Anda di halaman 1dari 13

ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

POLITIK ETIS DAN BANGKITNYA KESADARAN BARU PERS


BUMIPUTRA
Miftahul Habib Fachrurozi
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Siliwangi, Jl. Siliwangi No.24 Tasikmalaya Jawa Barat
email: miftahul.habib@unsil.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui perkembangan awal pers berbahasa anak
negeri dan pers bumiputra di Hindia Belanda, (2) mengetahui lahirnya kebijakan politik
etis di Hindia Belanda, (3) mengetahui kaitan politik etis dan bangkitnya kesadaran baru
pers bumiputra. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang
dijabarkan oleh Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pers berbahasa
anak negeri muncul dan berkembang pada paruh kedua abad kesembilan belas. Pers
berbahasa anak negeri pada masa itu memiliki orientasi komersial dan misionaris. Pers
bumiputra baru muncul di penghujung abad kesembilan belas dengan terbitnya Pewarta
Prijaji. Kebijakan politik etis di Hindia Belanda dilatarbelakangi oleh merosotnya kondisi
sosial-ekonomi kaum bumiputra akibat kegagalan liberalisme serta perubahan peta politik
di Belanda. Edukasi merupakan program terpenting dalam politik etis. Kebijakan ini
mewariskan semangat kemajuan serta memunculkan kelas sosial baru yakni bumiputra
terpelajar. Politik etis berdampak ke dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bidang
pers. Kaitan antara politik etis dan kebangkitan kesadaran baru pers bumiputra terlihat
dalam sejumlah surat kabar yang dikelola oleh kaum bumiputra terpelajar. Surat kabar
tersebut antara lain Bintang Hindia yang dikelola oleh Abdul Rivai, Retnodoemilah yang
dikelola Wahidin Soedirohoesodo serta Medan Prijaji serta Poetri Hindia yang dipimpin
Tirto Adhi Soerjo. Surat kabar tersebut dengan jelas mencerminkan semangat kemajuan
yang merupakan warisan kebijakan politik etis. Semangat kemajuan inilah yang terus
diartikulasikan oleh bumiputra terpelajar pada era setelahnya dan kelak berkembang
menjadi kesadaran nasional bangsa Indonesia untuk melepaskan diri cengkeraman
kolonialisme Belanda.

Kata Kunci : Bumiputra, Kesadaran Baru, Pers, Politik Etis.

Abstract
This study aims: (1) to find out the early development of the native language press and
indigenous press in the Dutch East Indies, (2) to know the birth of ethical-political
policies in the Dutch East Indies, (3) to find out the ethical-political connection and the
rise of new awareness of the indigenous press. This research was conducted using the
historical method described by Kuntowijoyo. The results of the study show that the native
language press emerged and developed in the second half of the nineteenth century. The
native language press at that time had a commercial and missionaries orientation. The
indigenous press only appeared at the end of the nineteenth century with the publication
of Pewarta Prijaji. Ethical political policy in the Dutch East Indies was motivated by a
decline in the socio-economic conditions of the indigenous people due to the failure of
liberalism and changes in the political condition in the Netherlands. Education is the most
important program in ethical politics. This policy inherited the spirit of progress and gave
rise to a new social class namely educated indigenous. Ethical politics has an impact on
various fields of life including the press. The connection between ethical politics and the
revival of the new awareness of the indigenous press is seen in a number of newspapers

13
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

managed by educated indigenous. The newspapers included the Bintang Hindia managed
by Abdul Rivai, Retnodoemilah managed by Wahidin Soedirohoesodo, Medan Prijaji and
Poetri Hindia led by Tirto Adhi Soerjo. The newspaper clearly reflects the spirit of
progress which is a legacy of ethical-political policy. The spirit of progress that continues
to be articulated by educated indigenous in the era that followed and later developed into
the national consciousness of the Indonesian people to escape the grip of Dutch
colonialism.

Keywords: Indigenous, New Consciousness, Press, ethical-political

PENDAHULUAN tidak berlangsung lama. Pada tahun


Surat kabar atau pers secara umum 1746 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem
berperan penting untuk Baron von Imhoff resmi melarang
menyebarluaskan informasi kepada penerbitan surat kabar tersebut (Smith,
khalayak luas. Pers juga merupakan 1986: 1). Meskipun hanya berumur
sarana bagi seseorang untuk singkat, namun kehadiran Bataviase
menyebarluaskan gagasan atau Nouvelles menjadi tonggak awal sejarah
pendapatnya. Di sisi lain, pers juga pers di Hindia Belanda.
memiliki kaitan erat dengan politik. Pers Memasuki paruh pertama abad
memiliki fungsi persuasif yang mampu kesembilan belas, sikap penguasa
membentuk pendapat umum dan kolonial di Hindia Belanda terhadap
mempengaruhi opini masyarakat pers mulai melunak. Pada tahun 1810 di
terhadap isu sosial-politik yang tengah masa pemerintahan Daendels,
berkembang (Nimmo, 1989: 217). pemerintah kolonial menerbitkan surat
Hubungan erat antara pers dan politik kabar resmi milik pemerintah bernama
tersebut juga terjadi di Hindia Belanda. Bataviaasche Koloniale Courant (Smith,
Kemunculan pertama pers di Hindia 1986: 52). Selain Bataviaasche
Belanda dimungkinkan dengan Koloniale Courant, surat kabar resmi
kehadiran mesin cetak di wilayah pemerintah lain yang juga pernah terbit
tersebut. Mesin cetak telah muncul di pada paruh pertama abad kesembilan
Hindia Belanda sejak zaman Verenigde belas antara lain The Java Government
Oost-Indische Compagnie (VOC), Gazette yang terbit pada 1812, Javasche
tepatnya pada tahun 1668 (Tim Periset Courant pada tahun 1829. Mayoritas
Seabad Pers Kebangsaan, 2008: ix). pers tersebut lebih mengedepankan
Meskipun demikian, pers pertama tidak berita komersial dengan memuat banyak
hadir pada kurun waktu yang sama informasi perdagangan sebagaimana
dengan beroperasinya mesin cetak Bataviase Nouvells.
tersebut. Butuh waktu hampir satu abad Surat kabar swasta baru muncul
lamanya hingga surat kabar pertama di setelah tahun 1831. Surat kabar swasta
Hindia belanda, yaitu Bataviase yang terbit pada masa tersebut masih
Nouvelles muncul pada tahun 1744 lebih mengedepankan kepentingan
(Harsono, 2010: 64). ekonomi di samping mulai bermunculan
Kehadiran Bataviase Nouvelles tidak pula surat kabar dengan orientasi
disambut dengan baik oleh para petinggi misionaris (Fachrurozi, 2017: 24).
VOC. Mereka menganggap apabila Keterlibatan kaum bumiputra dalam
informasi perdagangan yang ada dalam bidang pers pada masa tersebut bisa
surat kabar dibaca oleh kongsi dagang dibilang masih sangat terbatas. Aktivitas
lain, maka hal tersebut dapat pers pada masa tersebut didominasi oleh
mengancam kepentingan VOC. orang-orang Eropa dan terkadang orang-
Kehadiran Bataviase Nouvelles memang orang Cina (Surjomihardjo, 1980: 31).

14
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

Bahasa yang digunakan oleh pers pada upaya pembentukan kesadaran


masa tersebut juga bahasa Belanda. Pers keindonesiaan, namun hal tersebut
bumiputra masih belum muncul sama nampaknya masih belum banyak
sekali, sehingga era ini sering disebut menarik minat para sejarawan untuk
sebagai “babak putih sejarah pers mengkaji sejarah pers secara lebih
Indonesia”. Istilah tersebut muncul mendalam. Berdasarkan latar belakang
dikarenakan nihilnya partisipasi kaum tersebut, penulis merasa perlu untuk
bumiputra dalam dunia pers waktu itu mengeksplorasi lebih jauh kaitan antara
Pers bumiputra yang dimaksud disini politik etis serta bangkitnya kesadaran
adalah pers yang dikelola oleh kaum baru pers bumiputra di Hindia Belanda
bumiputra untuk kepentingannya sendiri pada awal abad kedua puluh.
serta menggunakan bahasa daerah atau
Melayu. Pers bumiputra harus METODE PENELITIAN
dibedakan dengan pers berbahasa anak Penelitian ini menggunakan metode
negeri yang diterbitkan oleh orang-orang penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo,
Belanda sekalipun menggunakan bahasa dengan tahapan (1) Pemilihan topik, (2)
daerah atau Melayu. Bromartani Heuristik (pengumpulan sumber), (3)
merupakan pers berbahasa anak negeri Kritik sumber atau verifikasi, (4)
pertama yang terbit pada tahun 1855 Interpretasi atau penafsiran, dan (5)
(Hutagalung, 2003: 55). Surat kabar Historiografi (Kuntowijoyo, 2013: 69-
tersebut terbit di Surakarta dengan 80). Pemilihan topik merupakan tahap
menggunakan bahasa Jawa. Kehadiran untuk menentukan judul dengan
Bromartani segera disusul dengan pertimbangan tertentu berdasarkan
kehadiran pers berbahasa anak negeri kedekatan emosional dan kedekatan
lain yang mulai menjamur pada paruh intelektual. Heuristik merupakan tahap
kedua abad kesembilan belas. Meskipun mengumpulkan sumber baik primer
pers berbahasa anak negeri mulai maupun sekunder untuk diolah pada
menjamur, namun peran kaum tahap selanjutnya. Kritik sumber
bumiputra pada bidang pers masih dilakukan untuk menguji keabsahan
sangat terbatas. sumber secara eksternal melalui bentuk
Memasuki abad kedua puluh, kondisi serta kondisi fisik maupun kritik
sosial politik di Hindia Belanda eksternal melalui konten serta isi sumber
mengalami dinamika yang kompleks sejarah. Interpretasi merupakan tahap
akibat diberlakukannya politik etis. menafsirkan dan memahami sumber
Edukasi merupakan program terpenting yang telah didapatkan. Historiografi
politik etis (Latif, 2012: 142). Program merupakan tahap penulisan serta
edukasi inilah yang mendorong penyusunan seluruh penelitian
timbulnya kesadaran baru bagi kaum berdasarkan kaidah penulisan sejarah.
bumiputra di Hindia Belanda pada awal
abad kedua puluh. Kesadaran tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian mempengaruhi nyaris seluruh Perkembangan Awal Pers Berbahasa
bidang kehidupan termasuk pers. Anak Negeri dan Pers Bumiputra di
Selama ini kajian mengenai sejarah Hindia Belanda
pers di Indonesia masih terbilang minim. Paruh kedua abad kesembilan belas
Kajian sejarah Indonesia selama ini di Hindia Belanda ditandai dengan
lebih fokus kepada narasi-narasi besar kelonggaran kegiatan pers. Hal ini
yang berkaitan langsung dengan dibuktikan dengan meningkatnya
penguasa atau pembentukan nation-state partisipasi pihak swasta di Hindia
(Nordholt, dkk, 2008: 1-2). Meskipun Belanda dalam bidang pers. Pers tidak
pers memiliki peranan penting dalam lagi dimonopoli oleh pers terbitan

15
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

pemerintah kolonial saja. UU Pers tahun Soerat Kabar Bahasa Melaijoe yang
1856 menjadi titik balik perkembangan terbit di Surabaya. Soerat Kabar Bahasa
pers di Hindia Belanda. Sensor ketat Melaijoe diterbitkan oleh seorang
yang diberlakukan terhadap pers penerbit ternama di kota tersebut
Belanda justru mendorong kemunculan bernama E. Fuhri. Konten Soerat Kabar
pers berbahasa anak negeri di negara Bahasa Melaijoe berbeda dengan konten
koloni ini (Adam, 2003: 24). Di sisi lain, Bromartani. Soerat Kabar Bahasa
orang-orang Indo-Eropa dan Cina juga Melaijoe lebih banyak menyajikan
mulai melirik peluang meraih berita-berita komersial untuk memenuhi
keuntungan melalui dunia pers. kebutuhan informasi pedagang dan
Dampaknya, pers berbahasa anak negeri pemilik toko di Jawa Timur (Adam,
dengan berbagai macam orientasi mulai 2003: 32). Oleh karena itu, pelanggan
tumbuh dan menjamur di Hindia surat kabar ini diperkirakan berasal dari
Belanda. kalangan pedagang dan bukan murid
Kehadiran Bromartani pada tahun sekolah-sekolah Eropa sebagaimana
1855 menandai titik awal kemunculan Bromartani.
pers berbahasa anak negeri di Hindia Sayangnya, Soerat Kabar Bahasa
Belanda (Hill, 2007: 25). Bromartani Melaijoe maupun Bromartani tidak
dipimpin oleh seorang Indo bernama bertahan lama. Sulitnya menemukan
C.F. Winter dan putranya Gustaaf pelanggan serta sirkulasi yang amat
Winter. Surat kabar ini terbit di terbatas menjadi alasan utama kegagalan
Surakarta yang merupakan salah satu kedua pelopor pers berbahasa anak
pusat kebudayaan Jawa. Oleh karena itu, negeri tersebut. Meskipun demikian, hal
Bromartani diterbitkan dengan tersebut tidak menyurutkan semangat
menggunakan bahasa kromo inggil, sejumlah penerbit untuk menerbitkan
ragam bahasa jawa tinggi. Konten berbagai macam surat kabar pada era
Bromartani berkisar pada informasi setelahnya.
umum maupun artikel tentang ilmu Surat kabar paling sukses pada paruh
pengetahuan yang nampaknya memang kedua abad kesembilan belas adalah
ditujukan kepada para pelajar yang Slompret Melajoe. Slompret Melajoe
menempuh pendidikan di kota tersebut. diterbitkan oleh penerbit van Dorp di
Kehadiran Bromartani yang lebih Semarang pada tahun 1860 (Juliati &
mengedepankan informasi umum Asnan, 2012: 298). Berbeda dengan
ketimbang orientasi komersial Bromartani dan Soerat Kabar Bahasa
menunjukkan perkembangan fungsi pers Melaijoe yang berumur singkat,
di Hindia Belanda. C.F. Winter Slompret Melajoe mampu bertahan
nampaknya berkeinginan menjadikan hingga setengah abad lamanya dan baru
Bromartani sebagai bacaan umum bagi berhenti terbit pada tahun 1911.
para pelajar di Surakarta (Adam, 2003: Slompret Melajoe merupakan surat
31). Di sisi lain, sekolah-sekolah Eropa kabar dengan orientasi komersial dan
yang ada di Surakarta masih kesulitan banyak memuat berita yang bertujuan
memenuhi kebutuhan bahan bacaan bagi untuk kepentingan bisnis. Adapun
murid-murid dari kaum bumiputra. Oleh bahasa yang digunakan oleh surat kabar
karena itu, kehadiran Bromartani bisa ini adalah Melayu Pasar.
dibilang bertujuan untuk mengisi Selain Slompret Melajoe, surat kabar
kekosongan bacaan tersebut. lain yang juga meraih kesuksesan pada
Setahun berselang kemunculan era ini adalah Bintang Timoor. Surat
Bromartani, muncullah surat kabar kabar ini diterbitkan oleh agen
pertama berbahasa Melayu di Hindia distributor Slompret Melajoe di
Belanda. Surat kabar tersebut bernama Surabaya bernama Gimberg Brothers &

16
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

Co. Terbit sejak 1862, Bintang Timoor Keterlibatan kaum bumiputra dalam
memiliki orientasi komersial bidang pers didorong oleh intensifikasi
sebagaimana Slompret Melajoe. Surat pendidikan kolonial yang dilakukan
kabar ini bahkan memiliki sirkulasi yang sejak tahun 1867. Kebijakan ini
amat luas hingga menjangkau wilayah didorong oleh kebutuhan pengadaan
Sumatera dan Sulawesi Selatan (Adam, pegawai rendah dari kaum bumiputra
2003: 39). Bintang Timoor juga untuk menunjang perkembangan
menggunakan bahasa Melayu Pasar birokrasi kolonial (Abdullah, 2017: 37).
sebagai sarana menarik minat para Hal ini berdampak pada peningkatan
pelanggannya. jumlah kaum bumiputra yang mampu
Kesuksesan Slompret Melajoe dan menguasai baca-tulis. Kemampuan
Bintang Timoor menunjukkan bahwa baca-tulis inilah yang menjadi modal
pers pada masa itu lebih digunakan keterlibatan kaum bumiputra dalam
sebagai sarana penunjang aktivitas bidang pers. Salah satu yang paling
perdagangan. Di sisi lain, muncul pula terkenal adalah Dja Endar Moeda. Dja
koran dengan orientasi misionaris Endar Moeda tercatat pernah menjadi
seperti Biang-Lala (terbit 1867 di redaktur di sejumlah surat kabar seperti
Batavia) dan Tjahaja Siang (1868- Pertja Barat dan Soematra Courant
Tondano) (Harsono, 2010: 64). Surat (Rahzen, dkk, 2008: 22). Tulisan-
kabar dengan orientasi komersial dan tulisannya berkisar pada upaya
misionaris lebih mudah mendapatkan mendorong kesadaran kaum bumiputra
pelanggan bila dibandingkan dengan untuk menempuh pendidikan. Meskipun
surat kabar yang memuat artikel tentang demikian, jumlah kaum bumiputra yang
sastra dan pendidikan seperti bekerja sebagai redaktur surat kabar
Bromartani. Meskipun demikian, masih sangat sedikit.
redaksi Slompret Melajoe juga memuat Pers bumiputra baru benar-benar
tulisan-tulisan bertema sosial politik muncul pada penghujung abad
yang dikirimkan oleh para pelanggan kesembilan belas. Pewarta Prijaji bisa
mereka dari kalangan Tionghoa ataupun dianggap sebagai pelopor pers
priayi (Adam, 2003: 55). bumiputra di Hindia Belanda. Surat
Keterlibatan kaum bumiputra dalam kabar ini dipimpin oleh seorang priayi
bidang pers pada masa ini masih sangat bernama R.M. Koesoemo Oetoyo.
terbatas. Berbagai surat kabar yang telah Pewarta Prijaji terbit pada tahun 1900
disinggung di atas dan sejumlah surat di Semarang dengan menggunakan
kabar lain yang pernah terbit pada bahasa Melayu Pasar. Pewarta Prijaji
umumnya diterbitkan oleh perusahaan banyak memuat artikel seputar dunia
Belanda. Posisi redaktur juga priayi seperti aturan yang harus
kebanyakan diisi oleh orang-orang dijalankan seorang priayi, informasi
Tionghoa dan orang-orang Indo (Smith, umum yang berkaitan dengan pekerjaan
1980: 60). Hal ini dikarenakan orang- pangreh praja, dan sebagainya (Juliato
orang Tionghoa dan Indo dianggap dan Asnan, 2012: 299). Sayangnya,
memiliki penguasaan bahasa Melayu Pewarta Prijaji hanya bertahan sampai
yang baik. Bahasa Melayu sendiri sejak tahun 1903. Kesibukan R.M. Koesoemo
lama telah digunakan dalam bidang Oetoyo sebagai bupati Ngawi menjadi
perdagangan antar suku bangsa di alasan utama berhentinya surat kabar ini.
Hindia Belanda (Mrazek, 2006: 47). Orientasi komersial dan misionaris
Baru pada akhir abad kesembilan belas merupakan warna utama konten pers
kaum bumiputra mulai berperan aktif berbahasa anak negeri di Hindia
dalam bidang pers. Belanda pada paruh kedua abad
kesembilan belas. Meskipun terdapat

17
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

sejumlah surat kabar yang memuat 2009: 187-189). Kehadiran perusahaan


artikel bertemakan pendidikan atau swasta tersebut mengubah haluan
bahkan sosial-politik, namun tema-tema kebijakan pemerintah kolonial Hindia
ini kurang menarik minat para Belanda (Ricklefs, 2011: 227).
pelanggan surat kabar. Di sisi lain Liberalisme secara resmi telah
keterlibatan kaum bumiputra dalam diberlakukan di Hindia Belanda dan
bidang pers masih sangat terbatas dan kebijakan ini dianggap akan
baru mulai terlihat perannya di menguntungkan semua pihak.
penghujung abad kesembilan belas. Hal Kehadiran perusahaan-perusahaan
ini merupakan gambaran umum swasta di Hindia Belanda pada mulanya
perkembangan pers berbahasa anak dianggap sebagai langkah maju untuk
negeri dan pers bumiputra di Hindia peningkatan kesejahteraan kerajaan
Belanda. Situasi ini dengan cepat Belanda dan negara koloni Hindia
berubah pada awal abad kedua puluh. Belanda. Akan tetapi, dampak
Politik etis merupakan penyebab dari liberalisasi ekonomi yang terjadi
perubahan cepat dalam dunia pers rupanya tidak sejalan dengan apa yang
Hindia Belanda. dibayangkan sebelumnya. Kesenjangan
ekonomi mulai terlihat di Hindia
Lahirnya Politik Etis di Hindia Belanda. Para pengusaha Belanda dan
Belanda orang-orang Tionghoa menikmati
Gelombang liberalisasi dan revolusi keuntungan luar biasa dari sistem ini.
demokrasi yang menyebar di Eropa Selain itu, keengganan pemerintah
sekitar tahun 1840-an turut kolonial melakukan unifikasi ekonomi
mempengaruhi kondisi politik di membuat kondisi sosial ekonomi kaum
Belanda. Partai Liberal Belanda di bumiputra semakin terpuruk (Furnivall,
bawah pimpinan Rudolf Thorbecke 2009: 236). Kemerosotan kondisi kaum
berhasil mendapat momentum untuk bumiputra inilah yang mendorong
mengubah sistem politik di negara diberlakukannya kebijakan baru di
tersebut (Abdullah, 2017: 35). Hindia Belanda.
Perubahan konstitusi terjadi pada tahun Kondisi tersebut menarik perhatian
1848 dan mengubah sistem tokoh-tokoh pers Belanda. Sejumlah
pemerintahan di Belanda menjadi tokoh pers mulai muncul untuk
Monarki Konstitusional. Nilai-nilai menyampaikan isu-isu sosial politik
liberalisme seperti kebebasan individu, dalam berbagai artikel di surat kabar.
pengakuan atas hak milik pribadi, serta Salah satunya isu yang paling sering
perluasan perusahaan swasta segera dibahas adalah tentang perbaikan
mempengaruhi banyak aspek kehidupan kondisi kaum bumiputra di Hindia
masyarakat Belanda. Hal tersebut juga Belanda (Simbolon, 2008: 168). A.
mempengaruhi kebijakan negara koloni Kuyper, seorang tokoh partai
Belanda di Asia, Hindia Belanda. konservatif mulai mengusulkan suatu
Dampak Liberalisme di Hindia kebijakan kemanusiaan di Hindia
Belanda yang paling menonjol terlihat Belanda. Piet Brooshoft, redaktur surat
pada bidang ekonomi. Tahun 1870 kabar De Locomotief juga
merupakan titik balik kebijakan menyampaikan gagasan serupa. Ia
ekonomi di Hindia Belanda. mengusulkan otonomi lokal sebagai
Pemberlakuan Undang-undang Agraria solusi untuk memperbaiki kondisi kaum
dan Undang-undang Gula memberikan bumiputra. Meskipun demikian, usulan
jalan bagi perusahaan-perusahaan ini baru ditanggapi secara serius sejak C.
swasta untuk mengeksploitasi sumber T. Van Deventer menulis artikel
daya alam di Hindia Belanda (Furnivall, berjudul “Een Eereschuld” (Hutang

18
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

Budi) di jurnal De Gids. Isi artikelnya Politik etis bertujuan untuk


secara tegas menuntut penyelidikan meningkatkan kesejahteraan serta
tantang kewajiban balas budi bangsa memperbaiki kondisi kaum bumiputra.
Belanda terhadap kaum bumiputra di Edukasi sering dianggap sebagai
Hindia belanda akibat eksploitasi program pokok dari politik etis (Latif,
ekonomi pada era sebelumnya (van Niel, 2012: 142). Semangat politik etis ini
2009 : 20). membuat banyak perubahan terhadap
Perubahan peta politik di Belanda rakyat Hindia belanda. Perubahan paling
membuat gagasan van Deventer lebih besar terjadi pada kaum bumiputra.
mudah diterima oleh para politisi disana. Edukasi atau pendidikan menjadi
Keberhasilan Partai Kristen dan Partai program sentral dalam politik etis. C. T.
Sosial Demokrat memenangkan van Deventer sendiri meyakini jika
pemilihan umum membuat gagasan kaum bumiputra harus ikut
perbaikan kondisi bumiputra mulai berpartisipasi dalam perubahan ini.
dibicarakan secara serius di parlemen Pendidikan, terutama pendidikan Barat
Belanda. Koalisi ini bersepakat untuk dianggap sebagai cara yang tepat untuk
membuat suatu kebijakan bagi kaum mulai melibatkan kaum bumiputra.
bumiputra di Hindia Belanda Meskipun demikian, program
berdasarkan prinsip-prinsip kekristenan pendidikan ini dilaksanakan secara
(Niel, 2009: 55). Gagasan untuk sangat terbatas dimana hanya golongan
memenuhi kewajiban moral dalam bangsawan atau kalangan priayi saja
perbaikan kondisi kaum bumiputra yang menikmati pendidikan Barat (Niel,
menjadi landasan utama dalam 2009 : 77). Lewat program pendidikan
pemikiran koalisi ini. Usulan parlemen ini pula nantinya akan muncul golongan
ini segera mempengaruhi kebijakan bumiputra terpelajar yang mewacanakan
kerajaan Belanda untuk segera kemajuan kaum bumiputra di Hindia
merealisasikan politik etis di Hindia belanda.
Belanda. Politik etis memang tidak
Suksesi pemerintahan di kerajaan sepenuhnya berhasil dalam
Belanda turut mempercepat realisasi pelaksanaannya terutama dari sudut
pemberlakuan politik etis di Hindia pandang kaum bumiputra. Pemerintah
Belanda. Pada 6 September 1898, kolonial nampak hanya menjadikan
Wilhelmina dinobatkan sebagai ratu kaum bumiputra sebagai obyek dari
Belanda yang baru (Simbolon, 2008: kebijakan politik etis. Kaum bumiputra
191). Situasi ini memberikan angin sama sekali tidak diberikan kesempatan
segar bagi para pendukung politik etis. untuk terlibat dalam perumusan
Ratu baru ini mendukung penuh gagasan kebijakan untuk memperbaiki taraf
kelompok etis untuk melakukan hidup mereka sendiri. Pada akhirnya,
perubahan kebijakan di Hindia Belanda. obyektivikasi ini menyebabkan kaum
Tiga tahun kemudian perubahan bumiputra sama sekali tidak diajak
kebijakan tersebut benar-benar untuk memahami dan memberikan
terlaksana. Pada tanggal 17 September solusi terhadap masalah yang mereka
1901, Ratu Wilhelmina menyampaikan hadapi sendiri.
seruan pembaruan kebijakan kolonial Di sisi lain, politik etis sesungguhnya
dalam sebuah` pidato kerajaan. Pidato juga merupakan alat pemerintah kolonial
ini kemudian disambut dengan hangat untuk mempertahankan kekuasaannya di
oleh pendukung politik etis. Hal tersebut Hindia Belanda. Gagasan ini datang dari
yang kemudian dianggap sebagai seorang ahli kajian Islam dari
tonggak awal kebijakan politik etis. Universitas Leiden bernama Snouck
Hurgronje. Ia menganggap dengan

19
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

memberikan pendidikan Barat, maka sejumlah pers berorientasi kemajuan


kaum bumiputra di Hindia belanda bisa seperti Li Po, Sien Po, Taman Pewarta,
diarahkan menuju kesatuan budaya dan Loen Boen (Adam, 2013: 131).
dengan orang-orang Belanda (Samuel, Kehadiran THHK dan sejumlah pers
2010 : 24-25). Proses penyatuan budaya Tionghoa inilah yang mendorong
ini diharapkan mampu memunculkan kesadaran kaum bumiputra terpelajar
kaum bumiputra terpelajar yang untuk mulai lebih memperhatikan nasib
mendukung kekuasaan kolonial. Kaum kaum bumiputra.
bumiputra terpelajar inilah yang Kebijakan politik etis ini
diharapkan mampu membantu kontrol bagaimanapun mampu menumbuhkan
pemerintah kolonial terhadap kesadaran baru di kalangan bumiputra
masyarakat Hindia Belanda secara terpelajar. Kesadaran baru tersebut ialah
keseluruhan. semangat menggapai kemajuan.
Politik etis melahirkan suatu kelas Semangat kemajuan ini terwujud dalam
sosial baru dalam lingkungan kaum suatu keinginan mencapai status sosial
bumiputra (Abdullah, 2017: 41). Kelas yang ideal baik secara individu maupun
sosial baru ini adalah kaum bumiputra kolektif yang meliputi kemajuan
yang mendapatkan kesempatan pendidikan, modernisasi, kehormatan,
menempuh pendidikan kolonial. Kelas serta keberhasilan hidup (Latif, 2012 :
ini lebih dikenal dengan istilah 144). Semangat kemajuan ini yang
bumiputra terpelajar. Kebanyakan dari nantinya akan terus berkembang
bumiputra terpelajar ini adalah para ditangan kaum bumiputra terpelajar.
mahasiswa yang menempuh pendidikan Semangat ini pula yang memberikan
kedokteran di School tot Opleiding van dampak luas bagi perkembangan pers
Indische Artsen (STOVIA). Para bumiputra di Hindia Belanda.
mahasiswa kedokteran ini bukan hanya
mendapatkan akses terhadap pendidikan Politik Etis dan Bangkitnya
barat, akan tetapi mereka juga berbicara Kesadaran Baru Pers Bumiputra
dalam bahasa Belanda, berbusana ala Politik etis memiliki dampak luas
orang Belanda, dan mengikuti gaya dalam perkembangan pers bumiputra di
hidup sebagaimana orang Belanda (Pols, Hindia Belanda. Kaum bumiputra
2019: 27). Hal inilah yang membuat terpelajar dengan cepat mampu menjadi
para bumiputra terpelajar mulai akrab lokomotif perubahan sosial-politik di
dengan modernitas dan budaya barat. Hindia Belanda. Mereka memanfaatkan
Kemerosotan kondisi sosial ekonomi pers untuk menyuarakan perbaikan
kaum bumiputra juga mendorong kondisi kaum bumiputra serta
munculnya kesadaran baru di kalangan mendorong kemajuan bangsanya.
bumiputra terpelajar. Di sisi lain, Kesadaran baru inilah yang menjadi
kesadaran ini juga muncul akibat adanya warna utama dalam berbagai pers
kecemburuan sosial terhadap orang bumiputra di Hindia Belanda pada awal
Tionghoa yang dianggap lebih maju. abad kedua puluh.
Kemajuan kaum Tionghoa salah satunya Bintang Hindia merupakan pers
ditunjukkan dengan pendirian organisasi bumiputra pertama yang memiliki
Tiong Hwa Hwee Koan (THHK) pada kesadaran baru tersebut. Bintang Hindia
tanggal 17 Maret 1900 (Nio Joe Lan, pertama kali terbit pada tahun 1903 dan
1940: 11). THHK merupakan organisasi menggunakan bahasa Melayu. Bintang
yang berorientasi pada semangat Hindia diterbitkan oleh perusahaan
kemajuan dan berfokus pada program penerbitan milik N.J Boon di
pendidikan dan kebudayaan. Selain itu, Amsterdam (Poeze, 2008: 44). Surat
kaum Tionghoa juga menerbitkan kabar ini merupakan hasil kerja sama

20
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

seorang bumiputra terpelajar bernama Belanda pada masa itu. Rivai


Abdul Rivai dan seorang pensiunan memandang jika ketertinggalan kaum
Koninklijk Nederlandsche-Indische bumiputra dari orang-orang Eropa
Leger (KNIL) bernama H. C. C. disebabkan oleh pengaruh pemikiran
Clockener Broussons. Meskipun primitif yang kental dengan takhayul
demikian, Abdul Rivai merupakan aktor lama (Pols, 2019: 40). Kepercayaan
utama di balik artikel-artikel yang terbit terhadap takhayul ini berkebalikan
dalam Bintang Hindia, sementara dengan pemikiran orang-orang Eropa
Broussons lebih fokus kepada urusan yang lebih rasional dan modern.
sirkulasi surat kabar (Poeze, 2008: 46). Kemampuan orang Eropa merangkul
Bintang Hindia merupakan surat kabar modernitas hanya mampu didapat
paling berpengaruh di Hindia Belanda melalui akses terhadap pendidikan. Oleh
pada awal abad kedua puluh. Hal ini karena itu, Rivai menyerukan kaum
dibuktikan dengan sirkulasi surat kabar bumiputra untuk berjuang dan berupaya
ini yang mencapai 27.000 eksemplar menempuh pendidikan setinggi-
pada tahun 1904. Besarnya sirkulasi tingginya agar dapat merangkul
Bintang Hindia tidak terlepas dari modernitas sekaligus mengejar
dukungan penuh Gubernur Jenderal van ketertinggalan dari orang Eropa.
Heutsz yang memberikan subsidi kepada Tulisan-tulisan Abdul Rivai dalam
surat kabar ini (Adam, 2003: 171). Bintang Hindia memiliki pengaruh yang
Gagasan utama yang terdapat dalam cukup luas di kalangan bumiputra
Bintang Hindia merupakan karya Abdul terpelajar. Jumlah sirkulasi yang amat
Rivai. Sejumlah gagasan penting yang besar membuat kaum bumiputra
ditulis Abdul Rivai dalam surat kabar terpelajar dapat dengan mudah
Bintang Hindia adalah kaoem moeda, mengakses dan membaca gagasan Rivai
perhimpoenan kaoem moeda, dan dalam Bintang Hindia. Salah satu
bangsawan fikiran. Kaoem Moeda bumiputra terpelajar yang terpengaruh
merupakan kaum bumiputra yang oleh gagasan Rivai adalah Wahidin
memiliki pemikiran yang terbuka dan Soedirohoesodo. Wahidin merupakan
memuliakan dirinya dengan seorang dokter Jawa yang lahir pada
pengetahuan (Rivai, 1905). Abdul Rivai tahun 1857 di Yogyakarta (Rahzen, dkk,
menginginkan kaoem moeda di Hindia 2008: 8). Ia lebih dikenal sebagai salah
Belanda berpendidikan tinggi. satu pendiri organisasi pergerakan
Tujuannya agar kaoem moeda memiliki nasional Boedi Oetomo. Selain sebagai
kesadaran bersama dengan kaum salah satu pendiri Boedi Oetomo,
bumiputra lain sehingga mampu Wahidin juga pernah memimpin sebuah
memajukan kaum bumiputra di Hindia pers bumiputra berorientasi kemajuan
Belanda secara umum. Perhimpoenan bernama Retnodoemilah.
Kaoem Moeda merupakan wadah bagi Retnodoemilah pertama kali terbit di
kaoem moeda untuk berorganisasi dan Yogyakarta pada tahun 1895. Surat
mewujudkan tujuan mereka. Bangsawan kabar ini terbit dalam bahasa Jawa dan
fikiran merupakan status sosial bagi Melayu. Pemimpin pertama
kaum yang berpendidikan tinggi (Rivai, Retnodoemilah adalah F.L. Winter yang
1906). Bangsawan fikiran menjadi merupakan cucu pendiri Bromartani,
status baru bagi kaum bumiputra C.F. Winter. Wahidin sendiri baru
terpelajar di Hindia Belanda pada masa bergabung dan memimpin surat kabar
itu. ini pada Januari 1900. Di tangan
Gagasan Rivai tersebut Wahidin, gagasan Rivai nampak
dilatarbelakangi oleh pandangannya mempengaruhi orientasi surat kabar ini.
terhadap kaum bumiputra di Hindia Ia mendorong pembaca Retnodoemilah

21
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

untuk mulai merangkul modernitas, saudagar-saudagar dari bangsa jang


serta membangun organisasi untuk terperentah laenja, jang dipersamakan
mempromosikan pendidikan di kalangan dengan Anaknegri, di seloeroeh Hindia
orang Jawa (Pols, 2019: 45). Wahidin Olanda” (Toer, 1985: 47). Konsep
bahkan menyarankan para pembacanya “bangsa jang terperentah” dalam slogan
agar menghubungi Abdul Rivai untuk Medan Prijaji tersebut sarat dengan
meminta nasihat. Retnodoemilah sendiri makna politis. Konsep tersebut
sangat populer di kalangan guru-guru memberikan identitas kolektif bagi
bumiputra (Adam, 2003: 152). Dengan berbagai suku bangsa di Hindia Belanda
demikian, melalui Retnodoemilah para yang pada masa tersebut mengalami
guru bumiputra mendapat sarana untuk tindakan diskriminatif serta represif dari
menggapai kemajuan. pemerintah kolonial. Melalui identitas
Pers bumiputra lain yang kolektif tersebut, perasaan senasib dan
mencerminkan kesadaran baru sepenanggungan dari berbagai suku
bumiputra terpelajar adalah Medan bangsa di Hindia Belanda secara
Prijaji. Medan Prijaji terbit sejak tahun perlahan mulai muncul.
1907 hingga tahun 1912. Medan Prijaji Isi Medan Prijaji benar-benar
merupakan surat kabar pertama di mencerminkan slogan dari surat kabar
Hindia Belanda yang seluruh anggota tersebut. Sejumlah rubrik tetap dalam
redaksinya adalah berasal dari kaum Medan Prijaji antara lain “mutasi
bumiputra. Sebagaimana Bintang pegawai negeri”, “salinan lembaran
Hindia, Medan Prijaji menggunakan negara”, “surat pembaca”, “cerita
bahasa Melayu sebagai bahasa bersambung”, dan sebagainya (Toer,
pengantarnya. Medan Prijaji diterbitkan 1985: 46). Rubrik “surat pembaca”
oleh perusahaan penerbitan N.V. Medan merupakan rubrik yang paling banyak
Prijaji yang didirikan oleh R.M. Tirto mendapat perhatian dalam surat kabar
Adhi Soerjo dan Haji Mohammad Arsad ini. Tirto tidak hanya sekedar
(Toer, 1985: 49). R. M. Tirto Adhi menanggapi surat dari pembaca saja
Soerjo merupakan tokoh utama di balik namun juga memberikan bantuan hukum
kemunculan dan perkembangan Medan bagi pembaca yang mengadukan
Prijaji. Ia lahir di Bojonegoro pada permasalahannya ke Medan Prijaji.
tahun 1880 dan sempat bersekolah di Fungsi jurnalisme advokasi ini
STOVIA meskipun gagal merupakan hal yang benar-benar baru
menyelesaikan studinya (Adam, 2003: dalam dunia pers di Hindia Belanda
185). Medan Prijaji merupakan surat pada masa tersebut.
kabar pertama di Hindia Belanda yang Selain Medan Prijaji, Tirto juga
dikelola sepenuhnya oleh kaum pernah mendirikan surat kabar khusus
bumiputra baik dalam proses produksi perempuan bernama Poetri Hindia.
maupun secara keredaksian. Pendirian Poetri Hindia merupakan surat kabar
Medan Prijaji inilah yang menjadi pertama yang didirikan khusus bagi
tonggak baru bagi perkembangan pers perempuan bumiputra di Hindia
bumiputra di Hindia Belanda. Belanda. Poetri Hindia terbit kerja sama
Medan Prijaji berperan penting antara Tirto Adhi Soerjo dan R.T.A
dalam mendorong kemunculan Tirtokoesomo. Poetri Hindia merupakan
kesadaran nasional Indonesia. Hal surat kabar yang bertujuan untuk
tersebut terlihat dalam slogan Medan memajukan perempuan bumiputra di
Prijaji yaitu “SOEARA bagai sekalian Hindia Belanda (Nuryanti, 2008: 33).
Radja-radja, Bangsawan asali dan Poetri Hindia merupakan surat kabar
fikiran, Prijaji dan saudagar yang mengusung semangat kemajuan
Boemipoetra dan officier-officier serta bagi perempuan bumiputra. Tirto Adhi

22
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

Soerjo bercita-cita agar kaum perempuan bumiputra. Kehadiran Poetri


perempuan di Hindia Belanda dapat Hindia menunjukkan dengan jelas jika
memiliki kedudukan yang setara dengan kesadaran baru pers juga mencakup
kaum laki-laki. Artinya, diskriminasi semangat emansipasi bagi perempuan
yang selama ini terjadi terhadap kaum bumiputra.
perempuan harus segera mungkin Bangkitnya kesadaran baru dalam
dihapus. Semangat untuk memajukan pers bumiputra merupakan suatu
perempuan bumiputra inilah yang revolusi dalam bidang pers di Hindia
menjadi keunikan dari Poetri Hindia Belanda pada awal abad kedua puluh.
apabila dibandingkan dengan surat kabar Semangat kemajuan, yang merupakan
sezaman lainnya. warisan dari kebijakan politik etis
Tokoh-tokoh perempuan bumiputra nampak menjadi stimulus bagi kaum
mendominasi susuan redaksi Poetri bumiputra terpelajar. Kaum bumiputra
Hindia. Pada awalnya, Tirto Adhi terpelajar mulai menuliskan ide-ide
Soerjo sempat menjabat sebagai kepala kemajuan bangsanya melalui berbagai
redaktur di awal berdirinya Poetri surat kabar. Hal tersebut salah satunya
Hindia. Pada tahun 1911, Tirto ditandai dengan keinginan untuk
menyerahkan posisinya tersebut kepada menguasai ilmu pengetahuan serta
R.A. Hendraningrat. Terpilihnya R.A. kesadaran baru yang disebarluaskan oleh
Hendraningrat sebagai kepala redaktur berbagai pers bumiputra. Semangat
inilah yang menjadikannya sebagai kemajuan tersebut juga mencakup
kepala redaktur perempuan pertama di kesadaran politis sebagai bangsa jang
Hindia Belanda. Selain R.A. terperentah di Hindia Belanda serta
Hendraningrat, perempuan bumiputra semangat emansipasi bagi perempuan
lain yang pernah mengisi jajaran redaksi bumiputra. Kesadaran baru pers
Poetri Hindia antara lain, R.A. bumiputra ini merupakan suatu tanda
Tjokoroadikoesoemo dari Cianjur, R.A. awal kebangkitan intelektual kaum
Siti Habibah, istri Tirto Adhi Soerjo, dan bumiputra.
R.A. Mangkoedimejo dari Yogyakarta. Semangat kemajuan yang disuarakan
Dominasi perempuan dalam jajaran para perintis seperti Abdoel Rivai,
redaksi Poetri Hindia inilah yang Wahidin Soedirohoesodo, dan Tirto
menegaskan konsistensi sikap surat Adhi Soerjo terus diartikulasikan oleh
kabar ini yang mendukung kemajuan bumiputra terpelajar dari generasi
perempuan bumiputra di Hindia setelahnya. Semangat inilah yang kelak
Belanda. Pada masa sebelumnya, jajaran berkembang menjadi kesadaran nasional
redaksi surat kabar selalu didominasi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri
oleh kaum pria. Poetri Hindia mampu cengkeraman kolonialisme Belanda. Hal
hadir mendobrak dominasi kaum pria tersebut, tentu mustahil terwujud tanpa
dalam bidang pers. Rubrik-rubrik dalam didahului oleh kebangkitan kesadaran
Poetri Hindia juga diperuntukkan baru pers bumiputra yang terjadi pada
khusus bagi kaum perempuan. Contoh awal abad kedua puluh.
rubrik yang terdapat dalam Poetri
Hindia antara lain Pemeliharaan Anak, KESIMPULAN
Perempuan Hindia, Perawatan Pers dan Politik memiliki keterkaitan
Kecantikan, Unggah-ungguh (Etika) yang erat. Perkembangan pers di Hindia
berkeluarga, dan sebagainya (Nuryanti, Belanda selalu berkaitan dengan kondisi
2008: 34). Poetri Hindia dengan sosial politik pada masing-masing
demikian merupakan surat kabar yang zaman. Pada mulanya, pemerintah
dikelola oleh perempuan bumiputra dan kolonial berupaya mengekang
diterbitkan juga untuk kepentingan perkembangan pers di Hindia Belanda

23
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

sehingga hanya pers pemerintah yang surat kabar. Gagasan kemajuan tersebut
dapat terbit. Seiring berjalannya waktu, juga mencakup kesadaran politis sebagai
pada paruh kedua abad kesembilan belas bangsa jang terperentah di Hindia
mulai muncul pers berbahasa anak Belanda serta semangat emansipasi bagi
negeri yang memiliki orientasi perempuan bumiputra. Melalui berbagai
komersial dan misionaris. Pada masa ini, artikel di surat kabar tersebut, semangat
kaum bumiputra nyaris belum memiliki kemajuan yang merupakan warisan
peran dalam bidang pers. politik etis memiliki media yang sesuai
Pada awal abad XX, Hindia Belanda untuk diartikulasikan di ruang publik
mengalami perkembangan sosial politik Hindia Belanda. Semangat inilah yang
yang amat kompleks akibat kelak berkembang menjadi kesadaran
diberlakukannya politik etis. Politik etis nasional bangsa Indonesia untuk
berdampak ke berbagai bidang melepaskan diri cengkeraman
kehidupan termasuk bidang pers yang kolonialisme Belanda.
ditandai dengan kemunculan pers
bumiputra. Di sisi lain, politik etis juga DAFTAR PUSTAKA
melahirkan kelas sosial baru yang
Abdullah, Aznar. 2017. Ethical Politic
dikenal dengan istilah bumiputra
and Emergence of Intellectual
terpelajar. Kaum bumiputra terpelajar
Class. Paramita: Historical Studies
inilah yang berperan sebagai aktor
Journal. 27 (1). Hlm. 37-49.
utama dalam bidang pers. Pada masa ini,
muncul kesadaran baru dalam bidang Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers
pers yang dikelola kaum bumiputra dan Kebangkitan Kesadaran
terpelajar. Kesadaran baru tersebut ialah Keindonesiaan. Jakarta: Hasta
semangat menggapai kemajuan yang Mitra.
terwujud dalam suatu keinginan Fachrurozi, Miftahul Habib. 2017. Pers
mencapai status sosial yang ideal baik dan Bangkitnya Kesadaran
secara individu maupun kolektif yang Nasional Indonesia pada Awal
meliputi kemajuan pendidikan, Abad XX. Istoria, 12 (1). Hlm. 21-
modernisasi, kehormatan, serta 32.
keberhasilan hidup. Kehadiran kaum Furnivall, J.S. 2009. Hindia Belanda:
bumiputra terpelajar serta kemunculan Studi Tentang Ekonomi Majemuk.
semangat kemajuan inilah yang Jakarta: Freedom Institute.
memunculkan kesadaran baru dalam
Harsono, Andreas. 2010. Agama Saya
perkembangan pers bumiputra di Hindia Adalah Jurnalisme. Yogyakarta:
Belanda.
Kanisius.
Pers bumiputra dengan kesadaran
baru dapat dilihat diantaranya dalam Hill, David T. 2007. The Press in New
surat kabar Bintang Hindia, Order Indonesia. Jakarta: PT
Retnodoemilah, Medan Prijaji, dan Equinox Publishing Indonesia.
Poetri Hindia. Surat kabar tersebut Hutagalung, Inge. 2013. Dinamika
dikelola oleh para bumiputra terpelajar. Sistem Pers di Indonesia. Jurnal
Bintang Hindia dikelola oleh Abdul Interaksi. II (2). Hlm. 53-60.
Rivai, sementara itu Wahidin Juliati, Dewi & Asnan, Gusti. 2012. Pers
Soedirohoesodo mengelola surat kabar Bumiputra: Media Ekspresi
Retnodoemilah dan Tirto Adhi Soerjo Nasionalisme Indonesia. dalam
mengelola Medan Prijaji serta Poetri A.B. Lapian, dkk. Indonesia Dalam
Hindia. Para bumiputra terpelajar Arus Sejarah Jilid 5 Masa
tersebut mulai menuliskan gagasan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta:
kemajuan bangsanya melalui berbagai PT. Ichtiar Baru van Hoeve.

24
ISSN : 2655-3600 Bihari: Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2 (1), 2019

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Surjomihardjo, Abdurrachman. 1980.


Sejarah. Yogyakarta: Tiara Beberapa Segi Perkembangan Pers
Wacana. di Indonesia. Jakarta: Departemen
Nimmo, Dan. 1989. Komunikasi Politik: Penerangan Republik Indonesia.
Komunikator, Pesan dan Media. Tim Periset Seabad Pers Kebangsaan.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2008. Seabad Pers Kebangsaan.
Nio Joe Lan. 1940. Riwajat 40 Taon Yogyakarta: I:BOEKOE.
T.H.H.K. Batavia. Batavia: Tiong Toer, Pramoedya Ananta. 1985. Sang
Hoa Hwe Koan. Pemula. Jakarta: Hasta Mitra.
Nordholt, Henk Schute, dkk. 2013. Van Niel, Robert. 2009. Munculnya Elit
Perspektif Baru Penulisan Sejarah Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Jaya.
Indonesia. Yudi Latif. 2012. Negara Paripurna.
Nuryanti, Reni. 2008. Soenting Melajoe. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
dalam Rhoma Dwi Aria Yuliantri,
dkk. Seabad Pers Perempuan:
Bahasa Ibu Bahasa Bangsa.
Yogyakarta: I:BOEKOE.
Poeze, Harry. A. 2008. Di Negeri
Penjajah: Orang Indonesia di
Belanda (1600-1950). Jakarta:
Penerbit KPG.
Pols, Hans. 2019. Merawat Bangsa:
Sejarah Pergerakan Para Dokter
Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Rahzen, dkk, Taufik. 2007. Tanah Air
Bahasa: Seratus Jejak Pers di
Indonesia, Yogyakarta:
I:BOEKOE.
Ricklefs, M. C. 2011. Sejarah Indonesia
Modern. Yogyakarta: UGM Press.
Rivai, Abdul. 1905. Kaoem Moeda.
Bintang Hindia, hlm. tidak terbaca.
____. 1906. Bangsawan Fikiran.
Bintang Hindia, hlm. tidak terbaca.
Samuel, Hanneman. 2010. Genealogi
Kekuasaan Ilmu Sosial: Dari
Kolonialisme Belanda hingga
Modernisme Amerika. Jakarta:
Kepik Ungu.
Simbolon, Parakitri T. 2006. Menjadi
Indonesia. Jakarta: Penerbit
Kompas.
Smith, Edward. C. 1986. Pembredelan
Pers di Indonesia. Jakarta: PT
Pustaka Grafitipers.

25

Anda mungkin juga menyukai