Anda di halaman 1dari 14

“Ekonomi Kata dalam Bahasa Jurnalistik”

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bahasa Jurnalistik

Dosen Pengampu:

Dra. Berliana Lukitawati, M. Ikom.

Disusun Oleh: Kelompok 4 (KPI-4H) :

Ainul hakim [11180510000190]


Ahmad mi’raj yasir [11180510000154]
Difa gita ramadani [11180510000079]
M Rifki Mulyana [11180510000259]
Ahmad Raihan Ramadhan [11180510000263]
ade dinda sawitri [11180510000111]

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ekonomi Kata Dalam Bahasa Jurnalistik” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Jurnalistik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah bekontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Semoga adanya makalah ini bisa memberikan wawasan lebih luas lagi dan juga
menjadi sebuah sumbangan pemikiran kepada para pembaca dan khususnya untuk para
mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa isi atau kata dari
makalah ini masih anyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kepada
Bapak/Ibu dosen pembimbing kami meminta kritikan dan sarannya guna untuk memperbaiki
pembuatan makalah ini di masa yang akan datang. Selain dari Bapak/Ibu dosen, kami juga
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari para pembaca makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Ciputat,4 April 2020

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

C. Tujuan .................................................................................................................................. 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6

A. Ekonomi Kata................................................................................................................ 6

B. Unsur Kata Dan Unsur Kalimat .................................................................................. 7

C. Hiponim ....................................................................................................................... 11

BAB III .................................................................................................................................... 13

PENUTUP ............................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13

B. Saran ............................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai bagian dari karya jurnalistik, bahasa berita memiliki sedikit perbedaan
dengan Bahasa Indonesia pada umumnya. Bahasa ini dikenal dengan sebutan Bahasa
Indonesia Ragam Jurnalistik (BIRJ).

Setidaknya ada empat karakteristik yang menyebabkan lahirnya Bahasa Indonesia


Ragam Jurnalistik (Bachtiar, 2000). Pertama, pekerjaan wartawan dan redaksi selalu berpacu
dengan waktu. Kedua, panjang tulisan/laporan jurnalistik dibatasi oleh halaman media cetak,
durasi siaran media elektronik, atau lebar layar monitor pada media internet. Ketiga, jumlah
media di Indonesia kini berjumlah ribuan sehingga persaingan antaramedia kian ketat, hanya
laporan yang enak dibaca/didengar yang akan diakses khalayak. Keempat, tulisan jurnalistik
berbahan baku fakta, sehingga jurnalis tak perlu menulis berita dengan bahasa yang muluk-
muluk atau mendayu-dayu seperti pada cerita fiksi/karya sastra.

Bahasa jumalistik menurut Rosihan Anwar adalah bahasa yang digunakan oleh
wartawan (jumalis) dalam menulis karya-karya jumalistik di media massa. Jadi, hanya bahasa
Indonesia pada karya-karya jumalistik sajalah yang bisa dikatakan atau digolongkan sebagai
bahasa jumalistik atau bahasa pers, bukan karya-karya opini (artikel, esai). Oleh karena itu,
jika ada wartawan yang juga menulis puisi, eerpen, esai, dan artikel, karya-karyanya ini tak
dapat digolongkan sebagai karya jumalistik. Bahasa yang dipakai jumalis dalam menulis
puisi, eerpen, artikel, atau esai tak dapat digolongkan sebagai bahasa jumalistik karena hal itu
memiliki varian tersendiri.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi kata?
2. Apa Unsur kata dan Unsur kalimat pada Ekonomi kata?
3. Apa yang dimaksud dengan hiponim ?

C. Tujuan
1.Untuk mengetahuin tentang Ekonomi Kata
2. Untuk mengetahui Unsur kata dan Unsur kalimat pada Ekonomi kata
2. Agar mahasiswa mengetahui contoh-contoh dari Hiponim.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ekonomi Kata
Stanley, pengamat media dari ISAI menyimpulkan bahwa pada dasarnya bahasa
jurnalistik dibangun berdasarkan kesadaran akan terbatasnya “ruang dan waktu”. Oleh karena
itu, dalam menulis berita wartawan harus memegang prinsip “ekonomi kata”, yakni “efisiensi
wacana” yang diikuti asas “hemat pangkal jelas”. Mengapa demikian? Tugas utama seorang
jurnalis adalah membantu orang untuk mengerti apa yang terjadi di sekitar mereka dengan
bahasa yang sederhana. Ia harus menyederhanakan bahasa untuk pembaca. Wartawan harus
pandai memilah kejadian dan pokok permasalahan yang paling rumit sekalipun, lalu
menerjemahkannya ke dalam bahasa yang mudah dimengerti. Zulkarnain (2002)
mengemukakan tiga syarat menyederhakan bahasa.

- Gunakan alimat pendek, tajam, dan jelas. Anda harus selalu memilih kata-kata dan
kalimat yang memberi arti paling tepat dengan risiko membingungkan sekecil
mungkin. Secara umum ini berarti pemilihan kata-kata dan kalimat pendek dan
sederhana.
- Jaga panjang kalimat. Tidak ada satupun peraturan mengenai panjang kalimat dalam
penulisan berita, tapi Anda harus menentukan sendiri untuk jumlah kata maksimum
yang Anda gunakan. Misalnya tiap kalimat jangan sampai lebih dari 25 kata. Jika
Anda mengikuti peraturan ini, kalimat menjadi lebih sederhana, sedikit ruang untuk
kesalahan dan Anda lebih efisien menggunakan kata.
- Gunakan bahasa yang hidup. Kata-kata yang Anda gunakan akan membantu membuat
cerita Anda menjadi mudah dimengerti. Tetapi hati-hati jangan sampai mengobral
kata-kata. Ekonomi kata adaah segalanya dalam penulisan berita

Untuk melihat cara kerja kalimat efektif, berikut contoh kalimat efektif:

“Orang itu berlari cepat menyeberangi jalan untuk menolong bocah lelaki tak
berdaya yang sedang dipukuli secara brutal”

Hilangkan kata sifat dan keterangan yang dicetak tebal karena tidak diperlukan
dan hanya memperlambat kalimat. Kata cepat tidak perlu karena orang biasanya tidak
berlari pelan. Bocah lelaki pastilah tak berdaya, kalau tidak tentu saja ia tidak dipukuli.

6
Dan kata secara brutal juga tidak perlu, karena kebanyakan pemukulan itu brutal. Kalimat
itu sekarang menjadi lebih tajam.

“Orang itu berlari menyeberangi jalan untuk menolong bocah lelaki yang sedang
dipukuli”

Ekonomi kata dalam bahasa jurnalistik menganjurkan agar teks itu singkat tanpa
harus merusak dan mereduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan yang
utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam memahaminya. Sebagaimana wacana
dibatasi oleh ruang wacana jurnalistik dikonstruksi agar tidak melanggar prinsip ini.
Untuk mengkonstruksi teks yang singkat, dalam wacana jurnalistik dikenal adanya cara-
cara mereduksi konstituen sintaksis yaitu (i) singkatan; (ii) elipsis, dan (iii)
pronominalisasi. Singkatan, baik abreviasi maupun akronim, sebagai cara mereduksi
konstituen sintaktik banyak dijumpai dalam wacana jurnalistik.

B. Unsur Kata Dan Unsur Kalimat


Dalam praktiknya, penggunaan kalimat efektif dan ekonomi kata dapat
dilakukan dalam dua level, yaitu unsur kata dan unsur kalimat.
1. Unsur Kata, antara lain:

Dilakukan dengan menghilangkan atau mempertimbangkan pemakaian kata


tertentu, misalnya:

 “bahwa”, contoh;

“Presiden SBY berkeyakinan bahwa sejumlah menteri di kabinetnya masih bisa


diandalkan”.

Sebaiknya,

“Presiden SBY berkeyakinan, sejumlah menteri di kabinetnya masih bisa


diandalkan”.

 “adalah” contoh;

“Adalah merupakan kenyataan, bahwa kenaikan harga BBM memberatkan rakyat


miskin”.

Sebaiknya,

7
“Merupakan kenyataan, kenaikan harga BBM memberatkan rakyat miskin”.

 “telah”, contoh;

“Kemarin Presiden SBY telah melantik kabinetnya di Istana Negara”.

Sebaiknya,

“Kemarin Presiden SBY melantik kabinetnya di Istana Negara”.

 “untuk”, contoh;

“Gus Dur bermaksud untuk membicarakan pencalonan dirinya sebagai presiden”.

Sebaiknya,

“Gus Dur bermaksud membicarakan pencalonan dirinya sebagai presiden”.

 “mengenai”, contoh;

“Gus Dur bermaksud membicarakan mengenai pencalonan dirinya sebagai


presiden”.

Sebaiknya,

“Gus Dur bermaksud membicarakan pencalonan dirinya sebagai presiden”.

 “dari”/”daripada”, contoh;

“Sumanto adalah bapak dari/daripada anak ini”.

Sebaiknya,

“Sumanto bapak anak ini”.

 kata jamak, contoh;

“semua pejabat-pejabat, banyak gedung-gedung”

Sebaiknya,

semua pejabat, banyak gedung

 kata-kata asing, contoh;

8
“Setelah score menjadi 1-1, pendukung PSS Sleman bersorak-sorai”

Sebaiknya,

“Setelah kedudukan menjadi 1-1, pendukung PSS Sleman bersorak-sorai”

 akronim, contoh;

“Dephankam” sebaiknya “Departemen Pertahanan dan Kkemananan”

“Nekolim” sebaiknya “Neokolonialisme”

“Jagung” sebaiknya “Jaksa Agung”

 diksi, contoh;

“Postproklamasi” sebaiknya “pascaproklamasi”

“pascakolonial” sebaiknya “postkolonial”

”Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang
pahalanya tak ketulungan”.

Kesalahan yang terdapat pada kalimat di atas adalah pemilihan kata tak
ketulungan yang tidak tepat. Kata tak ketulungan (bahasa Jawa) bermakna negatif
yakni tak tertolong. Contohnya: Si Topan bandelnya tak ketulungan. Padahal,
konteks kalimat bermakna positif, yakni pahalanya besar sekali. Perbaikan kalimat
di atas adalah sebagai berikut.

”Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang
pahalanya besar sekali”.

 Gejala hiperkorek, contoh;

“akhli” seharusnya “ahli”

“syurga” seharusnya “surga”

 Kata baku/tidak baku, contoh:

“praktek” seharusnya “praktik”

“Nopember” seharusnya “November”

9
“Pebruari” seharusnya “Februari”

“resiko” seharusnya “risiko”

“sekedar” seharusnya “sekadar”

“olah raga” seharusnya “olahraga”

Unsur Kalimat, antara lain:


 Kerancuan (kontaminasi)

“Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan


dalam sembilan jilid besar”.

Struktur kalimat tersebut rancu. Sebenarnya bentuk kalimat itu adalah


kalimat pasif jika dilihat dari predikatnya dikumpulkan. Tetapi, karena disisipi
predikat lain yaitu berhasil, kalimat tersebut tidak jelas, apakah pasif atau
aktif. Berhasil merupakan penanda predikat kalimat aktif, seperti
halnya bermain, bertemu, berkelahi.

Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

”Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan dikumpulkan


dalam sembilan jilid besar”.

 Kejenuhan, contoh;

“dalam rangka”, “sementara itu”, “dapat ditambahkan”

 Subjek Tidak Jelas, contoh;

“Dengan ranking itu, maka nenempatkan Indoensia sebagai negara paling korup
di dunia”

Sebaiknya,

“Ranking itu nenempatkan Indoensia sebagai negara paling korup di dunia”

 Penyatuan Bentuk Aktif dan Pasif, contoh;

“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Senin kemarin memulai rapat kerjanya


di Hotel Mercure Jakarta, dibuka oleh Ketua KPK, Bagir Manan”.

10
Sebaiknya,

“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Senin kemarin memulai rapat kerjanya


di Hotel Mercure Jakarta. Rapat itu dibuka oleh Ketua KPK, Bagir Manan”.

Demikian antara lain contoh penggunaan Bahasa Indonesia Ragam


Jurnalistik dalam penulisan berita. Meskipun demikian, prinsip ekonomi kata
sesungguhnya dapat diterapkan dalam berbagai bidang yang lain, seperti public
speaking dan penulisan jenis laporan lainnya.

C. Hiponim
Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu „hypo‟ yang berarti
bawah dan „onoma‟ yang berarti nama Verhar (1983:131) mengatakan: “ hiponim
ialah ungkapan (kata, biasanya atau kiranya dapat juga frasa atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain.”

Secara harfiah Hiponim berarti:

~ Nama yang termasuk di bawah nama lain.

~ Kata yang maknanya dianggap sebagai bagian dari makna kata lain yang lebih
luas.

~ Adanya hubungan semantik antara makna khusus dan makna umum.

~ Merupakan bagian dari hipernim.

~ Kata yang cakupan maknanya lebih sempit.

Dalam semantik, suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam
kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut hiperonim atau hipernim.
Suatu hiponim adalah anggota kelompok dari hiperonimnya dan beberapa
hiponim yang memiliki hiperonim yang sama disebut dengan kohiponim.
Kucing, serangga, dan merpati adalah hiponim dari hewan; hewan adalah
hiperonim dari kucing, serangga, dan merpati; serangga dan merpati adalah
kohiponim dari kucing sebagai hewan. Hubungan makna hiponim-hiperonim
dibedakan dengan hubungan makna meronim-holonim yang merupakan
hubungan antara bagian dengan kesatuan.

11
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata
hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan
anggota dari kata hipernim.

Hiponim tidak bersifat dua arah, melainkan bersifat satu arah. Mawar
adalah hiponim dari bunga, tapi bunga bukan hiponim dari mawar. Bunga adalah
hipernim dari mawar, sedangkan mawar adalah kohiponim dari Anggrek. Bunga
adalah hiponim dari kata yang lebih umum lagi, misalnya, hiponim dari makhluk.

Rumusan dari hiponim adalah

X adalah hiponim dari Y,

dimana X punya makna lebih spesifik dari Y; Y punya makna lebih umum dari
X; X bukan bagian Y.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi kata dalam bahasa jurnalistik sangat diperlukan untuk membentuk bahasa
jurnalistik yang efisien (jelas dan hemat). Ekonomi kata dalam bahasa jurnalistik juga
menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan. Karena Teks
yang singkat dengan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam
memahaminya.

B. Saran
Kami berharap di dalam penulisan dan penjelasan ini para pembaca bisa mengerti
atau memahami dengan baik mengenai ekonomi kata dalam bahasa jurnalistik yang kami
jelaskan sesuai dengan apa yang kami dapat dan simpulkan menjadi penjelasan seperti pada
pembahasan tersebut. Dengan demikian jika masih ada yang kurang dari penjelasan tersebut
bisa kalian pelajari lebih baik lagi melalui referensi-referensi yang lain agar lebih lengkap
dan lebih jelas.

13
DAFTAR PUSTAKA
Leech, Geoffrey., Prinsip-prinsip Pragmatik, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1993.

www.ialf.edu/kipbipa/papers/Suroso.doc

https://bincangmedia.wordpress.com/2012/06/23/memahami-bahasa-indonesia-ragam-jurnalistik-
berbahasa-dengan-ekonomi-kata/

14

Anda mungkin juga menyukai