkemuka secara global
di berbagai negara.

Perbedaan kelembagaan yang mencolok antara negara maju dan


negara berkembang telah mendorong pandangan berbasis lembaga ke
garis depan diskusi strategi. Ditunjukkan pada Gambar 4.4, pandangan
berbasis lembaga berfokus pada interaksi dinamis antara lembaga dan
perusahaan, dan menganggap pilihan strategis sebagai hasil dari interaksi
semacam itu. Secara khusus, pilihan strategis tidak hanya didorong oleh
struktur industri dan sumber daya dan kemampuan khusus perusahaan
yang ditekankan oleh pemikiran strategis tradisional, tetapi juga
merupakan cerminan dari kendala formal dan informal dari kerangka
kelembagaan tertentu.
Secara keseluruhan, semakin diakui bahwa lembaga lebih dari
sekadar kondisi latar belakang, dan bahwa "lembaga secara langsung
menentukan panah apa yang dimiliki perusahaan saat berjuang untuk
merumuskan dan menerapkan strategi dan untuk menciptakan
keunggulan kompetitif." Saat ini, gagasan bahwa "lembaga itu penting"
bukan lagi hal baru atau kontroversi. Apa yang perlu dipahami dengan
lebih baik adalah betapa pentingnya hal itu.

13
2.1.5 DUA PROPOSISI INTI DARI PANDANGAN BERBASIS
LEMBAGA
Pandangan berbasis institusi menyarankan dua proposisi inti
tentang pentingnya institusi (Tabel 4.3). Pertama, manajer dan
perusahaan secara rasional membuat pilihan strategis dalam batasan
institusional. Dalam industri farmasi (Kasus Pembukaan), sementara
kerangka institusional di Amerika Serikat mendorong inovasi yang
menuntut premi, kerangka institusional di Jepang mencegah inovasi yang
mungkin membuat usang. Obat using, obat lama sering kali merupakan
obat yang paling menguntungkan di sana. Kedua strategi tersebut sangat
rasional dalam kerangka kelembagaan mereka sendiri.

Dalam contoh lain, ratusan perusahaan dan ribuan individu di


seluruh dunia terlibat dalam pemalsuan. Hampir 10% dari semua
perdagangan dunia dilaporkan palsu. Ingat ini bukan perbudakan, dan
semua orang yang terlibat secara sukarela memasuki bisnis ini. Namun,
tidak satupun lulusan sekolah menengah atas di seluruh dunia, ketika
mengisi formulir karir mengenai karir apa yang akan mereka kejar
setelah lulus, pernah menyatakan minat untuk bergabung dengan
pemalsuan. Kunci untuk memahami strategi ini adalah kesadaran bahwa
manajer dan pengusaha yang membuat pilihan strategis bukanlah
monster yang tidak bermoral tetapi hanya orang biasa. Mereka telah
membuat keputusan rasional (setidaknya dari sudut pandang mereka)
mengingat lingkungan kelembagaan dengan perlindungan intelektual
yang lemah dan ketersediaan keterampilan manufaktur dan distribusi
yang cukup mumpuni. Tentu saja, untuk menyarankan bahwa strategi
pemalsuan mungkin rasional tidak menyangkal fakta bahwa itu tidak etis
dan ilegal. Namun, tanpa pemahaman tentang dasar kelembagaannya,
sulit untuk membuat tindakan pencegahan yang efektif.

14
Proposisi kedua adalah bahwa sementara lembaga formal dan
informal bergabung untuk mengatur perilaku perusahaan, dalam situasi
di mana kendala formal gagal, kendala informal akan memainkan peran
yang lebih besar dalam mengurangi ketidakpastian dan memberikan
keteguhan bagi manajer dan perusahaan. Misalnya, ketika rezim
kelembagaan formal runtuh dengan hilangnya bekas Uni Soviet,
sebagian besar kendala informal, berdasarkan hubungan dan koneksi
pribadi (disebut blat dalam bahasa Rusia) di antara para manajer dan
pejabat, yang telah memfasilitasi pertumbuhan banyak perusahaan
wirausaha.
Banyak pengamat mendapat kesan bahwa mengandalkan koneksi
informal adalah strategi yang hanya relevan untuk perusahaan di negara
berkembang dan bahwa perusahaan di negara maju hanya mengejar
strategi "berbasis pasar". Ini jauh dari kebenaran. Bahkan di negara maju,
aturan formal hanya menjadi bagian kecil (meskipun penting) dari
kendala kelembagaan, dan kendala informal menyebar luas. Sama seperti
perusahaan bersaing di pasar produk, perusahaan juga bersaing ketat di
pasar politik yang dicirikan oleh hubungan informal. Perusahaan
terkoneksi terbaik dapat meraup keuntungan besar. Pada dasarnya, jika
sebuah perusahaan tidak dapat menjadi pemimpin biaya, diferensiasi,
atau fokus, ia masih dapat mengalahkan persaingan dengan alasan lain,
yaitu, lingkungan politik non-pasar yang menampilkan hubungan
informal. Untuk menggunakan bahasa berbasis sumber daya, aset politik
mungkin sangat berharga, langka, dan sulit ditiru.

2.2 PERAN STRATEGIS BUDAYA


2.2.1 PENGERTIAN BUDAYA
Pakar lintas budaya terkemuka dunia, Geert Hofstede, seorang
profesor Belanda. Dia mendefinisikan budaya sebagai "program kolektif
dari pikiran yang membedakan anggota satu kelompok atau kategori
orang dari yang lain." Meskipun sebagian besar buku teks bisnis
internasional dan buku perdagangan berbicara tentang budaya, hampir

15
semua buku strategi mengabaikan budaya, karena budaya dianggap
sebagai "terlalu lembut". Sayangnya, keyakinan ini berpikiran sempit
dalam ekonomi global saat ini. Meskipun tidak menyentuh banyak aspek
“bagaimana caranya” (yang tentunya penting tetapi dapat ditemukan di
tempat lain), di buku ini kita akan fokus pada peran strategis budaya.
2.2.2 LIMA DIMENSI KEBUDAYAAN
Meskipun ada banyak cara untuk mengidentifikasi dimensi
budaya, karya Hofstede sejauh ini menjadi yang paling berpengaruh. Dia
dan rekan-rekannya telah mengusulkan lima dimensi:
1. Pertama, jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota yang kurang
kuat dalam suatu negara mengharapkan dan menerima bahwa kekuasaan
didistribusikan secara tidak merata. Misalnya, dalam jarak kekuasaan
tinggi di Brasil, 10% populasi terkaya menerima sekitar 50% dari
pendapatan nasional, dan semua orang menerima ini sebagai "apa
adanya". Di Swedia jarak kekuasaan rendah, 10% orang terkaya hanya
mendapat 22% dari pendapatan nasional. Di Amerika Serikat, bawahan
sering memanggil atasan mereka dengan nama depan, yang
mencerminkan jarak kekuasaan yang relatif rendah.
2. Kedua, individualisme mengacu pada perspektif bahwa identitas
individu pada dasarnya adalah miliknya, sedangkan kolektivisme
mengacu pada gagasan bahwa identitas individu terutama didasarkan
pada identitas kelompok kolektifnya (seperti keluarga, desa, atau
perusahaan). Dalam masyarakat individualistis (dipimpin oleh Amerika
Serikat), ikatan antar individu relatif longgar dan pencapaian serta
kebebasan individu sangat dihargai. Sebaliknya, dalam masyarakat
kolektivis (seperti banyak negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin),
hubungan antar individu relatif dekat dan pencapaian kolektif sering
dicari.
3. Ketiga, dimensi maskulinitas versus feminitas mengacu pada
diferensiasi peran jenis kelamin. Dalam setiap masyarakat tradisional,
laki-laki cenderung memiliki pekerjaan yang menghargai ketegasan,
seperti politisi, tentara, dan eksekutif. Wanita, di sisi lain, biasanya

16
bekerja dalam profesi kepedulian seperti guru dan perawat selain menjadi
ibu rumah tangga. Masyarakat maskulinitas tinggi (dipimpin oleh
Jepang) terus mempertahankan perbedaan peran yang tajam di sepanjang
garis gender. Dalam masyarakat maskulinitas rendah (dipimpin oleh
Swedia), wanita semakin menjadi politisi, ilmuwan, dan tentara (pikirkan
tentang film GI Jane), dan pria sering berperan sebagai perawat, guru,
dan suami rumah tangga.
4. Keempat, penghindaran ketidakpastian mengacu pada sejauh mana
anggota dalam budaya yang berbeda menerima situasi yang ambigu dan
mentolerir ketidakpastian. Anggota budaya penghindaran ketidakpastian
tinggi (dipimpin oleh Yunani) menempatkan premi pada keamanan kerja,
pola karir, dan tunjangan pensiun. Mereka juga cenderung menolak
perubahan, yang, menurut definisi, tidak pasti. Budaya penghindaran
ketidakpastian yang rendah (dipimpin oleh Singapura) dicirikan oleh
kemauan yang lebih besar untuk mengambil risiko dan lebih sedikit
penolakan terhadap perubahan.
5. Terakhir, orientasi jangka panjang menekankan ketekunan dan
tabungan untuk taruhan di masa depan. China, yang memiliki sejarah
tertulis terpanjang di dunia selama kira-kira 5.000 tahun dan tingkat
tabungan kontemporer tertinggi, memimpin kelompok ini. Di sisi lain,
anggota masyarakat orientasi jangka pendek (dipimpin oleh Pakistan)
lebih menyukai hasil yang cepat dan kepuasan instan.
Secara keseluruhan, dimensi Hofstede menarik dan informatif.
Mereka juga sebagian besar didukung oleh pekerjaan selanjutnya.
Penting untuk dicatat bahwa dimensi Hofstede tidaklah sempurna, dan
telah menuai beberapa kritik. Namun, cukup adil untuk menyarankan
bahwa dimensi-dimensi ini merupakan titik awal bagi kita untuk
mencoba memahami peran budaya dalam strategi global.
2.2.3 BUDAYA DAN PILIHAN STRATEGIS
Banyak pilihan strategis yang konsisten dengan dimensi budaya
Hofstede. Misalnya, permintaan umpan balik dan partisipasi bawahan,
yang dilakukan secara luas di negara-negara Barat yang jarak

17
kekuasaannya rendah, dianggap sebagai tanda kepemimpinan yang
lemah dan integritas yang rendah di negara-negara jarak kekuasaan tinggi
seperti Mesir, India, Meksiko, dan Rusia.
Individualisme dan kolektivisme juga mempengaruhi pilihan
strategis. Perusahaan individualis AS mungkin sering mencoba untuk
membedakan diri mereka sendiri, sedangkan perusahaan kolektivis
Jepang cenderung berkumpul pada beberapa posisi yang dapat
dipertahankan. Karena wirausahawan biasanya bersedia mengambil
lebih banyak risiko, masyarakat individualistis cenderung mendorong
kewirausahaan yang relatif lebih banyak, sedangkan kolektivisme dapat
menghasilkan tingkat kewirausahaan yang relatif lebih rendah.
Demikian pula, maskulinitas dan feminitas mungkin memiliki
implikasi strategis. Manajer khas stereo dalam masyarakat maskulin
adalah "tegas, tegas, dan agresif” (hanya dalam masyarakat maskulin
kata ini membawa konotasi positif), sedangkan manajer bergaya dalam
masyarakat feminin "kurang terlihat, intuitif daripada tegas, dan terbiasa
mencari konsensus". Di tingkat ekonomi, negara maskulin (seperti
Jepang) mungkin memiliki keunggulan relatif dalam produksi massal,
membuat produk secara efisien, baik, dan cepat. Negara feminin (seperti
Denmark) mungkin memiliki keunggulan relatif dalam manufaktur
khusus skala kecil.
Penghindaran ketidakpastian juga berpengaruh pada perilaku
strategis. Manajer di negara penghindaran ketidakpastian rendah (seperti
Inggris Raya) lebih mengandalkan pengalaman dan pelatihan, sedangkan
manajer di negara penghindaran ketidakpastian tinggi (seperti China)
lebih mengandalkan aturan dan prosedur.
Selain itu, budaya dengan orientasi jangka panjang cenderung
memelihara perusahaan dengan cakrawala panjang dalam perencanaan
strategis. Perusahaan Jepang dan Korea pada umumnya diketahui relatif
lebih bersedia untuk melepaskan keuntungan jangka pendek dan lebih
fokus pada pangsa pasar, yang, dalam jangka panjang, dapat

18
diterjemahkan ke dalam keuntungan finansial. Sebagai perbandingan,
perusahaan Barat berfokus pada keuntungan jangka pendek.
Secara keseluruhan, ada bukti kuat yang menunjukkan pentingnya
strategis budaya. Kepekaan terhadap perbedaan budaya tidak hanya
membantu ahli strategi lebih memahami apa yang terjadi di bagian lain
dunia, tetapi juga dapat menghindari kesalahan strategis. Selain itu,
meskipun “apa yang berbeda” secara lintas budaya dapat menarik, hal itu
juga dapat menjadi tidak etis dan ilegal — semua bergantung pada
kerangka kelembagaan di mana perusahaan berada. Oleh karena itu,
sangat penting bagi para ahli strategi saat ini dan calon ahli strategi untuk
menyadari pentingnya etika bisnis, seperti yang akan dijelaskan
selanjutnya.

2.3 PERAN STRATEGIS ETIKA


2.3.1 PENGERTIAN DAN DAMPAK ETIKA
Etika mengacu pada norma, prinsip, dan standar perilaku yang
mengatur perilaku individu dan perusahaan. Etika bukan hanya bagian
penting dari informal institusi, tetapi juga sangat tercermin dalam resmi
Hukum dan regulasi. Kode etik merupakan serangkaian pedoman untuk
membuat keputusan etis.
Ada perdebatan tentang apa yang memotivasi perusahaan untuk
menjadi etis:
• Pandangan negatif, menunjukkan bahwa beberapa perusahaan
mungkin hanya sesuai etika ketika di bawah tekanan sosial untuk tampil
lebih sah tanpa harus menjadi lebih etis.
• Pandangan positif, menyatakan bahwa beberapa (meskipun tidak
semua) perusahaan mungkin termotivasi untuk "melakukannya dengan
benar" terlepas dari tekanan sosial.
• Pandangan instrumental percaya bahwa etika yang baik mungkin
hanya merupakan instrumen yang berguna untuk membantu
menghasilkan keuntungan yang baik.

19
Semua sisi perdebatan, bagaimanapun, setuju bahwa semakin
jelas bahwa etika pun dapat membuat atau menghancurkan suatu
perusahaan. Perusahaan dengan reputasi etis dan dapat dipercaya tidak
hanya akan mendapatkan pujian, tetapi juga dapat memperoleh
keunggulan kompetitif yang signifikan dengan menarik lebih banyak
investor, pelanggan, dan karyawan.
2.3.2 PENGELOLAAN ETIKA DI LUAR NEGERI
Mengelola etika di luar negeri memang menantang, karena apa
yang etis di satu negara mungkin tidak etis di negara lain. Ada dua aliran
pemikiran:
• Relativisme Etis: Pemikiran relative standart etika itu sangat
bervariasi dunia dan bahwa tidak ada perilaku etis dan tidak etis yang
disepakati secara universal
• Imperalisme Etis: Pemikiran imperialistic dengan standart etika
sendiri diterapkan secara universal di dunia.
2.3.3 TIGA PRINSIP “MIDDLE OF THE ROAD” YANG
DIKEMUKAKAN OLEH THOMAS DONALDSON
• Pertama, penghormatan terhadap martabat manusia dan hak-hak
dasar (seperti yang menyangkut kesehatan, keselamatan, dan kebutuhan
pendidikan daripada bekerja di usia muda) harus menentukan ambang
batas etika minimal mutlak bagi semua operasi di seluruh dunia.
• Kedua, penghormatan terhadap tradisi lokal menunjukkan kepekaan
budaya. Jika hadiah dilarang, perusahaan asing dapat melupakan
berbisnis di China dan Jepang. Meskipun mempekerjakan anak dan
kerabat karyawan daripada pelamar yang lebih memenuhi syarat adalah
ilegal menurut undang-undang kesempatan setara AS, perusahaan India
secara rutin mempraktikkan nepotisme semacam itu, yang akan
memperkuat loyalitas karyawan. Apa yang harus dilakukan perusahaan
AS yang mendirikan anak perusahaan di India? Donaldson
menyarankan bahwa nepotisme semacam itu tidak selalu salah,
setidaknya di India.

20
• Terakhir, penghormatan terhadap konteks kelembagaan
membutuhkan pemahaman yang cermat tentang lembaga-lembaga
lokal. Kode etik yang melarang penyuapan tidak terlalu berguna kecuali
disertai dengan pedoman untuk skala pemberian / penerimaan hadiah
yang sesuai. Citigroup mengizinkan karyawan untuk menerima hadiah
non tunai yang nilai nominalnya kurang dari $ 100. The Economist
membiarkan jurnalisnya menerima hadiah non tunai apa pun yang dapat
dikonsumsi dalam satu hari. Jadi, sebotol anggur dapat diterima tetapi
satu kasus anggur tidak. Secara keseluruhan, ketiga prinsip ini,
meskipun jauh dari sempurna, dapat membantu manajer membuat
keputusan yang mereka dan perusahaan mereka rasakan relatif nyaman.
2.3.4 ETIKA DAN KORUPSI
Etika membantu memerangi korupsi, sering didefinisikan sebagai
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi biasanya
dalam bentuk penyuapan (dalam bentuk tunai atau natura). Korupsi
mendistorsi basis persaingan yang seharusnya berbasis pada produk dan
jasa, sehingga menyebabkan misalokasi sumber daya dan memperlambat
pembangunan ekonomi. Beberapa bukti mengungkapkan bahwa korupsi
dapat menghambat investasi langsung asing.
2.3.5 KERANGKA RESPON STRATEGIS UNTUK TANTANGAN
ETIS
Pada intinya, pandangan berbasis lembaga berfokus pada
bagaimana pilihan strategis tertentu, di bawah pengaruh kelembagaan,
disebarkan dari beberapa perusahaan ke banyak perusahaan. Dengan kata
lain, perhatiannya terletak pada bagaimana praktik-praktik tertentu
(seperti dari menyuap hingga menolak) menjadi dilembagakan.
Kekuatan pelembagaan seperti itu didorong oleh kombinasi pilar
regulasi, normatif, dan kognitif. Bagaimana perusahaan secara strategis
menanggapi tantangan etika, dengan demikian, mengarah pada kerangka
tanggapan strategis. Ini menampilkan empat pilihan strategis: (1) reaktif,
(2) defensif, (3) akomodatif, dan (4) strategi proaktif.

21
• Strategi reaktif bersifat pasif. Bahkan ketika masalah muncul,
perusahaan tidak merasa terpaksa untuk bertindak, dan penyangkalan
biasanya merupakan garis pertahanan pertama. Kebutuhan untuk
mengambil tindakan yang diperlukan tidak diinternalisasikan melalui
keyakinan kognitif, juga tidak menjadi norma apa pun dalam praktik.
• Strategi defensif berfokus pada kepatuhan peraturan. Dengan tidak
adanya tekanan regulasi, perusahaan sering melawan tekanan informal
yang datang dari media dan aktivis.
• Strategi akomodatif menampilkan norma-norma organisasi yang
muncul untuk menerima tanggung jawab dan seperangkat keyakinan dan
nilai kognitif yang semakin terinternalisasi untuk membuat perubahan
tertentu. Nilai normatif dan kognitif ini dapat dimiliki bersama oleh
sejumlah perusahaan, sehingga mengarah pada norma industri baru.
• Perusahaan proaktif mengantisipasi perubahan kelembagaan dan
melakukan lebih dari yang diperlukan
Secara keseluruhan, keempat tanggapan strategis ini tidak
eksklusif satu sama lain. Seperti yang ditunjukkan oleh contoh Nike, satu
perusahaan dapat mengadopsi tanggapan strategis yang berbeda sebagai
tantangan etis yang dihadapinya. Meskipun mungkin ada elemen tertentu
dari "window dressing", fakta bahwa perusahaan proaktif melampaui
persyaratan peraturan saat ini menunjukkan keyakinan normatif dan
kognitif yang dianut oleh banyak manajer tentang pentingnya melakukan
"hal yang benar".
2.4 DEBAT DAN EKSISTENSI
Sehubungan dengan pandangan berbasis industri dan sumber daya,
pandangan berbasis lembaga adalah perspektif terdepan terbaru tentang strategi.
Tak heran, beberapa perdebatan signifikan muncul, termasuk (1) oportunisme
versus individualisme / kolektivisme, (2) jarak budaya versus jarak
kelembagaan, dan (3) "apel buruk" versus "tong buruk."
2.4.1 OPORTUNISME VS INDIVIDUALISME/KOLEKTIVISME
Oportunisme adalah sumber utama ketidakpastian, dan teori
biaya transaksi menyatakan bahwa institusi muncul untuk memerangi

22
oportunisme. Namun, kritikus berpendapat bahwa menekankan
oportunisme sebagai "sifat manusia" dapat menjadi bumerang dalam
praktiknya. Ini karena jika perusahaan berasumsi bahwa karyawan akan
mencuri dan dengan demikian menempatkan kamera pengintai di mana-
mana, maka karyawan yang tidak akan mencuri mungkin merasa cukup
terasing untuk melakukan tindakan yang tepat.
Teori biaya transaksi mengakui bahwa oportunis adalah minoritas
dalam populasi manapun. Namun, para ahli teori berpendapat bahwa
karena kesulitan untuk mengidentifikasi minoritas oportunis sebelum
mereka menyebabkan kerusakan.
Kolektivis lebih kolaboratif hanya ketika berurusan dengan
anggota dalam kelompok, individu dan perusahaan dianggap sebagai
bagian dari kolektif mereka sendiri. Sisi sebaliknya adalah bahwa
kolektivis mendiskriminasi lebih keras terhadap anggota luar kelompok,
individu dan perusahaan yang tidak dianggap sebagai bagian dari "kita".
Di sisi lain, individualis, yang percaya bahwa setiap orang (perusahaan)
ada pada dirinya sendiri, kurang membedakan antara kelompok dalam
dan kelompok luar. Oleh karena itu, walaupun individualis mungkin
lebih oportunistik daripada kolektivis ketika berurusan dengan anggota
dalam kelompok (ini sesuai dengan stereotip), kolektivis mungkin lebih
oportunistik ketika berurusan dengan anggota luar kelompok.
2.4.2 JARAK BUDAYA VS JARAK INTITUSIONAL
Perusahaan pada umumnya mungkin lebih suka berbisnis dengan
negara-negara yang secara budaya dekat, karena jarak budaya yang lebih
pendek.
Beberapa orang berpendapat bahwa mungkin jarak budaya dapat
dilengkapi (tetapi tidak diganti) dengan konsep jarak kelembagaan, yang
merupakan "tingkat kesamaan atau ketidaksamaan antara lembaga
regulasi, normatif, dan kognitif dua negara”. Misalnya, Jarak budaya
antara Kanada dan Cina hampir sama besarnya dengan jarak budaya
antara Kanada dan Hong Kong (di mana 98% populasinya adalah etnis
Cina). Namun, jarak kelembagaan antara Kanada dan Hong Kong jauh

23
lebih pendek, keduanya menggunakan hukum umum. Berbicara bahasa
Inggris sebagai bahasa resmi, dan berbagi warisan yang sama sebagai
bekas jajahan Inggris. Oleh karena itu, sebelum memasuki daratan Cina,
perusahaan Kanada mungkin memiliki preferensi untuk masuk ke Hong
Kong terlebih dahulu.
2.4.3 BAD APPLES VS BAD BARRELS
Perdebatan ini berfokus pada akar penyebab perilaku bisnis yang
tidak etis. Satu argumen menunjukkan bahwa orang mungkin memiliki
kecenderungan etis atau tidak etis sebelum bergabung dengan
perusahaan. Sisi lain dari perdebatan berpendapat bahwa meskipun
memang ada beberapa "bad apples" yang oportunistik, banyak kali orang
melakukan perilaku tidak etis bukan karena mereka "bad apples" tetapi
karena mereka dirusak oleh "bad apples"
Perdebatan tentang "bad apples" versus "bad apples" merupakan
perpanjangan dari debat yang lebih luas tentang "alam versus
pengasuhan." Apakah kita menjadi diri kita karena gen (alam) atau
lingkungan (pengasuhan) kita? Sebagian besar penelitian melaporkan
bahwa perilaku manusia adalah hasil dari alam dan pengasuhan.
Meskipun individu dan perusahaan (dikelola oleh orang-orang) memiliki
kecenderungan etis atau tidak etis yang memengaruhi perilaku mereka,
lingkungan kelembagaan (seperti norma organisasi dan lembaga
nasional) juga dapat memiliki dampak yang besar. Singkatnya, bahkan
"good apples" bisa berubah menjadi buruk dalam "bad barrels".
2.4.4 AHLI STRATEGIS YANG CERDAS
Strategi adalah tentang pilihan. Ketika mencari untuk memahami
bagaimana pilihan ini dibuat, praktisi dan sarjana biasanya
“mengumpulkan tersangka biasa,” yaitu, struktur industri dan sumber
daya dan kemampuan khusus perusahaan. Meskipun pandangan ini
sangat berwawasan, mereka biasanya tidak cukup memperhatikan
konteks yang mendasarinya. Kontribusi dari pandangan berbasis institusi
adalah untuk menekankan pentingnya institusi, budaya, dan etika sebagai
landasan yang mendorong atau membatasi pilihan-pilihan strategis.

24
Secara keseluruhan, jika strategi adalah tentang "gambaran besar", maka
pandangan berbasis institusi mengingatkan ahli strategi saat ini dan calon
untuk tidak melupakan "gambaran yang lebih besar."
Dengan berfokus pada institusi, budaya, dan etika, ahli strategi
yang cerdas menarik setidaknya tiga implikasi penting untuk tindakan.
Pertama, saat memasuki negara baru, kerjakan pekerjaan rumah Anda
dengan memiliki pemahaman menyeluruh tentang lembaga formal dan
informal yang mengatur perilaku perusahaan.
Kedua, perkuat kecerdasan lintas budaya dengan membangun kesadaran,
memperluas pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan. Dianjurkan
untuk tidak terlalu banyak membaca budaya, yang merupakan salah satu
dari banyak variabel yang mempengaruhi strategi global. Tetapi tidak
bijaksana untuk mengabaikan budaya.
Ketiga dan terakhir, mengintegrasikan pengambilan keputusan etis
sebagai bagian dari proses strategi inti perusahaan, berpura-pura tidak
akan berlangsung lama. Anda perlu menyadari norma yang berlaku.
Norma-norma di seluruh dunia pada tahun 2000-an lebih sensitif secara
budaya dan menuntut secara etis daripada, katakanlah, norma di tahun
1970-an. Ini tidak berarti bahwa setiap norma lokal perlu diikuti. Namun,
kegagalan untuk memahami dan beradaptasi dengan norma-norma yang
berubah dengan "berusaha keras" dengan cara yang tidak sensitif dan
tidak etis dapat menyebabkan hasil yang tidak memuaskan atau
membawa bencana.

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi-materi yang telah dibicarakan, lembaga adalah
merupakan suatu organisasi yang ada dan pendiriannya atas dasar tujuan yang
nantinya akan langsung berhubungan dengan masyarakat. Menurut pakar lintas
budaya terkemuka dunia, Geert Hofstede, budaya adalah sebagai pemrograman
pikiran kolektif yang membedakan anggota satu kelompok atau kategori orang dari
yang lain. Serta, etika adalah sesuatu yang mengacu pada norma, prinsip, dan
standar perilaku yang mengatur perilaku individu dan perusahaan.
Lembaga, budaya, dan etika ketiganya saling berhubungan dalam suatu
bisnis, saling berkorelasi. Bagaimana budaya yang dipilih untuk diterapkan di
perusahaan dan karyawa, dan bagaimana etika diterapkan di dalam perusahaan agar
karyawan mendapat hak sesuai apa yang telah dilakukan untuk perusahaan,
3.2 Saran
Menurut kelompok kami, dalam berbisnis harus menerapkan budaya
dan etika yang menjadikan etis. Walaupun masing-masing perusahaan
mempunyai perbedaan mengenai budaya dan etika yang dianut, bahkan sering
terjadi perbedaan yang besar antarperusahaan yang terletak berbeda negara,
bahkan benua.
Strategi apapun yang digunakan perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan, penerapan budaya serta etika tentunya harus dijalankan dengan
baik, senyaman semua yang bekerja di dalamnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Peng, Mike W. 2009. Global Strategy 2nd Edition. Mason: South-Western


Cengage Learning
2. Learning, SouthWestern Cengage Learning 5191 Natorp Boulevard
Mason, OH 45040 US http://blog.ub.ac.id/riafinola/2019/09/01/teori-
ekonomi-biaya-transaksi/ (Diakses pada Minggu, 4 April 2021 pukul
09.59 WIB)
3. https://ukirama.com/blogs/hal-apa-saja-yang-masuk-dalam-biaya-
transaksi-dan-apakah-ada-pengaruhnya-dalam-keuntungan-
bisnis#:~:text=Sedangkan%20biaya%20transaksi%20adalah%20sejumlah,
sistem%20ekonomi%20suatu%20badan%20usaha.&text=Contoh%2C%20
biaya%20beli%20bahan%20baku,tujuan%20mendukung%20kelancaran%
20proses%20produksi. (Diakses pada Minggu, 4 April 2021 pukul 10.14
WIB)
4. https://id.talkingofmoney.com/are-arm-s-length-transactions-always-
better-than-transactions-not-at-arm-s-length (Diakses pada Selasa, 6 April
2021 pukul 10.14 WIB)

27
SUPPORTING ARTICLE (SA) AND
CRITICAL REVIEW (CR)

Supporting Article (SA) and Critical Review (CR) 1

Disusun Oleh:
13 Bonafida Isma F. 141190147

- Supporting Article (SA)


Ini Dia, Rahasia Rans Entertainment Bisa Berpenghasilan
Miliaran
Penulis : Livia Marcella | Editor : Kistyarini | Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Rans Entertainment, rumah produksi milik Raffi


Ahmad dan Nagita Slavina, berdiri sejak 27 Desember 2015.
Rumah produksi yang sudah berjalan selama 4 tahun ini mendapat penghasilan
puluhan miliar.
Hingga Senin (28/10/2019), kanal YouTube yang mengunggah konten menarik
seputar kehidupan Raffi dan Nagita itu telah memiliki hampir 11 juta pelanggan.
Pada Minggu (27/10/2019), presenter sekaligus komedian Denny Cagur
mengunggah video berjudul "INILAH PENDAPATAN RAFFI AHMAD DARI
RANS ENTERTAINMENT" dalam kanal YouTube miliknya.

28
Dalam video tersebut, Denny melakukan room tour rumah produksi Rans
Entertainment.
Denny terkejut dengan situasi ruang kerja Rans Entertainment yang begitu santai.
"Gila padahal ini salah satu channel paling subur, paling keren, tetapi kita lihat noh,
kerjanya nyantai, tetapi hasilnya puluhan miliar," ujar Denny.
Terlihat beahwa kru bekerja dengan santai dan nyaman. Ada yang main games,
makan, minum, dan ngobrol. Layaknya di rumah masing-masing.
Abrar, salah satu kru Rans Entertainment, menceritakan sedikit mengenai cara kerja
kru di sana.
Menurut Abrar, salah satu faktor nyamannya bekerja di Rans Entertainment adalah
dukungan Raffi dan Nagita. Tidak memandang derajat sebagai bos atau pun anak
buah.
Raffi dan Nagita selalu menganggap semua kru mereka sebagai teman untuk main
dan berdiskusi.
"Gue cerita sedikit ya, sepanjang karir gue di dunia televisi, bonus terbesar adalah
di sini. Artinya bonus tidak hanya dari segi materi, tetapi dari segi tenggang rasa,
menghargai. Menghargai itu udah lebih dari sekedar materi," ujar Abrar.
Budaya bekerja di Rans Entertainment memang santai. Meskipun demikian para
kru tetap fokus untuk berdiskusi dan kerja dalam setiap konten yang dibuat. Raffi
dan Nagita pun memberikan fasilitas yang cukup lengkap untuk menemani kru saat
bekerja.
AC, kulkas berisi es krim dan minuman segar pun ada di dalam ruang kerja.
Menurut Abrar, itulah rahasia Rans Entertaiment selalu bertumbuh dengan cepat
dan baik.
(Sumber: https://www.kompas.com/hype/read/2019/10/28/111254666/ini-dia-
rahasia-rans-entertainment-bisa-berpenghasilan-miliaran?page=all)

Critical Review (SA)


1. SA: “Rans Entertainment, rumah produksi milik Raffi Ahmad dan Nagita
Slavina, berdiri sejak 27 Desember 2015. Rumah produksi yang sudah berjalan
selama 4 tahun ini mendapat penghasilan puluhan miliar.”

29
TEORI: Lembaga adalah batasan yang dirancang secara manusiawi yang
menyusun interaksi manusia (Doughlass North, peraih nobel di bidang
ekonomi).
TEORI: Dimensi Lembaga. Lembaga dibagi menjadi 2, yaitu lembaga formal
mencangkup hukum, regulasi, dan aturan serta lembaga informal mencangkup
norma, budaya, dan etika (Menurut Peng)
CR: Searah dengan teori pengertian lembaga yang diungkapkan oleh
Doughlass North. Dalam hal ini Rans Entertainment merupakan sebuah
lembaga berbentuk perusahaan bisnis berawal bergerak di dunia hiburan yang
didirikan oleh Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang sekarang sudah
berkembang selama 6 tahun dan berpenghasilan puluhan miliar. Dalam Rans
Entertainment tentu mempunyai banyak karyawan yang pastinya saling
berinteraksi dalam bekerja dan dalam pembentukannya. Rans Entertainment di
bawah naungan PT. RNR Film Internasional, sehingga bentuk lembaganya
adalah berupa perusahaan terbuka yang berlandaskan hukum dan aturan yang
berlaku.
2. SA: “Hingga Senin (28/10/2019), kanal YouTube yang mengunggah konten
menarik seputar kehidupan Raffi dan Nagita itu telah memiliki hampir 11 juta
pelanggan.”
TEORI: Biaya Transaksi (menurut Peng) adalah biaya terkait dengan transaksi
ekonomi atau biaya untuk menjalankan bisnis.
CR: Raffi Ahmad dan Nagita Slavina adalah selebritis nasional Indonesia yang
terkenal. Mereka awalnya membagi cerita tentang kehidupan sehari-harinya di
beberapa acara tv, sekarang pun masih, namun sekarang mereka mempunyai
kanal Youtube di mana mereka bisa membagi cerita kehidupan keluarga
mereka melalui kanal Youtube yang mereka punya, sehingga masyarakat
Indonesia yang menyukai konten mereka bisa menonton melalui Youtube.
Namun tentunya tujuannya bukan hanya itu, dengan mereka mempunyai
Youtube yang kini mempunyai belasan juta subscriber, mereka menghemat
biaya transaksi mereka. Dalam acara tv mereka terikat dengan banyak orang
dan aturan berdasarkan kontrak yang telah disepakati, namun dalam kanal
Youtube mereka sendiri, mereka lebih mudah mendapatkan penghasilan karena

30
biaya keperluan untuk tampil di tv tidak diperlukan jika mereka membangun
layanan hiburan sendiri dengan objek kehidupan keluarga Raffi dan Nagita.
TEORI: “Banyak pengamat mendapat kesan bahwa mengandalkan koneksi
informal adalah strategi yang hanya relevan untuk perusahaan di negara
berkembang dan bahwa perusahaan di negara maju hanya mengejar strategi
“berbasis pasar””
CR: Nyatanya kini Rans Entertainment masih berbasis nasional, kerja sama
mereka kebanyakan berasal dari orang-orang Indonesia, hal itu menandakan
bahwa perusahaan Rans Entertainment strategi bersaingnya belum mampu
masuk dalam internasional, karena mereka masih fokus dalam memancing
lebih banyak lagi penonton kanal mereka dan berbisnis yang segmentasinya
masyarakat Indonesia juga.
3. SA: “Rans Entertainment, rumah produksi milik Raffi Ahmad dan Nagita
Slavina, berdiri sejak 27 Desember 2015.”
TEORI: Kontrak relasional adalah membuat kontrak berdasarkan hubungan
informal berbasis hubungan dan pertukaran pribadi (menurut Peng)
CR: Rans Entertainment merupakan PT yang didirikan bersama oleh pasangan
suami istri Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, sehingga dalam mendirikan perlu
syarat tambahan berupa perjanjian perkawinan pisah harta. Alasannya, karena
pasangan suami-istri yang tidak memiliki perjanjian perkawinan, akan
dianggap memiliki harta bersama. Artinya, terjadi peleburan harta dalam
perkawinan. Pasangan suami-istri dianggap sebagai satu subjek hukum seakan
seperti satu orang. Dengan demikian, pasangan suami-istri tidak dapat
mendirikan PT jika tidak memiliki perjanjian perkawinan. Dalam kontrak
relasional ini, jika terdapat masalah pribadi yang mengakibatkan pasangan
Raffi-Nagita cerai maka pihak yang menghianati akan mendapat reputasi yang
buruk, bisa kehilangan kepercayaan dari pihak lawannya, kehilangan teman
dan relasi, bahkan kehilangan kepercayaan masyarakat di sisi lain mereka
adalah selebritis papan atas.

31
Dalam hal ini akan berlaku grafik di atas seperti teori yang telah dijelaskan oleh
Peng mengenai pertukaran pribadi berbasis hubungan informal, kini Rans
Entertaintment berada di posisi antara T2 dan T3 karena saat ini karena mereka
sedang melebarkan sayap ke bidang makanan minuman, fashion, dan lain-lain
serta bekerja sama dengan pihak-pihak lain sehingga nanti terjadi “semakin
besar variasi dan jumlah pertukaran, semakin kompleks perjanjian yang harus
dibuat, dan semakin sulit untuk melakukannya.”
4. SA: “Hingga Senin (28/10/2019), kanal YouTube yang mengunggah konten
menarik seputar kehidupan Raffi dan Nagita itu telah memiliki hampir 11 juta
pelanggan.
Pada Minggu (27/10/2019), presenter sekaligus komedian Denny Cagur
mengunggah video berjudul "INILAH PENDAPATAN RAFFI AHMAD
DARI RANS ENTERTAINMENT" dalam kanal YouTube miliknya.
Denny terkejut dengan situasi ruang kerja Rans Entertainment yang begitu
santai. "Gila padahal ini salah satu channel paling subur, paling keren, tetapi
kita lihat noh, kerjanya nyantai, tetapi hasilnya puluhan miliar," ujar Denny.”
TEORI: The Porter Diamond (Model Berlian oleh Porter) mengenai Penentu
Keunggulan Kompetitif Nasional, menyatakan bahwa keunggulan kompetitif
dari industri yang berbeda di negara yang berbeda bergantung pada empat
faktor, yaitu: (1) strategi perusahaan, struktur, dan persaingan; (2) anugerah
faktor, (3) industri terkait dan penunjang; (4) permintaan domestik.
CR: Rans Entertaintment ini yang berawal dari perusahaan berawal perusahaan
yang berbasis hiburan kini telah merambah ke dunia bisnis digital, kuliner,

32
otomotif hingga fashion. Pada strategi, struktur, dan persaingan yang tegas,
sekarang persaingan di Youtube kian padat, strategi persaingan Rans
Entertainment dalam bisnisnya merangkul orang-orang yang yang
mengundang banyak penonton, atau bekerja sama dengan youtuber lain.
Anugerah faktornya yaitu Raffi dan Nagita pemilik perusahaan tersebut
merupakan selebriti papan atas, mempunyai banyak kenalan orang dari
pertelevisian, pejabat negara, bahkan para pebisnis besar di Indonesia. Orang-
orang Indonesia bahkan hampir semuanya tahu pemilik nama Raffi Ahmad dan
Nagita Slavina sehingga banyak kenalan yang percaya jika berelasi bisnis
dengan mereka, bahkan penonton kanal Youtube-nya sering masuk trending
yang berarti masyarakat seperti punya “rasa ingin tahu tentang kehidupan
keluarga Raffi Ahmad”. Sehingga dalam industri penunjang Rans
Entertainment juga berasal dari industri hiburan televisi yang telah mereka
tekuni bertahun-tahun, serta mereka sekarang juga masih banyak program
televisi, sehingga mereka menjadi salah satu yang unggul di Indonesia dan
dikenal banyak masyarakat. Bisnis yang merambah ke dunia digital, kuliner,
otomotif, fashion, dan lain-lain ini pasti juga didorong dengan dukungan para
masyarakat yang tertarik dengan kehidupan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina
sehingga faktor permintaan domestik ini pun ada.
5. SA: “Menurut Abrar, salah satu faktor nyamannya bekerja di Rans
Entertainment adalah dukungan Raffi dan Nagita. Tidak memandang derajat
sebagai bos atau pun anak buah. Raffi dan Nagita selalu menganggap semua
kru mereka sebagai teman untuk main dan berdiskusi.”
TEORI: Budaya adalah pemikiran kolektif yang membedakan anggota satu
kelompok atau kategori orang dari yang lain (Geert Hofstede, pakar lintas
budaya dunia asal Belanda)
CR: Dalam budaya yang diterapkan oleh Raffi dan Nagita di Rans
Entertainment adalah seperti menganggap semua karyawannya adalah teman,
bahkan mereka sering masuk dalam konten yang mereka buat dan terlihat
akrab. Kebudayaan di Indonesia, perusahaan berada di lingkup keluarga atau
bahkan sering bertemu sering menjadi “seperti sudah menjadi bagian
keluarga”. Hal ini diterapkan dengan tujuan bahwa karyawan yang mereka

33
miliki sangat dihargai dan menjadi SDM yang kualitasnya semakin terasah
dengan saling berdiskusi santai satu sama lain tanpa harus ada tembok
pembatas tinggi antara karyawan dan bos.
TEORI: Kolektivisme dan Individualisme yaitu salah satu dari Lima Dimensi
Kebudayaan. Kolektivisme adalah diprespektifkan pada identitas individu
adalah yang paling mendasar berdasarkan identitas kelompok kolektifnya
(seperti keluarga, desa, atau perusahaan), sedangkan individualism yaitu
diperspektifkan bahwa identitas individu pada dasarnya didasarkan pada
atribut diri sendiri (bukan atribut grup). (Geert Hofstede, pakar lintas budaya
dunia asal Belanda).
CR: Rans Entertaintment merujuk pada teori kolektivitas, bukan
individualism, karena dalam perusahaan tersebut, karyawan dianggap seperti
layaknya teman atau bahkan keluarga. Karyawan mereka cenderung
berkumpul menjadi satu dalam bekerja mencapai tujuan perusahaan.
Pemikiran-pemikiran karyawannya dijadikan satu untuk strategi
perusahaannya, sehingga akan tetap menjadi di bawah naungan Rans
Entertaintment dengan mempertahankan karyawan dalam waktu yang lama.
Namun dalam hal ini, menjadikan tingkat kewirausahaannya relatif lebih
rendah, karena perusahaannya berbentuk tim yang berdasarkan kolektivitas
kebersamaan.
6. SA: “"Gue cerita sedikit ya, sepanjang karir gue di dunia televisi, bonus
terbesar adalah di sini. Artinya bonus tidak hanya dari segi materi, tetapi dari
segi tenggang rasa, menghargai. Menghargai itu udah lebih dari sekedar
materi," ujar Abrar.
Budaya bekerja di Rans Entertainment memang santai. Meskipun demikian
para kru tetap fokus untuk berdiskusi dan kerja dalam setiap konten yang
dibuat. Raffi dan Nagita pun memberikan fasilitas yang cukup lengkap untuk
menemani kru saat bekerja.”
TEORI: Etika mengacu pada norma, prinsip, dan standar perilaku yang
mengatur perilaku individu dan perusahaan (menurut Peng)
CR: Etika yang diterapkan oleh Rans Entertaintment terhadap karyawan-
karyawannya menerapkan standar perilaku yang kerja santai. Para

34
karyawannya juga disediakan fasilitas tempat menginap, makanan, dan lain-
lain agar mereka nyaman.
TEORI: Prinsip menghormati martabat manusia dan hak-hak dasar dari Tiga
Pendekatan “Middle-of-the-Road” (Thomas Donaldson)
CR: “Raffi dan Nagita memberikan fasilitas yang lengkap” dari pernyataan
tersebut maka Rans Entertaintment menjalankan prinsip menghormati
martabat karyawan-karyawannya. Dari sisi kesehatan, keselamatan, dan
kebutuhan pendidikan, dan lain-lain. Dari contoh lain yang telah dilakukan,
selama pandemi Covid19, Rans Entertaintement juga sering melakukan swab
test bagi semua karyawannya.

35
Supporting Article (SA) and Critical Review (CR) 2

Disusun Oleh:
14 M. Asyraf Abdullah M. 141190148

- Supporting Article (SA)


KASUS REKLAMASI CONTOH BETAPA BURUKNYA
KETIDAKPASTIAN USAHA
Unknown | Mediaindonesia.com

PENGAMAT Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Provinsi Sulawesi


Utara, Agus Tony Poputra mengatakan ketidakpastian dunia usaha membuat
kesulitan menarik investor yang baik untuk masuk ke Indonesia.
"Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun miskin investor
baik. Strategi menarik investasi lewat pemberian insentif sesungguhnya tidak
efektif karena bukan strategi yang tepat dikaitkan 'strength, weakness, opportunity,
and threat (SWOT)' Indonesia," kata Agus di Manado, Senin.
Malahan strategi tersebut dapat membuat penerimaan negara tersandera dalam
jangka panjang dan menyentuh rasa keadilan antara investor yang telah ada dengan
investor baru. Akar masalah dari rendahnya investasi adalah perizinan yang berbelit
dan ketidakpastian usaha yang parah.
Dari perspektif SWOT, kedua hal tersebut merupakan kelemahan mendasar
sehingga kekuatan Indonesia berupa sumber daya alam tidak mampu menangkap

36
peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Inilah yang seharusnya mendesak untuk
diselesaikan.
Kasus pulau reklamasi di Jakarta merupakan suatu contoh dari parahnya
ketidakpastian usaha di Indonesia. Saat investor telah menanamkan dananya dalam
jumlah besar harus dihentikan kegiatan karena faktor-faktor di luar bisnis.
Ini menjadi preseden buruk bagi investasi di Indonesia dan membuat usaha Presiden
Jokowi untuk menarik investor baik menjadi sia-sia. Justru yang berpotensi masuk
adalah investor buruk yang berani mengambil risiko, termasuk risiko penyuapan.
"Mereka cenderung melakukan investasi jauh di bawah jumlah yang dijanjikan
untuk mengurangi besaran risiko manakala usaha mereka diganggu," jelasnya.
ANALISIS KASUS PADA ARTIKEL:
Ketidakpastian usaha yang parah di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, peraturan yang sering berubah-ubah. Umumnya peraturan yang dibuat di
Indonesia setelah jatuhnya Orde Baru, tidak memiliki perspektif jangka panjang.
Ini dapat dilihat dari banyaknya revisi atas peraturan yang belum lama dibuat.
Celakanya, kepentingan sesaat dari elite politik telah menghasilkan peraturan yang
berpihak pada kepentingan mereka dan menjadi alat untuk memeras dunia usaha
ataupun menciptakan peluang penyuapan.
Kedua, katanya, adanya peraturan yang tumpang tindih atas suatu kegiatan yang
berasal dari berbagai lembaga/kementerian/pemda sesuai kepentingan masing-
masing dan sering bertentangan satu dengan lainnya. Sepanjang peraturan-
peraturan tersebut demi menjaga kepentingan negara dan tidak saling bertentangan,
maka sah-sah saja.
Namun jika dibuat sekedar menunjukan kekuasaan tiap
lembaga/kementerian/pemda, maka akan merugikan kegiatan investasi karena
meningkatkan biaya ketaatan (compliance cost) dan membuka peluang penyuapan.
Ketiga, banyaknya pasal dan ayat dalam peraturan yang menimbulkan multi tafsir.
Ini membuka peluang bagi oknum pemeriksa dan penegak hukum nakal untuk
melebih-lebihkan temuan (overstating evidence) agar membuat investor terpaksa
menyuap. Belum lagi perilaku elit politik yang menyerang lawan politik lewat
dunia usaha dengan memanfaatkan pemeriksa dan penegak hukum serta

37
menciptakan opini publik untuk mengarahkan keputusan pemeriksa dan penegak
hukum.
Keempat, sebagian besar pimpinan tertinggi institusi pemeriksa dan penegak
hukum dipilih lewat proses politik. Ini membuat politik balas budi dimanfaatkan
oleh para elit politik untuk menyerang lawannya atau menggolkan kepentingan
mereka.
"Lebih parah lagi, pada pimpinan dari beberapa lembaga pemeriksa dan penegak
hukum berasal dari politikus. Naluri politik yang dimiliki dalam jangka waktu lama
mendorong mereka membuat lembaga pemeriksa dan penegak hukum menjadi
lembaga politik. Seandainya mereka mampu menghilangkan naluri politik, namun
dosa-dosa lama mereka saat sebagai politikus dapat dimanfaatkan oleh elit politik
yang ada untuk menyandera keputusan mereka," jelasnya.
(Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/41046/kasus-reklamasi-contoh-
betapa-buruknya-ketidakpastian-usaha)

-Critical Review (CR)


1. SA: Kasus pulau reklamasi di Jakarta merupakan suatu contoh dari parahnya
ketidakpastian usaha di Indonesia. Saat investor telah menanamkan dananya
dalam jumlah besar harus dihentikan kegiatan karena faktor-faktor di luar
bisnis.
TEORI: Manajer dan perusahaan secara rasional mengejar kepentingan mereka
dan membuat pilihan dalam batasan formal dan informal dalam kerangka
kelembagaan tertentu (Proporsi 1 dalam, Teori Dua Proporsi Inti dari
Pandangan Berbasis Lembaga). (Buku Peng Hal. 101)
CR: Dalam kasus diatas perusahaan selaku investor telah menanamkan
modal/dana yang besar, dalam proyek reklamasi pulau di Jakarta. Dan investor
yang baik masih berhubungan dengan teori dua proporsi inti dari pandangan
berbasis lembaga pada proporsi 1. Artinya perusahaan selaku investor yang
awalnya menginvestasikan dananya pada proyek tersebut dengan
mengharapkan keuntungan atau kepentingan perusahaan, dengan
mempertimbangkan Batasan formal dan informal dalam

38
kelembagaan/Institusi Pemerintah, harus dikecewakan dengan ketidakpastian
usaha yang terjadi dari beberapa faktor yang telah dijabarkan di atas.
2. SA: Ini menjadi preseden buruk bagi investasi di Indonesia dan membuat usaha
Presiden Jokowi untuk menarik investor baik menjadi sia-sia. Justru yang
berpotensi masuk adalah investor buruk yang berani mengambil risiko,
termasuk risiko penyuapan.
TEORI: Sementara lembaga formal dan informal bergabung untuk mengatur
perilaku perusahaan, dalam situasi di mana kendala formal tidak jelas atau
gagal, kendala informal akan memainkan peran yang lebih besar dalam
mengurangi ketidakpastian dan memberikan keteguhan bagi manajer dan
perusahaan (Proporsi 2 dalam, Teori Dua Proporsi Inti dari Pandangan Berbasis
Lembaga). (Buku Peng Hal. 101)
CR: Pada kasus diatas akhirnya kita akan merujuk pada teori dua proposisi inti
dari pandangan berbasis lembaga pada proporsi 2. Teori ini sangat berkaitan
dengan kasus di atas yaitu yang awalnya pihak investor baik dan masih
membuat pilihan dalam batasan formal dan informal dalam kelembagaan
harus dikecewakan dengan ketidakjelasan yang ada, sehingga muncullah
investor-investor nakal yang yang menempuh jalan informal meskipun itu
ilegal, dalam kasus diatas disebutkan penyuapan, menempuh jalur-jalur lain,
yang bersifat informal dari kelembagaan/diluar Institusi Pemerintah.
3. SA: "Mereka cenderung melakukan investasi jauh di bawah jumlah yang
dijanjikan untuk mengurangi besaran risiko manakala usaha mereka diganggu,"
jelasnya.
TEORI: Manajer dan perusahaan secara rasional mengejar kepentingan mereka
dan membuat pilihan dalam batasan formal dan informal dalam kerangka
kelembagaan tertentu (Proporsi 1 dalam, Teori Dua Proporsi Inti dari
Pandangan Berbasis Lembaga). (Buku Peng Hal. 101)
CR: kutipan artikel ini juga masih berkaitan dengan teori dua proporsi inti dari
pandangan berbasis Lembaga, yaitu pada proporsi 1. Yaitu para investor atau
Perusahaan secara rasional melakukan investasi jauh dibawah jumlah
yang dijanjikan untuk mengurangi besaran risiko manakala usaha mereka
diganggu, karena mereka mempertimbangkan batasan formal dan informal

39
dalam kelembagaan/institusi pemerintah, yang memaksa mereka untuk
bertindak rasional untuk kepentingan perusahaan mereka.

40
Supporting Article (SA) and Critical Review (CR) 3

Disusun Oleh:
15 M. Ari Widiatmoko 141190155

- Supporting Article (SA)


Pembasmi Nyamuk HIT Mulai Ditarik
Tim Liputan6 | Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta: PT Megasari Makmur, produsen HIT menarik seluruh


produknya yang mengandung pestisida berbahan aktif
berbahaya klorpirifos dan diklorvos mulai Kamis kemarin. Produk obat
antinyamuk yang ditarik berbentuk cair dan semprot.
Dari pemantauan SCTV di sebuah supermarket, Jumat (9/6), produk tersebut sudah
tak dipajang. Pihak manajemen mengaku langsung menarik HIT begitu ada
permintaan dari PT Megasari Makmur. "Begitu dapet e-mail (surat elektronik)
langsung kita tarik," ujar Meiyanti, sales marketing pasar swalayan tersebut.
Namun penarikan produk tersebut ternyata belum merata. Sejumlah toko di Jakarta
masih menjual bebas produk obat nyamuk HIT yang mengandung bahan aktif
berbahaya itu. Selain belum mengetahui adanya perintah penarikan, mereka tak
mau merugi jika produk yang laku keras itu tak ditarik produsennya sendiri. Hal
serupa dijumpai di Pasar Kasih, Naikoten di Kupang, Nusatenggara Timur.
Penggunaan klorpirifos dan diklorvos pada obat nyamuk HIT ditemukan setelah
Badan Pupuk dan Obat-obatan pihak Departemen Pertanian melakukan inspeksi

41
mendadak ke PT Megasari Makmur di kawasan Gunungputri, Bogor, Jawa Barat.
Deptan memberi waktu dua bulan untuk menarik produk tersebut. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, PT
Megasari terancam sanksi berupa denda sebesar Rp 2 miliar dan atau kurungan
penjara lima tahun.
(Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/124232/pembasmi-nyamuk-ihiti-
mulai-ditarik)

-Critical Review (CR)


1. SA: PT Megasari Makmur, produsen HIT menarik seluruh produknya yang
mengandung pestisida berbahan aktif
berbahaya klorpirifos dan diklorvos mulai Kamis kemarin. Produk obat
antinyamuk yang ditarik berbentuk cair dan semprot.
TEORI: Strategi reaktif bersifat pasif. Bahkan ketika masalah muncul,
perusahaan tidak merasa terpaksa untuk bertindak, dan penyangkalan biasanya
merupakan garis pertahanan pertama. Kebutuhan untuk mengambil tindakan
yang diperlukan tidak diinternalisasikan melalui keyakinan kognitif, juga tidak
menjadi norma apa pun dalam praktik.
CR: Dengan dilaksanakannya penarikan produk yang dilakukan PT Megasari
Makmur, secara tidak langsung mereka sadar akan kesalahan yang mereka
perbuat, sehingga mereka ingin memperbaiki kesalahan tersebut, serta menjaga
citra perusahaan agar tetap tampak baik dimasyarakat. Sehingga masyarakat
akan tetap mememakai produk mereka. Hal tersebut sesuai dengan strategi
reaktif.
2. SA: Penggunaan klorpirifos dan diklorvos pada obat nyamuk HIT ditemukan
setelah Badan Pupuk dan Obat-obatan pihak Departemen Pertanian melakukan
inspeksi mendadak ke PT Megasari Makmur di kawasan Gunungputri, Bogor,
Jawa Barat. Deptan memberi waktu dua bulan untuk menarik produk tersebut.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, PT Megasari terancam sanksi berupa denda sebesar Rp 2 miliar
dan atau kurungan penjara lima tahun

42
TEORI: Strategi defensif berfokus pada kepatuhan peraturan. Dengan tidak
adanya tekanan regulasi, perusahaan sering melawan tekanan informal yang
datang dari media dan aktivis.
CR: Karena penggunaan bahan berbahaya PT Megasari Makmur terancam
sanksi berupa denda sebesar Rp 2 miliar dan atau kurungan lima tahun, dengan
begitu PT Megasari Makmur bersikap patuh terhadap peraturan yang berlaku
di Indonesia. Tindakan PT Megasari Makmur sesuai dengan strategi defensif

43
Supporting Article (SA) and Critical Review (CR) 4

Disusun Oleh:
16 David Setiawan R. 141190167

- Supporting Article (SA)


PT Pos Indonesia Luncurkan Core Values AKHLAK Sebagai
Bagian Budaya Perusahaan
Penulis: Fadjar Hadi | Editor: Ikhwanul Habibi | Kumparan.com

PT Pos Indonesia meluncurkan program Core Values AKHLAK pada Senin (14/9).
Program ini merupakan bagian dari penyelarasan strategi Pos Indonesia dengan
Kebijakan Kementerian BUMN.
Acara launching tersebut dilakukan melalui telekonferensi video di akun Youtube
dan Instagram Pos Indonesia dan dihadiri oleh Deputy Bidang SDM, Teknologi dan
Informasi Kementerian BUMN Alex Denni. Selain itu, semua pejabat kantor pusat,
kantor regional dan kantor unit pelaksana teknis, juga mengikuti kegiatan ini.
Direktur Utama PT Pos Indonesia Persero, Gilarsi W. Setijono, mengatakan Core
Values AKHLAK akan menjadi nilai utama budaya perusahaan di Pos Indonesia.
Budaya itu harus diimplementasikan dalam perilaku kerja insan karyawan Pos
Indonesia dalam semua level agar selaras dengan strategi bisnis yang bisa
mendorong insan Pos Indonesia untuk berkinerja dengan lebih baik.
“Dengan selarasnya budaya kerja insan Pos Indonesia dengan strategi bisnis yang
ditetapkan, diharapkan akan mampu mendorong bertumbuhnya bisnis Pos

44
Indonesia untuk mewujudkan Pos Indonesia Juara.” kata Gilarsi dalam
keterangannya.
PT Pos Indonesia memulai internalisasi budaya AKHLAK kepada seluruh Insan
Pos, yakni menjunjung tinggi nilai-nilai amanah, kompeten, harmonis, loyal,
adaptif dan kolaboratif sebagai standar nilai perilaku yang menjadi pedoman
budaya kerja dalam mewujudkan spirit BUMN untuk Indonesia.
Implementasi budaya AKHLAK itu juga telah ditetapkan dalam Surat Edaran
Menteri BUMN Nomor: SE 7/MBU/07/2020 tanggal 1 Juli 2020 tentang Nilai-
Nilai Utama (Core Values) Sumber Daya Manusia Badan Usaha Milik Negara.
Adapun perumusan budaya AKHLAK telah melalui proses kristalisasi nilai budaya
yang sudah ada di BUMN dan selaras dengan kebutuhan transformasi budaya di
BUMN.
Hal itu demi mewujudkan peran BUMN sebagai mesin pertumbuhan ekonomi,
akselerator kesejahteraan sosial (social welfare), penyedia lapangan kerja, dan
penyedia talenta.
(Sumber: https://kumparan.com/kumparannews/pt-pos-indonesia-luncurkan-core-
values-akhlak-sebagai-bagian-budaya-perusahaan-1uCni2VXTKD/full)

-Critical Review (CR)


1. SA: “PT Pos Indonesia meluncurkan program Core Values AKHLAK pada
Senin (14/9). Program ini merupakan bagian dari penyelarasan strategi Pos
Indonesia dengan Kebijakan Kementerian BUMN.”
TEORI: Dimensi Lembaga, lembaga dibagi menjadi 2, yaitu lembaga formal
yang mencakup hukum, regulasi, dan aturan. Dan lembaga informal mencakup
norma, budaya, dan etika (menurut Peng)
CR: Dengan adanya program Core Values AKHLAK yang diluncurkan PT Pos
Indonesia dan program ini bagian dari penyelarasan strategi Pos Indonesia
dengan Kebijakan Kementerian BUMN, ini membuktikan bahwa Perusahaan
tersebut mencakup 2 dimensi lembaga yaitu formal dan informal.
2. SA: “Budaya itu harus diimplementasikan dalam perilaku kerja insan
karyawan Pos Indonesia dalam semua level agar selaras dengan strategi bisnis
yang bisa mendorong insan Pos Indonesia untuk berkinerja dengan lebih baik.”

45
TEORI: Pakar lintas budaya terkemuka dunia, Geert Hofstede, seorang
profesor Belanda. Dia mendefinisikan budaya sebagai "pemrograman pikiran
kolektif yang membedakan anggota satu kelompok atau kategori orang dari
yang lain.".
TEORI: Budaya dengan orientasi jangka panjang cenderung memelihara
perusahaan dengan cakrawala panjang dalam perencanaan strategis.
CR: Dengan diterapkannya budaya akhlak dalam setiap insan karyawan PT
Pos Indonesia akan menjadikan perusahaan tersebut memiliki SDM yang lebih
baik dari perusahaan lain yang belum menerapkan program tersebut. Dan
diharapkan jika semua karyawan memiliki akhlak yang baik akan bisa
memelihara perusahaan dengan perencanaan strategis.

46

Anda mungkin juga menyukai