Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS KELAS TINGGI


(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Kelas Tinggi)

Dosen Pengampu :
Yasinta Mahendra, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Nindi Fhatonah 2086206039


Reztu Yoanda 2086206076
Reni Ardani 2086206078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI
LAMPUNG UTARA
TAHUN 2021/2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
berkat rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah “Perkembangan
Kemampuan Menulis Kelas Tinggi”.
Makalah ini menyajikan materi yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
peserta didik atau pembaca. Makalah ini juga menjadi bahan ajar bagi guru dan
peserta didik dan untuk menggali ilmu secara mandiri, mencari untuk menemukan
aspirasi, motivasi dan dapat berkarya sehingga bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
penyajian makalah selanjutnya dapat kami tingkatkan. Semoga makalah ini dapat
membantu mengantarkan peserta didik untuk mencapai sukses dalam pendidikan,
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Kotabumi, 29 November 2021

Penulis

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Pengertian Menulis............................................................................3
2.2 Tujuan Menulis..................................................................................5
2.3 Pendekatan dan Model Pembelajaran Menulis..................................6
2.4 Perkembangan Tulisan Siswa Kelas Tinggi......................................8
2.5 Problematika Pembelajaran Menulis di Kelas Tinggi Sekolah
Dasar........................................................................................................8
BAB III. PENUTUP........................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam mengungkapkan ide,
pikiran, dan perasaan misal dalam bentuk fiksi maupun nonfiksi. Perlu
diperhatikan juga bahwa model pembinaan keterampilan menulis di Sekolah
Dasar disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia, psikologi, dan kategori/
tingkat kemampuan menulis para siswa. Karena, secara universal di Sekolah
Dasar sebagai penulis pemula mengandalkan kemampuan berpikir yang sederhana
sehingga dalam menulis memerlukan teknik khusus. Kegiatan menulis juga dapat
diartikan sebagai rangkaian proses berpikir. Proses berpikir berkaitan erat dengan
kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat menghasilkan tulisan yang baik
pula.
Agar siswa mempunyai pemahaman dan ketrampilan menulis, diperlukan
suatu perencanaan pembelajaran menulis yang tepat dan terencana dengan strategi
pembelajaran yang efektif. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran menulis di
Sekolah Dasar, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran menulis secara tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian menulis?
2. Apa saja tujuan menulis?
3. Apa saja pendekatan serta model pembelajaran yang digunakan dalam
menulis?
4. Bagaimanakah perkembangan tulisan siswa di kelas tinggi?
5. Apa saja masalah yang ada pada pembelajaran menulis kelas tinggi sekolah
dasar?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca mampu mengetahui:

1
1. Untuk mengetahui pengertian menulis.
2. Untuk mengetahui tujuan dalam menulis.
3. Untuk mengetahui apa saja pendekatan serta model pembelajaran yang
digunakan dalam menulis.
4. Untuk mengetahui perkembangan tulisan siswa di kelas tinggi.
5. Untuk mengetahui masalah yang ada pada pembelajaran menulis kelas tinggi
sekolah dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menulis


Pembelajaran Menulis di Kelas Tinggi menulis lanjutan diberikan kepada
siswa mulai kelas 4 sampai kelas 6 sekolah dasar. Menulis lanjut di arahkan untuk
menggungkapkan pikiran, perasaaan dan informasi ke dalam bentuk percakapan,
petunjuk, dan cerita. Pembelajaran menulis lanjutan berisikan kegiatan-kegiatan
berbahasa tulis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya surat, puisi, pidato, naskah
drama, pengumuman, cara menulis ringkasan, mengisi formulir dan sebagainya.
Berdasarkan isinya jenis tulisannya menulis dibedakan menjadi empat yaitu
menulis diskripsi, narasi, argumentasi dan eksposisi. Suparno (2008; 1.13)
menambahkan satu lagi jenis tulisan yaitu persuasi.
1) Deskripsi
Menurut Suparno (2008: 1.11) Deskripsi merupakan ragam wacana yang
melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamat,
pengalaman, dan perasaan penulisnya. Deskripsi menggambarkan sesuatu dengan
jelas dan terperinci. Tulisan deskripsi bertujuan melukiskan atau memberikan
gambaran terhadap sesuatu dengan jelas sehingga pembaca seolah-olah dapat
melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. Tulisan
ini bermaksud meyakinkan pembaca tentang kebenaran sesuatu yang telah
dijelaskan oleh penulis.
2) Narasi
Menurut Suparno (2008: 1.11) berpendapat bahwa narasi adalah ragam
wacana yang menceritakan proses kejadian. Tujuannya adalah memberikan
gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau
rangkaian terjadinya sesuatu hal. Dalam tulisan narasi biasanya terdapat tokoh,
tempat dan waktu kejadian. Hal ini maksud untuk memaparkan suatu cerita atau
kejadian dengan sejelas-jelasnya.
3) Argumentasi

Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menyatakan


kebenaran dengan didukung argumen atau alasan yang sesuai. Tulisan yang

3
bertujuan meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis dapat
menyajikan secara logis, kritis dan sistematik bukti-bukti yang dapat memperkuat
kebenaran pendapat yang disampaikan. Paragraf argumentasi dapat disusun
dengan pola sebab-akibat. Artinya, paragraf tersebut diawali dengan kalimat
utama yang merupakan sebab dan diikuti oleh beberapa akibat sebagai kalimat
penjelasnya. Dan begitu juga sebaliknya. Penulis dapat mengajukan
argumentasinya berdasarkan contoh-contoh, analogi, akibat-sebab, sebab-akibat,
dan pola-pola deduktif.
4) Eksposisi
Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan,
menyampaikan, atau menguraikan sesuatu yang dapat memperluas atau
menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya (Suparno, 2008: 112).
Eksposisi merupakan tulisan yang isinya menyampaikan atau memaparkan sebuah
informasi secara jelas dan dapat disertai data-data yang konkrit sehingga pembaca
dapat informasi yang sesungguhnya.
5) Persuasi
Persuasi merupakan pragraf yang berisikan tentang ajakan atau bujukan
kepada pembaca agar pembaca dapat melakukan atau mengikuti apa yang penulis
ungkapkan didalam pragraf tersebut. Di dalam paragraf persuasi banyak
ditemukan kata-kata seperti “ayo”, mari, dan lakukanlah. Dalam persuasi bukti-
bukti digunakan seperlunya atau kadang-kadang dimanipulasi untuk menimbulkan
kepercayaan pada diri pembaca bahwa apa yang disampaikan penulis itu benar.
Contohnya pada propaganda, iklan, selebaran, dan brosur.

Berdasarkan jenis-jenis kegiatan pembalajaran menulis terdiri dari :


menyusun karangan, menyusun kembali karangan yang diacak, menyelesaikan
cerita tertulis, meringkas (sinopsis) bacaan, reka cerita gambar, mendeskripsikan
sesuatu, mengembangkan judul, menulis surat dan sebagainya.
Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua :
1) Menulis cerita
a) Baca dan tulis, simak dan tulis
b) Menyusun kalimat
c) Menyusun paragraf

4
d) Membuat cerita
e) Menceritakan kembali
2) Menulis untuk keperluan sehari-hari

Menulis untuk keperluan sehari-hari meliputi: menulis surat, menulis


pengumuman, mengisi formulir, menulis surat undangan, membuat iklan, dan
menyusun daftar riwat hidup.

2.2 Tujuan Menulis


Keterampilan menulis terkait dengan keterampilan berbahasa lainnya.
Menulis berkaitan dengan kegiatan membaca, bahkan dengan kegiatan berbicara
dan menyimak. Kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang
serempak dan mempunyai hubungan yang saling mendukung. Menulis merupakan
suatu cara untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan. Untuk memperoleh
informasi yang berkaitan dengan bentuk tulisan atau topik yang akan ditulis, maka
diperlukan kegiatan membaca.
Pada saat proses menulis berlangsung, siswa melakukan kegiatan
membaca sebagai kegiatan dari latihan menulis. Untuk menguji kemampuan
membacanya siswa melakukan kegiatan menuliskan kembali isi teks yang telah
dibacanya. Misalnya, setelah membaca sebuah cerita, untuk mengungkapkan
kembali hasil pemahamannya tentang struktur cerita siswa melakukan kegiatan
menuliskan kembali struktur cerita yang telah dipahaminya tersebut. Pada saat
yang sama, yakni saat proses menulis berlangsung, siswa juga melakukan
kegiatan membaca untuk mengetahui kebermaknaan dari topik yang telah
ditulisnya. Pada saat membaca cerita, siswa merekonstruksi gagasan-gagasan dan
makna yang termuat dalam bacaan berkaitan dengan struktur cerita dan
penggarapannya.
Berdasarkan hasil rekonstrukssi makna ini, siswa melakukan kegiatan
writing melalui kegiatan menulis ceritadengan penggarapan struktur secara tepat.
Dari hasil tulisan siswa dapat dilihat bentuk keseluruhan pemahaman siswa
berkaitan dengan isi bacaan, dalam hal ini penggarapan struktur cerita. Pada saat
membaca cerita tadi, siswa berpikir secara kritis dan kreatif, melihat dan

5
membandingkan realita dengan skemata dan realitas lain yang teramatinya
sehingga membentuk hasil pengamatan dan melahirkan pengertian baru.
Membaca merupakan proses yang konstruktif dan proses problem solving.
Praduga dan prediksi pembaca berkaitan dengan teks yang telah dibaca melalui
kegiatan problem solving. Perolehan pengetahuan ini digunakan sebagai bekal
untuk melakukan kegiatan menulis. Dalam proses tersebut pembaca mengurai
kode tertulis untuk memperoleh makna. Pembaca melakukan proses interaktif
dengan teks yang diarahkan oleh pengetahuan (skemata) dan pengalaman yang
dimiliki sebelumnya. Skemata dalam hal ini adalah suatu rangkaian ide/ konsep
yang tersusun dalam sebuah kerangka untuk memahami sebuah informasi barau.
Bila pembaca mengetahui kerangka tersebut, maka berbagai informasi yang
datang langsung dapat disusun, dipahami, dan disimpan dalam ingatan untuk
kemudian dipergunakan kembali pada waktu diperlukan.
Dengan demikian, pembelajaran menulis juga sebaiknya dilakukan secara
integratif melalui pemaduan keterampilan berbahasa lainnya, misalnya membaca.
Pada saat membaca dan merekonstruksi makna dari bacaan, kemampuan
intelektual dan emosional siswa dilibatkan secara aktif. Membimbing siswa untuk
mengartikulasikan proses berpikirnya saat mereka membaca akan membantu
mereka menilai pemahamannya. Membaca selama kegiatan proses menulis
berlangsung secara tidak langsung memberikan pengaruh pada produk tulisan
siswa. Pengembangan komposisi dalam menulis tidak dapat dikembangkan dalam
menulis saja, tetapi menuntut aktivitas membaca dan kegemaran membaca. Jadi
tujuan menulis yaitu:
a) Tujuan penugasan (Assigment Purpose) sebagai penugasan tidak mempunyai
tujuan sama sekali. Ini sebagai tugas yang diberikan guru kepada siswa.
b) Tujuan altruistic (Altruistic Purpose) tujuan ini menyenangkan pembacanya.
Tujuan dari altruistic adalah keterbacaan sesuatu tulisan.
c) Tujuan pesuasif (persuasive purpose) bertujuan untuk meyakinkan pembaca
akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

2.3 Pendekatan dan Model Pembelajaran Menulis


a. Pendekatan pembelajaran menulis diantaranya yaitu:
a) Pendekatan Komunikatif

6
Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa
berkumunikasi dalam pembelajaran. Pendekatan ini tampak pada pembelajaran:
mendeskripsikan suatu benda, menulis surat dan membuat iklan.
b) Pendekatan Keterampilan
Proses keterampilan memfokuskan pada keterampilan mengamati,
mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Tampak pada
pembelajaran : membuat iklan dan menyusun kalimat acak menjadi pragraf yang
padu.
c) Pendekatan Tematik
Menulis pengalaman dalam bentuk puisi.
d) Pendekatan Integratif
Menekankan pada menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam
pembelajaran. Misalnya pada menuliskan dan menceritakan suatu peristiwa yang
menarik bagi anak, membuat ringkasan cerita yang di dengar. Membaca bacaan
kemudian membuat ikhtisarnya.

b. Model pembelajaran menulis antara lain yaitu:


1) Menceritakan Gambar
Dalam menceritakan gambar guru memperlihatkan gambar, selanjutnya
siswa diminta mengamati gambar tersebut dengan teliti. Kemudian mereka
diminta untuk menuliskan ke dalam cerita lengkap.
2) Melanjutkan Cerita
Diawali dengan guru membacakan atau mendengarkan cerita pilihan
guru,kemudian siswa diminta melanjutkan cerita guru tersebut.
3) Menceritakan Mimpi
Dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
mimpinya dengan menambah atau mengurangi isi dan mimpi mereka sehingga
menjadi cerita yang menarik untuk diceritakan.
4) Menceritakan Pengalaman
Dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
pengalaman, baik pengalaman saat liburan, bermain, darmawisata dan sebagainya.
5) Menceritakan Cita-cita

7
Dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
cerita tentang cita-citanya setelah dewasa nanti.

2.4 Perkembangan Tulisan Siswa Kelas Tinggi


Pada usia kelas tinggi seorang siswa telah memasuki tahap integrasi.
Siswa telah dapat mempertimbangkan seluruh aspek yang melingkupinya. Tan
(2011: 56) menyatakan bahwa “siswa telah dapat mengaplikasikan konteks
komunikatif dalam mengarang seperti bentuk, gaya, pembaca, dan tujan
penulisan”. Secara lebih rinci dan sistematis Farris (2003: 202) menunjukkan
profil kemampuan siswa SD dalam mengarang berdasarkan proses dan kegiatan
menulisnya.
Siswa kelas tinggi SD pada proses menulisnya, yakni dalam tahapan pra-
menulis sudah mampu:
1) Memfokuskan gagasannya pada satu topik tertentu,
2) Berpikir abstrak dengan tidak lagi memerlukan hadirnya contoh konkret, dan
3) Menganjukan pertanyaaan pada dirinya sendiri
Dengan demikian, pada tahap penulisan siswa telah mampu
1) Menuangkan gagasannya dalam bentuk draf secara berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandang, bentuk, dan suasana,
2) Menunjukkan kesadaran adanya pembaca,
3) Mengawali cerita dari berbagai bagian, misalnya dari bagian tengah,
4) Menunjukkn rasa simpati,
5) Menumbuhkan kesadaran terhadap pemenuhan elemen tulisan yang baik, dan
6) Menulis, membaca, serta menyunting tulisannya sendiri.
Pada tahap perbaikan siswa SD kelas tinggi sudah mampu
1) Melakukan penyuntingan terhadap tulisannya sendiri,
2) Mengaplikasikan aspek mekanikal tulisan atau karangan, dan
3) Mempertimbangkan calon pembacanya.

2.5 Problematika Pembelajaran Menulis di Kelas Tinggi Sekolah Dasar


Bahasa adalah kode yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili
ide-ide melalui penggunaan simbol-simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang
mengatur kombinasi simbol-simbol tersebut (Bernstein dan Tigerman, 1993).
Bahasa merupakan suatu sistem kombinasi sejumlah komponen kaidah yang

8
kompleks. Bloom dan Lahey (1978) memandang bahasa sebagai suatu kombinasi
antara tiga komponen utama: bentuk, isi dan penggunaan. Bentuk suatu ujaran
dalam bahasa lisan dapat digambarkan berdasarkan bentuk fonetik dan
akustiknya, tetapi bila kita hanya menggambarkan bentuknya saja, maka kita akan
terbatas pada penggambaran bentuk atau kontur fitur permukaan ujaran saja. Ini
biasanya dilakukan berdasarkan unit fonologi (bunyi atau struktur bunyi),
morfologi (unit-unit makna berupa kata atau infleksi), dan sintaks (kombinasi
antara berbagai unit makna). Isi bahasa adalah maknanya atau semantik- yaitu
representasi linguistik dari apa yang diketahui seseorang tentang dunia benda,
peristiwa dan kaitannya. Representasi linguistik tentang isi bahasa tergantung
pada kode – yaitu suatu sistem isyarat arbitrer yang konvensional – yang memberi
bentuk kepada bahasa (Bloom dan Lahey, 1978).
Anak mungkin berkesulitan dalam mengembangkan pengetahuan yang
sesuai usia dalam salah satu dari ketiga dimensi bahasa (isi, bentuk atau
penggunaan), dan kesulitan dalam satu dimensi dapat mengakibatkan kesulitan
dalam dimensi lainnya. Kesulitan dalam dimensi bentuk mungkin terbatas hanya
pada fonologi, tetapi kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman tentang fonologi bahasa dapat mempengaruhi perkembangan dalam
bidang morfologi dan sintaks. Masalah dalam kemampuan mengembangkan
kemampuan bahasa yang sesuai usia di dalam berbagai dimensi bahasa biasanya
akan menimbulkan masalah dalam pengembangan kemampuan membaca dan
menulis yang sesuai usia. Masalah-masalah ini mungkin terkait dengan
perkembangan membaca pada berbagai tingkatan. Kesulitan dalam dimensi
bentuk dapat mengakibatkan masalah dalam “memecahkan” kode bacaan. Anak
yang bermasalah dalam mengembangkan pengetahuan tentang bentuk bahasanya
dapat bermasalah dalam memahami struktur bunyi dan dalam memahami
hubungan huruf-bunyi yang diperlukan untuk “memecahkan kode” bahasa tulis.
Di pihak lain, anak yang berkesulitan memahami isi bahasa mungkin akan dapat
“memecahkan kode” dengan mudah, tetapi mereka mungkin berkesulitan dalam
memahami apa yang dibacanya. Siswa juga mungkin berkesulitan dalam
membaca karena mereka berkesulitan dalam menggunakan bahasa. Tujuan
pengajaran membaca adalah membaca untuk belajar (atau membaca untuk

9
kesenangan). Pembaca harus dapat masuk ke dalam semacam dialog dengan
penulis. Untuk belajar dan mengerti suatu teks diperlukan pengembangan strategi
untuk memahami maksud penulis. Teks yang berbeda memerlukan strategi yang
berbeda untuk memahaminya.

10
BAB III

PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Menulis lanjut di arahkan untuk menggungkapkan pikiran, perasaaan dan
informasi ke dalam bentuk percakapan, petunjuk, dan cerita. Pembelajaran
menulis lanjutan berisikan kegiatan-kegiatan berbahasa tulis dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan isinya jenis tulisannya menulis dibedakan menjadi empat
yaitu menulis diskripsi, narasi, argumentasi dan eksposisi. Suparno (2008; 1.13)
menambahkan satu lagi jenis tulisan yaitu persuasi.
Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua :
1) Menulis cerita
2) Menulis untuk keperluan sehari-hari
Tujuan menulis yaitu:
1) Tujuan penugasan
2) Tujuan altruistic
3) Tujuan pesuasif

Pendekatan pembelajaran menulis diantaranya yaitu: Pendekatan


Komunikatif, Pendekatan Keterampilan, Pendekatan Tematik, dan Pendekatan
Integratif. Model pembelajaran menulis antara lain yaitu: Menceritakan Gambar,
Melanjutkan Cerita, Menceritakan Mimpi, Menceritakan Pengalaman, dan
Menceritakan Cita-Cita.
Farris (2003: 202) menunjukkan profil kemampuan siswa SD dalam
mengarang berdasarkan proses dan kegiatan menulisnya, yaitu: Pra-menulis,
Penulisan, dan perbaikan.
Anak mungkin berkesulitan dalam mengembangkan pengetahuan yang
sesuai usia dalam salah satu dari ketiga dimensi bahasa (isi, bentuk atau
penggunaan), dan kesulitan dalam satu dimensi dapat mengakibatkan kesulitan
dalam dimensi lainnya. Kesulitan dalam dimensi bentuk mungkin terbatas hanya
pada fonologi, tetapi kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan dan

11
pemahaman tentang fonologi bahasa dapat mempengaruhi perkembangan dalam
bidang morfologi dan sintaks.
3.2 Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah Perkembangan Kemampuan
Menulis Kelas Tinggi dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan
pembelajaran. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, sehingga kiranya pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar
dapat membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, dkk. 2000. Pendidikan Anak Bermasalah. Yokyakarta: Pustaka


Pelajar.
Akhadiah, Sabarti., dkk. 2008. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Akhadiah, Sabarti. 2009. Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Dalman. 2008. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hadiyanto. 2001. Membudayakan Kebiasaan Menulis. Jakarta: Fikahati Aneska.
http://ditahadaita21.blogspot.com/2016/01/menulis-kelas-tinggi.html?m=1
https://www.scribd.com/document/393997107/Pembelajaran-Menulis-Di-Kelas-
Tinggi
http://pustaka-naiswa.blogspot.com/2017/05/pengembangan-pembelajaran-
keterampilan.html?m=1
Muslich, M. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kom-petensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suparno. 2005. Konsep Keterampilan Menulis. Yogyakarta: Kanisius.

13

Anda mungkin juga menyukai