Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

JURNALISTIK ISLAM DALAM HADIST

TUGAS MATA KULIAH JURNALISTIK ISLAM


DOSEN PENGAMPU: MUHAMAD BISRI MUSTOFA, M.Kom.I

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 KLS K
SEMESTER III
ALMA RAHMA NISA 1941010611
WIDIANTI 1941010607

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020/2021
PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Jurnalistik Islam
Dalam Hadist” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan Kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhamad Bisri Mustofa, M.Kom.I yang
telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima Kasih.

Bandar Lampung, 18 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Pengertian Jurnalistik Islam......................................................................................2
B. Jurnalistik Islam Dalam Hadist..................................................................................3
BAB III PENUTUP............................................................................................................6
A. Kesimpulan...............................................................................................................6
B. Saran..........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi massa mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan mudahnya berhubungan dengan orang
yang berada di negara lain. Jarak yang dulunya terasa amat jauh, kini sudah
terasa amat dekat dengan hadirnya alat telekomunikasi. Sekarang ini, banyak
pilihan informasi yang didapatkan seperti informasi dari media massa seperti
surat kabar, dan majalah, juga dari media elektronik seperti radio dan televisi,
serta media online yang memberikan infromasi yang beragam dan mendunia
secara cepat dan praktis.
Untuk mendaptkan informasi atau berita, maka ini adalah tugas seorang
watawan (jurnalis). Kegiatan jurnalistik, telah dicontohkan zaman dahulu
seperti pembukuan Al-Qur’an yang kita kenal dengan mushaf dalam perspektif
jurnalistik. Hadist adalah karya jurnalistik , yakni kitab-kitab kumpulan hadis
seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dan sebagainya. Jurnalistik
memiliki kebebasan, namun tidak dapat terlepas dari tangung jawab.
Oleh karena itu yang dibutuhkan seorang wartawan adalah kejujuran dan
mengikuti aturan yang melekat dalam peraturan yang diatur dalam Undang-
Undang serta kaidah-kaidah Islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang akan dibahas serta menjadi rumusan masalah dalam makalah
ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian jurnalistik islam ?
2. Bagaimana jurnalistik Islam dalam hadist ?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
1. Untuk mengetahui Jurnalistik Islam
2. Untuk mengetahui jurnalistik Islam dalam hadist ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jurnalistik Islam


Jurnalistik berasal dari bahasa Yunani yakni Journal atau Journe yang
berarti catatan harian. Jurnalistik Islam awalnya identik dengan Dakwah Bil
Qalam yaitu dakwah dengan tulisan, seperti lewat tulisan di media massa cetak
dan buku.
Namun, seiring perkembangan media, jurnalistik islami tidak lagi terbatas di
media cetak, tapi juga media elektronik (radio/televisi) dan media siber
(cybermedia, media online, media internet). Feature radio atau feature televisi,
misalnya jika mengandung kebaikan, kebenaran, dan bernilai syi’ar islam,
maka ini termasuk produk jurnalistik dakwah.
Jurnalistik Islam sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan
menyebarluaskan berbagai peristiwa degan muatan nilai-nilai kebenaran yang
sesuai dengan ajaran Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat
Islam. Jurnalistik Islam dapat juga dimaknai sebagai proses pemberitaan atau
pelaporan tentang berbagai hal yang sarat dengan muatan dan sosialisasi nilai-
nilai Islam.
Dapat disimpulkan, jurnalistik Islam yaitu proses peliputan dan pelaporan
peristiwa yang mengandung pesan dakwah berupa ajakan ke jalan Allah SWT,
setiap berita, artikel opini, ataupun feature yang mengandung seruan secara
langsung dan tidak langsung, tersurat ataupun tersurat, untuk beriman, berbuat
baik (beramal saleh), dan bertaqwa kepada Allah SWT masuk dalam kategori
jurnalistik Islam.
Dalam literatur jurnalistik, Islam masuk dalam jenis Crusade Journalism,
yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai
Islam. Jurnalistik Islam mengemban misi ‘amar ma’ruf nahi munkar seperti
yang tertuang dalam QA Ali Imran : 104. Jurnalistik Islam juga masuk
kaategori Jurnalisme Profetik (Jurnalisme Nabawi), yaitu jurnalistik yang
mengemban misi (risalah) kenabian yakni menegakkan tauhid dan syiar Islam.1

11 Qudratullah. 2017. Jurnalistik Islam Di Media Massa. Jurnal Dakwah Tabligh. Volume 18, No. 2
Hal. 111. http://joural.uin.alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/4704, November 2020.

2
B. Jurnalistik Islam dalam Hadist
Dalam ranah praktis, jurnalis juga dituntut memiliki kemampuan teknis
dan etis sebagaimana dalam hadis.
a. Jurnalisme yang beriman
Dijelaskan dalam hadis Nabi SAW :
Abu Hurayrah mengatakan bahwasannya Rasulullah SAW telah
bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari)
Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa seseorang akan berkata baik
jika beriman kepada Allah dan hari akhir. Jika ditarik pada konteks
komunikasi, seseorang tidak akan menyampaikan informasi yang bohong
jika beriman. Dengan demikian, keimanan seseorang akan menjauhkannya
dari berbuat kebohongan. 2

b. Pencarian Informasi
Dalam proses pencarian informasi ini, sebagai salah satu jalan untuk
membangun pemberitaan yang Islam, maka seorang muslim berinteraksi
dengan para ulama. Begitu pula dalam sebuah hadist disebutkan, Rasulullah
saw pernah mengatakan bahwa ulama adalah pewaris nabi; Al-Ulama
Warasah al-anbiya.’
Begitu pula Jurnalisme Muslim harus sering berinteraksi dengan orang-
orang yang memiliki pengetahuan yang Islam, seperti para da’i, pemimpin
organisasi, aktivis partai politik Islam, dan lain-lain. Sebagaimana dalam
sebuah hadits disebutkan, Rasulullah saw bersabda:
“ Semoga Allah memberi kecerahan pada wajah seseorang yang
mendengar hadits dariku, kantas ia menghafalkannya hingga dapat
menyampaikan kepada orang lain. Sebab, terkadang seseorang membawa
suatu pemahaman (ilmu) kepada orang yang lebih paham. Dan, terkadang

2 Fahrul Rizal. 2017. Etika Penggunan Media Massa Dalam Perspektif Hadist. Jurnal Rayon Hadis.
Volume 1, No.2. Hal. 206-208.

3
orang yang membawa sebuah ilmu bukan ulama. “(HR. Abu Daud dan At-
Tirmidzi). 3

c. Menyampaikan informasi dengan benar dan jujur, juga tidak merekayasa


atau memanipulasi fakta.
Dalam kode etik wartawan internasional dikatakan bahwa dalam
melaksanakan kewajibannya. “Wartawan harus membela prinsip-prinsip
kebebasan dan pengumpulan publikasi berita serta jujur, dan hak atas
komentar, serta kritik yang adil”
Kejujuran dalam menyampaikan informasi ditegaskan Rasulullah
dalam haditsnya :
Abd al-Rahman mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Berlaku jujurlah kalian, karena sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan
kalian pada kebaikan, sedangkan kebaikan mengantarkan kalian ke surga...
dan jauhilah oleh kalian perkataan dusta, karena kedustaan mengantarkan
kalian kepada kejahatan, sedangkan kejahatan mengantarkan kalian ke
neraka.” ( HR. Muslim). 4
Informasi yang dimuat oleh jurnalis memiliki sifat kebenaran,
sehingga dapat berdampak baik. Berkata baik atau diam, itu merupakan
petunjuk Rasulullah dalam berbicara. Tidak boleh sembarangan dalam
menyampaikan informasi merupakan salah satu pelajaran yang dapat
diambil dari hadits tersebut. Informasi yang disampaikan bukan informasi
yang masih diragukan. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW berikut ini :
“Tinggalkan apa yang engkau ragu-ragukan pada apa yang tidak
engkau ragu-ragukan. Sesungguhnya, kebenaran itu membawa pada
ketenangan dan dusta menimbulkan keragu-raguan.” (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits tersebut menegaskan untuk meninggalkan keragu-
raguan. Setiap jurnalis dalam menyampaikan berita harus dengan penuh
keyakinan dan tahu terhadap beritaa yang disampaikannya.

3 Aliyah Nur’aini Hanum. 2012. Falsafah Jurnalisme Islam. Jurnal Khatulistiwa-Journal Of Islamic
Studies. Volume 2. No. 2. Hal. 108.

4 M. Yoserizal Saragih . 2019. Jurnalistik Dan Pemberitaan Radikalisme Dala Paradigma Islam.
Jurnal At-Balagh. Volume 3. No.2. Hal 138.

4
d. Tidak mengolok-olok, mencaci maki, atau melakukan tindakan penghinaan
sehingga menumbuhkan kebencian. 5
Dalam kode etik wartawan disebutkan ‘Wartawan hendaknya sadar
bahwa diskriminasi yang dikarenakan oleh media. Oleh karenanya, sedapat
mungkin berusaha menghindari tindakan diskriminasi yang didasarkan
pada ras, jenis kelamin, agama, pendapat politik, atau pendapat lainnya,
serta asak-usul kebangsaan atau sosialnya.
Sebagaimana bunyi hadis, al Nu’man bin Basyir bercerita bahwa Rasulullah
saw bersabda :
“Perumpamaan kaum mukmin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi,
dan bantu-membantu itu seperti suatu jasad. Apabila salah satu anggota
tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain akan turut
merasakan sakitnya, denga tanpa dapat tidur dan demam.” (HR. Muslim)6

e. Menghindari prasangka atau su’udzon.


Dalam pengertian hukum, jurnalis hendaknya memegang teguh “asas
prduga tak bersalah” seperti yang Abu Khurairah berkata :
“Rasulullah saw bersabda, jauhilah oleh kalian segala dugaan karena
dugaan itu adalah perkataan yang paling dusta. Dan janganlah kalian
saling mencari-cari cela antara kalian, dan janganlah kalian saling
menyaingi, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling
membenci dan jadilah hamba-hamba Allah swt yang bersaudara. Dan
janganlah seseorang dari kalian melamar wanita yang telah dilamar oleh
saudaranya sehingga ia menikahinya atau meniggalkannya.” 7
Hadits Nabi yang berbunyi :

5 Asep Romli Syamsul M. 2003. Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qolam. Bandung:
Rosdakarya.

6 M. Yoserizal Saragih . 2019. Jurnalistik Dan Pemberitaan Radikalisme Dala Paradigma Islam.
Jurnal At-Balagh. Volume 3. No.2. Hal 139.

7 Qudratullah. 2017. Jurnalistik Islam Di Media Massa. Jurnalil Dakwah Tabligh. Volume 18, No. 2.
Hal. 111. http://joural.uin.alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/4704, November 2020.

5
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,
‘apakah kalian tahu tentang ghibah? Mereka (para sahabat) menjawab,
Allah dan rasulnya yang lebih mengetahui. Rasulullah kemudian
melanjutkan, ghibah adalah kamu membicarakan sesuatu tetang saudaramu
yang ia benci. Sahabat pun bertanya, bagaimana jika yang saya bicarakan
itu memang benar adanya? Maka Rasulullah menjawab, jika yang kamu
ceritakan itu memang benar, maka kamu telah melakukan ghibah. Namun
jika yang kamu bicarakan itu tidak benar, berarti kau telah berbohong.”
Hadits di atas, menyatakan bahwa dalam hal ghibah tidak memperhatikan
benar atau tidaknya informasi yang didapatkan. Jika hal yang tidak
mengenakkan tentang seseorang itu memang benar dan fakta maka itu sudah
disebut ghibah, dan jika itu tidak benar maka itu berbohong ata istilah
lainnya yaitu fitnah. 8

8 M. Yoserizal Saragi. 2019. Jurnalistik Dan Pemberitaan Radikalisme Dala Paradigma Islam.
Jurnal At-Balagh. Volume 3. No.2. Hal 139.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
jurnalistik Islam yaitu proses peliputan dan pelaporan peristiwa yang
mengandung pesan dakwah berupa ajakan ke jalan Allah SWT, setiap berita,
artikel opini, ataupun feature yang mengandung seruan secara langsung dan
tidak langsung, tersurat ataupun tersurat, untuk beriman, berbuat baik (beramal
saleh), dan bertaqwa kepada Allah SWT masuk dalam kategori jurnalistik
Islam.
Jurnalistik bukan hanya mencatat, menyampaikan dan menyebarkan
informasi, tapi lebih kepada keterampilan menyampaikan berita. Jurnalistik
yang ada saat ini harus memberikan informasi yang benar dan tidak
memberikan berita yang hoax. Jurnalistik mampu memberikan pran penting
dan mampu menjadi teladan dalam menyajikan berita yang berkualitas
sekaligus relevan dengan etika keIslaman. Seperti yang terdapat di al-qur’an
dan hadis sangat tepat untuk dijadikan pedoman dalam urusan jurnalisme.
Karena dalam ajaran Islam salah satu unsur jurnalistik yang ditekankan oleh
Al-qur’an dan hadis adalah mengenai etika jurnalistik, akan tetapi juga tertuju
pada penerima pesan

B. Saran
Penulis menyadarai bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengahrapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hanum, Aliyah N. 2012. Falsafah Jurnalisme Islam. Jurnal Khatulistiwa -Journal


Of Islamic Studies, 2(2), 108.

Saragi, M. Yoserizal. 2019. Jurnalistik Dan Pemberitaan Radikalisme Dalam


Paradigma Islam. Jurnal At-Balagh, 3(2), 139.

Qudratullah. 2017. Jurnalistik Islam Di Media Massa. Jurnalil Dakwah Tabligh,


18(2), 111.
http://joural.uin.alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/4704,
November 2020.

Rizal, Fahrul. 2017. Etika penggnaan Media Massa Dalam Perspektif Hadist.
Jurnal Rayon Hadit, 1(2), 206-208.

Syamsu M, Asep Romli. 2003. Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil
Qilam. Bandung: Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai