Dengan penuh rasa syukur, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT
atas petunjuk-Nya yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan
tepat pada waktunya. Makalah kami berjudul "Undang Undang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik," yang kami susun sebagai bagian dari mata kuliah Dasar Jurnalistik.
Kami juga ingin menyampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita keluar dari zaman kegelapan. Kami sadar bahwa makalah ini masih
memiliki banyak ruang untuk perbaikan, baik dalam kalimat maupun tata bahasa. Oleh
karena itu, dengan rendah hati, kami meminta maaf jika terdapat kesalahan yang kami buat.
Kami sangat mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif dari para pembaca,
agar kami dapat terus meningkatkan kualitas makalah ini. Semoga makalah kami dapat
memberikan manfaat yang signifikan, terutama bagi para pembaca. Terima kasih atas
perhatian dan dukungan yang diberikan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Pengertian Undang Undang Pers, Isi dari Undang Undang Pers, Asas dan
Fungsi dari Undang Undang Pers ........................................................................
1. Pengertian Undang Undang Pers ........................................................... 3
2. Isi dari Undang Undang Pers ................................................................. 4
3. Asas dan Fungsi dari Undang Undang Pers ........................................... 6
B. Pengertian Kode Etik Jurnalistik dan Fungsi Kode Etik Jurnalistik .................... 8
1. Pengertian Kode Etik Jurnalistik ........................................................... 8
2. Isi Kode Etik Jurnalistik ........................................................................ 9
3. Fungsi Kode Etik Jurnalistik .................................................................. 12
C. Pengertian Wartawan, Jenis Jenis Wartawan, dan Tugas Profesi Wartawan ...... 13
1. Pengertian Wartawan ............................................................................. 13
2. Jenis Jenis Wartawan ............................................................................. 14
3. Tugas Profesi Wartawan ........................................................................ 15
D. Studi Kasus .......................................................................................................... 19
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pers dan jurnalisme adalah pilar utama dalam menjaga demokrasi dan memberikan
informasi yang berkualitas kepada masyarakat Dalam era informasi yang semakin cepat dan
kompleks, Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik menjadi landasan penting yang
mengatur praktik dan perilaku wartawan serta media massa. Makalah ini akan membahas
peran kunci Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik dalam hubungan dengan
wartawan Undang-Undang Pers, yang pada beberapa negara dikenal dengan sebutan Undang-
Undang Kebebasan Pers, adalah instrumen hukum yang mengatur hak dan kewajiban
wartawan, serta memberikan perlindungan terhadap kebebasan berekspresi dan akses
informasi.
Namun, terdapat dilema etis dalam praktik jurnalistik yang menghadirkan tantangan
bagi wartawan. Misalnya, bagaimana menangani isu privasi individu dalam pemberitaan atau
bagaimana menghindari bias dalam penyajian berita. Inilah mengapa Kode Etik Jurnalistik
memiliki peran yang signifikan dalam membimbing wartawan mengatasi dilema-dilema ini.
Dengan memahami peran penting UU pers dan kode etik jurnalistik dalam praktik jurnalisme,
iv
kita dapat mengapresiasi betapa pentingnya etika dan regulasi dalam menjaga kualitas
informasi yang diterima oleh masyarakat. Selanjutnya, kita dapat mempertimbangkan
bagaimana kedua entitas ini dapat diperbarui dan disempurnakan untuk menghadapi
tantangan-tantangan baru. yang muncul dalam dunia media yang terus berubah. Dalam
makalah ini, kita akan menjelajahi aspek-aspek penting dari Undang-Undang Pers dan Kode
Etik Jurnalistik, tentang pengertian dan UU pers dan kode etik jurnalistik. Serta apa isi dari
UU pers dan kode etik dari Jurnalistik tersebut. Dan memahami pengertian jenis dan tugas
dari seorang wartawan. Makalah ini juga akan mengeksplorasi contoh-contoh kasus nyata
yang melibatkan konflik antara kebebasan pers dan kepentingan lainnya.
B. Rumusan Masalah
A. Apakah Pengertian dari Undang-Undang Pers, Isi dari Undang-Undang Pers, serta
Asas dan Fungsi dari Undang-Undang Pers ?
B. Apakah Definisi dari Kode Etik Jurnalistik, Isi Kode Jurnalistik dan Fungsi dari
Kode Etik Jurnalistik ?
C. Apakah Pengertian dari Wartawan, Jenis-Jenis Wartawan, serta Tugas dan Profesi
dari Seorang Wartawan ?
C. Tujuan
A. Mengetahui Pengertian dari Undang-Undang Pers, Isi dari Undang-Undang Pers,
serta Asas dan Fungsi dari Undang-Undang Pers
B. Memahami makna definisi dari kode etik jurnalistik, Isi kode jurnalistik dan
fungsi dari kode etik jurnalistik
C. Mampu memahami Pengertian dari Wartawan, Jenis-Jenis Wartawan, serta Tugas
dan Profesi dari Seorang Wartawan
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian undang - undang pers, isi dari undang - undang pers, asas dan fungsi
dari undang - undang pers
Undang-Undang Pers terdiri dari 10 bab dan 21 pasal yang mengatur berbagai aspek
terkait dengan praktik jurnalisme di Indonesia. Di dalamnya, UU Pers mencakup isu-
isu seperti pembredelan, penyensoran, prinsip-prinsip dasar, peran dan fungsi
perusahaan pers, hak dan kewajiban wartawan, serta peran Dewan Pers. Dewan Pers
adalah lembaga negara yang memiliki tanggung jawab dalam mengatur dan
mengawasi kegiatan jurnalistik di Indonesia. Selain itu, dalam UU Pers juga diakui
tiga hak istimewa bagi subjek dan objek jurnalistik di Indonesia, yaitu Hak Tolak,
Hak Jawab, dan Hak Koreksi. Hak-hak ini juga dijelaskan secara lebih rinci dalam
Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Dalam UU Pers, terdapat definisi penting yang merinci pemahaman tentang
pers, perusahaan pers, dan wartawan. Pers dijelaskan sebagai lembaga sosial dan
media massa yang melakukan kegiatan jurnalistik melalui berbagai jenis media,
seperti media cetak, media elektronik, media siber, dan sarana komunikasi lainnya.
Perusahaan pers merujuk pada entitas hukum di Indonesia yang melakukan kegiatan
pers, termasuk media cetak, media elektronik, kantor berita, dan media lain yang
secara khusus berfokus pada penyebaran informasi. Sedangkan wartawan adalah
individu yang secara rutin terlibat dalam praktik jurnalistik..2
1
Dahlan Surbakti, “Undang-Undang Pers Tahun 1999 Serta Perkembangannya,” Jurnal Hukum PRIORIS 5, no. 1
(2015): 77–80, https://drive.google.com/file/d/1lENTzol09oobkNt7rSf_PSQ4Z3WZ0ON0/view.
2
UU Pers, “UU 40/1999 : Pers,” Dpr Ri (1999): 1–11.
vi
Selain definisi dalam UU Pers, ada juga pandangan dari para ahli tentang pers:
1) R. Eep Saefulloh Fatah berpendapat bahwa pers dianggap sebagai pilar keempat
dalam demokrasi dan memiliki peran kunci dalam membangun kepercayaan,
kredibilitas, serta legitimasi pemerintah.
2) Frederich S. Siebert: Pers mencakup semua media komunikasi massa yang dapat
memenuhi berbagai persyaratan publikasi, termasuk yang spesifik.
4) Oemar Seno AdjiPers dapat dibagi menjadi dua, yaitu dalam arti sempit
(merujuk pada penyiaran gagasan tertulis) dan dalam arti luas.
(penyampaian gagasan melalui berbagai alat media komunikasi, baik
tertulis maupun lisan).
Ini adalah pemahaman yang lebih menarik tentang Undang-Undang Pers dan
pengertian pers menurut para ahli diIndonesia.3
3
Miming Utami, A Landasan Pustaka, and Tinjauan Umum, “Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam
Melaksanakan Kebebasan Pers Di Negara Indonesia Dan Malaysia” (2015): 8–44.
vii
2) Hak dan kewajiban wartawan
UU Pers mengatur hak dan kewajiban wartawan termasuk kewajiban untuk
mematuhi kode etik jurnalistik, berita yang benar, hak untuk melindungi sumber
informasi, dan hak untuk menolak perintah yang bertentangan dengan prinsip
jurnalistik.
Ini adalah inti dari isi Undang-Undang Pers di Indonesia. Perubahan dan
penambahan tertentu dapat terjadi sesuai dengan perkembangan hukum dan media di
Indonesia, jadi selalu penting untuk merujuk kepada versi terbaru dari UU Pers yang
berlaku.4
4
et al., “Diskursus Kebenaran Berita Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dan
Kode Etik Jurnalistik,” DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum 5, no. 2 (2020): 231–250.
ix
3) Asas Perlindungan Terhadap Sumber Informasi:
UU Pers mengakui hak dan asas perlindungan terhadap sumber informasi
wartawan. Ini berarti wartawan tidak dapat dipaksa untuk mengungkapkan
sumber informasi mereka, kecuali dalam situasi yang diatur oleh hukum.
x
UU Pers juga memberikan kerangka untuk penyelesaian sengketa yang
melibatkan pers dan individu atau lembaga lain yang merasa dirugikan oleh
pemberitaan. Ini termasuk hak tolak, hak jawab, dan hak koreksi.
5
Utami, Pustaka, and Umum, “Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers Di Negara
Indonesia Dan Malaysia.”
xi
Kode etik jurnalistik, pada dasarnya, adalah seperangkat peraturan yang
mengatur perilaku para jurnalis dalam menjalankan tugas mereka. Kode etik ini
mencakup aspek-aspek etika dan moral yang digunakan untuk mengatur proses atau
kegiatan kerja seorang wartawan dalam mencari berita. Dengan kata lain, kode etik
jurnalistik adalah pedoman atau aturan yang mengarahkan perilaku jurnalis agar tetap
menjalankan tugas mereka dengan integritas dan etika yang tinggi.6.
Jurnalistik adalah bidang yang menarik dengan banyak fasilitas dan peran
penting. Realitas yang ditulis oleh jurnalis mempunyai kemampuan untuk
mengangkat opini publik dan membentuk cara pandang masyarakat. Etika jurnalisme
diperlukan untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan pers
dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, membangun kode etik dalam
jurnalistik sangatlah penting7. Kode etik jurnalistik mencakup pertimbangan etis,
keprihatinan, atau argumen jurnalisme. Selain itu, etika konten juga mengatur hak dan
kewajiban karya jurnalistik.
6
Pengertian dari Wartawan, Jenis-Jenis Wartawan, serta Tugas dan Profesi dari Seorang Wartawan
7
Casimirus Winant Marcelino, “PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA
KEJAHATAN SUSILA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan
Susila Di Harian Umum Koran Merapi Periode Januari-Juni 2011),” 2012, Hal 3-5.
xii
4) Ketidakberpihakan dan Etika: Wartawan tidak boleh membuat berita bohong,
fitnah, sadis, atau cabul. Mereka juga harus menjaga privasi korban kejahatan susila
dan anak pelaku kejahatan.
9) Koreksi dan Hak Jawab: Wartawan harus segera mencabut, mengoreksi, dan
memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat. Mereka juga harus melayani hak
jawab dan hak koreksi secara proposional.
Kode etik ini bertujuan untuk memastikan bahwa jurnalis menjalankan tugas mereka
dengan integritas, etika, dan mematuhi prinsip-prinsip kunci dalam melaporkan
berita8.
8
Dewan Pers, “Peraturan Dewan Pers,” Buku Saku, 2006, Hal 48-54
xiii
a. Faktor ketidaksengajaan:
1) Kurangnya tingkat profesionalisme : Ini mencakup berbagai aspek seperti
kurangnya upaya dalam melakukan penelitian yang cermat, ketidaktepatan
dalam pengecekan ulang, penggunaan akal sehat yang kurang, kemampuan
meramu berita yang terbatas, keengganan untuk mencari bahan atau
perbandingan yang memadai, pemakaian data yang sudah usang dan tidak
diperbarui, serta pemilihan kata kurang tepat.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua pelanggaran kode etik bersifat
sengaja, dan faktor-faktor seperti tingkat profesionalisme, tekanan deadline, dan
pemahaman terbatas juga dapat berperan dalam terjadinya pelanggaran kode etik
jurnalistik.
b. Faktor kesengajaan:
2) Kurangnya Pengetahuan dan niat yang kurang baik : Ada kasus di mana
seseorang tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang
kode etik jurnalistik, mereka juga memiliki niat yang kurang baik dari awal.
3) Persaingan yang Tidak Sehat : Dalam situasi persaingan pers yang sangat
ketat, seseorang mungkin terdorong untuk melampaui batas-batas etis dan
membuat berita tidak sesuai dengan KEJ, dengan tujuan mengalahkan pesaing
mereka.
xiv
4) Penyalahgunaan Profesi : Ada kasus di mana individu menggunakan profesi
jurnalis sebagai topeng atau kamuflase untuk melakukan tindakan kriminal atau
kejahatan lainnya yang jelas di luar ruang lingkup pekerjaan jurnalistik.
Penting untuk diingat bahwa pelanggaran kode etik jurnalistik dapat disebabkan
oleh faktor-faktor seperti niat yang tidak baik, kurangnya pemahaman,
persaingan yang tidak sehat, atau penyalahgunaan profesi. Hal ini menunjukkan
pentingnya menjalankan praktik jurnalistik dengan integritas dan etika yang
tinggi.9.
Setiap profesi atau pekerjaan harus memiliki kode etik untuk mengatur
perilaku anggotanya, dan ada tiga alasan utama mengapa kode etik ini sangat
diperlukan. Pertama, kode etik berfungsi sebagai alat sosial yang membantu mengatur
hubungan antar praktisi dalam suatu profesi. Kedua, kode etik membantu mencegah
terjadinya kesalahpahaman dan konflik antara anggota profesi. Ketiga, kode etik
berperan dalam mencegah campur tangan pihak eksternal yang dapat mengganggu
praktik profesi tersebut.
Khusus untuk jurnalis, kode etik memiliki peran yang sangat penting.
Meskipun kode etik tidak memberlakukan sanksi fisik atas pelanggarannya, ia
menetapkan sanksi moral yang memengaruhi reputasi jurnalis yang melanggarnya.
Dengan demikian, kode etik adalah landasan moral yang memandu perilaku jurnalis,
memastikan bahwa mereka menjalankan tugas mereka dengan etika dan integritas
yang tinggi.10.
Kode etik jurnalistik memiliki tujuan utama untuk memastikan bahwa fakta
yang disampaikan oleh jurnalis tetap akurat dan obyektif. Karena hal tersebut , kode
etik adalah landasan yang penting bagi mereka yang ingin menjalani profesi
jurnalistik secara profesional. Ini berarti bahwa seorang jurnalis. Dalam dunia
9
Hamdan Daulay, “Kode Etik Jurnalistik Dan Kebebasan Pers Di Indonesia Ditinjau Dari Perspekstif Islam,”
Jurnal Penelitian Agama XVII, no. 2 (2008): 296–313.
10
Sri Hadijah Arnus and Achmad Sulfikar, “Industrialisasi Media Massa Dan Etika Jurnalistik,” Al-Munzir 7,
no. 2 (2014): Hal 105.
xv
jurnalisme, tugas moral dan etika tidak dapat diabaikan oleh wartawan. Salah satu
aspek yang sangat penting dalam kode etik adalah kewajiban wartawan untuk
menjaga hubungan yang baik dengan narasumber atau sumber informas 11.Berikut
adalah lima peran penting yang dimainkan oleh kode etik dalam kerja wartawan:
1. Menjamin Keberlanjutan Profesionalisme Seseorang dalam Bidangnya
2. Melindungi Masyarakat dari Praktik-praktik yang Kurang Profesional
3. Mendorong Persaingan yang Sehat di Antara Praktisi
4. Mencegah Kecurangan di Antara Rekan Sejawat
5. Mencegah Manipulasi Informasi oleh Pihak yang Memberikan Informasi12.
1. Pengertian Wartawan
Menurut definisi Dewan Pers, seorang jurnalis adalah individu yang secara
reguler melakukan aktivitas jurnalistik yang mencakup penelitian, pengumpulan,
kepemilikan, penyimpanan, pengolahan, dan penyampaian informasi dalam berbagai
bentuk seperti tulisan, audio, visual, kombinasi audio dan visual, data, grafik, dan
format lainnya. Mereka menggunakan berbagai media, termasuk media cetak, media
elektronik, dan berbagai saluran lainnya untuk menyampaikan informasi ini.
Kapasitas seorang jurnalis mencakup kemampuan mereka dalam memahami,
menguasai, dan meningkatkan profesi jurnalistik atau kewartawanan, serta memiliki
wewenang untuk memutuskan tentang peristiwa di bidang jurnalistik, yang dinilai
berdasarkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan mereka.14.
11
Rudi Rahman, “Kode Etik Jurnalistik,” Jurnalistik, 2023, Hal 95-97.
12
Lewi Pramesti Olivia, “Penerapan Kode Etik Di Kalangan Jurnalis,” Jurnal ILMU KOMUNIKASI 11, no. 1 (2014):
81–92.
13
Kris Budiman, “Dasar-Dasar Jurnalistik,” PELATIHAN JURNALISTIK, 2005, Hal 1-4.
14
Arnus and Sulfikar, “Industrialisasi Media Massa Dan Etika Jurnalistik,” HAL 34-36.
xvi
Standar kompetensi bagi jurnalis sangat penting dalam menjaga dan
meningkatkan mutu pemberitaan pers. Dalam proses jurnalisme, jurnalis merupakan
mata rantai kunci. Standar kompetensi jurnalis berfungsi sebagai alat ukur yang
membantu menilai kemampuan dan bakat seorang jurnalis. Hasil penilaian ini
biasanya diakui melalui pemberian sertifikat berbagai tingkatan, seperti jurnalis
muda, jurnalis menengah, dan jurnalis senior.
15
Djoko Waluyo, “Tinjauan Standar Kompetensi Wartawan Untuk Meningkatkan Kapasitas Media Dan
Profesionalisme,” Jurnal Studi Komunikasi Dan Media 22, no. 2 (2018): Hal 176-177.
xvii
Pemimpin redaksi : merupakan atasan dari semua wartawan di media
tersebut.
Redaktur : merupakan penyeleksi, penilai, penyunting, dan penentu layak
tayang tidaknya sebuah berita yang dibuat oleh reporter.
Reporter : merupakan wartawan lapangan yang bertugas mencari berita.
Koresponden : merupakan reporter yang bekerja mencari berita
didaerah/luar negeri
Kontributor : wartawan yang tidak menjadi bagian tetap atau tidak terikat
kontak dengan sebuat media.
Peran utama seorang wartawan dalam dunia jurnalistik adalah merangkai dan
mengkomunikasikan informasi kepada masyarakat melalui beragam media, mulai
dari cetak hingga siaran. Intinya, tugas pokok seorang jurnalis adalah menggali dan
mengumpulkan data yang relevan untuk kemudian disampaikan kepada publik dalam
bentuk berita.
Seorang wartawan tidak hanya dibatasi pada satu subjek tertentu, melainkan
harus memiliki kemampuan untuk menyelidiki berbagai macam topik, yang
mencakup aspek-aspek seperti sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.
Karena itu, seorang jurnalis harus memiliki pemahaman yang dalam mengenai setiap
topik tersebut, agar informasi yang mereka sampaikan dapat dengan mudah dipahami
oleh pembaca. Peran wartawan dalam dunia jurnalisme memiliki tingkat penting
yang sangat tinggi, karena mereka merupakan penyedia informasi berkualitas utama
bagi masyarakat.
16
Dasrun Hidayat and Anisti Anisti, “Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita: Perspektif Situational
Theory,” Jurnal ASPIKOM 2, no. 5 (July 17, 2015): 300, https://doi.org/10.24329/aspikom.v2i5.81.
xviii
Tidak boleh dilupakan bahwa jurnalis juga menjunjung tinggi prinsip
kebebasan pers yang diamanatkan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 1999. Prinsip ini
menjadi landasan penting dalam menjalankan tugas jurnalis, memastikan bahwa
masyarakat memiliki akses kepada informasi yang akurat dan independen.17.
Dalam negara demokrasi ini, kekuasaan berada pada tangan rakyat, dan
masyarakat memiliki hak untuk mengawasi dan mengontrol kekuasaan agar tidak
disalahgunakan. Oleh sebab itu, semua informasi yang berkaitan tentang
kepentingan umum harus dapat diakses secara terbuka dan bebas oleh masyarakat,
dan di sinilah pentingnya peran media atau pers dalam mendukung hal ini. Dalam
konteks ini, "kebebasan pers" menjadi sangat penting, karena pers adalah sarana yang
memungkinkan masyarakat mendapatkan akses ke informasi dan menjadi syarat
mutlak dalam negara yang demokratis dan terbuka.18.
Peran seorang wartawan pada dasarnya melibatkan serangkaian tugas yang
mencakup pencarian, pengolahan, pengeditan, dan penyajian berita terhadap
17
Oleh Nuri Rismawati S, “KONSEPSI PROFESI WARTAWAN ( Studi Pada Wartawan Surat Kabar Di Kota
Malang )” (2008).
18
Pretty Bella Wajong, “Perlindungan Hukum Bagi Wartawan Dalam Melaksanakan Tugas Dan Fungsi Terkait
Dengan Kebebasan Pers Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999,” Lex Et Societatis 6, no. 2 (2018):
Hal 56-58.
xix
pembaca/pendengar, atau pemirsa dengan kesadaran dan dengan tanggung jawab
yang tinggi. Seorang wartawan harus menyadari tanggung jawabnya untuk
memberikan informasi yang akurat, cepat, dan jujur kepada khalayak dengan fokus
pada kebenaran.
Seorang wartawan harus memiliki hati naluri yang kuat untuk bertindak
dengan integritas dan berkontribusi positif dalam masyarakat, sehingga dapat
membantu membangun nilai-nilai kebaikan dalam jiwa mereka.19.
19
Universitas Islam and Negeri Sgd Bandung, “Meraih Profesionalisme Wartawan DARAJAT WIBAWA,” Mimbar
XXVIII, no. 1 (2012): 113–122.
xx
c) Independensi : Wartawan harus menjaga independensinya dan menghindari
konflik kepentingan yang dapat mengganggu integritas mereka sebagai penyampai
informasi yang objektif.
f) Adil dan Etis : Wartawan harus menghormati hak-hak individu yang terlibat
dalam berita yang mereka sampaikan dan memastikan bahwa berita tersebut akurat
dan adil. Mereka juga harus memberikan kesempatan kepada individu yang terkena
dampak oleh berita untuk memberikan tanggapan mereka.
20
Nova Tenda, “Tugas Dan Tanggung Jawab Pers (Wartawan) Dalam Membangun Kesadaran Hukum
Masyarakat Di Tinjau Dari UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers,” Lex et Societatis 2, no. 5 (2014): Hal 64-66.
xxi
D. Studi Kasus
Kode etik jurnalis sering digunakan sebagai panduan dalam profesinya. Ini
mencerminkan peran jurnalisme sebagai pekerjaan yang memiliki pedoman etika yang
telah dibuat. Kode etik jurnalistik juga merupakan implementasi dari hak asasi manusia,
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
1999. Penggunaan kode etik jurnalistik menjadi dasar moral dan etika bagi wartawan
dalam tindakan mereka dalam masyarakat.
Selain itu, Kode Etik Jurnalistik mengharamkan jurnalis membuat berita yang
mengandung prasangka atau kebencian berdasarkan suku, agama, ras, atau golongan
(SARA). Prinsip ini adalah nilai umum yang diakui secara internasional. Ujaran
kebencian berdasarkan SARA dianggap sebagai ancaman serius bagi masyarakat. Pers
harus berperan dalam menghindari peningkatan kebencian rasial. Dalam mengatasi
masalah ini, pers harus lebih dari sekadar bersikap netral, tetapi juga harus
memprioritaskan pencegahan. Menurut Pasal 14 UU No. 40 Tahun 1999, jurnalis
dilarang mencemarkan nama baik atau menciptakan fitnah terhadap individu atau
kelompok tertentu, atau menyebarkan informasi yang tidak berdasar. Pelanggaran dapat
berakibat pada tuntutan pidana atau denda.
xxii
Dalam kasus Mario Dandy, Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI)
mengamati bahwa beberapa media melanggar kode etik jurnalistik dalam meliput
pasangan kekasih tersangka dalam kasus penganiayaan, Mario Dandy Satrio, yang
masih berusia 15 tahun. Polisi telah menetapkan pasangan kekasih Mario sebagai anak
yang terlibat dalam konflik hukum dengan tuduhan provokasi. Beberapa laporan media
mengungkapkan profil dan foto-foto anak tersebut, bahkan beberapa media
menyebutkan alamat sekolah dan tempat tinggalnya serta menginvestigasi
keluarganya..
Dalam kasus ini, media dan wartawan melanggar UU pers No. 40 Tahun 1999
dan melanggar Pasal 5 kode etik jurnalistik yang menyatakan bahwa "Wartawan
Indonesia tidak boleh menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila
dan anak yang menjadi pelaku kejahatan." Ketua Bidang Gender, Anak, dan Kelompok
Marjinal AJI Indonesia menyatakan bahwa "anak-anak memiliki hak untuk menjaga
privasi mereka, bahkan jika mereka adalah tersangka dalam kasus hukum."
Solusi dari kasus ini adalah bahwa wartawan harus berhati-hati dalam
menyampaikan informasi yang dapat mengidentifikasi anak tersebut. Ini berlaku untuk
anak-anak yang menjadi korban kekerasan, pelecehan, atau yang terlibat dalam masalah
hukum. Wartawan harus berpikir dua kali sebelum mempublikasikan informasi tentang
anak tersebut dan memikirkan dampaknya jika identitas anak tersebut tersingkap.
Dalam panduan peliputan yang ramah terhadap anak, wartawan harus menjaga
kerahasiaan identitas anak ketika memberikan informasi atau membuat berita, terutama
jika anak tersebut dituduh melakukan pelanggaran hukum. Hak-hak anak yang terlibat
dalam kasus pidana, seperti nama, foto, keluarga, alamat sekolah, dan sebagainya, harus
dilindungi.
xxiii
Sebagai wartawan, harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang kode
etik jurnalistik dan mengutamakan penerapannya. Perusahaan media juga harus
memberikan pelatihan kepada wartawannya untuk meningkatkan kapasitas mereka
dalam menghadapi situasi semacam ini. Dewan Pers harus aktif dalam
mensosialisasikan panduan peliputan ramah anak yang diterbitkan pada tahun 2019.21.
Selain itu ada beberapa contoh studi kasus mengenai pelanggaran kode etik
jurnalistik yaitu:
Pihak yang dituduh mengklaim bahwa tersangka kasus korupsi bansos telah
mencantumkan nama Effendi Gazali sebagai salah satu penyedia (vendor) bansos
dengan jumlah sebanyak 162.250 paket. Effendi dengan tegas membantah memiliki
perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan bansos. Pada tanggal 17 Maret
2021, Effendi Gazali dan pihak yang dituduh bertemu di TMII, dan Effendi
mengajak seorang teman yang berinisial N dalam pertemuan tersebut. Menurut versi
pihak yang dituduh, pertemuan ini didokumentasikan dalam bentuk foto dan
rekaman oleh pengadu, sementara pihak yang dituduh tidak melakukan pemotretan
atau perekaman apapun. Effendi Gazali menyatakan bahwa informasi yang dia
berikan kepada pihak yang dituduh seharusnya tidak boleh dikutip kecuali jika dia
secara pribadi hadir di kantor pihak yang dituduh.
21
Ketua umum AJI Sasmito Madrim, Kasus Mario Dandy, AJI Sebagia Media Tidak Patuh Kode Etik Jurnalistik
Beritakan Anak (Jakarta: AJI, 2023),
xxiv
Pihak yang dituduh kemudian menginformasikan kepada Effendi melalui N
bahwa namanya muncul dalam dua tahap program bansos, yaitu tahap 8 dan 12,
dengan nilai kontrak sekitar Rp 60 miliar. Terkait dengan informasi ini, pihak yang
dituduh, melalui N, meminta saran dari Effendi tentang judul berita yang dapat
digunakan. Dalam klarifikasi mereka, pihak yang dituduh menjelaskan bahwa
permintaan saran judul berita ini dilakukan karena mereka masih terpengaruh oleh
praktik kerja di bidang humas di salah satu Kementerian yang baru-baru ini telah
mereka tinggalkan. Mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang tugas
kehumasan yang mereka yakini dapat mengubah informasi negatif tentang
seseorang, termasuk Effendi, menjadi informasi positif di media.
Selama komunikasi antara Effendi dan pihak yang dituduh, tidak ada
pembicaraan mengenai kompensasi terkait dengan jasa kehumasan. Dewan Pers juga
telah menyimpulkan bahwa wartawan yang dituduh oleh Effendi Gazali telah
melanggar Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik (KEJ) karena kurang independen.
Wartawan yang dituduh mengakui bahwa mereka meminta saran dari pengadu
(melalui staf pengadu) mengenai pembuatan judul berita terkait informasi yang
diterima dari pengadu, yang akan dijadikan berita di media yang mereka wakili.
Solusi dari kasus tersebut, Sebagai seorang jurnalis harus mematuhi kode
etik jurnalistik. Dalam kasus ini seharusnya seorang wartawan tidak boleh meminta
saran dari siapapun terkait hal hal yang menyangkut tugas dari profesinya.
Wartawan harus mengikuti Kode Etik Jurnalistik yang berlaku dengan baik,
termasuk menjaga independensi, menghindari penyalahgunaan profesi, dan tidak
menerima suap. Wartawan harus diberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggar
etika jurnalistik yang ia langgar. Wartawan yang terlibat dalam pelanggaran harus
menjalani pelatihan tambahan tentang etika jurnalistik dan aturan yang berlaku.
Seorang wartawan harus tetap menjalankan tugas jurnalistik dengan etika yang baik
dan mematuhi aturan yang berlaku, serta menghindari konflik kepentingan atau
penyalahgunaan profesi dalam praktik jurnalistik mereka.
BAB III
PENUTUP
xxv
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa undang-undang pers dan kode etik
jurnalistik memiliki peran penting untuk menjaga integritas dan profesionalisme dalam
dunia jurnalisme. UU bertujuan untuk melindungi kebebasan pers dan hak masyarakat
untuk menerima informasi yang akurat dan benar. Kode etik jurnalistik (KEJ), sementara
itu, menetapkan pedoman moral dan etika bagi para jurnalis dalam melaksanakan tugas
mereka.
Dalam dunia yang semakin kompleks dan cepat berubah, pemahaman yang
mendalam tentang UU pers dan kode etik jurnalistik sangat penting. Hal tersebut
membantu jurnalis dalam menghindari pelanggaran hukum, menjaga integritas mereka,
dan memberikan pemberitaan yang berkualitas tinggi kepada masyarakat.
B. Saran
Kami sangat mendorong para pembaca untuk aktif dalam menggali pengetahuan
melalui literatur yang berhubungan dengan UU pers dan kode etik jurnalistik. Semakin
banyak kita membaca buku, artikel, dan jurnal terkait, semakin dalam pemahaman yang
dapat kita peroleh. Dengan makalah ini, kami berupaya menyediakan informasi yang
berharga bagi pembaca kami.
Namun, kami sadar bahwa makalah ini masih perlu beberapa penyempurnaan
terutama dalam menjelaskan konsep median, mean, dan modus. Oleh sebab itu, kita
sangat menghargai masukan dan saran yang membangun dari para pembaca supaya kami
dapat menjadi lebih baik dalam penulisan makalah di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Hamdan. “Kode Etik Jurnalistik Dan Kebebasan Pers Di Indonesia Ditinjau Dari
xxvi
Perspekstif Islam.” Jurnal Penelitian Agama XVII, no. 2 (2008): 296–313.
Islam, Universitas, and Negeri Sgd Bandung. “Meraih Profesionalisme Wartawan DARAJAT
WIBAWA.” Mimbar XXVIII, no. 1 (2012): 113–122.
Taufik Hidayat Lubis, and Ismail Koto. “Diskursus Kebenaran Berita Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dan Kode Etik Jurnalistik.” DE LEGA
LATA: Jurnal Ilmu Hukum 5, no. 2 (2020): 231–250.
Olivia, Lewi Pramesti. “Penerapan Kode Etik Di Kalangan Jurnalis.” Jurnal ILMU
KOMUNIKASI 11, no. 1 (2014): 81–92.
Pers, UU. “UU 40/1999 : Pers.” Dpr Ri (1999): 1–11.
S, Oleh Nuri Rismawati. “KONSEPSI PROFESI WARTAWAN ( Studi Pada Wartawan
Surat Kabar Di Kota Malang )” (2008).
Surbakti, Dahlan. “Undang-Undang Pers Tahun 1999 Serta Perkembangannya.” Jurnal
Hukum PRIORIS 5, no. 1 (2015): 77–80.
https://drive.google.com/file/d/1lENTzol09oobkNt7rSf_PSQ4Z3WZ0ON0/view.
Utami, Miming, A Landasan Pustaka, and Tinjauan Umum. “Perlindungan Hukum Bagi Pers
Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers Di Negara Indonesia Dan Malaysia” (2015): 8–
44.
Arnus, Sri Hadijah, and Achmad Sulfikar. “Industrialisasi Media Massa Dan Etika
Jurnalistik.” Al-Munzir 7, no. 2 (2014): 101–14.
Budiman, Kris. “Dasar-Dasar Jurnalistik.” PELATIHAN JURNALISTIK, 2005, 2–4.
Hidayat, Dasrun, and Anisti Anisti. “Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita:
Perspektif Situational Theory.” Jurnal ASPIKOM 2, no. 5 (July 17, 2015): 295.
https://doi.org/10.24329/aspikom.v2i5.81.
Ketua umum AJI Sasmito Madrim. Kasus Mario Dandy, AJI Sebagia Media Tidak Patuh
Kode Etik Jurnalistik Beritakan Anak. Jakarta: AJI, 2023. https://aji.or.id/read/press-
release/1524/kasus-mario-dandy-aji-sebagian-media-massa-tak-patuh-kode-etik-
beritakan-anak.html.
Marcelino, Casimirus Winant. “PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM
BERITA KEJAHATAN SUSILA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik
Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Susila Di Harian Umum Koran Merapi Periode
Januari-Juni 2011),” 2012.
Pers, Dewan. “Peraturan Dewan Pers.” Buku Saku, 2006, 27.
Rahman, Rudi. “Kode Etik Jurnalistik.” Jurnalistik, 2023, 93.
Sastro, Yadi, S Si, and Edi Sudarjat. “Dunia Jurnalisme dan Profesi Wartawan,” n.d.
xxvii
Tenda, Nova. “Tugas Dan Tanggung Jawab Pers (Wartawan) Dalam Membangun Kesadaran
Hukum Masyarakat Di Tinjau Dari UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers.” Lex et
Societatis 2, no. 5 (2014).
Wajong, Pretty Bella. “Perlindungan Hukum Bagi Wartawan Dalam Melaksanakan Tugas
Dan Fungsi Terkait Dengan Kebebasan Pers Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun
1999.” Lex Et Societatis 6, no. 2 (2018).
Waluyo, Djoko. “Tinjauan Standar Kompetensi Wartawan Untuk Meningkatkan Kapasitas
Media Dan Profesionalisme.” Jurnal Studi Komunikasi Dan Media 22, no. 2 (2018):
167–84.
Casimirus Winant Marcelino, “PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM
BERITA KEJAHATAN SUSILA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik
Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Susila Di Harian Umum Koran Merapi Periode
Januari-Juni 2011),” 2012, Hal 3-5.
Nova Tenda, “Tugas Dan Tanggung Jawab Pers (Wartawan) Dalam Membangun Kesadaran
Hukum Masyarakat Di Tinjau Dari UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers,” Lex et
Societatis 2, no. 5 (2014): Hal 64-66.
xxviii