Anda di halaman 1dari 17

DUNIA PENERBITAN

PUST4418/MANAJEMEN PENERBITAN

Nama Pengembang : Dian Hasfera, S.Sos., M.I.Kom


Email: dianhasfera@uinib.ac.id

Nama Penelaah: Drs. Sutartono, M. Hum


Email Penelaah: sutar@ecampus.ut.ac.id
DEFENISI PENERBITAN

PENERBITAN adalah kegiatan intelektual dan profesional dalam


menyiapkan naskah, menyunting naskah, menghasilkan berbagai jenis bahan
publikasi kemudian memperbanyak serta menyebarluaskannya untuk
kepentingan umum (Syahid, 2014).

Penerbitan merupakan proses panjang yang melibatkan banyak waktu dan


orang untuk mengolah naskah sampai berbentuk dummy. Sedangkan yang
dimaksud dengan penerbit lebih mengacu pada aktivitas manusia sebagai
kordinator dalam menyebarluaskan hasil karya dari pihak pengarang.
Secara garis besar, penerbitan dibagi menjadi dua bagian besar yakni
penerbitan buku dan penerbitan pers. Penerbit buku berkonsentrasi
memperbanyak literatur maupun informasi dalam bentuk produk cetak
seperti buku. Berbeda dengan penerbit buku, penerbit pers lebih
berkonsentrasi pada menyiapkan informasi-informasi aktual yang dapat
dinikmati pembaca maupun pemirsa di rumah. Perkembangan teknologi
turut memperluas pengertian penerbitan. Penerbitan bukan saja industri
penghasil barang cetak, namun penghasil buku-buku elektronik yang
kemudian disebut ebook. Begitu pula dengan penerbit pers yang sudah
meluas dengan adanya koran maupun majalah online.
SEJARAH PENERBITAN

Menelusuri dunia penerbitan yang begitu luas, kita juga dihadapkan pada sejarah.
Awal mula penerbitan tidak lepas dari revolusi penerbitan di Eropa setelah
ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg (1440). Menurut Tri
Marganingsih dalam bukunya Dunia Penerbitan di Indonesia, dunia penerbitan
dan percetakan di Indonesia dimulai dengan kehadiran Belanda di Batavia. Pada
Zaman Hindia-Belanda ini beberapa surat kabar diterbitkan dan digunakan untuk
kepentingan perdagangan dan pemerintahan. Setelah itu, dunia penerbitan terus
berkembang saat Zaman Peranakan Tionghoa. Tidak hanya surat kabar yang
diterbitkan oleh penerbit milik peranakan Tionghoa, tetapi juga kisah dari tanah
leluhur Cina yang diterjemahkan, salah satu karya yang terkenal adalahKisah Tiga
Negara. Tidak sampai di situ saja, pada tanggal 14 September 1908 Belanda
membentuk Komisi Bacaan Rakyat yang menjadi cikal bakal Balai Pustaka,
penerbit buku pertama yang dilahirkan oleh Belanda. Selanjutnya lahirlah Ikatan
Penerbit Indonesia (Ikapi), yang didirikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dkk. atas
dasar kepedulian terhadap kecerdasan anak bangsa dengan menyediakan bahan
bacaan dan membuat suatu wadah penerbitan.
Zaman Kolonial Zaman Balai Pustaka
Belanda
SEJARAH
PENERBITAN DI
INDONESIA
Kelahiran Ikatan
Zaman Peranakan Penerbit Indonesia
Tionghoa ( IKAPI)
1. ZAMAN KOLONIAL BELANDA
• Belanda datang ke Indonesia tahun 1596 yang dipimpin oleh Cornelius De’ Hotman.
Dengan kedatangan Belanda ke Indonesia menandai awal industri penerbitan di
Indonesia. Saat itu muncul beberapa surat kabar-surat kabar Belanda. Isi surar kabar
tersebut biasanya mengenai perniagaan.
• Pada tahun 1624 Belanda mendatangkan mesin cetak ke Indonesia. Mesin cetak
tersebut dibawa oleh misionaris gereja. Sayangnya meski mesin cetak sudah
didatangkan, mereka masih kekurangan tenaga ahli untuk mengoperasikannya.
• Tahun 1677 terbit kamus Melayu-Belanda pertama yang pernah diciptakan. Kamus
yang setebal 35 halaman ini berjudul Vocabulaer Ofte Woordenboeck . Disusun oleh C
Will Tens dan S. Dankaert. Kamus ini merupakan kamus Melayu yang tertua.
• Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan kembali 2 mesin cetak dari negaranya. Ahli
Teologi Tacoo Roorda bahkan membuat mesin cetak menggunakan huruf jawa di
percetakan Johannes Ecschehede, Belanda.
• Mulai tahun 1744 sampai 1855 makin banyak surat kabar yang bermunculan. Diantara
surat kabar yang muncul pada tahun-tahun tersebut adalah Bataviese Nouvelles, Het Vende
News, Bromartani , dan Soerat Kabar Bahasa Melajoe yang terbit di Surabaya tahun 1855.
Bromartani adalah surat kabar pertama yang menggunakan bahasa jawa.
• Pada tanggal 14 september 1908 Belanda mendirikan Komisi Bacaan Rakyat. Sebuah
badan yang mengurusi penerbitan buku di Indonesia. Komisi Bacaan Rakyat merupakan
cikal bakal lahirnya Balai Pustaka. Keberadaan Komisi Bacaan Rakyat ini mempunyai
andil yang besar bagi perkembangan industri penerbitan di Indonesia. Diawal pendiriannya
Komisi Bacaan Rakyat hanya mendirikan buku-buku ringan seperti dongeng dan cerita
rakyat. Namun, seiring perkembagannya Komisi juga menerbitkan buku-buku adaptasi dari
Belanda, Inggris dan Jerman dan Arab. Komisi berhasil terbukti dengan jumalah penerbit
lebih banyak daripada yang direncanakan. Oleh karenanya membutuhkan lebih banyak
sumber daya manusia.
• Tahun 1910 Komisi mulai merekrut sejumlah ahli bahasa Jawa dan Sunda untuk
menerjemahkan berbagai karya asing ke dalam 2 bahasa daerah tersebut. Dalam tempo 6
tahun Komisi berhasil menerbitkan 153 judul buku (95 judul berbahasa Jawa, 54 judul
bahasa Sunda). Buku dibagi 3 kategori : seri A (anak-anak), seri B (dewasa), seri C (dewasa
dan terpelajar).
2. ZAMAN BALAI PUSTAKA

• Tanggal 22 september 1917 pemerintah Belanda membentuk lembaga yang kemudian diberi nama Balai
Poestaka. Sebagai penghormatan terhadap D.A.Rinkes yang sukses mengelola Komisi Bacaan Rakyat ia
dipercaya memimpin Balai Poestaka.
• Untuk memperlancar tugas, Balai Poestaka membentuk 4 divisi, yaitu : redaksi, administrasi, perpustakaan,
dan pers. Pada awalnya Balai Poestaka masih mengandalkan percetakan swasta untuk mencetak buku dan
majalah terbitannya. Tahun 1921 Balai Poestaka memiliki mesin cetak sendiri. 1930, D.A. Rinkes yang
sukses juga mengelola Balai Poestaka dinobatkan sebagai “Bapak Balai Poestaka”.
• Balai Poestaka berhasil menyebarkan buku-buku bacaan kepada masyarakat Hindia- Belanda, dan mampu
membantu pengembangan masyarakat, serta dinggap sebagai lembaga yang mempertemukan dunia Timur
dan Barat. Beberapa buku terjemahan antara lain: Tiga Panglima Perang (les trois mounquetaires) karya
Alexander Dumas ; Kucing Bersepatu Laars (de glaarsde kat); Si Ibu Jari Kecil (klein duimpie). Sedangkan
karya anak bangsa sendiri, antara lain: Salah Asuhan (1928), Siti Nurbaya (1922). Balai Poestaka juga
menerbitkan majalah Pandji Poestaka, majalah berbahasa jawa “Kejawen” mingguan berbahasa Sunda
Parahiangan, serta volksalmanak (almanak rakyat) terbit setahun sekali dalan 3 bahasa: Jawa, Sunda, Melayu.
• Pada saat pemerintahan penajajahan Jepang, Balai Poestakapun masih tetap eksis meskipun namanya
berubah. Saat itu nama Balai Pustaka diganti menjadi Gunseikanbu Kokumin Tosyokyoku yang artinya Biro
Pustaka Rakyat.
3. ZAMAN PERANAKAN TIONGHOA

• Tahun 1855 beberapa surat kabar berbahasa Melayu terbit seperti Bulanan
Bintang Oetara, Surat Chabar Betawi, mingguan Slompret Melayu, Surat
Kabar Bintang Timoer, dan surat kabar mingguan Biang Lala.
• Terbitnya surat kabar mingguan maupun bulanan berbahasa melayu sangat
penting bagi peranakan Tionghoa yang merupakan seorang pedagang. Mereka
memuat berbagai iklan dalam surat kabar-surat kabar tersebut. Para peranakan
Tinghoapun berlomba-lomba untuk belajar bahasa Melayu.
• Minat yang tinggi atas kisah dari tanah leluhur ditanggapi dengan
menerjemahkan cerita- cerita asli China. Salah satu yang terkenal adalah
Kisah Tiga Negara. Sampai dasawarsa 1880an terdapat sedikitnya 40 karya
dari terjemahan cerita-cerita asli China. Hal yang menakjubkan antara 1903-
1928 penerbit peranakan China menerbitkan hampir 100an novel karya 12
pengarang peranakan Tinghoa.
4. KELAHIRAN IKATAN PENERBIT INDONESIA (IKAPI)

• Terbentuknya berbagai industri penerbitan dan percetakan Indonesia dimasa-masa awal pada dasarnya
dilatar belakangi oleh rasa nasionalisme. Dalam wujudnya berupa dunia penerbitan inilah mereka
menerapkan idealismenya.
• Ikatan Penerbit Indonesia didirkan atas inisiatif Sutan Takdir Alisyahbanda, Mr Jusuf Ahmad dan Ny.
Notosoetardjo. IKAPI menjadi asosiasi profesi penerbit satu-satunya di Indonesia. Pada tanggal 17
Mei 1950 IKAPI resmi berdiri di Jakarta sebagai wadah penerbit di Indonesia yang berazaskan
Pancasila, kegotongroyongan dan kekeluargaan. Saat itu IKAPI berhasil menghimpun empat belas
penerbit, disusul menjadi 46 penerbit di usia IKAPI yang ke lima tahun.
• IKAPI mempunyai visi menjadikan penerbit Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam
negeri dan mampu berkiprah di dunia internasional. Di awal pendiriannya IKAPI dipimpin oleh
Achmad Notosoetardjo, Ny Sutan Takdir Ali Syahbana sebagai wakil ketua, Machmoed sebagai
sekretaris, M. Jusuf Ahmad sebagai bendahara, dan John Sirie sebagai komisaris.
• Setiap tahunnya IKAPI mengadakan kongres. Kongres pertama dilaksanakan di Jakarta tanggal 16-18
Maret 1954. Hasil dari kongres tersebut adalah terbentuknya cabang-cabang IKAPI yaitu di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
• Mengutip laman dari ikapi.or.id jumlah anggota IKAPI sampai saat ini mencapai 1.126 penerbit dari
seluruh Indonesia.
RUANG LINGKUP PENERBITAN

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan


informasi, lingkup penerbitan menjadi semakin luas lagi.
Tidak hanya terbatas pada penerbitan secara tercetak
melainkan telah berkembang ke dalam bentuk elektronik.
Kini, dapat dengan mudah ditemui buku, surat kabar atau
majalah yang diterbitkan secara daring, seperti melalui portal
berita, blog, dan lain sebagainya.

Jenis-jenis penerbitan dapat dikelompokkan ke dalam lima


jenis yaitu penerbitan buku, penerbitan berkala, penerbitan
perangkat lunak komputer, penerbitan rekaman audio visual,
dan penerbitan lainnya.
 Penerbitan Buku. Buku merupakan awal dimulainya sejarah media modern. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku atau kitab diartikan sebagai lembar kertas yang
berjilid, berisi tulisan atau kosong. Pengertian buku yang dikutip dari laman
Wikipedia.com, buku adalah sekumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid
menjadi satu pada salah satu ujungnya yang berisikan tulisan atau gambar, atau
tempelan.

 Penerbitan Berkala. Penerbitan berkala atau disebut juga dengan publikasi berkala
adalah salah satu kategori publikasi berseri yang terbit berdasarkan jadwal tertentu.
Biasanya, terbitan berkala ditandai dengan adanya nomor atau angka yang
menunjukkan volume dan isu-isu terbitan berkala. Volume biasanya mengacu pada
jumlah tahun publikasi yang telah beredar, sedangkan isu mengacu pada berapa kali
media yang bersangkutan telah terbit selama tahun itu. Pendaftaran dan
pendokumentasian media berkala dilakukan menggunakan International Standard
Serial Number (ISSN).
 Penerbitan perangkat lunak komputer. Menurut laman lifewire.com, yang dimaksud
dengan penerbitan perangkat lunak komputer adalah perangkat yang digunakan oleh
perancang grafis dan non perancang grafis untuk menciptakan komunikasi visual
seperti brosur, kartu bisnis, kartu ucapan, web pages, poster, dan lain-lain yang
ditujukan untuk penerbitan secara daring. Contoh penerbitan perangkat lunak computer
antara lain program-program seperti Adobe InDesign, Microsoft Publisher,
QuarkXPress, Serif PagePlus, dan Scribus. Beberapa di antara program tersebut
digunakan oleh perancang grafis dan teknisi percetakan komersial. Penerbitan jenis ini
juga digunakan oleh pekerja kantoran, guru, murid, pemilik bisnis kecil, dan lain-lain.
Adapun jenis perangkat lunak yang digunakan dalam penerbitan ini adalah word
processing, page layout, grafis, dan web publishing.
 Penerbitan rekaman audio visual. Menurut Murphy (1996) yang dimaksud dengan
rekaman audiovisual adalah rekaman dalam bentuk gambar atau suara termasuk di
dalamnya media bergerak maupun media diam, perekaman suara, karya grafis, media
campuran, dan alat bantu penemuan terkait serta produksi berkas. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan penerbitan rekaman audio visual adalah rekaman gambar atau
suara yang dibuat, disimpan, diterbitkan, dan dapat dilihat sebagai film gambar
bergerak ataupun diam, rekaman suara dan video, dan karya grafis lainnya, microfilm,
microfiche, dan lain sebagainya.

 Penerbitan lainnya. Yang termasuk penerbitan lainnya adalah penerbitan hasil karya
kreatif berupa foto-foto, grafir (engineering) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi
karya seni, dan material periklanan serta materi cetak lainnya dengan tujuan komersial,
ataupun penerbitan lain yang konten ataupun pengembangan konten yang terdapat
pada media yang diterbitkannya mempublikasikan dan mendistribusikan informasi
untuk dikonsumsi publik.
FUNGSI PENERBITAN

 Publikasi merupakan kunci utama dalam membangun pencitraan sebuah karya agar dapat diapresiasi
oleh masyarakat dengan baik dan akhirnya meningkatkan nilai ekonomis karya yang dihasilkan. Proses
publikasi erat kaitannya dengan kontrol kualitas di mana sebelum dipublikasikan, sebuah karya harus
melewati proses seperti penilaian atau review, penyuntingan konten, penyuntingan bahasa, penggarapan
desain, dan konversi format yang sesuai. Tujuannya adalah agar konten karya yang telah dipublikasikan
layak untuk dikonsumsi publik dan bernilai ekonomis.

 Reproduksi adalah fungsi penerbitan berikutnya yang juga merupakan salah satu fungsi komunikasi.
Wadah penyimpanan konten yang dihasilkan penerbitan akan dikemas dalam media. Media yang
dimaksud adalah media cetak, media elektronik, dan media daring, ataupun kombinasinya seperti
pemanfaatan multimedia serta fitur-fitur media sosial maupun potensi media lainnya yang mengikuti
perkembangan teknologi.

 Penyebarluasan merupakan salah satu dari fungsi-fungsi komunikasi. Fungsi penyebarluasan dalam


penerbitan mengacu pada bagaimana konten atau isi penerbitan disebarluaskan ke masyarakat luas.
Referensi
• Buku Pokok Materi PUST4418 Manajemen Penerbitan
• Syahid, M. (2014). Pengantar Ilmu Penerbitan. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
• https://pakarkomunikasi.com/jenis-jenis-penerbitan
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai