Anda di halaman 1dari 13

Makalah Studi Relasi Ekonomi Politik dan Media

Berdasarkan Perkembangan Media di Indonesia

Mata Kuliah

Ekonomi Politik dan Media

Penyusun:

Tio Wahyu Arizki Nanda (B91219131)

Dosen Pengampu :

MIFTAHUL GHUFRON, M.IKOM

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam Atas rahmat, taufik dan
hidayahnya. Saya dapat menyusun makalah ini guna menyelesaikan tugas mata
kuliah Ekonomi dan Politik Media yang diampu oleh MIFTAHUL GHUFRON,
M.IKOM

Kata terima kasih tak lupa saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan
mahasiswi, atas bantuan dan partisipasinya untuk menyelesaikan makalah ini.
Adapun isi makalah ini membahas terkait dengan Studi Relasi Ekonomi Politik dan
Media Berdasarkan Perkembangan Media di Indonesia.

Besar harapan saya agar makalah ini dapat berguna untuk para rekan-rekan
sesama mahasiswa dan mahasiswi dalam proses perkuliahan untuk membantu
mahasiswa(i) dalam mencari informasi yang relavan dan aktual serta menambah
dan memperluas wawasan kita.

Akhir kata yang kami ucapkan mohon maaf jika dalam proses penulisan
makalah ini banyak kekurangan atau kesalahan. kritikserta saran sangat diharapkan
demi perbaikan makalah ini.

Sidoarjo, 15 Januari 2021

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN................................................................................................5

A. Perkembangan Media Di Indonesia (Cetak/Elektronik/Online)..........................5


B. Contoh Kasuistik Ekonomi Politik Dan Media Di Indonesia...............................7
C. Analisis Ekonomi Politik Dan Media Di Indonesia (Konvergensi Dan
Konglomerasi Media).........................................................................................10

BAB III: PENUTUP......................................................................................................19

A. Kesimpulan........................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................19

Daftar Pustaka..............................................................................................................20

Page | ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media di Indonesia merupakan istilah umum yang merujuk kepada beragam alat
yang lazim digunakan di Indonesia, baik untuk berkomunikasi ataupun menyebarkan
informasi kepada masyarakat. Di Indonesia, terdapat beragam jenis media yang
sering digunakan untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi, di antaranya
adalah televisi, radio, surat kabar atau koran, majalah, internet website, dan
sebagainya. Masing-masing media komunikasi memiliki karakteristik berbeda-beda.
Pada dasarnya, beragam media komunikasi yang ada di Indonesia dikelompokan
menjadi 2 kategori besar, yaitu media konvensional dan media baru (new media). 1

Perkembangan media mulai dikenal pada era zaman romawi 60 tahun sebelum
masehi (SM). Pada era itu perkembangan media dimulai dengan munculnya surat
kabar Acta Senatus atau Acta Diurna Populi Romaw. Surat kabar pada zaman ini
terbit setiap hari memuai isi pengumuman dari Kaisar Roma dan berita-berita
mengenai kegiatan kekaisaran yang ditempel pada pusat kota yang disebut Forum
Romanum. Julius Caesar pada tahun 59 SM yang menerbitkan surat kabar ini dan
bertahan hingga empat abad lamanya sebelum runtuhnya kekaisaran Roma. Para
akar menyebutkan bahwa masa sebelum Acta Diurna sebagai Masa Prajurnalis dan
setelah Acta Diurna sebagai Masa Jurnalis 2(Barus, 2010).

Perkembangan media massa di Indonesia pada periode ini begitu sangat pesat.
Terutama setelah terjadi perubahan tatanan politik di Indonesia yang berujung pada
reformasi. Pasca tumbangnya rezim orde baru tersebut, jumlah media massa
mengalami peningkatan yang pesat3 (Iriantara, 2009 : 45). Sebab pada zaman orde
baru tersebut, perkembangan media massa sangat dibatasi. Tercatat, hanya ada
289 media cetak, 6 stasiun televisi, dan 740 radio di Indonesia. Namun, setelah
reformasi, jumlah media massa mengalami lonjakan.

Berbagai media baik cetak maupun elektronik yang semula terbatas, kini telah
menjamur dengan beragam kategori. Baik itu yang bersifat nasional maupun juga
1
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Diakses 01/11/2021)
2
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita . Jakarta: Erlangga.
3
Iriantara, Yosal. 2009. Literasi Media: Apa, Mengapa, dan Bagaimana, Bandung, Simbiosa Rekatama Media.

Page | iii
yang berada di tingkat lokal. Pada tahun 2008 tercatat media cetak meningkat
menjadi 830, 60 stasiun televisi, dan 2.000 radio berizin dan 10.000 radio gelap.

Perkembangan media massa menjadi sangat pesat ini memang perlu diapresiasi.
Sebab media massa merupakan jawaban bagi kehidupan masyarakat yang
merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki hasrat yang
besar untuk berkomunikasi dengan sesamanya 4 (Abrar, 2011: 7).

Hal ini Seperti yang diungkapkan oleh Harun dan Elvinaro mengenai semangat
pembangunan. Dijelaskan bahwa pembangunan yang sebenarnya tidak hanya
memenuhi kebutuhan pokok manusia (pangan, sandang, papan, kesehatan)
melainkan juga apa yang disebut kebutuhan kultural manusia, seperti pendidikan,
informasi, martabat kemanusiaan, dan kekayaan spiritual dalam berbagai
bentuknya5 (Harun dan Elvinaro, 2012: 11).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan media media yang ada di Indonesia?


2. Apa saja masalah atau tantangan yang dihadapi media di Indonesia?
3. Bagaimana analisis ekonomi politik dan media Di Indonesia mengacu pada
Konvergensi Dan Konglomerasi Media
C. Tujuan Masalah

Adapun Tujuan masalah dari latar belakang diatas sebagai berikut :

1. Mengetahui perkembangan media media yang ada di Indonesia?


2. Memahami Apa saja masalah atau tantangan yang dihadapi media di
Indonesia?
3. Memahami Bagaimana analisis ekonomi politik dan media Di Indonesia
mengacu pada Konvergensi Dan Konglomerasi Media.

BAB II

PEMBAHASAN
4
Abrar, Ana Nadhya. 2011. Analisis Pers: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Cahaya Atma Pusaka
5
Harun, H Rochajat & Elvinaro Ardianto. 2012. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial: Perspektif
Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis. Jakarta: Rajawali Pers

Page | iv
A. Perkembangan Media di Indonesia

Media massa menurut para ahli dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu media
massa tradisional dan media massa modern. Media massa tradisional umumnya
merujuk pada media massa cetak (surat kabar dan majalah) dan media massa
elektronik (radio, televisi, dan film). Sedangkan, yang dimaksud dengan media
massa modern adalah internet. Tak jarang, dalam teori media baru atau teori new
media, media massa elektronik seringkali disebut juga dengan media era pertama
sedangkan media massa modern merujuk pada media era kedua.

Perkembangan media di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dunia cetak
perlahan-lahan mulai beralih ke dunia digital dan elektronik. Semakin banyaknya
perusahaan-perusahaan media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di
dunia media massa. Media massa diawali dalam bentuk surat kabar, yang ditulis lalu
kemudian dicetak setelah teknologi percetakan berkembang. Kemudian muncul pula
majalah, radio, televisi, dan terakhir internet. Bedasarkan perkembangan tersebut,
kita perlu menelusuri lebih jauh sejarah dari perkembangan media massa di
Indonesia. Oleh karena itu, perlu kita memahami terlebih dahulu bagaimana sejarah
perkembangan media di Indonesia.

Menurut nurudin (2017) dalam bukunya perkembangan teknologi komunikasi.


Sejarah media massa diawali dengan ditemukannya media cetak dan terus
mengalami perkembangan selama abad 20 hingga kini 6. Media massa mencapai
puncak kejayaannya di abad 20 hingga dikenal juga sebagai abad komunikasi
massa. Memasuki abad 21, media massa mulai menggunakan internet untuk
menyebarluaskan berita dan informasi kepada khalayak yang jauh lebih luas.

Bagaimana dengan Indonesia?. Sejarah media massa di Indonesia dimulai sejak


masa penjajahan Belanda. Dan baru mengalami perkembangan yang signifikan
setelah bergulirnya era reformasi di penghujung tahun 1990an. Media massa di
Indonesia juga terdiri dari macam-macam media komunikasi seperti televisi, radio,
film, surat kabar, majalah, dan internet. Di Indonesia, masing-masing media
komunikasi tersebut memiliki perjalanan sejarahnya sendiri.

6
Nurudin. 2017. Ilmu Komunikasi: Ilmiah dan Populer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Page | v
1. Surat Kabar

Sejarah pers di Indonesia diawali pada masa penjajahan Belanda. Bangsa Belanda
yang memperkenalkan percetakan pertama di Indonesiayaitu ketika kerjasama
dagangnya yang Verenigde Nederlandsche Geoctroyeerde Oost-Indische atau VOC.
Mereka menyadari pentingnya pers untuk mencetak peraturan-peraturan hukum
yang terdapat pada maklumat resmi pemerintah. 7

Para misionaris Gereja rotestan Belanda yang ada di Indonesia juga berperan dalam
mengenalkan percetakan di Indonesia. Mereka membeli sebuah mesin cetak dari
Belanda di tahun 1624 dan menggunakannya untuk menerbitkan literatur Kristen
yang diubah ke dalam bahasa daerah guna keperluan penginjilan. 8

Perkembangan pers di Indonesia terus berlanjut di masa kemerdekaan, masa pasca


kemerdekaan, dan masa Orde Baru. Beberapa ahli menyebutkan bahwa sistem pers
yang berlaku pada masa Orde Baru adalah sistem pers otoriter. Dalam salah satu
teori persyaitu teori otoritarian pers dijelaskan bahwa dalam sistem pers otoriter,
peran media massa dan fungsi media massa ditujukan untuk menyampaikan pesan-
pesan pembangunan dan untuk menjaga stabilitas nasional. Sehingga, hal-hal yang
sifatnya menyerang kebijakan pemerintah akan menimbulkan konsekuensi hukum9.

Sebagaimana media massa lainnya, surat kabar atau majalah mengalami


perkembangan yang sangat signifikan pada masa reformasi. Hal ini dibuktikan
dengan data yang dikeluarkan oleh Dewan Pers yang menyebutkan bahwa hingga
tahun 2015, jumlah media cetak di Indonesia total mencapai 321 pers cetak baik
yang diterbitkan secara harian, mingguan, maupun bulanan.

2. Radio

Perkembangan radio di Indonesia setelah merdeka, diawali dengann lahirnya


Radio Republik Indonesia (selanjutnya disebut: RRI) pada tanggal 11
September 194510. Sejak saat itu, bermacam-macam stasiun radio swasta
7
Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran KeIndonesiaan (Jakarta: PT Pustaka Utan Kayu,
2003), Hlm 2
8
Ibid., hlm. 2.
9
Djoko Waluyo, "Membedah Pers Otoritarian Pada Rezim Orde Baru". Peneliti Komunikasi dan Media
Puslitbang Aptika & IKP Balitbang SDM Kominfo. 2011, hlm 174.

10
Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), hlm. 50.

Page | vi
bermunculan di berbagai wilayah, dan salah satu yang terbesar karena
mendapat subsidi dari pemerintah Hindia Belanda saat itu adalah
Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM).
Pada masa kemerdekaan, tepatnya tanggal 11 September 1945, para
pimpinan radio yang tergabung dalam Perikatan Perkumpulan Radio
Ketimuran (PPRK) sepakat mendirikan organisasi radio yang dinamakan
Radio Republik Indonesia.

Sebagaimana televisi, keberadaan radio diatur oleh pemerintah melalui


Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film. Pada masa Orde Baru,
perkembangan radio swasta dimulai di Indonesia. Keberadaan radio siaran
swasta diatur dengan ketentuan tersendiri yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran
Non Pemerintah. Ketentuan tersebut meliputi syarat penyelenggaraan,
perizinan, fungsi, hak, kewajiban dan tanggung jawab radio siaran serta
pengawasannya. Radio siaran swasta di Indonesia membentuk organisasi
tersendiri yang diberi nama PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta
Nasional Indonesia). Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Dewan Pers,
hingga tahun 2015, jumlah stasiun radio di Indonesia mencapai 674 stasiun
radio.11

3. Televisi
Sejarah televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 yang ditandai dengan
disiarkannya dua peristiwa besar di Indonesia yakni peringatan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1962 di Istana Merdeka dan upacara
pembukaan Asian Games IV tanggal 24 Agutsus 1962 di Gelora Bung Karno,
Jakarta oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Sejak saat itulah, TVRI mulai
mengudara secara regular dan mulai melebarkan sayapnya ke seluruh Indonesia
setelah diorbitkannya Satelit Palapa A112.

Keberadaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) diatur oleh pemerintah melalui


Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film. Sebelum era reformasi bergulir, media
massa elektronik seperti radio dan televisi dikuasai oleh pemerintah. Televisi swasta
mulai tumbuh setelah stasiun televisi swasta RCTI mulai mengudara secara terbatas
di tahun 1988.

Di penghujung abad 20, semakin berkembangnya teknologi komunikasi telah


membawa perubahan dalam transmisi siaran dan jumlah televisi swasta pun mulai
11

https://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Radio_Siaran_Swasta_Nasional_Indonesia#Sejarah_lahirnya_PRSSNI
(Diakses 03/11/2021)
12
https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_Republik_Indonesia#Referensi (diakses 03/11/2021)

Page | vii
bertambah. Sebagian besar wilayah Indonesia dapat dijangkau oleh siaran televisi.
Merujuk data yang dipublikasikan oleh Dewan Pers, hingga tahun 2015, jumlah
stasiun televisi di seluruh Indonesia mencapai 523 stasiun televisi yang mencakup
televisi swasta nasional dan lokal.

4. Internet
Internet mulai masuk ke Indonesia pada medio 1990an. Berdasarkan catatan whois
ARIN dan APNIC, protokol Internet (IP) pertama dari Indonesia, UI-NETLAB
(192.41.206/24) didaftarkan oleh Universitas Indonesia pada 24 Juni 1988. RMS
Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman
Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupakan beberapa nama-nama
legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia pada tahun 1992 hingga 1994. 13

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet


Indonesia (APJII). Jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016
mencapai 132,7 juta pengguna. Dalam waktu dua tahun, jumlah pengguna internet
di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 44,6 juta pengguna. Jika dibandingkan
dengan jumlah pengguna internet tahun 2014 yang hanya mencapai 88,1 pengguna.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 47,6 persen atau setara dengan 63,1 juta pengguna
internet. Menggunakan smartphone atau telepon pintar sebagai perangkat untuk
mengakses internet14.

Mengikuti perkembangan zaman, di era digital seperti sekarang. Beberapa stasiun


radio, televisi maupun media cetak kini mulai memanfaatkan internet dalam metode
siarannya. Beberapa stasiun radio maupun stasiun televisi di Indonesia menyiarkan
secara langsung via internet. Kehadiran internet juga memberikan dampak tersendiri
bagi usaha penerbitan pers. Perkembangan teknologi komunikasi yang merambah
usaha penerbitan pers menyebabkan alih bentuk surat kabar menjadi digital.

B. Contoh Kasuistik Ekonomi Politik Dan Media Di Indonesia

Tantangan Ekonomi dan Politik Media Radio di Indonesia

Seiring dengan perkembangan zaman, kapitalisme juga telah mengalami


pergeseran dari old media menuju new media. Para politik ekonom melihat

13
https://stei.itb.ac.id/blog/2017/06/19/sejak-kapan-masyarakat-indonesia-nikmati-internet/ (Diakses
03/11/2021)
14
https://apjii.or.id/survei (Diakses 03/11/2021)

Page | viii
bagaimana new media memperdalam dan memperluas sistem pasar kapitalis,
dimana media dan khalayak menjadi komoditas utama yang layak untuk dijual
(Mosco, 2009).15 Pada akhirnya, new media memunculkan tren baru yang
dinamakan “kapitalisme digital”. Kehadiran kapitalisme digital ini juga menciptakan
masalah baru, dimana sistem media menjadi lebih rumit dan kompleks daripada
sebelumnya. Hal ini terlihat dari bagaimana pola relasi kekuasaan pada industri
media di seluruh dunia mengalami perubahan, sehingga memunculkan berbagai
fenomena kepemilikan media, seperti konglomerasi, dominasi, konsentrasi atau
integrasi, dan lain sebagainya.

Industri penyiaran radio di Indonesia kerap kali dihadapkan dengan tantangan dan
persoalan kompleks, salah satunya yaitu masalah ekonomi. Menurut Erick Thohir
dalam Prambadi (2010), jumlah pendengar radio berdampak pada perebutan pasar
pendengar yang bersinggungan pula dengan masifnya perkembangan platform
digital. Masalah ini juga turut menghadirkan efek domino terhadap persepsi pelaku
bisnis periklanan, yang tidak lagi memandang radio sebagai marketing tools yang
sangat kuat. Dalam hal ini, para praktisi radio harus mencari cara untuk dapat
membuktikan bahwa radio masih memiliki tempat di hati pendengar dan pengiklan.
Oleh karena itu, menurut Mufid (2005) 16, media-media lokal harus ikut serta dalam
memperebutkan iklan daerah yang nantinya akan digunakan sebagai penopang
operasional serta “bekal” untuk survive.

Untuk menyiasati pendapatan iklan radio yang “kembang kempis” seperti itu, industri
radio kini berbondong-bondong untuk menerapkan digitalisasi pada proses
produksinya. Dalam hal ini, digitalisasi menjadi isu penting dalam industri media,
mengingat mereka harus bersaing dengan online streaming. Perusahaan-
perusahaan media tersebut kemudian berbondong-bondong mengkonvergensikan
outputnya ke dalam bentuk digital. Digitalisasi juga menyajikan segudang
kemudahan bagi para pendengar dan pengiklannya, terutama bagi mereka yang
mayoritas merupakan generasi tech-savvy. Digitalisasi tidak hanya berkaitan dengan
penggunaan dan pemeliharaan teknologi digital di perusahaan tersebut, melainkan
juga biasanya melibatkan standarisasi dan optimalisasi.

15
Vincent Mosco, 2009, The Political Economy of Communication, London: Sage Publication
16
Muhamad Mufid, Penulis, 2005,.Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran, .2005

Page | ix
Menurut Mufid (2005)17, sistem penyiaran dalam radio tidak bisa disamakan dengan
televisi. Secara teknis, radio tidak dapat melakukan siaran nasional, melainkan
harus dengan menggunakan Sistem Stasiun Jaringan (SSJ). Hal itu disebabkan oleh
siaran radio yang lebih menyatu dengan kebiasaan (habit) dan budaya (culture) di
daerah agar dapat menciptakan keakraban dengan pendengar.

Radio jaringan seharusnya lebih menonjolkan kelokalan (local-ness), karena konten-


konten maupun materi siaran harus disesuaikan dengan daerah tersebut. Selain itu,
radio jaringan juga seharusnya lebih bersifat multikultural, karena ide-ide pemikiran,
dan penyampaian bahasa pada saat siaran harus disesuaikan dengan latar
belakang masing-masing daerah dan menggunakan perspektif lokal. Sebagai
contoh, masyarakat Surabaya yang terbiasa berbicara dengan bahasa Suroboyoan
tidak akan cocok dengan karakter penyiar yang dibawakan dengan bahasa Betawi,
begitu juga sebaliknya.

Oleh karena itu saat ini media radio harus bisa lebih menyesuaikan dan berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, guna menjawab tantangan ekonomi dan
politik yang dihadapi saat ini.

C. Analisis Ekonomi Politik Dan Media Di Indonesia (Konvergensi Dan


Konglomerasi Media)
1. Konvergensi

17
Muhamad Mufid, Penulis, 2005,.Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran, .2005

Page | x
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, munculnya konvergensi media
memiliki dampak positif dan negatif dalam berbagai aspek kehidupan khususnya
bagi ekonomi politik di Indonesia dan kemajuan industri media massa.

Terry Flew dalam New Media: an Introduction (2008) menyatakan bahwa


konvergensi media merupakan hasil dari irisan tiga unsur new media yaitu jaringan
komunikasi, teknologi informasi, dan konten media 18.

Konvergensi media menjadikan media massa saat ini semakin memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi opini masyarakat dari berbagai konten yang disajikan dalam
berbagai platform yang saat ini digandrungi oleh masyarakat yaitu media sosial. Hal
tersebut sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Louis Althusser (2008) bahwa
media, dalam hubungannya dengan kekuasaan menempati posisi strategis terutama
karena kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media sebagai alat kekuasaan
negara bekerja secara ideologis membangun kepatuhan khalayak terhadap
kelompok yang berkuasa.

Saat ini media bisa saja dijadikan alat propaganda bahkan media dapat juga
dimanipulasi untuk kekuasaan. Dengan adanya dugaan media bisa dimanipulasi,
maka tidak menutup kemungkinan bahwa media dapat mematikan ruang demokrasi
demi kepentingan pribadi dalam hal ekonomi dan politik.

Selain itu, dengan adanya konvergensi media ini, maka tidak terlepas dari
perkembangan media itu sendiri. Dulu media massa masih berupa media cetak dan
radio, namun saat ini semakin berkembang menjadi media elektronik lainnya seperti
televisi dan bahkan sudah dilengkapi dengan jaringan internet. Oleh karenanya bagi
media yang tidak mampu beradaptasi dengan adanya konvergensi media ini, maka
lambat laun akan memasuki jurang kebangkrutan.

2. Konglomerasi

18
Flew, Terry. New Media: An Introduction. South Melbourne: Oxford University Press, 2008.

Page | xi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan kekurangan maka dari itu,
penulis mengharapkan semoga para pembaca bisa memberikan masukan kepada
penulis. Semoga makalah ini dipergunakan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Page | xii

Anda mungkin juga menyukai