Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENULIS ARGUMENTASI DAN NARASI

MEMENUHI TUGAS BAHASA INDONESIA KEILMUAN

Dosen pengampu : Rio Septora, M. Pd

Disusun oleh:
Kelompok 8
M. Nur kholid NPM. 17510027
Dedi irawan NPM. 175100

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai menulis argumentasi dan narasi

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang menulis argumentasi dan narasi
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Metro, 05 Mei 2018


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….…..i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….…………..ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….......……1

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………………………..…………2

A. Latar belakang……………………………………………………………………..2
B. Rumusan masalah …………………………………………………………..……..3
C. Tujuan………………………………………………………………………...……3

BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………………………………....5

1. Apa yang dimaksud dengan menulis argumentasi dan narasi……………….……5


2. Apa saja prinsip menulis argumentasi dan narasi………………………………….8
3. Bagaimana langkah-langkah membuat menulis argumentasi dan narasi………....12

BAB III

PENUTUP………………………………………………………………………………..14

A. Kesimpulan………………………………………………………………….……14
B. Saran………………………………………………………………………….…..14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….……..14
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai menulis argumentasi dan narasi

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang menulis argumentasi dan narasi
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Metro, 05 Mei 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan menulis mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan. Selain dapat
menunjang kesuksesan hidup seseorang, juga dapat melibatkan diri dalam persaingan global yang saat
ini terjadi. Pada era globalisasi, semua informasi disajikan secara instan dengan media yang beragam,
termasuk media cetak. Melalui karya tulis seseorang dapat mengaktualisasikan diri dan ikut menjadi
bagian kemajuan zaman.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis memiliki


kedudukan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karenanya, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
keterampilan menulis. Keterampilan dalam menulis harus dibina dan dikuasai sejak dini
sebagai salah satu keterampilan berbahasa.

Untuk meningkatkan keterampilan menulis perlu melalui pelatihan yang kontinyu untuk
mengembangkan suatu tulisan dengan baik. Oleh karena itu, seseorang harus menguasai
kemampuan dasar dalam menulis, yaitu yang berkaitan dengan masalah pilihan kata, efektivitas
kalimat, dan penalaran. (Akhadiah, dkk, 1996: 71).

Kegiatan menulis memang tidaklah mudah. Akhadiah (1996: 1) mengemukakan bahwa


banyak orang yang menganggap kegiatan menulis sebagai beban berat. Anggapan tersebut timbul
karena kegiatan menulis meminta banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-sungguh.
Dalam semua kurikulum yang pernah diterapkan tersebut, pada hakikatnya kegiatan pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
bahasa dan sastra secara baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan menulis yang dimiliki seseorang, diperoleh dengan latihan yang intensif.
Kemampuan menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan secara turun temurun, tetapi
merupakan hasil proses belajar dan ketekunan berlatih. Untuk memiliki keterampilan menulis
tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis, ataupun hanya melafalkan
definisi yang terdapat dalam bidang menulis, tetapi diperlukan proses berlatih secara terus
menerus dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, pembinaan terhadap kemampuan dan keterampilan berbahasa hendaknya
dilakukan secara terprogram dan berorientasi pada pengembangan dan peningkatan kompetensi
siswa ataupun mahasiswa. Mengingat semua jenis dan jenjang pendidikan menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional), maka penguasaan keterampilan bahasa Indonesia menjadi kunci
keberhasilan pendidikan di Indonesia.

Sementara itu, pembinaan menulis mampu meningkatkan keterampilan seseorang


khususnya bagi kaum pelajar dan mahasiswa dalam mencurahkan gagasan informasi, penalaran
atau sebuah ide. Dengan pertimbangan tersebut penulis memilih pengenalan terhadap karangan
narasi dalam pembinaan keterampilan menulis. Karangan narasi mampu memfasilitasi seseorang
dalam mencurahkan hati, misalnya buku harian, atau dengan menuliskan sebuah pengalaman-
pengalaman mengesankan yang menghibur dan menambah wawasan. Melalui karangan narasi,
pembinaan keterampilan menulis akan lebih menyenangkan serta tanpa adanya paksaan, karena
seseorang menulis atas pengalamannya sendiri bahkan atas dasar imajinasinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan menulis argumentasi dan narasi ?


2. Apa saja prinsip menulis argumentasi dan narasi ?
3. Bagaimana langkah-langkah membuat menulis argumentasi dan narasi ?

C. Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk:

1. Menjelaskan mengenai hakikat narasi yang berawal dari asal-usul munculnya


karangan narasi hingga mampu menyimpulkan pengertian dari karangan narasi.
2. Memberikan prinsip-prinsip dari karangan narasi sebagai pedoman untuk
mempelajari karangan narasi lebih lanjut.
3. Memberikan informasi mengenai langkah pembuatan karangan narasi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Apa Yang Dimaksud Menulis Argumentasi Dan Narasi

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Produktif karena kegiatan
ini akan menghasilkan suatu produk berupa tulisan. Ekspresif karena menulis, menuangkan
gagasan dalam bentuk tulisan. Berdasarkan penelitian Mathew Lieberman, menulis ternyata
dapat menghilangkan stres karena meningkatkan aktivitas ventrolateral prefrontal cortex,
bagian otak yang berfungsi mengurangi perasaan negatif. Tentunya tanpa mengesampingkan
keterampilan berbahasa lain, kegiatan menulis akan berhasil dengan baik jika ditunjang
keterampilan reseptif, yakni membaca dan menyimak.

Pinoza memaparkan bahwa berdasarkan penyajian dan tujuan dalam penyampaian


suatu tulisan, menulis dibedakan atas enam jenis, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi,
argumentasi, persuasi, dan campuran. Deskripsi merupakan pelukisan, narasi berarti
pengisahan, eksposisi pemaparan, argumentasi adalah pembahasan, persuasi sifatnya
mengajak, dan campuran yang berarti kombinasi. Dalam pembelajaran menulis di sekolah,
pembelajaran berdasarkan jenis-jenis tersebut telah diajarkan sejak tingkat pendidikan dasar
(SD), hingga ke kuliah.

Sistem penulisan tidak terlepas dari bentuk sebuah karangan. Karangan dalam
(http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/pengertian-karangan-dan-contoh
karangan.html) merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami. Sedangkan dalam dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008:640) karangan yaitu hasil
mengarang; tulisan; cerita; artikel; buah pena. Jadi karangan merupakan suatu hasil buah
pena atau hasil ungkapan gagasan yang disampaikan secara tertulis.

Menurut Anton M. Moliono (1989:124) berdasarkan tujuannya ada beberapa bentuk


karangan yaitu (1) penulisan yang bertujuan memberikan informasi, penjelasan, keterangan,
atau pemahaman termasuk golongan pemaparan, hasilnya dapat disebut pemaparan atau
eksposisi, (2) jika bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian
pribadi, atau membujuk pihak lain agar pendapat pribadi diterima, termasuk golongan
pembahasan, hasilnya dapat disebut bahasan, persuasi, atau argumentasi, (3) penulisan yang
sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan perekaan, dan yang
tujuannya lebih banyak mengimbau, tergolong kategori pengisahan, hasilnya dapat disebut
kisahan atau narasi, (4) penulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan, rupanya,
sifatnya, rasanya, atau coraknya termasuk golongan pemerian, hasilnya dapat disebut
pemerian atau deskripsi.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan adalah suatu
bentuk pengungkapan ide, gagasan, perasaan atau hasil tulisan sesorang yang disampaikan
kepada orang lain dalam bahasa tulis dengan tujuan tertentu. Berdasarkan tujuannya ada
beberapa bentuk karangan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Narasi dipaparkan sebagai jenis pengembangan paragraf dengan gaya bercerita.


Narasi dalam Bahasa Inggris (narration) berarti cerita. Dalam buku The Oxford Essential
Guide to Writing, narasi didefinisikan sebagai urutan peristiwa bermakna dengan alur
maju. Narasi pada dasarnya adalah suatu cerita. Dalam Kamus Besar Indonesia (2008:196)
narasi adalah penceritaan suatu peristiwa atau kejadian juga cerita atau deskripsi dari suatu
kejadian atau peristiwa. Sehingga narasi juga hampir mirip dengan deskripsi.

Yang membedakan narasi dengan deskripsi ialah terletak pada “waktu” sebagaimana
pernyataan Gorys Keraf (2003:136) “kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca
suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa narasi akan sulit dibedakan dari deskripsi
karena setiap peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan menggunakan metode
deskripsi. Sebab itu ada unsur lain yang harus diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan
demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan dan tindakan yang
terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis,
maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.”

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan


suatu penggambaran peristiwa atau proses yang memperhatikan unsur waktu. Sementara itu,
dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa halyang berkaitan dengan
narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.)
menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

Menurut Aceng Hasani (2005:43) bahwa karangan argumentasi adalah suatu jenis
karangan yang berusaha mempengaruhi orang lain dengan cara menyajikan bukti-bukti
sebagai penguat argumentasi yang dinyatakan secara logis dan faktual dengan tujuan
pembaca atau pendengar tertarik dengan yang dikemukakan oleh penulis.

Keraf (1997:99) mengemukakan bahwa argumentasi adalah suatu retorika yang


berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara. Melalui
argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu
menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.

Ahli lain, yaitu Alwasilah (2005:116) mengemukakan bahwa argumentasi adalah


karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan
(statement). Menurutnya argumen tidak berarti pertengkaran. Dalam teks argumen penulis
menggunakan berbagai strategi atau piranti retorika untuk meyakinkan pembaca ikhwal
kebenaran atau ketidakbenaran itu.

Beranjak dari definisi di atas. Menurut Keraf (1997:4), dasar sebuah tulisan yang
bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertolak dari fakta-
fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Dalam argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat,
di samping memerlukan kejelasan, argumentasi juga memerlukan keyakinan dengan
perantaraan fakta-fakta itu. Dengan fakta yang benar, ia dapat merangkaikan suatu
penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Seseorang yang kurang hati-hati dan tidak cermat menganalisa data-data tersebut, dapat
mengagalkan seluruh usaha pembuktiannya.

Dilihat dari ketiga pandangan di atas mengenai karangan argumentasi, terdapat


persamaan yaitu mengenai pengertian karangan argumentasi yang telah dipaparkan oleh
Aceng Hasani dan Keraf, bahwa karangan argumentasi merupakan jenis karangan yang
berusaha mempengaruhi orang lain. Berbeda dengan Alwasilah yang berpendapat bahwa
karangan argumentasi merupakan karangan yang membuktikan kebenaran atau
ketidakbenaran dari sebuah pernyataan dengan menggunakan berbagai strategi untuk
meyakinkan pembaca.

Menurut para ahli di atas karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk
memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.
Berdasarkan pemaparan semua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan
argumentasi merupakan suatu bentuk komunikasi tidak langsung melalui media tulisan yang
bersifat memberikan pandangan dan memposisikan diri untuk meyakinkan orang lain. Proses
meyakinkan pandangan yang dituangkan dalam argumentasi adalah dengan cara
menghadirkan evidensi atau pembuktian yang relevan dan merupakan rujukan pada
pembaca agar percaya dengan apa yang penulis paparkan dengan mengajukan bukti-bukti
yang mendukung kebenaran tulisan tersebut.

Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada kemampuan penulis dalam


mengemukakan tiga prinsip, yaitu pernyataan, alasan yang mendukung dan pembenaran.
Daud (2004: 25)

- pernyataan mengacu penentuan posisi dalam masalah yang masih kontroversional

- alasan mengacu pada usaha untuk mempertahankan pernyataan dengan meberikan


alasan-alasan atau bukti yang sesuai

- pembenaraan mengacu pada usaha dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan


dan alasan.

2. Apa saja prinsip menulis argumentasi dan narasi

 Prinsip Menulis Karangan Argumentasi

Dalam menulis suatu tulisan argumentatif, terdapat beberapa syarat yang harus
diperhatikan. Prinsip, di antaranya sebagai berikut:

1) Harus mengetahui benar pokok persoalan yang akan di argumentasikan berikut argumen-
argumennya.

2) Harus berusaha mengemukakan permasalahan dengan sejelas-jelasnya sehingga mudah


dipahami pembaca.

3) Argumentasi harus mengandung kebenaran untuk mencapai hasil karangan yang logis dan
benar.

4) Evidensi baik berupa bukti, contoh, maupun alasan-alasan harus


dikemukakan berdasarkan logika atau penalaran budi akal sehingga tersusun sebuah
karangan argumentasi yang logis dan sistematis.
Syarat-syarat di atas diperkuat oleh pendapat Alwasilah (2005:116) bahwa argumen
mengandalkan berbagai jenis appeal, yakni banding atau pertimbangan. Jenis-jenis appeal
yang lazim dipakai para penulis menurutnya adalah sebagai berikut:

a) Appeal to the writer’s own credibility (authority)

Pertimbangan kreadibilitas atau otoritas kepakaran sang penulis dengan menunjukkan


dirinya menguasai (tahu banyak) ikhwal suatu persoalan dengan tetap menghargai pandangan
pembaca.

b) Appeals to empirical data

Pertimbangan data empiris (data yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan


atau penelitian) dengan menyajikan data primer atau sekunder untuk memperkuat argumen.

- Data sekunder ialah bukti teoritik yang diperoleh melalui studi pustaka.

- Data primer adalah bukti penulisan yang diperoleh dilapangan yang dilakukan secara
langsung oleh penulisnya. Untuk pembuktian suatu kasus penulisan ilmiah (laporan), penulis
harus mengumpulkan data atau informasi secara cermat dan tuntas. Jika data tidak lengkap
kesimpulan yang dihasilkan tidak valid (tidak sah). Selain itu data juga harus diuji kebenaran
dan keabsahannya. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam karangan data harus diuji atau
di evaluasi kebenaranya sehingga diketahui secara pasti data itu merupakan fakta. Data dapat
diuji dengan wawancara, angket, observasi/penelitian lapangan, atau penelitian kepustakaan.

c) Appeals to reason (logical appeals)

Pertimbangan nalar atau logika, yakni bernalar dengan tepat ketika mengajukan
pendapat disertai bukti-bukti yang meyakinkan. Dengan menghubungkan pengamatan
(observasi berdasarakan data empirik) dengan kejadian-kejadian yang ada di dunia ini.
Kemudian, pengamatan dan kejadian tersebut menjadi suatu konsep dan pengertian
baru. Kemudian dilanjutkan dengan proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data,
pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan.

d) Appeals to the reader’s emotions, values, or attitudes (pathetic or affective


appeals)
Yaitu pertimbangan nilai-nilai, emosi, dan sikap dengan memilih contoh-contoh yang
memunculkan isu-isu yang diharapkan dapat meluluhkan perasaan pembaca dengan
menggunakan bahasa yang kaya makna konotatifnya.

Menurut Alwasilah (2005:117), keempat pertimbangan tersebut harus digunakan secara


proporsional. Jika yang di andalkan adalah pertimbangan otoritas atau kreadibilitas diri, maka
kesan yang muncul adalah bahwa penulis tidak peduli dengan emosi pembaca atau seolah-
olah melupakan bahwa pembaca juga mampu bernalar. Di samping itu, jika
terlalu mengandalkan pertimbangan logika, akan membuat tulisan menjadi berdarah dingin,
kaku, kejam, dan tak bernurani. Sebaliknya, jika terlalu mengandalkan pertimbangan nurani
pembaca membangun kesan bahwa penulis lembek, tak berpendirian dan mudah terbawa
angin.

 Prinsip-prinsip dasar narasi merupakan tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan


narasi. Prinsip tersebut antara lain :

1. Alur (plot)

Alur dengan jalan cerita tidak dapat terpisahkan,tetapi harus dibedakan. Jalan cerita memuat
kejadian, tetapi suatu kejadian terjadi karena ada sebab dan alasannya. Yang menggerakkan
kejadian cerita tersebut adalah alur, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Suatu kejadan baru
dapat disebut narasi jika didalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian
berkembang jika ada yang menyebabkan terjadinya perkambangan. Dalam hal ini disebut
konflik. Alur sering dikupas menjadi elemn sebagai berikut : (1) pengenalan, (2) timbulnya
konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, (5) pemecahan masalah. Alur merupakan
kerangka dasar yang sangat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus
bertalian satu sama lain, bagaimana tokoh harus digambarkan dan berperan, bagaimana
situasi dan karakter( tokoh) dalam suatu kesatuan waktu.

2. Penokohan

Penokohan ialah mengisahkan tokoh cerita yang bergarak dalam suatu rangkaian perbuatan
atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa dan kejadian. Tindakan,
peristiwa, kejadian disusun bersama-sama sehingga mendapat kesan atau efek tunggal.

3. Latar (setting)
Latar ialah tempat atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh.
Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkn latar secara umm. Misalnya disebutkan: di tepi
hutan, di sebuah desa,dll. Dalam latar waktu misalnya disebutkan: pada zaman dahulu, pada
suatu senja, dll.

Penyebutan nama latar secara pasti atau secara umum dalam narasi sebenarnya menyangkut
esensi dan tujuan yang hendak dicapai narasi itu sendiri. Narasi informasional esensinya
merupakan hasil pengamatan pengarang diinformasikan kepada pembaca. Narasi artistik
esensinya adalah hasil imajinasi pengarang untuk memberikan pengalaman estetik kepada
pembaca. Konsistensi antara dunia latar(latar fisik) dan dunia dalam (kejiwaan, suasana hati)
tokoh. Dunia mandiri dan utuh tidak harus sesuai dengan dunia keseharian. Dunia mandiri
dan utuh adakalanya terpisah dengan dunia keseharian, dan sering disebut dunia imajinasi
memiliki jarak estetis(aesthetical distance).

4. Sudut Pandang (point of view)

Sudut pandang menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apapun sudut
pandang yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Sebab watak
dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang ditutrkan pada pembaca. Jika
pencerita(narator) berbeda maka detail-detail cerita yang dipilih juga berbeda. Ada empat
macam kedudukan pokok narator dalam cerita yaitu:

a. Narator serba tahu (Omniscient point of view)

Dalam kedudukan ini narator bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia bisa menciptakan apa
saja yang ia perlukan untuk malangkapi ceritanya, sehingga mencapai efek yang diinginkan.

b. Narator bertindak objektif (Objective point of view)

Dalam kedudukan ini pengarang bekerja seperti dalam teknikomniscient hanya pengarang
sama sekali tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi “pandangan mata’’.
Pengarang menceritakan apa yang terjadi, seperti penonton melihat pementasan drama.
Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku.

c. Narator (ikut) aktif (Narator acting)

Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh
sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, saya, kami).
d. Narator sebagai peninjau

Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian
cerita kita ikuti bersama tokoh ini. Tokoh ii bisa bercerita tentang pendapat atau perasaanya
sendiri.

3. Bagaimana langkah-langkah membuat menulis argumentasi dan narasi

a. Langkah-Langkah Menyusun Karangan Argumentasi

Penyusunan atau penulisan karangan argumentasi dapat dilakukan dengan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1) Memilih dan menentukan pokok permasalahan.

2) Merumuskan pokok permasalahan dengan kalimat yang jelas dan membuat garis besar.

3) Menetapkan tujuan.

4) Mengumpulkan bahan-bahan yang berupa fakta, keterangan, kesaksian orang lain, atau
para ahli.

5) Mempelajari pustaka dan mencatat kutipan.

6) Menganalisis, menguji, membandingkan, menghubungkan (fakta, keterangan, kesaksian,


catatan, kutipan) menguraikan, menyusun keterangan dengan menarik dan logis, serta
membuat kesimpulan atau ringkasan.

7) Membaca ulang naskah karangan argumentasi demi perbaikan dan penyempurnaan.

b. Langkah Menulis Karangan Narasi

Untuk memandu dalam menulis narasi, berikut ini disajikan langkah-langkah praktis
mengembangkan karangan narasi.

1. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. Anda mau menulis tentang
apa? Pesan apakah yang hendak disampaikan kepada pembaca?

2. Tetapkan sasaran pembaca kita. Siapa yang akan membaca karangan kita, orang
dewasa, remaja, ataukah anak-anak?
3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
Kejadian-kejadian apa saja yang akan dimunculkan? Apakah kejadian-kejadian yang akan
disajikan itu penting? Adakah kejadian penting yang belum ditampilkan?

4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
Peristiwa-peristiwa apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita? Apakah peristiwa-
peristiwa itu telah tersusun secara logis dan wajar?

5. Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung


cerita. Kejadian-kejadian penting dan menarik apa saja yang berkaitan dan mendukung
peristiwa utama?

6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.


PENUTUP

A. Kesimpulan

Karangan narasi adalah karangan yang di tulis berdasarkan urutan waktu.

Prinsip-prinsip narasi antara lain: (1) alur (plot), (2) penokohan, (3) latar (setting), dan (4)
sudut pandang (point of view).

Tujuan narasi yaitu: (1) memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan,
dan (2) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

Karakteristik narasi antara lain: (1) menyajikan serangkaian berita atau peristiwa, (2)
disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir,
(3) menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian, dan (4) latar (setting) digambarkan secara
hidup dan terperinci.

Jenis narasi antara lain: (1) narasi ekspositorik (narasi informasional) dan (2) narasi sugestif
(narasi artistik).

B. Saran

Setelah mengetahui teori tentang hakikat menulis argumentasi dan narasi, sepatutnya
kita sebagai seorang mahasiswa yang akan menjadi harapan bangsa ke depan diharapkan
dapat mengimplementasikan disiplin ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku:

Keraf, Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia

Pinoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Suparno dan Yunus, Muhammad.2007. Materi Pokok Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai