Oleh
14 09 05270 / KOM
2018
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maraknya kasus korupsi di Indonesia sudah bukan hal yang asing lagi
terdengar di masyarakat. Berbagai kasus korupsi kini dapat dengan mudah ditemukan
pemberitaannya, baik itu pada media cetak maupun elektronik. Kasus pada Lembaga
Pemasyarakatan (LP) Sukamiskin merupakan satu dari sekian banyak kasus korupsi di
tanah air yang melibatkan narapidana koruptor dan sempat mendapat perhatian
masyarakat pada tahun 2017 lalu. Berangkat dari pelanggaran yang terjadi di LP
yang dilansir dari berita investigasi Tempo yang dimuat di majalah Tempo edisi 6-12
Februari 2017, bahwa dalam proses investigasi Tempo banyak memergoki narapidana
yang keluar-masuk lapas serta fasilitas mewah yang dimiliki di dalam LP.
jenis berita yang termasuk dalam bagian liputan politik. Seperti yang dikatakan
Hamad (2004:1) dalam buku yang berjudul Konstruksi Realitas Politik dalam Media
Massa, peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan.
Hal tersebut terjadi karena berita dan politik memiliki dua faktor yang berkaitan.
Pertama, politik berada pada era mediasi sehingga kehidupan politik tidak dapat
dipisahkan dari media massa. Faktor kedua menurut Hamad adalah, peristiwa politik
dalam bentuk tingkah laku serta pernyataan aktor politik pada umumnya selalu
memiliki nilai berita. Hal tersebut menunjukkan bahwa berita politik itu merupakan
berita yang selalu menarik perhatian publik. Maka dari itu berita mengenai kasus
korupsi dan tokoh politik selalu memiliki nilai berita, sehingga hal tersebut seakan
1
Korupsi memiliki kaitan yang erat dengan persoalan hukum. Hukum di
Indonesia sendiri sedang mengalami masa-masa sulit karena aturan dan penegakan
hukumnya berbanding terbalik dengan kenyataan. Sebagai contoh adalah berita yang
dituliskan oleh Sani (2017) mengenai kasus Ketua DPRD Bengkalis, Heru Wahyudi
yang melakukan tindak korupsi sebesar Rp 31 M. Dalam kasus ini Heru telah terbukti
bersalah melakukan korupsi dana bantuan sosial (bansos) dan hanya divonis selama
18 bulan penjara. Hal ini sangat berbanding terbalik jika dibandingkan dengan berita
yang dituliskan oleh Maharani (2015) yang membahas mengenai kasus yang menimpa
nenek Asyani. Majelis hakim Pengadilan Negeri Situbondo menjatuhi vonis satu
tahun penjara dengan 15 bulan masa percobaan kepada nenek 63 tahun yang
diperkarakan mencuri 38 papan kayu jati milik Perhutani. Dari dua kasus itu dapat
dianggap sebagai hal yang lumrah. Hukum terkesan hanya menindak tegas rakyat
kecil, sehingga melahirkan pandangan terhadap hukum yang dirasa tajam ke bawah
LP.
2
Di Indonesia, Lapas Sukamiskin telah ditetapkan sebagai penjara khusus
koruptor sejak 2012 silam (Prasongko, 2018). Setya Novanto, Ahmad Fathanah, Anas
media massa. Salah satunya adalah Tempo yang melakukan investigasi terhadap
merupakan kerja sama antara Tempo, Tempo Institute, dan Free Press Unlimited.
persoalan kontroversial atau fakta-fakta yang tersembunyi dari publik. Seperti yang
masyarakat. Kasus investigasi yang meliputi hal-hal memalukan seperti keadilan yang
disampaikan kepada publik melalui pencarian data yang dilakukan oleh wartawan.
Sehingga faktual dan ketepatan berita dari hasil data yang ditemukan di lapangan
antara teori dan praktek kegiatan jurnalistik. Nilai-nilai berita seperti proksimitas,
relevansi, kecepatan, drama, dan lainnya. Dalam hal ini wartawan memproduksi berita
3
mereka. Selain itu mereka juga menyeleksi terlebih dahulu apakah sumber informasi
mereka layak atau tidak. Berdasarkan pemaparan Santana sebelumnya, maka kode
etik jurnalistik memiliki peran penting sebagai rambu-rambu bagi pers. Mengingat
pers memiliki kewenangan untuk mencari dan mengolah informasi hingga nantinya
informasi tersebut disajikan kepada publik. Maka peran kode etik disini dapat menjadi
acuan bagi pers dalam mencari dan mengolah informasi tersebut secara benar.
acuan bagi wartawan dalam berbuat, bertindak, dan berperilaku ketika menjalankan
(AJI), dan lainnya memang memiliki kode etik masing-masing. Pada tahun 1999
menjalankan tugasnya, baik dalam peliputan suatu berita, penulisan, dan menyiarkan
berita tersebut, kode etik jurnalistik juga dapat menjadi pertimbangan bagi wartawan
dalam mentukan tindakan benar atau salah, serta sebagai bentuk tanggungjawab atas
pekerjaannya.
Pemahaman kode etik jurnalistik merupakan hal yang sangat penting bagi
dunia jurnalistik. Hal ini dikarenakan semakin wartawan memahami kode etik
jurnalistik, maka semakin besar pula peluang wartawan untuk mematuhi dan
dalam buku yang berjudul Rambu-Rambu Jurnalistik, terdapat beberapa isu kode etik
yang diedarkan kepada wartawan Indonesia, tahun 2002. Pelanggaran yang paling
kerap dilakukan adalah menerima amplop, melanggar kesepakatan off the record,
4
melanggar ketentuan cover both sides, melanggar privasi, dan beberapa isu etika
lainnya. Dari hasil data tersebut dapat dilihat, bahwa pers tetap dapat melakukan
kesalahan dalam menjalankan tugas, sekalipun kode etik jurnalistik telah ditetapkan
wartawan dan narasumber dalam proses pencarian fakta hingga produksi berita.
Kredibilitas sangat ditekankan pada penyajian berita sehingga dapat menghasilkan isi
berita yang faktual dan jelas sumber beritanya. Seperti yang dikatakan Sukardi
(2008:42) dalam buku berjudul Cara Mudah Memahami Kode Etik Jurnalistik &
Dewan Pers, Profesi wartawan memang profesi yang bebas dan terbuka, tetapi
opini dan tidak membuat berita yang bersifat bohong dan fitnah. Sehingga disini
wartawan dituntut untuk dapat menulis berita dengan baik dan benar, adil dan dapat
membedakan fakta dan opini melalui informasi yang disajikan. Dengan kata lain,
wartawan harus menguasai teknis jurnalistik. Selain itu, wartawan juga dituntut untuk
benar dalam bersikap melalui standar moral dan operasional yang telah terkandung di
dalam kode etik jurnalistik. Ketika wartawan melanggar hal-hal tersebut maka dalam
kasus ini ia telah melanggar hukum dan juga kode etik jurnalistik sekaligus.
kali. Salah satunya adalah Dewan Pers menilai terdapat pelanggaran kode etik dalam
mengatakan bahwa Pengacara Harry Ponto bertemu dengan Ketua Pengadilan Negeri
5
Jakarta Pusat dalam kasus sengketa kepemilikan saham TPI. Dewan Pers mengatakan
bahwa berita tersebut melanggar pasal 1, pasal 2, dan pasal 3 kode etik jurnalistik
karena dianggap tidak berimbang, menggunakan narasumber yang tidak kredibel dan
tidak melakukan uji informasi (Purwoko, 2011). Dari kasus tersebut kemudian dapat
menjadi gambaran bahwa sekalipun pers dituntut untuk taat kepada kode etik
jurnalistik namun ada kalanya terkadang pers masih melakukan kesalahan baik itu
Kasus pelanggaran lainnya juga menimpa Harian Jawa Pos yang mengaku
telah melakukan wawancara terhadap istri Azhari (tersangka teroris yang tewas dalam
penyerbuan polisi di kota Batu, Jawa Timur) yang saat itu tinggal di Kuala Lumpur
lewat telepon. Hingga pada akhirnya diketahui bahwa ternyata hasil wawancara itu
merupakan fiktif, karena saat itu narasumber baru saja melakukan operasi
tenggorokan sehinga tidak dapat berbicara (Syah, 2011:20). Melalui kasus ini dapat
dilihat bahwa pelanggaran kode etik jurnalistik terkadang masih dapat terjadi dalam
produksi berita yang dilakukan oleh media. Pasal 2 kode etik jurnalistik disini
memiliki peran untuk dapat menjaga prinsip profesionalisme yang diampuh oleh
Ruth Sondang Parsaulian Rajagukguk dengan judul “Penerapan Kode Etik Jurnalistik
terhadap Anak oleh Emon pada detik.com dan merdeka.com periode Mei 2014)” pada
tahun 2015. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pada detik.com
dan merdeka.com masih ditemukan banyak pelanggaran kode etik jurnalistik pada
6
pemberitaannya. Khususnya pada 6 berita detik.com dan 3 berita merdeka.com yang
Selain itu, penelitian lain yang melibatkan Tempo sebagai subjek penelitian
adalah “Narasumber Anonim dan Berita (Studi Kasus Kebijakan Redaksional Majalah
Korupsi)” yang dilakukan oleh Lukas Deni Setiawan pada tahun 2014. Penelitian
jawab terkait hal tersebut sehingga publik juga dituntut untuk percaya penuh pada
Tempo.
etik jurnalistik diatas, maka peneliti memilih majalah Tempo edisi 6-12 Februari 2017
sebagai objek penelitian. Peneliti menyoroti majalah Tempo dalam menerapkan Pasal
“Tamasya Napi Sukamiskin”. Peneliti memilih pasal tersebut sebagai acuan karena
sedang melaksanakan pekerjaannya. Tempo diposisi pers dalam kasus ini sudah
Kode etik jurnalistik memiliki peran penting disini, karena selain harus menjaga
7
Majalah Tempo merupakan majalah yang masih sering melakukan investigasi
tentang kasus politik dan pemerintahan. Tempo juga kerap mengangkat isu-isu
korupsi dalam pemberitaannya, salah satunya adalah berita investegasi Tamasya Napi
Sukamiskin. Selain itu Tempo juga merupakan salah satu media yang seringkali
ancaman yang dihadapi narasumber. Namun dilain sisi, hal tersebut juga
memunculkan polemik baru bagi publik apakah faktual, kejelasan sumber, dan
Selain itu, Tempo dalam konteks penelitian ini dianggap sebagai pionir dalam
itu terbit, peneliti melihat banyak media lain yang melirik LP Sukamiskin dalam
Juli 2018 berjudul “Ini Fasilitas Seharga Rp500 Juta yang Didapat di Lapas
Dari Tv Layar Datar, Microwave, Sampai Uang Rp102 Juta”, Mata Najwa yang
tayang pada 25 Juli 2018 berjudul “Pura-Pura Penjara”, dan lainnya. Berawal dari
tulisan Tempo “Tamasya Napi Sukamiskin”, media lainnya kini mulai melakukan
peliputan sebagai bentuk pengawasan dalam menyikapi kasus ini. Mengingat kembali
peran pers sebagai watchdog, pers sudah sepatutnya mengawasi pemilik kekuasaan,
LP melalui berbagai sumber informasi serta penampilan foto untuk memperkuat fakta.
8
Dalam investigasi yang dilakukan oleh Tempo, mereka melakukan pencarian data
jurnalistik dan tanggung jawab yang besar dalam proses pengumpulan fakta. Peneliti
penerapan Pasal 2 kode etik jurnalistik di Tempo yang telah menimbulkan berbagai
polemik, seperti masalah penampilan foto dan penentuan narasumber yang dianggap
kredibel sebagai sumber informasi. Menurut Ketua Komisi Hukum Dewan Pers
informasi kepada publik secara jujur dan berimbang, serta bebas dari tekanan
kapitalisme dan politik. Karena berdasarkan Pasal 7 ayat (2) UU No40/1999 tentang
Pers, wartawan adalah profesi yang memiliki dan harus menaati Kode Etik Jurnalistik
(Wedhaswary, 2017). Penerapan pasal 2 kode etik jurnalistik juga merupakan salah
satu cara yang seharusnya dijalankan oleh wartawan dan media itu sendiri dengan
9
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Kode Etik Jurnalistik pada laporan investigasi Tamasya Napi Sukamiskin edisi 6-12
Februari 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
referensi dalam kajian mengenai penerapan kode etik jurnalistik dalam media
cetak.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi reflektor bagi para
E. Teori
penelitian. Oleh karena itu adanya kerangka teori dalam menjalankan penelitian
bertujuan sebagai landasan peneliti dalam berpikir. Landasan berpikir yang digunakan
akan memberikan gambaran terhadap permasalahan yang akan diteliti dari sisi teori
yang telah ditentukan. Peneliti akan diarahkan dalam meneliti sebuah permasalahan
10
Teori yang digunakan dianggap relevan dalam menjelaskan dan membahas hasil
dari penelitian. Maka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini terkait
1. Jurnalisme Investigasi
berikut:
pelanggaran moral
Penyalahgunaan kekuasaan
11
Keadilan yang korup
keluasan yang sulit dijangkau dalam proses pembuatan laporan. Karena wartawan
mengenai data dan situasi yang tersembunyi dan biasanya tidak ditampilkan pada
dua kali tujuh bagian. Pembagian ini dilakukan agar memudahkan wartawan
pada penjajakan dan pekerjaan dasar. Sedangkan pada bagian kedua telah terfokus
Bagian pertama
Petunjuk awal dapat berupa apa saja seperti berupa berita pendek pada
surat kabar atau surat kaleng yang memberikan informasi tentang adanya
merupakan petunjuk awal adalah dari mana dan dengan cara apa Tempo
12
Investigasi pendahuluan dapat berupa penggalian data lebih jauh baik itu
kapasitas dalam bidang tertentu. Sehingga hal ini juga dapat memperkuat
pemahaman terhadap kasus yang terjadi. Karena pada sisi ini wartawan
13
yang telah terjadi. Dalam penelitian ini, Tempo melakukan penjejakan
Bagian kedua
lebih terkontrol dan terpadu terkait kasus yang di liput. Data-data yang
14
data-data sebelumnya kemudian dapat ditinjau kembali informasi-
temuan data dan fakta kepada asumsi yang telah dibuat. Pada poin ini
Penulisan (writing)
Sukamiskin.
Pengecekan fakta merupakan evaluasi akhir pada isi berita yang telah
15
Pengecekan pencemaran nama baik merupakan proses pengecekan untuk
baik.
sudah seharusnya wartawan juga harus berhati-hati dalam proses peliputan berita
investigasi.
Kode berasal dari bahasa Inggris “code” yang memiliki arti himpunan
berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya watak atau moral. Maka Kode
Etik dapat diartikan sebagai himpunan atau kumpulan etika. Kode Etik
benar dan salahnya tindakan wartawan dalam proses produksi berita. Dalam
16
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
dan cabul.
menerima suap.
dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan
17
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki
berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf
11. Wartawan Inodnesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional.
dalam kode etik jurnalistik. Pada setiap pasal tentu saja memiliki
Terdapat delapan poin nilai yang terkandung dalam kode etik jurnalistik
pasal 2 menurut penafsiran Sukardi dalam Cara Mudah Memahami Kode Etik
3. Tidak menyuap
secara berimbang
18
8. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan
3. 9 Elemen Jurnalisme
9+1 elemen jurnalisme menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2006) dalam
Sehingga dalam hal ini kualitas berita dapat menentukan apakah berita
tersebut dapat dipercaya dan diandalkan. Seperti ada kejadian apa hari ini?
menciptakan rasa aman terhadap audiences nya dan menjadi intisari dalam
kepada masyarakat tanpa memihak. Sikap loyal untuk melayani warga disini
19
dibandingkan kepentingan lainnya. Wartawan harus memberikan
verifikasi dalam hal ini juga sebagai pembeda dalam jurnalisme bentuk lain
seperti fiksi, hiburan, atau propaganda. Karena hanya jurnalisme lah yang
sejak awal hanya fokus untuk menyampaikan apa yang terjadi setepat-
dapat berakibat membentuk opini terhadap orang lain (Kovach dan Rosenstiel,
2006:86).
20
bentuk berita oleh wartawan sesuai dengan urutan kejadian
lapangan.
anda.
21
ditekankan disini. Sehingga berita tidak disajikan berdasarkan
informasi.
dijelaskan sebelumnya.
landasan dasar dari kepercayaan. Walaupun dari pihak redaksi tidak netral,
yang kridibel. Selain itu wartawan tetap mengutamakan akurasi dan kejujuran
seseorang. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip loyalitas yang terdapat dalam
22
Mengingat prinsip wartawan sebagai anjing penjaga atau watchdog,
pemegang kekuasaan. Selain itu wartawan juga tidak boleh berpihak terhadap
melakukan kontrol sosial. Tujuan peran anjing penjaga tidak hanya mengawasi
itu dapat diketahui dan dipahami. Dalam hal ini pers memantau lembaga
kekuasaan apakah lembaha tersebut bekerja secara efektif atau tidak (Kovach
publik
Pers dalam hal ini harus siap sedia menerima diskusi publik terkait
dapat melayani kritik dan komentar publik dengan baik jika mereka
dasar prasangka atau dugaan yang tidak memiliki bukti sangat bertentangan
dengan prinsip kerja pers. Selain itu, diskusi kritik dan komentar publik juga
Rosenstiel, 2006:173).
g. Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan
23
Jurnalisme dalam produksi beritanya selain harus mengedepankan
fakta juga dituntut harus dapat menyajikan informasi secara menarik. Tugas
wartawan disini adalah menemukan cara agar hal-hal yang penting diketahui
oleh audiences nya menjadi menarik. Dengan kata lain, pers disini bukan
untuk menarik minat audiences nya, hal ini juga berguna demi kelangsungan
komprehensif
yang disajikan. Selain itu, hal ini juga bertujuan agar berita tetap proporsional
pihak lain. Sebagai wartawan, kita harus merasa bebas dalam angkat suara dan
24
bicara karena dari pandangan tersebut redaksi bisa menghasilkan berita
harus dapat mengakui adanya kewajiban pribadi dalam bersikap beda atau
mapan jika diperlukan demi kepentingan kejujuran dan akurasi (Kovach dan
Rosenstiel, 2006:235).
dapat memproduksi konten berita yang dapat disajikan kepada khalayak. Hal
ini dapat dilihat dari maraknya kemunculan blog, citizen jurnalis, media
alternatif, dan lainnya yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk
F. Kerangka Konsep
kerangka konsep dalam tiga bagian, yaitu: (1) Jurnalisme investigasi; (2) Kode etik
Reporting berasal dari kata reportare yang artinya “membawa pulang sesuatu dari
tempat lain” dan investigative berasal dari kata vestigum yang artinya “jejak kaki”.
pulang jejak kaki dari tempat lain. Yang bila dikaitkan dengan kegiatan pers, hal itu
bisa diartikan sebagai berbagai bukti yang digunakan sebagai fakta untuk menjelaskan
25
adanya kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau pihak tertentu
Dari hal tersebut terjadi sebuah proses penelusuran panjang dan mendalam terhadap
sebuah kasus yang dianggap memiliki kejanggalan. Selain itu, investigasi merupakan
sebagai berikut:
Bagian pertama
a. Petunjuk awal
Petunjuk awal dapat berupa apa saja seperti berupa berita pendek pada surat
merupakan petunjuk awal adalah dari mana dan dengan cara apa Tempo
b. Investigasi pendahuluan
Investigasi pendahuluan dapat berupa penggalian data lebih jauh baik itu
c. Pembentukan hipotesis
26
Merupakan dugaan terhadap gambaran kasus yang terjadi. Wartawan
dalam bidang tertentu. Sehingga hal ini juga dapat memperkuat pemahaman
terhadap kasus yang terjadi. Karena pada sisi ini wartawan tetap harus
f. Penjejakan dokumen-dokumen
27
Wartawan melakukan pengecekan terhadap sumber kunci yang memiliki
Bagian kedua
b. Pengorganisasian file
terkontrol dan terpadu terkait kasus yang di liput. Data-data yang telah di
dapatkan oleh Tempo nantinya akan dijaring kembali sehingga lebih terpadu
belum lengkap dan dirasa belum mendalam. Dari hasil pengorganisasian data-
data dan fakta kepada asumsi yang telah dibuat. Pada poin ini berfokus tentang
28
kerapian pola data-data yang telah dikumpulkan. Pada penelitian ini, Tempo
e. Penulisan
Data yang telah didapatkan diseleksi dengan ketat sehingga informasi dapat
konteks penelitian ini, Tempo melakukan tahap seleksi informasi secara ketat
f. Pengecekan fakta
Pengecekan fakta merupakan evaluasi akhir pada isi berita yang telah dibuat.
beritanya.
memiliki hubungan dengan isi berita. Pada penelitian ini, Tempo melakukan
29
Etik dalam pengertian Bahasa Inggris adalah ethics. Ethics menurut Oxford
jurnalistik dalam konteks penelitian adalah penerapan Pasal 2 kode etik jurnalistik
dalam proses produksi berita majalah Tempo berjudul Tamasya Napi Sukamiskin.
Berita tersebut merupakan salah satu berita berjenis investigasi yang menggunakan
Walaupun pers dituntut agar selalu taat kepada kode etik jurnalistik, namun
pers terkadang masih dapat melakukan kesalahan baik itu secara sengaja maupun
tidak sengaja. Maka dari itu penerapan kode etik jurnalistik dirasa sangat penting
dalam menjaga kredibelitas suatu berita. Penerapan pasal 2 kode etik jurnalistik
merupakan salah satu cara untuk menjadi batasan-batasan wartawan dalam bertindak,
jika diterapkan dalam konteks penelitian ini, bagaimana kemudian Tempo mengatur
Pasal 2 kode etik jurnalistik dalam penulisan berita investigasi Tamasya Napi. Kode
etik jurnalistik Pasal 7 yang mengatur tentang cara-cara profesional yang digunakan
30
Akibat munculnya penerapan Pasal 2 kode etik jurnalistik melalui proses
produksi berita akan meningkatkan akurasi dalam suatu pemberitaan yang dihasilkan
oleh media.
Tempo. Konteks Pasal 2 kode etik jurnalistik dalam penelitian ini adalah mengacu
yang terkandung di dalam pasal tersebut. Terlebih lagi media pada umumnya
wartawannya.
2. 9 Elemen Jurnalisme
Selain itu juga terdapat 9+1 unsur elemen jurnalisme. Peran elemen jurnalisme
elemen jurnalisme itu ibarat sebagai bintang di langit bagi para pelaut. Karena pelaut
akan tersesat jika tidak ada bintang. Maka dari itu elemen jurnalisme itu semacam
dengan berbagai pihak yang akan menjadi sumber informasi, maka peran aturan main
dalam pekerjaan wartawan sangat penting untuk menjaga tercapainya hak-hak publik
jurnalisme adalah pada kebenaran merujuk pada bagaimana kemudian Tempo dapat
31
investigasi Tamasya Napi Sukamiskin. Sehingga dalam konteks ini peran berita dapat
dimaksud dalam penelitian ini adalah proses yang didasari sikap profesional dan cara
yang tertanam dalam sembilan elemen jurnalisme. Konteks loyalitas terhadap warga
dalam penelitian ini adalah mengacu pada kewajiban sosial yang dimiliki oleh
kepada warga disini merupakan makna dari yang biasa kita sebut dengan
penyaji informasi.
Fokus terhadap disiplin verifikasi merupakan inti yang terkandung dalam poin
seperti jangan menambahi hal-hal yang tidak terjadi, tidak menyesatkan audiens,
informasi, dan disiplin dalam mencari kebenaran. Dalam konteks penelitian ini proses
verifikasi yang dilakukan wartawan Tempo menjadi ciri laporan berita yang jujur
seperti hal yang sudah disebutkan pada poin pertama elemen jurnalisme, yaitu
32
Selain itu terdapat juga unsur kewajiban terhadap nurani yang tertuang pada
intinya, wartawan yang bekerja dalam ranah media harus sadar akan adanya
kewajiban pribadi dalam menyikapi dan pemikiran sendiri dalam melihat melihat
suatu realitas. Kewajiban terhadap nurani dalam konteks penelitian ini adalah
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.
agar dapat memberikan gambaran terhadap penyajian laporan tersebut. Data yang
dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong,
2007:11).
menerapkan Pasal 2 kode etik jurnalistik pada proses produksi berita mereka.
Penelitian tentang kode etik jurnalistik ini juga tergolong baru sehingga dirasa
33
menarik untuk diangkat. Dalam hal ini peneliti ingin melihat seperti apa Tempo
2. Narasumber Penelitian
a. Subjek Penelitian
pertanggungjawabkan.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah majalah Tempo edisi 6-12
dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
34
mengkonstruksikan sosok, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian, dan lain lain melalui verifikasi yang didapatkan dari narasumber.
sesuai dengan interview guide yang telah di siapkan sebelumnya. Namun tidak
yang dijalankan oleh Tempo dalam menerapkan kode etik jurnalistik Pasal 2
dalam proses produksi beritanya. West dan Turner (2008:83) dalam buku yang
informasi mengenai fenomena yang diteliti. Dalam hal ini wawancara mendalam
mendalam dari sudut pandang peneliti dianggap sebagai sebuah kolaborasi antara
terwawancara kemudian sama pentingnya dengan apa yang ingin digali peneliti
4. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
35
penanggungjawab, Jati Mahatmaji selaku fotografer, dan Rusman Paraqbueq
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan investigasi majalah Tempo
edisi 6-12 Februari 2017 yang berjudul Tamasya Napi Sukamiskin. Data
Memahami Kode Etik Jurnalistik & Dewan Pers yang dikeluarkan oleh Dewan
Pers dan Sembilan Elemen Jurnalisme yang ditulis oleh Bill Kovach dan Tom
Rosenstiel.
pemahaman tentang data yang yang telah didapatkan hingga nantinya hasil
Selain itu, Miles dan Huberman menyatakan bahwa analisis data kualitatif
menggunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas
atau yang dideskripsikan. Pada saat memaknai data yang telah dikumpulkan, data
melakukan analisis data adalah mengumpulkan data hingga penelitian itu berakhir
secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya, interpretasi dan penafsiran data
36
permasalahan yang diteliti, hingga selanjutnya dilakukan analisis data meliputi
reduksi data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan lalu diverifikasi (Ghony
a. Pengumpulan Data
b. Reduksi Data
Pada tahap ini sekumpulan data telah tersusun dan mulai memberikan
kemudian peneliti akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa tindakan
proposisi. Data kemudian diteliti secara lebih rinci dan jelas agar kesimpulan
akhir lebih kuat. Kesimpulan akhir pada penelitian bisa saja tidak muncul
37
hingga proses data terakhir, sehingga proses penelitian ini bergantung pada
REDUKSI DATA
KESIMPULAN
PENAFSIRAN/VERIFIKASI
PE
(Gambar 1.1) Komponen dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman.
interview guide yang telah disusun, namun tidak menutup kemungkinan akan
munculnya pertanyaan lain yang masih memiliki korelasi dengan topik yang
wawancara dalam bentuk rekaman suara dan mencatat poin-poin utama dan
bagi topik penelitian. Kemudian penyajian data yang telah melewati proses
reduksi data akan disimpulkan dalam bentuk poin-poin penting dan di analisis.
38
H. Matriks Penelitian
Data
melakukan proses
investigasi.
akan diwawancarai.
Tempo
mempertimbangkan
kembali terkait
menunjukkan
identitas diri
tergantung kondisi
dan posisi
narasumbernya
dalam peliputan
berita.
39
hak privasi menghormati hak jawab, mendalam
peliputan.
Tempo memiliki
pandangan
tersendiri dalam
menerapkan
menghormati hak
privasi tergantung
dengan topik
peliputan.
narasumbernya interview)
dengan tujuan
memberikan
informasi kepada
Tempo.
Tempo memiliki
kebijakan dalam
menindaki
wartawannya yang
melakukan
40
penyuapan kepada
narasumber.
Tamasya Napi
Sukamiskin.
Tempo memiliki
kebijakan tersendiri
dalam menentukan
narasumber anonim
yang ditampilkan
pada berita
investigasi Tamasya
Napi Sukamiskin.
41
tentang sumber Tamasya Napi
dalam menampilkan
foto yang
didapatkan dengan
menggunakan
kamera
tersembunyi.
Tempo melakukan
pengecekan
terhadap
narasumbernya
yang berpotensi
memiliki
pengalaman
traumatik.
42
Tidak Tempo mencari Penanggung Wawancara
menyatakan beritanya.
melakukan plagiat.
berita investigasi.
kepentingan mempertimbangkan
bersifat kepentingan
publik.
43
kebenaran kebenaran.
Tempo memiliki
kriteria dalam
menentukan
narasumber yang
akan digunakan.
warga kepentingan
lainnya.
Wartawan Tempo
tidak menyajikan
informasi atas
kepentingan
pribadi.
44
narasumber.
Wartawan Tempo
menggunakan
record yang di
informasi untuk
melakukan
verifikasi kepada
sumber informasi
lainnya.
Wartawan Tempo
memiliki hak
menyampaikan
pendapatnya dalam
tim redaksi.
45
Daftar Pustaka
https://nasional.kompas.com/read/2018/07/23/16355881/kpk-tegaskan-berwenang-ott-
kalapas-sukamiskin
Fitrah, M.L. (2017). Metodologi penelitian: penelitian kualitatif, tindakan kelas & studi
46
Ghony, D.M. dan Almanshur, F. (2017). Metode penelitian kualitatif. Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA.
Hamad, I. (2004). Konstruksi realitas politik dalam media massa: sebuah studi critical
Kovach, B. dan Tom, R. (2006). Sembilan elemen jurnalisme: apa yang seharusnya
https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/04/23/nn8yms-nenek-asyani-divonis-
satu-tahun
Offset
Paraqbueq, R., Pramono, S., Silalahi, M. “Pelesir Gelap Pesakitan Sukamiskin,” Tempo, 12
https://nasional.tempo.co/read/1109990/pernah-dihuni-soekarno-lapas-sukamiskin-kini-
tempat-napi-korupsi/full&view=ok
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/08/08/lplodp-dewan-pers-
sindookezone-langgar-kode-etik
47
Rajagukguk, Ruth Sondang Parsaulian. (2015). Penerapan kode etik jurnalistik dalam
pemberitaan kasus kekerasan seksual anak (analisis isi kuantitatif penerapan kode
etik jurnalistik dalam pemberitaan kasus kekerasan seksual terhadap anak oleh emon
pada detik.com dan merdeka.com periode mei 2014). Di akses pada 20 Oktober 2018
http://e-journal.uajy.ac.id/7822/
Sukardi, W.A. (2008). Cara mudah memahami kode etik jurnalistik & dewan pers.
Sukardi, W.A. (2007). Close up seperempat abad pelaksanaan kode etik jurnalistik. Jakarta
https://www.merdeka.com/peristiwa/korupsi-bansos-ketua-dprd-bengkalis-cuma-divonis-18-
bulan-penjara.html
Setiawan, Lukas Deni. (2011). Narasumber anonim dan berita (studi kasus kebijakan
utama kasus korupsi). Di akses pada 2 Oktober 2018 pukul 19.25 WIB.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=
view&typ=html&buku_id=68800&is_local=1
48
https://nasional.kompas.com/read/2017/02/06/08392901/verifikasi.media.salah.satu.upaya.de
wan.pers.lawan.hoax.
West, R. dan Turner, L. (2008). Pengantar teori komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Yusuf, A.M. (2017). Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan.
Jakarta: KENCANA
49