Anda di halaman 1dari 6

BAB V

JURNALISTIK DAN WARTAWAN

A. Standar Kompetensi
Mampu mengetahui, memahami, menganalisis dan menjelaskan tentang
Jurnalistik, baik sebagai bagian dari Ilmu Komunikasi, kaitannya dengan pers, media
massa, dan wartawan maupun sebagai teknik untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah, dan menyebarkan informasi sebagai bentuk pelayanan informasi terhadap
khalayak/publik.
B. Pengertian Jurnalistik
Ketika membahas Komunikasi, dipastikan di antaranya dibicarakan Jurnalistik
karena dalam pemahaman ilmu kontemporer (kekinian), Jurnalistik merupakan bagian
dari Ilmu Komunikasi. Kendati banyak pemahaman yang muncul, terutama dari
kajian historis yang memaparkan bahwa sangat dimungkinkan Ilmu Jurnalistik lebih
tua ketimbang Ilmu Komunikasi. Namun, setidaknya kalau mencermati kajian ilmu
pada era ini yang dikonkretkan dalam wujud pembagian disiplin ilmu di perguruan
tinggi, Jurusan atau Program Studi Jurnalistik selalu menjadi bagian dari Fakultas
Ilmu Komunikasi (Fikom). Bahkan, kendati Ilmu Komunikasi pun dianggap sebagai
bagian dari Ilmu Sosial, sehingga Ilmu Komunikasi menjadi jurusan atau program
studi yang berada di bawah Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip), tetap saja Jurnalistik
menjadi kajian/konsentrasi Jurusan atau Program Studi Ilmu Komunikasi.
Dalam bahasan buku ini, untuk membahas Jurnalistik diawali dengan
pembahasan Ilmu Komunikasi sebagaimana dipaparkan di muka. Hal itu mengandung
arti bahwa buku ini berada pada terminologi bahwa Kajian Jurnalistik merupakan
bagian dari Ilmu Komunikasi. Sebelum Jurnalistik dibahas lebih mendalam, buku ini
membahas Komunikasi terdahulu, kendati cukup hanya pengantar dan tidak
mendalam.
Secara etimologis, Jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam Bahasa Prancis,
journ berarti catatan atau laporan harian. Dalam kamus, Jurnalistik diartikan sebagai
kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau
berkala lainnya (Assegaff, 1983:9). Bahkan, tatkala Bahasa Inggris sudah merajai
bahasa ilmu sebagaimana yang terjadi di Indonesia, kata Jurnalistik itu berasal dari
kata Bahasa Inggris Journalism yang dapat dimaknai aktivitas atau profesi menulis
untuk surat kabar atau majalah atau siaran berita di radio atau televisi.
Ada juga ilmuwan yang menyusuri pengertian Jurnalistik dari etimologi
bahwa berasal dari dua suku kata, yakni jurnal dan istik. Jurnal berasal dari Bahasa
Perancis, jounal, yang berarti catatan harian. Dalam Bahasa Latin juga ada kata yang
hampir sama bunyi dan upacannya dengan journal yakni diurna, yang mengandung
arti hari ini. Memang pada zaman Kerajaan Romawi Kuno saat Julius Caesar
berkuasa, dikenal istilah acta diurna yang berarti rangkaian akta: gerakan, kegiatan,
dan kejadian sehari-hari.
Sementara itu, kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu
pengetahuan tentang keindahan. Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai
karya seni dan atau keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan,
seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara, termasuk di dalamnya semua macam
bangunan, kesusastraan, dan musik yang mengandung nilai seni atau keindahan. Oleh
karena itu, Jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam bentuk catatan
peristiwa sehari-hari yang memiliki nilai keindahan, sehingga menarik perhatian
khalayak pembaca, pendengar, pemirsa.
Dalam konteks lebih luas, jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari,
mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang
terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani
khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak
sesuai dengan kehendak para jurnalisnya. (Suhandang, 2004 : 21).
Susanto (1986:73) menyebutkan, jurnalistik adalah kejadian pencatatan dan
atau pelaporan, serta penyebaran tentang kejadian seharihari. Effendy (1981: 102)
menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang
menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarluasannya kepada
masyarakat. Widjaja (1986: 27) menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu
kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun
ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan
faktual dalam waktu secepat-cepatnya. Kusumahningrat (2007:15) memberikan
definisi, Jurnalistik atau Journalisme berasal dari perkataan journal, artinya catatan
harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar.
Ia pun menguntif pendapat MacDougall (1972) bahwa jurnalisme adalah kegiatan
menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa.
Ensiklopedi Indonesia secara rinci menerangkan, Jurnalistik adalah bidang
profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan
sehari-hari secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.
Bahkan, ada juga yang memberikan definisi bahwa Jurnalistik artinya kewartawanan
atau hal-ikhwal pemberitaan. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan
untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis di surat kabar, majalah, dan media massa
lainnya.
Istilah jurnalistik, menurut Dian Amalia (2007), erat kaitannya dengan istilah
pers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat media
massa. Pengertian jurnalistik dari berbagai literature dapat dikaji definisi jurnalistik
yang jumlahnya begitu banyak. Namun jurnalistik mempunyai fungsi sebagai
pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai
penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun
yang terjadi baik peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opini), untuk
menjadi sebuah berita kepada khalayak. Jurnalistik bukan pers, bukan media massa.
Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit,
dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.
Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3) menjelaskan,
Jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran
informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat
dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.
Secara teknis, Haris Sumadiria (2005) memberikan batasan bahwa jurnalistik
adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan
menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan
secepat-cepatnya. Oleh karena itu yang menjadi produk hasil jurnalistik adalah berita
yang disebarkan melalui media massa, baik media cetak, seperti surat kabar dan
majalah; media elektronik, seperti radio dan televisi; media sosial, seperti web site,
facebooks, twiter, dan lain-lain. Oleh karena itu, karya jurnalistiknya pun berbeda-
beda atau memiliki karakter masing-masing, yakni karya jurnalistik cetak yang
disebarkan melalui media cetak, karya jurnalistik elektronik yang disebarkan melalui
media elektronik, dan karya jurnalistik sosial yang melalui media sosial.
Jurnalistik yang dalam Bahasa Inggris disebut juga Jurnalism dan seringkali
disebut literature in a hurry karena jurnalistik membutuhkan kecepatan. Para
pembaca tidak akan pernah berfikir bahwa kumpulan berita yang ada di dalam surat
kabar, sesungguhnya merupakan akumulasi dari proses panjang, melelahkan, yang
tidak jarang bahkan mempertaruhkan nyawa sang wartawan.
Salah seorang wartawan senior pernah berkata; ‚Jika anda ingin eksisting
jadilah pembalap, jika anda ingin kaya jadilah Bankir, tapi jika anda ingin duduk di
antara orang-orang yang membuat sejarah, jadilah wartawan‛ sebuah ungkapan
menggetarkan yang layak direnungkan para wartawan, bahwa mereka bukanlah kuli
tinta, tapi pembuat sejarah yang tidak harus manut pada redaksi seperti kerbau yang
sedang dicocok hidungnya.
C. Sejarah Jurnalistik
Sudah merupakan Sunatullah bahwa setiap fakta yang ada dalam kehidupan
manusia di dunia ini pasti terdapat cerita asal-muasalnya yang disebut secara umum
sejarah. Hal itu mengandung arti, tidak ada suatu peristiwa pun di dunia ini yang
berdiri sendiri, pasti merupakan rangkaian dari peristiwa-peristiwa lainnya. Oleh
karena itu, kajian sejarah merupakan kajian yang menarik dan diminati banyak orang
karena dapat memberikan kontribusi pada pengungkapan suatu peristiwa dari yang
sangat kecil sampai yang sangat besar.
Tidak sedikit juga pengungkapan sebuah peristiwa dilatarbelakangi keyakinan
yang sangat ideologis, seperti agama. Apalagi agama pun banyak mengajarkan sejarah
yang pasti tidak dapat dibantah karena merupakan karya Yang Maha Kuasa. Seperti
halnya Kitab Suci AlQuran yang di dalamnya kaya sekali dengan pengungkapan
sejarah umat manusia, termasuk peristiwa-peristiwa yang mengikutinya. Terlebih
dalam konteks filsafat ilmu, Agama pun diyakini sebagai jalan utama untuk mencapai
kebenaran, selain Filsafat, Ilmu, Sastra, dan Budaya.
Begitu juga dalam hal sejarah Jurnalistik. Banyak ilmuwan yang berpendapat
bahwa Nabi Nuh adalah orang pertama yang melakukan pencarian dan penyampaian
berita, sehingga dapat diasumsikan bahwa Nabi Nuh adalah wartawan pertama di
dunia. Dikisahkan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir
besar, maka diutuslah malaikat menemui dan mengajarkan cara membuat kapal laut
sampai selesai kepada Nabi Nuh. Kapal tersebut dibuat di atas bukit dan bertujuan
mengevakuasi Nabi Nuh bersama sanak keluarganya dan seluruh pengikutnya yang
saleh dan segala macam hewan berpasangan. Setelah semua itu dilakukan, turunlah
hujan selama berhari-hari yang disertai angin kencang yang mengakibatkan terjadilah
banjir besar. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas.
Nabi Nuh bersama orang-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan di
dalam bahtera, berlayar atas gelombang banjir yang dahsyat dan akhirnya selamat.
Berbulan-bulan terombang-ambing di atas banjir, Nabi Nuh beserta pengikutnya
khawatir dan gelisah karena persediaan makanan mulai berkurang. Kemudian, Nabi
Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan
kemungkinan adanya makanan. Beberapa lama burung itu terbang, upayanya sia-sia.
Burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul
ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuknya dan dibawanya pulang ke kapal. Dari
penemuan burung, Nabi Nuh mengambil kesimpulan, air bah sudah mulai surut, tapi
permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara tidak menemukan tempat
untuk istirahat. Kabar dan berita itu pun disampaikan Nabi Nuh kepada seluruh
anggota penumpangnya.
Atas dasar fakta tersebutlah, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai
seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia.
Bahkan, disimpulkan Kantor Berita pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh.
Peristiwa lain yang dianggap ada kaitannya dengan sejarah Jurnalistik adalah
catatan peristiwa Kerajaan Romawi jaman Raja Imam Agung yang selalu menyuruh
orang membuat catatan tentang segala kejadian penting. Catatan itu dibuat pada
annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumah raja). Catatan pada papan
tulis itu merupakan pemberitahuan atau pengumuman bagi setiap orang yang lewat.
Hal seperti itu dilanjutkan Raja Julius Caesar dengan selalu mengumumkan
hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan
penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan
menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu (60 SM).
Papan tulis itu dikenal dengan sebutan acta diurna dan diletakkan di Forum
Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui umum. Terhadap isi acta diurna
tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan boleh mengutipnya dan
menyebarluaskannya ke tempat lain. Acta diurna itulah yang disebutsebut sebagai
cikal bakal lahirnya surat kabar harian.
Berbeda dengan media berita saat ini yang 'mendatangi' pembacanya, pada
waktu itu pembaca yang datang kepada media berita tersebut. Sebagian khalayak yang
merupakan tuan tanah/hartawan yang ingin mengetahui informasi menyuruh budak-
budaknya yang bisa membaca dan menulis untuk mencatat segala sesuatu yang
terdapat pada Acta Diurna. Dengan perantaraan para pencatat yang disebut Diurnarii,
para tuan tanah dan hartawan tadi mendapatkan berita-berita tentang Senat.
Diurnarii tidak terbatas kepada para budak, tetapi juga orang bebas yang ingin
menjual catatan harian kepada siapa saja yang memerlukannya. Beritanya pun bukan
saja kegiatan senat, tetapi juga halhal yang menyangkut kepentingan umum dan
menarik khalayak. Akibatnya terjadilah persaingan di antara Diurnarii untuk mencari
berita

Anda mungkin juga menyukai