Anda di halaman 1dari 15

Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 345

REORGANISASI DAN RASIONALISASI ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA DI


JAWA TAHUN 1947-1949

Oleh : Devi Ellok Widaningsih, Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, ellokdevi@gmail.com

Abstrak

Golongan pemuda menjadi pelopor dalam membentuk organisasi-organisasi perjuangan dalam


rangka untuk mempertahankan kemerdekaan. Golongan pemuda memiliki anggapan bahwa dalam
mempertahankan kemerdekaan tidak cukup dengan jalan diplomasi, sehingga sejak awal kemerdekaan
pada saat kondisi sosial, ekonomi dan politik RI belum stabil terbentuk banyak organisasi bersenjata di
samping terbentuk Angkatan Perang RI. Melihat kondisi yang terjadi pemerintah menjalankan kebijakan
Reorganisasi dan Rasionalisasi (Rera) agar penggunaan tenaga AP menjadi efektif dan sesuai kondisi
yang ada. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui proses pelaksanaan Rera di Jawa pada tahun 1947-
1949. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan Rera yang dilakukan pada masa Kabinet Amir
Syarifudin dan Mohammad Hatta memiliki motivasi, konsep dan cara yang bertentangan untuk
merealisasikan program Rera. Hal tersebut menjadi hambatan pelaksanaan Rera pada masa Kabinet
Mohammad Hatta, namun cukup memiliki dampak pada APRI. Adanya Rera dalam AP menghasilkan
pembagian tugas menjadi jelas, terbukti dengan terbentuknya staf AP, yang disampingnya terdapat
pimpinan taktis yaitu Panglima Besar Angkatan Perang berdasarkan Undang- Undang No. 3 serta
diperkuat dalam Penetapan Presiden No. 9 Tahun 1948. Selain itu Rera juga mengurangi adanya
pengacau, serta terbentuk sistem penetapan pangkat dengan jelas. Adanya kebijakan tersebut membuat
beberapa kelompok merasa tidak puas, dirugikan dan tersingkir. Akibatnya mereka melakukan penolakan
dan pembelotan-pembelotan kepada pemerintah.

Kata Kunci: Reorganisasi dan Rasionalisasi, Angkatan Perang RI, Jawa 1948.

REORGANIZATION AND RATIONALIZATION OF THE ARM FORCES


OF REPUBLIC OF INDONESIA IN JAVA YEAR 1947-1949
Abstract
The youth group became the pioneers in forming struggle organizations in order to defend
independence. Seeing the conditions occurred, the government runs the Reorganization and
Rationalization (Rera) policy so that the use of AP power to be effective and in accordance with
the existing conditions. The objective of this study is to know the process of Rera implementation
in Java in 1947-1949. The result of this study indicates that the policy of Rera conducted during
the Cabinet Amir Syarifudin and Mohammad Hatta has the motivation, concepts and conflicting
ways to realize the Rera program. This is an obstacle to the implementation of Rera during the
Mohammad Hatta Cabinet, but has enough impact on APRI. The existence of Rera in the AP
resulted in a clear division of tasks, as evidenced by the formation of AP staff, in addition to the
tactical leadership of the Great Commander of the Armed Forces under Law no. 3 and
strengthened in Presidential Decree No. 9 Year 1948. In addition Rera also reduce the presence
of vandals, as well as forming a system of determination of rank clearly. The existence of the
policy makes some groups feel dissatisfied, harmed and marginalized. As a result they rejected
and defected the government.

Keywords: Reorganization and Rationalization, Indonesian Armed Forces, Java 1948.


346 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018

PENDAHULUAN namun komando kemiliteran masih simpang-


Setelah proklamasi kemerdekaan, siur dan centang-perenang sehingga
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menghilangkan dan melunakkan unsur disiplin
(PPKI) mengadakan tiga kali sidang untuk yang merupakan syarat pokok di dalam
membahas permasalahan yang dianggap tentara.4 Suasana yang penuh ketegangan,
penting dalam pembentukan pemerintahan ancaman, serta ketidakpastian, menempatkan
suatu negara yang baru merdeka. Pada sidang badan perjuangan sebagai katalisator bagi
kedua, golongan muda mendesak untuk segera pemuda untuk beraksi.5
dibentuk komite nasional dan tentara.1 Selama melakukan perundingan, pada
Kemudian sidang ketiga pada 22 Agustus 1945 pertengahan 1947 Belanda memperkuat
menghasilkan pembentukan yang lebih militernya dengan mendatangkan divisi baru di
kompleks dengan dibentuknya komite samping divisi Koninklijk Netherlands-Indisch
nasional, Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Leger (KNIL) yang telah ada.6 Perbedaan
Badan Keamanan Rakyat (BKR). penafsiran yang terjadi pada diplomasi di
Hasil sidang PPKI ketiga menunjukkan Linggarjati menyebabkan pada 21 Juli 1947
bahwa ketika Indonesia merdeka tidak diikuti Belanda melancarkan agresi pertamanya.7
dengan pembentukan organisasi kemiliteran Peristiwa tersebut mengakibatkan pertikaian
yang resmi. BKR yang terbentuk secara Indonesia dan Belanda sampai pada forum
spontan dan masih bersifat kedaerahan bukan internasional yang melibatkan campur tangan
suatu organisasi kemiliteran.2 Pembentukan negara-negara besar lainnya. Dewan
BKR di masing-masing daerah memiliki dasar Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang bebas bergabung dan tergantung pada (PBB) menawarkan jasa baik kepada Indonesia
Komite Nasional Indonesia (KNI) yang dan Belanda untuk membantu menyelesaian
bertugas mengurus pemeliharaan serta pertikaian melalui komisi dewan yang terdiri
pengadaannya.3 dari tiga anggota dewan, masing-masing pihak
Tujuan awal pembentukan BKR memilih wakilnya dan yang ketiga dipilih oleh
digunakan untuk memelihara kedamaian kedua negara yang mewakili. .
daerah setempat, tidak digunakan dalam Hasil dari Diplomasi Renville ini
pertempuran menghadapi penjajah. mengecewakan banyak pihak, khususnya
Terbentuknya BKR sesuai dengan strategi Indonesia yang mendapatkan banyak
golongan tua yang bersifat kehati-hatian dan dampaknya. Beberapa point penting dalam
lebih mementingkan perjuangan melalui persetujuan Renville yaitu Indonesia harus
diplomasi dibandingan dengan pertempuran.
Golongan muda dan para pejuang bersenjata
merasa tidak puas dengan dibentuknya BKR,
mereka beranggapan pimpinan kemerdekaan 4
yang dijalankan oleh golongan tua melakukan Yahya A. Muhaimin,
kesalahan besar karena terlambat dalam Perkembangan Militer Dalam Politik di
membentuk tentara serta akan menyebabkan Indonesia 1945-1966, (Yogyakarta:
masalah di era-era selanjutnya. Hal tersebut Gadjah Mada University Press, 2005), hlm.
terbukti pada masa Perang Kemerdekaan 1945- 41.
1949, meskipun sudah terbentuk ketentaraan
5
Suhartono W Pranoto, Revolusi
1
Adam Malik, Mengabdi Republik Agustus:Nasionalisme Terpasung dan
Jilid II, (Jakarta: Gunung Agung,1984), Diplomasi Internasional, (Yogyakarta:
hlm. 53-66. Laper Pustaka Utama, 2001), hlm. 123.
6
George Mc Turnan Kahin, op.cit.,
2
Saleh As’ad, Ichtisar Sejarah hlm. 180.
Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,
7
(Jakarta: tp, 1971), hlm. 2. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah
Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu
3
George Mc Turnan Kahin, 2009, (Yogyakarta: Penerbit Universitas
Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Sanata Dharma, 2011), hlm. 56.
(Surakarta: UNS Press, 1995), hlm. 178.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 347

mengakui garis van Mook.8 Wilayah Indonesia heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi
yang semakin sempit akibat penandatanganan (kritik sumber) eksternal dan internal,
naskah perjanjian Renville mengakibatkan interpretasi (penafsiran), dan historiografi.
pasukan-pasukan (Kesatuan militer dan Badan Heuristik merupakan kegiatan mencari
Perjuangan) Indonesia yang berada di daerah sumber-sumber untuk mendapatkan data-data
kantong-kantong dan telah dikuasai Belanda sejarah yang digunakan untuk rekontruksi
harus ditarik mundur ke daerah Republik. peristiwa sejarah. Sumber yang digunakan
Kondisi wilayah Indonesia yang dalam penulisan ini adalah sumber primer dan
semakin sempit akibat persetujuan Renville sumber sekunder.
tidak sesuai dengan jumlah tentara, badan Sumber primer ialah kesaksian dengan
perjuangan dan laskar-laskar yang banyak, hal panca indra atau dengan alat mekanis yang
tersebut yang menjadi salah satu faktor terlibat secara langsung. Beberapa sumber
pemerintah melakukan Rera. Tujuannya primer yang digunakan dalam penulisan ini
sebagai langkah efisiensi anggaran dan antara lain sebagai berikut:
efektifitas tentara dalam pertempuran di tengah ANRI, Surat dari Menteri Pertahanan No.
blokade Belanda. Dilakukannya Rera juga 1780/Rh/T.I tanggal 8 April 1948
untuk menciptakan adanya satu garis komando tentang laporan Reorganisasi Angkatan
dalam Angkatan Perang (AP) Indonesia sebab Persang.
di samping militer bentukan pemerintah juga
terdapat laskar-laskar serta badan perjuangan ANRI, Surat dari wakil presiden No.
yang memiliki orientasi politik kepada induk 12241/Rh/T.I tanggal 6 Maret 1948
partai se-ideologi, sehingga tidak selalu searah tentang permintaan opsir setiap divisi
dengan orientasi dan strategi kalangan militer untuk pembentukan staf angkatan darat.
(TKR).
ANRI, Maklumat Wakil Presiden Republik
Indonesia No. A/127/1948 tentang
METODE PENELITIAN beberapa keputusan-keputusan dalam
Metode penelitian yang digunakan Angkatan Laut kearah rasionalisasi.
pada penelitian ini adalah metode sejarah.
Metode sejarah merupakan proses menguji dan ANRI, Surat Keputusan Menteri Pertahanan
menganalisa secara kritis rekaman dan No. A/625/1948 tanggal 17 November
peninggalan masa lampau.9 Menurut Nugroho 1948 tentang Pembubaran Staf Umum
Notosusanto metode penelitian sejarah Tentara Laut Dari bekas P.P.A.L.R.I
dilakukan melalui empat tahapan yaitu (M.T.L)
Sumber sekunder adalah sumber sejarah
8
yang disampaikan bukan oleh orang yang
Istilah yang dikeluarkan oleh van benar-benar mengalami dan menyaksikan
Mook pada 4 Agustus 1947. Garis van suatu peristiwa sejarah secara langsung.10
Mook merupakan garis antara tempat- Kemudian tahap selanjutnya kritik sumber
tempat yang terdepan yang telah dicapai yang terdiri dari kritik eksternal dan internal
oleh pasukan Belanda sejak aksi militer untuk menentukan autentik dan kredibilitas
dimulai pada 19 Juli sampai 4 sumber sejarah dan menghasilkan fakta
sejarah.
Agustus1947. Wilayah dibelakang garis
dipandang sebagai daerah yang mereka Kritik eksternal dilakukan dengan
kuasai meskipun pada kenyataannya pengujian aspek-aspek luarnya seperti dari
mana sumber itu berasal, dari lembaga atau
daerah itu masih dikuasai pasukan-pasukan perorangan yang bisa dipercaya dan diakui
Republik. Mohammad Roem, Bunga kredibilitasnya, jenis serta ukuran kertas dan
Rampai dari Sejarah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1972), hlm. 77.

9
Louis Gottschalk, Mengerti
10
Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, A. Daliman, Metode Penelitian
(Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm.
Indonesia, 1975), hlm. 32. 55.
348 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018

sebagainya.11 Sedangkan kritik internal segera mengambil tindakan menambah


kekuatan dan melindungi wilayah-wilayah
mengacu pada kredibilitas sumber dengan jajahannya. Hal tersebut jelas terlihat pada 24
memahami isi atau substansi dari dokumen April 1943 di pulau Jawa dikeluarkan
dengan mengkomparasikan data tersebut pengumuman yang berisi kesempatan untuk
dengan data lain. pemuda sebagai pembantu prajurit atau yang
sering dikenal dengan Heiho, pengumuman
Interpretasi atau penafsiran merupakan terkait perekrutan Heiho juga disebar luaskan
suatu tahap peneliti untuk menafsirkan di wilayah Sumatra pada awal Mei 1943.
sumber-sumber yang telah didapat dan AL Jepang juga melakukan perekrutan
diverifikasi sebagai upaya untuk merangkai Kaigun Heiho di wilayah yang dikuasai. Para
antara fakta yang satu dengan fakta yang anggota Heiho mendapatkan pendidikan
lainnya.. Penelitian ini menggunakan bahasa Jepang dan komando-komando dalam
intrepetasi analisis dan sintesis12 yaitu dengan militer Jepang sekitar setengah tahun, serta
menguraikan data-data yang ada menggunakan latihan militer selama dua bulan.13 Heiho
berbagai pendekatan kemudian dipilih dan dibentuk sebagai bagian resmi dari AD
disesuaikan dengan fakta, yang diperoleh dari sehingga mereka bertugas di mana saja sesuai
sumber lainnya. Tahap terakhir dari penelitian dengan kepentingan tentara Jepang. Pada
ini menghasilkan sintesis dari seluruh fakta awalnya pembentukan Heiho dimaksudkan
yang ditemukan dalam suatu penulisan utuh untuk membantu pasukan-pasukan Jepang
yang disebut historiografi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar
AP Jepang, sehingga mereka tidak memiliki
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN perwira dari kalangannya dan juga tidak diberi
A. Terbentuknya Angkatan Perang RI
senjata, hanya diberi seragam yang lengkap.14
Pada akhir-akhir perang Dai Toa pasukan
Pendudukan Jepang di Indonesia yang Heiho yang sudah berhadapan dengan AP
dimulai pada 1942-1945 membawa dampak Sekutu terpaksa diberi senjata oleh militer
yang cukup signifikan bagi perkembangan Jepang.
Indonesia. Dampak yang ditimbulkan tidak Melibatkan seluruh kekuatan daerah
hanya dalam bidang politik tetapi juga dalam
pendudukan merupakan tujuan utama
bidang sosial budaya. Berbagai sumber militerisme Jepang, sehingga pada periode
menyebutkan bahwa tujuan pendudukan
1943-1944 merupakan suatu masa
Jepang di Indonesia untuk mendapatkan
pembentukan organisasi semimiliter maupun
sumber daya alam maupun sumber daya
militer. Selain organisasi yang telah diuraikan
manusia guna mendukung kepentingan perang.
di atas, masih ada beberapa organisasi yang
Jepang melakukan berbagai cara untuk
ikut mendukung kekuatan militer bangsa
menarik simpati rakyat Indonesia agar
Indonesia pada masa pendudukan Jepang
tujuannya tercapai.
seperti Barisan Pelopor (Suishintai) yang
Setelah dua bulan Jepang menduduki berdiri pada 1 November 1944, Barisan
Indonesia, situasi Perang Asia Timur Raya
mulai berubah dari strategi ofensif
13
(menyerang) menjadi defensif (bertahan). Hal Atim Supomo, dkk,BIMOB Dulu,
tersebut terjadi karena kekuatan pasukan Kini dan Esok, (Yogyakarta: Korps
Jepang yang berada di berbagai fron menjadi BRIMOB POLRI)., hlm. 9
lemah dan mengalami kekalahan.
Melihat kondisi perangnya yang semakin 14
Kedudukan yang di berikan
melemah membuat pemerintah militer Jepang
kepada Heiho meliputi prajurit, kopral
dan sersan. Sedangkan tanda pangkat
11
Sugeng Priyadi, Metode antara Heiho dan Heitai juga tidak
berbeda, yang membedkan hanya warna
Penelitian Pendidikan Sejarah,
dasarnya, Merah untuk Heitai dan Hitam
(Yogykarta: Ombak, 2010), hlm. 37.
untuk Heiho. ODP Sihombing, Pemuda
12 Indonesia menentang Fasisme Jepang,
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Jakarta: Sinar Jaya, 1962. hlm. 140.
Sejarah,Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
hlm. 78.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 349

badan-badan negara yang bersangkutan.17 BKR


Hizbullah yang berdiri pada 15 Desember
1944, Barisan Pelajar, Fujinkai, Barisan Puteri tidak berada di bawah koordinasi Menteri
pada 3 November 1943 dan Barisan Srikandi Keamanan Rakyat sebab jabatan tersebut
padan April 1944.15 kosong hingga beberapa waktu. Hal tersebut
mengakibatkan pemerintah tidak dapat
Pemanfaatan kekuatan di daerah
pendudukan sebagai penjaga kampung, polisi mengendalikan unit-unit BKR yang
kampung, pembantu prajurit sampai dengan kebanyakan berdiri sendiri, dan tidak memiliki
militer penuh membuat orang Indonesia komando yang terpusat terkait pengangkatan
mendapatkan pengalaman militer dan makin korps perwira sehingga unit-unit daerah
percaya diri walaupun ada di bawah bayang- mengangkat komandan mereka sendiri.
bayang kekuasaan militer Jepang. ketika Kondisi Indonesia yang semakin
Kekaisaran Dai Nippon mengumumkan terancam mengakibatkan pemerintah
penyerahannya kepada Sekutu pada 15 mengambil kebijaksanaan untuk memperkuat
Agustus 1945 dengan segera golongan pemuda AP dengan merubah badan-badan bersenjata
radikal mengambil tindakan untuk segera yang tidak terkoordinasi untuk digantikan
melaksanakan proklamasi dan bekerjasama dengan suatu organisasi yang mempunyai
dengan Peta. Golongan pemuda menyadari hirarki struktural sehingga memungkinkan
bahwa rencana tersebut harus didukung oleh terlaksananya komando dan koordinasi.18
kekuatan senjata dari Peta dan Heiho (darat Melalui “Maklumat Pemerintah” pada 5
dan laut), karena hal itu golongan muda yang Oktober 1945 BKR diubah menjadi Tentara
diwakili oleh Yusuf Kunto dan Surakhmat Keamanan Rakyat (TKR), namun masih
mengunjungi asrama Peta di Jalan memiliki fungsi yang sama seperti BKR.
Jagamonyet.16 Karena banyaknya organisasi setengah militer
dan juga laskar-laskar, Markas Besar TKR
Proklamasi yang mendapat reaksi dari
mengeluarkan maklumat pada 6 Desember
berbagai daerah menyebabkan Panglima
1945 untuk menghilangkan kesimpang-siuran
militer Jepang melakukan pembubaran Peta,
Heiho dan organisasi lainnya yang bersenjata yang terjadi, maklumat berinti tetap
dengan menarik kembali senjata yang telah memperbolehkan laskar-laskar berdiri
diberikan Jepang. Beberapa unit-unit Peta di meskipun sudah terbentuk TKR sebagai tentara
seluruh wilayah Jawa menolak mengembalikan resmi.19
senjata mereka, sehingga terjadi pertempuran Dari segi struktur nama AP telah
perebutan senjata dengan Jepang, di beberapa mengalami perbaikan, selanjutnya terkait
daerah Peta berhasil melucuti unit-unit tentara membangun tentara, melembagakan suatu
Jepang. pasukan yang berdisiplin dan dapat
Setelah terjadi pembubaran dan dikendalikan serta perencanaan militer lainnya
pelucutan senjata Peta, Indonesia yang baru diserahkan kepada seorang Mayor KNIL dan
merdeka tidak memiliki militer sebagai alat perwira Indonesia yang berpengalaman yaitu
pertahanan atas ancaman baik dari luar ataupun Urip Sumoharjo. Pada 20 Oktober 1945
dalam. Menghindari hal tersebut dibentuklah pemerintah melakukan pengangkatan pada
organisasi bersenjata bernama Barisan Kementerian Keamanan Rakyat, Urip
Keamanan Rakyat (BKR) pada 22 Agustus Sumoharjo diangkat sebagai Kepala Staf
1945 dalam sidang PPKI ke tiga yang Umum TKR, Menteri ad interim diberikan
bermarkas besar di Jakarta, berfungsi menjaga kepada Muhammad Sulyodikusumo yang
daerah bersama-sama dengan rakyat dan dulunya sebagai Daidancho tentara Peta,

17
T. B Simatupang, Pelopor Dalam
Perang, Pelopor Dalam Damai, (Jakarta:
15
Atim Supomo, dkk, loc.cit., Sinar Harapan, 1981), hlm. 55.
16
Suhartono W Pranoto, Revolusi 18
Yahya A. Muhaimin,
Agustus:NasionalismeTerpasungdan op.cit., hlm. 23-25.
Diplomasi Internasional, Yogyakarta:
Laper Pustaka Utama, 2001.hlm. 51. 19
Ibid., hlm. 26.
350 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018

Pemimpin tertinggi TKR diberikan kepada karena pada saat itu banyak perwira muda
Supriadi, pemimpin pemberontakan Peta TKR mencurigai bekas opsir KNIL. 23
Blitar, tetapi pengangkatan supriyadi hanya Terjadinya persaingan dan rasa saling curiga
yang terjadi dalam tubuh militer antara opsir
simbolis karena sejak Februari 1945 bekas Peta dan KNIL sudah terjadi sejak awal
keberadaannya belum diketahui.20 berdirinya APRI. Rapat yang dihadiri sebagian
Setelah satu bulan Jenderal Urip besar perwira Jawa Tengah dapat menjadi
alasan lain terpilihnya Sudirman, hal itu
Sumoharjo berhasil membentuk Markas
Tertinggi (MT) TKR yang berada di dikarenakan kebanyakan dari mereka
mengambil pertimbangan sebab Sudirman
Yogyakarta dan Markas Besar Umum (MBU)
berasal dari daerah mereka juga.
yang merupakan bagian dari MT TKR, selain
itu juga dibentuk empat komandemen dan 16 Ketegangan yang terjadi di dalam TKR
divisi yaitu enam divisi di Sumatera, tiga divisi antara perwira Peta dan KNIL pada dasarnya
di Jawa Barat, empat divisi di Jawa Tengah karena jenis pengalaman dan pandangan
militer mereka yang berlainan. Para perwira
dan tiga divisi di Jawa Timur.21 MBU TKR
KNIL memiliki profesionalisme Barat didikan
terdiri atas Bagian Administratif, Bagian
kolonial yang berprinsip bahwa militer
Keuangan, Bagian Persenjataan, Bagian
semestinya mengabdi pada pemerintah sipil
Perhubungan, dan Bagian Kesehatan, Bagian
Urusan Kereta Api, Bagian, Pendidikan, yang mendapat dukungan dari para
cendekiawan dan politisi yang berorientasi
Bagian Perlengkapan dan Bagian pada gagasan demokrasi liberal.
Penyelidikan.
Berbeda dengan perwira didikan Jepang
Kosongnya jabatan Panglima Tentara
yang beranggapan seorang militer harus berani
dan Menteri Keamanan Rakyat yang cukup
dan kedudukannya bergantung pada penilaian
lama menyebabkan para perwira TKR
bawahannya serta mempertahankan prinsip
mendesak pemerintah untuk segera melakukan
bahwa pasukan dari orang-orang yang terlatih,
pengangkatan pada jabatan tersebut, karena
penuh tekad dan pengabdian dapat mengatasi
pasukan sekutu mulai bergerak ke pedalaman
untuk melucuti garnisun-garnisun Jepang dan teknologi unggul.24 Profesionalisme didikan
membebaskan tawanan perang pihak Sekutu. Jepang dengan penguasa hanya terbatas pada
Permintaan itu tidak segera ditanggpai oleh tuntutan-tuntutan teknologi dan peperangan
pemerintah, sehingga pada 12 November 1945 modern dengan ideologi yang didasarkan pada
Urip Sumoharjo memanggil semua panglima tradisi Jepang, sehingga bagi mereka militer
divisi dan resimen TKR menghadiri rapat tidak harus patuh kepada pemerintah sipil.
terkait pengisian kedua jabatan yang diadakan Meskipun kedua kelompok perwira memiliki
pandangan profesionalisme yang berbeda,
di Yogyakarta.22
tetapi kesadaran mengenai warisan sosial,
Pertemuan itu menghasilkan Sudirman politik dan militer Jawa serta beberapa
terpilih menjadi Panglima Tentara, seorang
persamaan lainnya telah mengaburkan
perwira muda bekas opsir Peta. Terpilihnya perbedaan tersebut.
Sudirman tidak terlepas dari latar belakang
militer seorang bekas Peta yang tidak dapat Golongan pemuda yang tidak puas
dengan dibentuknya BKR membentuk badan-
dicurigai sebagai orang yang memiliki simpati
kepada Belanda, berbeda dengan Urip
Sumoharjo yang menginginkan jabatan 23
Selain latar belakang militernya
tersebut tetapi tidak terpilih, hal tersebut terjadi nilai plus lainnya pada Sudirman ialah
muslim, beretnik Jawa, berpengetahuan
20 mistik dan memahami nilai-nilai
Ulf Sundhaussen, Politik Militer tradisional Jawa memiliki daya tarik bagi
Indonesia 1945-1965, Jakarta: LP3ES, korp perwira Jawa yang berjumlah besar.
2000. hlm. 14. Ulf Sundhussen, op.cit., hlm. 16.
21
Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, 24
Britton, Petter, Profesionalisme
Sejarah TNI Jilid 1 1945-1949, (Jakarta:
dan Ideologi Militer Indonesia, Jakarta:
Pusjarah, 2000), hlm. 17.
LP3ES, 1996.hlm. 47.
22
Ibid., hlm. 15.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 351

badan perjuangan. Sebagian badan perjuangan sebagai ketuanya.26 Panitia tersebut didominasi
juga memiliki seksi yang dipersenjatai yang oleh bekas opsir KNIL yang memang memiliki
dikenal dengan laskar. Sejak awal munculnya pengalaman dibidangnya dengan tugasnya
laskar dan badan perjuangan akibat dari melakukan efisiensi tentara. Hasil kerja panitia
revolusi tidak berada di bawah naungan pada rapat kedua tanggal 23 Mei 1946
organisasi, hanya berfungsi sebagai pengikat mengurangi divisi TRI dari 16 menjadi 10 dengan
solidaritas pemuda atau rakyat yang berada rinciannya tujuh di Jawa dan tiga di Sumatera
dalam keadaan belum teratur dan terorganisasi dengan menghapus komandemen-komandemen
dengan baik. Beberapa badan perjuangan juga yang tidak berfungsi, serta menciptakan kesatuan-
telah berdiri sebelum pemerintah membentuk kesatuan yang sesuai antara jumlah personil dan
AP resmi, namun perkembangannya akan senjata yang ada.27
semakin pesat setelah pemerintah memberikan Permasalahan status laskar yang tidak
izin pendirian partai. dipertegas Soekarno segera ditangani oleh
Pembentukan laskar-laskar pasca Panitia Besar Penyelenggara Organisasi
proklamasi untuk mempertahankan Tentara dengan mengundang berbagai
kemerdekaan dengan cepat menyebar ke organisasi kelaskaran pada 25 Mei 1946, yang
seluruh Jawa. Banyak di antara mereka yang menghasilkan persetujuan laskar-laskar untuk
memperoleh senjata saat penyerahan Jepang, memperbaiki kerjasama dan menolak untuk
sehingga dalam bulan Oktober dan November dilebur dalam TRI.28
1945 berkembang pesat munculnya kelompok- Meskipun begitu ketegangan dan
kelompok pemuda dengan skala kecil, serta persaingan tentara regular dan non reguler
tidak tetap yang sebagian bersifat militer dan terus berlangsung karena manipulasi-
sebagian bersifat politik. Di daerah Surabaya manipulasi politik dan kelangkaan sumber-
berdiri Barisan Pemberontak Republik sumber itu tetap ada. Hubungan antara badan
Indonesia (BPRI) yang dipimpin oleh Bung perjuangan dan tentara di setiap daerah
Tomo. Di Jawa Tengah berdiri Angkatan berbeda-beda sesuai dengan ideologi dan
Muda Indonesia dan di daerah Bandung organisasi setempat serta kekuatan dan
terbentuk Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia. kelemahan dari saingan-saingan mereka. Di
Pada 1 Januari 1946 keluar ketetapan Jawa Barat Abdu Haris Nasution berhasil
presiden No. 2 Tahun 1946 yang mengubah melebur beberapa golongan-golongan pemuda
Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara bersenjata Priangan ke dalam divisi melalui
Keselamatan Rakyat. Namun, nama tersebut perundingan.
belum memuaskan sehingga pada 25 Januari Setelah Amir Syarifudin menjabat
1946 keluar lagi maklumat yang mengganti sebagai Menteri Pertahanan pada Mei 1946
Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara mengambil inisiatif membentuk Biro
Republik Indonesia (TRI). Dalam maklumat Perjuangan dan inspektorat-inspektorat di
tersebut disebutkan bahwa TRI bersifat daerah untuk mengatur laskar-laskar dan badan
nasional dan satu-satunya organisasi militer, perjuangan yang terbentuk secara spontan atau
tetapi status dan kedudukan organisasi didirikan partai-partai. Berbagai badan
bersenjata lainnya seperti badan perjuangan, perjuanagn dan laskar diorganisasikan menjadi
Barisan Rakyat, serta laskar-laskar yang berada brigade-brigade yang berada di bawah Menteri
di luar TRI tidak ditegaskan.25 Hal tersebut Pertahanan diakui sebagai militer di luar
akan menjadikan AP mengalami perselisihan tentara reguler.
dengan badan-badan perjuangan.
Banyaknya jumlah AP dalam TRI dan
munculnya badan perjuangan serta laskar-
laskar menyebabkan keluarnya ketetapan 26 Saleh As’ad Djamuhari, op.cit.,
presiden terkait Panitia Besar Penyelenggara hlm. 8.
Organisasi Tentara dengan Urip Sumoharjo
27
Susunan Angkatan Perang
Indonesia pada pertengahan 1946 lihat di
25
Ulf Sundhaussen hlm. 18-19.
Yahya A Muhaimin, op.cit., hlm.
28. 28
Ulf Sundhaussen, op.cit., hlm 44.
352 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018

Tujuan lain dibentuknya Biro Beberapa bulan menjabat


Perjuangan untuk menciptakan koordinasi sebagai
yang baik dan penegasan pembagian tugas Perdana Menteri merangkap Menteri
antara tentara regular dan non reguler dalam Pertahanan, Amir Syarifuddin mendapat
perjuangan, namun karena kebanyakan laskar beberapa kritikan dari H. Samawi selaku
dan badan perjuangan menaungi partai politik redaktur Kedaulatan Rakyat terkait
tertentu di dalam tindakannya lebih kepemimpinannya. Tidak lama setelah
mengutamakan partainya daripada tugas keluarnya opini dari media Kedaulatan Rakyat,
pokoknya. Selain itu Biro Perjuangan yang akhir tahun 1947 usaha-usaha untuk
berada di bawah Menteri pertahanan dijadikan merasionalisasikan AP mulai merambat ke
alat politik dengan menyesuaikan program dalam BP KNIP. Meskipun demikian usaha-
kerja Biro Perjuangan dengan program kerja usaha yang berjalan masih sebatas wacana,
partai sosialis. hingga akhirnya muncul Mosi Zainul
Baharudin pada 20 Desember 1947.
Zainul Baharudin mengususlkan supaya
B. Pelaksanaan Reorganisasi Dan Angkatan Bersenjata ditempatkan sepenuhnya
Rasionalisasi Angkatan Perang RI Tahun di bawah Menteri Pertahanan dan
1947-1948 menghendaki agar kekuatan tentara dikurangi,
Sejak menjabat sebagai Menteri serta meminta agar para veteran diberi
Pertahanan, Amir Syarifuddin sudah mendapat pekerjaan produktif atau pekerjaan lainnya
pandangan negatif dari beberapa partai terkait dalam pemerintahan.31 Dapat ditarik benang
kebijakannya. Hal tersebut dilatarbelakangi merah bahwa mosi Zainul Baharudin
kekuasaan yang didapatkannya disalahgunakan didasarkan tidak ada pembagian tugas yang
untuk kepentingan kelompok sosialis. Amir jelas dalam ketentaraan, pada saat itu
Syarifuddin telah memperkuat kedudukannya Kementerian Pertahanan hanya menjalankan
sejak berada dalam Kabinet Sutan Syahrir fungsi administratif, sedangkan badan
dengan menguasai Biro Perjuangan dan ketentaraan melaksanakan bidang strategis dan
melakukan indoktrinasi ideologi politik yang teknis, sehingga Menteri Pertahanan tidak
dianutnya.29 Karena hal tersebut beberapa dapat dimintai pertanggungjawaban.
kongres yang diadakan oleh partai-partai pada Usul-usul dalam rapat BP KNIP
awal tahun 1947 mendesak pemerintah untuk diterima oleh Amir Syarifuddin dan Soekarno,
menghapuskan inspektorat-inspektorat dari kemudian ditandai dengan penandatanganan
Biro Perjuangan. Selain itu Amir Syarifuddin dekrit pada 2 Januari 1948 yang
mengangkat seorang sipil sosialis menjadi memerintahkan semua kekuasaan di bidang
Gubernur Militer Surakarta serta mendirikan pertahanan dipusatkan di bawah Menteri
sekolah sipil militer dengan pendidikan Pertahanan.32
sosialis.30 Belum selesai dengan kritikan terhadap
mosi Zainul Baharudin, Amir Syarifuddin
menyatakan mengikuti Diplomasi Renviile.
29 Hal tersebut mengakibatkan fraksi-fraksi
Biro Perjuangan mengasuh laskar dalam parlemen mulai bergejolak, salah
dan badan perjuangan menjadikan tentara satunya partai Masyumi yang mengkritik
kedua karena jumlah anggotanya melebihi melalui Sukiman. Setelah menyetujui
AP yaitu 430.000, sedangkan AP hanya Perjanjian Renville, Kabinet Amir Syarifuddin
350.000. Deliar Noer, Partai Islam di jatuh akibat mosi tidak percaya dari parlemen
Pentas Nasionalisme 1945-1965, Jakarta: yang dipelopori oleh Masyumi dan PNI.33
PT Pustaka Utama Grafiti, 1987. hlm. 172- Masyumi dan PNI memandang usaha-usaha
173.
31
Ulf Sundhaussen, op.cit., hlm. 64.
30
Abdoel Fattah, Demiliterisasi
Tentara: Pasang Surut Politik Militer 32
Abdul Haris Nasution,
1945-2004, (Yogyakarta: LKiS, 2005), Memenuhi Panggilan Tugas 2, (Jakarta:
hlm. 56-58. lihat juga Deliar Noer, op.cit., Gunung Agung, 1983), hlm. 4.
hlm 173.
33
Ulf Sundhaussen, op.cit., hlm. 34.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 353

Amir Syarifuddin dalam perundingan Renville kembali ke pekerjaan lamanya sebagai guru
sangat tidak menguntungkan RI. atau swasta, kedua dengan menyerahkan
Beberapa kebijakan kabinet Amir mereka kepada Kementerian Pembangunan dan
Syarifuddin menimbulkan parlemen Pemuda untuk diberi pekerjaan, dan terakhir
mengeluarkan mosi tidak percaya yang mengembalikan 100.000 orang ke
kemudian dibubarkan, kemudian Soekarno masyarakat.36
menunjuk wakil presiden Mohammad Hatta
Di muka telah disampaikan bahwa
sebagai formateur kabinet yang baru.34
Mohammad Hatta akan menjalankan hasil
Kabinet Mohammad Hatta diumumkan perjanjian Renville yang telah mencapai
pada 31 Januari 1948, selain menjabat sebagai kesepakatan. Salah satunya menarik angkatan
Perdana Menteri, Mohammad Hatta bersenjata dari wilayah yang menjadi milik
merangkap sebagai Menteri Pertahanan. Belanda. Beberapa AP yang harus hijrah
Selanjutnya Mohammad Hatta menyusun seperti divisi Siliwangi dari Jawa Barat,
program-programnya yang diumumkan Resimen Damarwulan yang berkedudukan di
didepan BP KNIP pada 16 Februari 1948. Karesidenan Besuki juga diharuskan pindah ke
Garis besar kebijakan yang akan dilakukan wilayah Malang Selatan dan masih banyak lagi
Mohammad Hatta secara eksplisit mengakui contoh pasukan yang harus hijrah.37 Usaha
persetujuan Renville dan semua kewajiban pemindahan ini sekaligus proses penataan
yang ditimbulkan, mempercepat pembentukan angkatan bersenjata yang sesuai dengan
Negara Republik Indonesia Serikat (NIS), kebijakan Rera Kabinet Mohammad Hatta.
mengadakan rasionalisasi ke dalam dan
Salah satu proses hijrah dari Divisi
melanjutkan pembangunan yang tertunda.35
Siliwangi ke daerah RI berakhir pada 22
Terkait rasionalisasi pada APRI yang
Februari 1948.38 Tidak lama setelah hijrahnya
sudah dimulai pada Kabinet Amir Syarifuddin,
namun belum memberikan hasil pada AP akan pasukan Siliwangi, pada 27 Februari 1948
tetap dilanjutkan Mohammad Hatta. Beberapa keluar Ketetapan Presiden No. 9 yang berinti
faktor yang menyebabkan Mohammad Hatta Rera AP akan dilaksanakan di dalam
Kementerian Pertahanan maupun dalam
tetap melanjutkan program tersebut Markas Besar Angkatan Perang (MBAP),
dikarenakan kondisi ekonomi RI semakin kedudukan Panglima Besar tidak lagi berada di
memburuk, selain itu kondisi APRI harus bawah Kepala Satuan Angkatan Perang
disempurnkan agar dapat menghadapi ancaman (KSAP) Komodor Suryadarma dan menghapus
dari luar dan mempertahankan kemerdekaan. Pucuk Pimpinan TNI dan Gabungan Kepala
Staf. Dalam melakukan Rera pada
Hal tersebut mengakibatkan munculnya Kementerian Pertahanan melalui Ketetapan
kekhawatiran dan kekecewaan pada kelompok Presiden No.9 Tahun 1948 dimulai dengan
laskar dan badan perjuangan yang juga terkena dibentuk Staf Umum AP di bawah pimpinan
rasionalisasi. Masalah pendidikan dan Komodor Suryadarma sebagai KSAP dan
kecakapan dalam militer menyebabkan Kolonel Simatupang sebagai wakil, serta
posisinya menjadi terancam dan merasa mengangkat Jenderal Sudirman sebagai
dirugikan. Terlepas dari kekahawatiran AP, Panglima Besar Angkatan Perang Mobil dan
Laskar dan Badan Perjuangan yang akan
dirasionalisasi, kebijakannya telah di atur
dalam Penetapan Pemerintah No.3 Tahun
1948. Mohammad Hatta akan menjalankan
36
Rera AP dengan tiga cara, pertama dengan Abdoel Fattah, op.cit., hlm. 70.
melepskan mereka yang suka rela mau
meninggalkan tentara, misalkan yang ingin 37
Ari Sapto, “Perang, Militer Dan
Masyarakat: Pemerintahan Militer pada
34
Masa Revolusi dan Pengaruhnya pada
Yasni, Bung Hatta Menjawab, Indonesia Kini”, Sejarah dan Budaya, Vol.
(Jakarta: Gunung Agiung, 1980), hlm. 15- VII, No. 1, 2013, hlm 21.
16.
38
35 Kedaulatan Rakyat, 9 Februari
Yahya A. Muhaimin, op.cit., hlm. 1948.
52.
354 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018

Jenderal Mayor Abdul Haris Nasution sebagai kepada wakil Panglima Angkatan Perang
wakil.39 Mobil Jendral Mayor Abdul Haris Nasution
yang sudah berpengalaman menghadapi Agresi
Selanjutnya pada 28 Februari 1948 I untuk merumuskan strategi pertahanan AP.
Mohammad Hatta mengadakan pertemuan Menurut strategi Jendral Mayor Nasution di
bersama komandan-komandan divisi I-VII Jawa akan dibentuk menjadi empat dari tujuh
yang bertujuan memberikan pemahaman divisi, sebagian kesatuan akan bergerilya ke
daerah yang dikuasai Belanda dan sebagian
terkait Rera.40 Setelah adanya pertemuan kesatuan lainnya menyusup ke Jawa Barat,43
tersebut, disahkan Undang-Undang No.3 Kalimantan dan wilayah RI bagian Timur.
Tahun 1948 tentang organisasi Kementerian Menindaklanjuti Perintah Harian No.37
Pertahanan dan APRI pada 5 Maret 1948. selain akan dilaksanakan Rera pada divisi-
Pengesahan UU No.3 Tahun 1948 divisi juga akan dibentuk pasukan mobil dan
menimbulkan reaksi-reaksi keberatan, sebagian teritorial. Pasukan mobil anggotanya berasal
besar dari panglima-panglima divisi. Reaksi itu dari pasukan resimen dengan ketentuan setiap
disebabkan UU No.3 Tahun 1948 hanya divisi dibentuk satu batalyon mobil untuk tiap
menghasilkan peraturan-peraturan untuk karesidenan. Sedangkan pasukan territorial
Kementerian Pertahanan dan Pimpinan anggotanya diambilkan dari kelebihan setelah
tertinggi AP, sedangkan untuk Rera tingkat pembentukan pasukan mobil.44 Komando sub
pasukan dan daerah-daerah tidak tercantum teritorial di setiap karesidenan akan
dalam UU tersebut.41 difungsikan membina perlawanan rakyat dan
Terkait pelaksanaan Rera pasukan dan pertahanan sipil.
daerah-daerah Panglima Besar mengeluarkan Pengurangan dan penciutan divisi
Perintah Harian No. 37 pada 25 Maret 1948, tersebut menimbulkan rasa tidak puas di
untuk melakukan reorganisasi kesatuan- kalangan AP maupun laskar yang
kesatuan mobil dan teritorial, reorganisasi dirasionalkan, bagi yang tidak terkena
kesatuan divisi dan eselon-eselon di rasionalisasi mereka juga tidak puas apabila
bawahnya.42 Perintah harian tersebut tidak masuk dalam pasukan mobil sebagai AP
didasarkan untuk menghadapi kemungkinan garis kesatu. Hal tersebut dikarenakan
serangan yang akan datang sekaligus kurangnya penerusan informasi ke bawah
pelaksanaan Rera. Tugas tersebut diberikan mengakibatkan rencana tersebut tidak
dipahami menyeluruh oleh panglima-panglima
39 divisi. Disisi lain Rencana Rera juga
Abdul Haris Nasution, Tentara diprovokasikan sebagai upaya memilah-milah
Nasional Republik Indonesia II, (Jakarta: AP menjadi tentara kelas satu dan tentara kelas
Seruling Masa, 1968), hlm. 144-147. kambing, sehingga sebagian besar pasukan
menginginkan ditempatkan sebagai pasukan
40
ANRI, Surat Perintah, No. garis kesatu yang memiliki tugas bertempur.45
12241/Rh/T1. Berisi pembubaran MBT dan
pembagian tugas pada Staf Angkatan 43
Abdul Haris Nasution, 1968,
Darat dalam Kementerian Pertahanan dan op.cit., hlm 166.
Markas Besar Angkatan Mobil.
44
41
Pada pertahanan teritorial terdiri
Undang-Undang tersebut sudah dari wilayah kecamatan yang dipimpin
dirancang sejak Kabinet Amir Syarifuddin Komando Onder Distrik Militer (KODM),
pada 6 Maret 1948, ditandatangani pada 5 ditingkat kabupaten terdapat Komando
Mei 1948. Dinas Sejarah Militer Kodam Militer Daerah (KMD) dan tingkat
VII/Diponegoro,SejarahRumpun karesidenan ada Sub-Teritorial Militer
Diponegoro dan Pengabdiannya, (KSTM). Abdul Haris Nasution, Pokok-
(Semarang: Yayasan Penerbit Diponegoro, Pokok Gerilya dan Pertahanan Republik,
1977), hlm. 175. (Bandung: Angkasa, 1980), hlm, 120.
42
Soedarko Brigjen TNI, Menyusun 45
Menurut golongan oposisi tentara
Kekuatan Bersenjata, (Jakarta: Pusat tentara kelas kambing meliputi laskar-
Sejarah dan Tradisi ABRI, 1991). hlm. 90-
92.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 355

Hal tersebut mengakibatkan para komandan pendidikan, pengalaman dan jasa AP.46
berlomba-lomba membentuk sebanyak- Penertiban sistem pangkat tersebut diperkuat
banyaknya brigade untuk mendapat status dengan Ketetapan Presiden No. 14 tahun 1948.
tentara kelas satu (batalyon-batalyon mobil), Melalui ketetapan itu semua pangkat perwira
padahal di dalam brigade tersebut kekurangan diturunkan satu tingkat, kecuali untuk Letjen
persenjataan. Kondisi tersebut menimbulkan Urip Sumoharjo, Letjen Sudirman dan Jenderal
rencana pembagian tugas yang objektif dari Mayor Suhardjo memiliki pangkat tetap.47
dibentuknya kesatuan mobil dan kesatuan
Setelah keluarnya Ketetapan Presiden
teritorial menjadi kacau.
No. 14, Panglimas Besar mengeluarkan
Pelaksanaan reorganisasi yang tidak perintah pelaksanaan termasuk serah terima
berjalan lancar dan menghadapi kesulitan
jabatan divisi lama dan baru. Pada
membuat Panglima Besar Sudirman kenyataannya Rera tetap tidak berjalan sesuai
mengangkat empat perwira sebagai formatur dengan perintah, tidak semua komandan divisi
pelaksanaan Rera, yang bertugas mengatur lama mau menyerahkan jabatannya kepada
pelaksanaan Rera di setiap wilayah tugasnya. komandan divisi baru. Hal tersebut terlihat
Empat formatur tersebut ialah Jenderal pada divisi III baru Komandan Bambang
Mustopo bertugas untuk wilayah Jawa Timur, Supeno yang hanya menerima satu brigade dari
Letnan Kolonel Abimanyu di daerah Jawa Kolonel Sungkono. Rera pada divisi IV juga
Tengah sebelah Timur, Jenderal Mayor tidak terlaksana karena beberapa perwiranya
Sudibyo Jawa Tengah Sebelah Barat, dan telah dipengaruhi Partai Komunis
Jenderal Mayor Abdul Haris Nasution bertugas 48

di Kesatuan Reserve Umum. Namun pada Republik Indonesia (PKI). Terjadinya


kenyataannya reorganisasi tetap tidak berjalan beberapa penolakan panglima divisi terhadap
dengan baik, terutama terkait pengangkatan pelaksanaan Rera serta kondisi Republik
pejabat-pejabat tinggi militer yang baru dalam Indonesia saat itu sedang menghadapi serangan
divisi. Belanda membuat Panglima Besar Sudirman
melakukan peninjauan kembali Perintah
Melihat persoalan pengangkatan pejabat Harian No. 37 serta ketetapan Presiden No. 14
yang mengalami hambatan, wakil presiden
Tahun 1948. Peninjauan kembali tersebut
memanggil Panglima Besar bersama
menetapkan pembatalan pembentukan divisi
formaturnya untuk membicarakan
baru dengan solusi melanjutkan divisi-divisi
permasalahan tersebut. Pada akhirnya lama dengan nama komando pertempuran, dan
permasalahan tersebut diselesaikan dengan menghapus jabatan wakil Panglima Besar AP.
pengeluaran Penetapan Presiden No. 14 pada 4 Tidak lama setelah itu pada Agustus
Mei 1948 yang lebih menegaskan mengenai 1948 Kolonel Abdul Haris Nasution
teknis pelaksanaan Rera terkait Susunan
Kementerian Pertahanan yang sesuai dengan
undang-undang No. 3 tahun 1948. 46
Achting rank untuk jabatan-
Sistem kepangkatan memang diperlukan
jabatan tertentu misalnya Kmandan Divisi,
bagi militer yang professional, karena hal itu
mencerminkan prestasi yang dicapai oleh achting rank Jenderal Mayor/Kolonel,
seorang perwira, pengalaman, jasa-jasa dan Komandan Brigade, Achting rank Letnan
pendidikan. Dalam mengatur kembali sistem Kolonel, dan Komandan Batalyon, achting
kepangkatan untuk menyempurnakan APRI rank Mayor. Toer, P.A., Koesalah
terdapat dua macam kepangkatan yaitu achting Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik
rank dan effective rank. Achting rank diberikan Revolusi Indonesia Jilid IV
kepada AP yang memiliki jabatan-jabatan (1948),(Jakarta: KPG, 2003, hlm. 232.
tertentu, sedangkan effective rank merupakan
pangkat yang diberikan berdasarkan 47
Mohammad Hatta,
“Rasionalisasi TNI dalam Tahun 1948”,
Pidato di Fakultas Sastra Universitas
Indonesia, tahun 1972, hlm. _
laskar dan kesatuan regular. Ulf 48
Pusat Sejarah dan Tradisi TNI,
Sundhaussen, op.cit., hlm. 70. op.cit., hlm. 61.
356 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018

menyampaikan memorandum tentang Dalam Peristiwa Madiun militer Jawa Timur


kemungkinan terjadinya serangan Belanda kehilangan 15.752 personilnya, salah satu
penyebabnya beberapa kesatuan melaukan
lagi.49 Menangani kemungkinan yang terjadi penolakan terhadap pasukan kiri.52
yang didasarkan pengalaman akhir tahun 1947 Setelah terjadi pemberontakan PKI di
akan melakukan suatu pertahanan dengan Madiun pada September 1948, di Pulau Jawa
melakukan perang gerilya. Hal tersebut terdapat empat divisi dan dua brigade. Divisi I
dilakukan karena persenjataan yang dimiliki Jawa Timur dipimpin oleh Kolonel Sungkono
oleh tentara RI tidak sebanding dengan tentara yang terdiri enam brigade dan berkedudukan di
Belanda.50 Melihat kondisi saat itu dengan Kediri, divisi II Jawa Tengah bagian timur di
pertimbangan taktis militer, Panglima Besar bawah komandan Gatot Subroto terdiri dua
Jenderal Sudirman menyendikan reorganisasi brigade dan empat sub teritorium, divisi III
sebagai konsep pertahanan, sehingga para terdiri dari empat brigade berkedudukan di
panglima dapat mengerti perlunya Rera dengan Magelang di bawah Letkol Kolonel Bambang
mengeluarkan Perintah Siasat I. Rencana Sugeng, terakhir divisi IV Siliwangi di bawah
Operasi dan pertahanan disusun Kepala Staf pimpinan Letkol Kolonel Daan Yahya terdiri
Operasi Kolonel Abdul Haris Nasution.51 empat brigade.53 Sedangkan dua brigade di
Ditengah pemerintah sedang Jawa terdiri dari brigade 16 merupakan
menyempurnakan AP, muncul pemberontakan gabungan laskar-laskar seberang, dan brigade
dari pihak oposisi di Madiun yang lebih utama 17 diisi tentara-tentara pelajar. Rencana
akan diseleaikan dulu dibanding permasalahan perubahan divisi-divisi pada Mei 1948 mulai
internal. Adanya peristiwa Madiun terjadi berjalan, seperti divisi IV yang berada di
penyaringan alamiah, yang berdampak pada bawah Kolonel Sutarto awalnya tidak mau
kebijakan Rera. Kekuatan oposisi yang menjalankan penetapan Presiden No. 14 Tahun
merupakan salah satu faktor penghambat Rera 1948 melaksanakan reorganisasi dalam
dapat diselesaikan, dengan alamiah berbagai divisinya.
organisasi bayangan AP seperti TNI-
Masyarakat, TLRI-Atmadji dan Biro
Perjuangan dapat ditumpas. Dilihat secara fisik C. Dampak Reorganisasi Dan Rasionalisasi
kekuatan angkatan bersenjata berkurang antara Angkatan Perang Republik Indonesia
25%-30%. Hal tersebut terbukti pada AP yang
ada di Jawa Timur, setelah peristiwa Madiun Kekuatan AP di Surakarta sangat
terjadi perubahan yang cukup signifikan.
beragam namun sebagian besar mendapat
pengaruh dari golongan kiri seperti Amir
49 Syarifuddin dan Muso yang bergerak dalam
Ulf Sundhaussen, op.cit., hlm. 67. FDR. Situasi wilayah Surakarta mulai terlihat
adanya ketidakseimbangan ketika menjadi
50
Pasukan teritorial dari orang- tempat dari pasukan-pasukan hijrah dari
orang daerah untuk mempertahankan pasukan Divisi Siliwangi dan Barisan Banteng
daerahnya dengan melakukan serangan- yang dipimpin oleh dr. Muwardi yang anti
serangan kecil dan menjamin perbekalan dengan FDR.54 Selain AD, di Surakarta juga
pasukan tempur mobil. Sedangkan pasukan
tempur mobil dipersenjatai lengkap yang 52
Anderson, D.C, “The Military
memasuki medan perang yang dikuasai
Aspects of the Madiun Affair.” Indonesia
Belanda. Ibid., hlm 68.
No.21 (April), (Ithaca: Cornell Modern
Indonesia Project, 1976), hlm. 52.
51
Saat genjatan senjata di Jawa
terdapat 350.000 anggota tentara regular 53
Ibid., hlm. 256-257.
dan 470.000 anggota laskar, dengan jumlah
sebanyak itu harus dikurangi 160.000 54
Kekuatan utama daerah Surakarta
orang untuk membentuk tentara yang berasal dari Resimen 26 di bawah
terlatih dan bersenjata lengkap. Abdul pimpinan Letnan Kolonel Suadi, resimen
Haris Nasution, 1968, op.cit., hlm. 130. ini terdiri dari empat Batalyon. Dua
Batalyon berada di Solo, dua yang lain
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 357

di Surakarta menimbulkan persoalan-persoalan.


menjadi pangkalan dari Divisi II TLRI yang Secara psikologis dan fisik tidak mudah bagi
dipimpin oleh Kolonel Achmad Jadao dan pasukan Siliwangi menyesuaikan diri dengan
Suyoto yang juga menentang formasi teritorial wilayah hijrah. Kehadiraan pasukan Siliwangi di
baru. Rencana Rera awal Divisi IV Surakarta tidak diterima dengan baik, mereka
Panembahan Senopati dari pemerintah akan dianggap sebagai orang asing dan dimusuhi oleh
digabung dengan Divisi II TLRI, namun masyarakat. Hal tersebut diakibatkan dari
pasukan TLRI II menentangnya.
provokasi-provokasi
Peleburan Divisi II TLRI ke dalam yang dilakukan pihak kiri, yang
satuan AD yang secara tiba-tiba membuat memprovokasikan Divisi Siliwangi sebagai
mereka tidak puas dan dianggap menyulitkan pasukan yang menghianati perjuangan bangsa.
dalam penyesuaian diri ditengah-tengah
ancaman kekuatan Belanda. Sebagai bukti Menumpuknya berbagai macam
kesatuan militer dan pasukan laskar di
penolakan terhadap rencana tersebut, kedua
divisi melakukan parade kekuatan senjata pada Surakarta menimbulan gesekan anatara sesama
20 Mei 1948 di Surakarta.55 Melihat aksi yang kekuatan militer.57 Gesekan antara pasukan
telah dilakukan oleh kedua divisi tersebut tersebut diakibatkan kekuatan-kekuatan militer
yang berada di wilayah Surakarta dapat
pemerintah meredam kondisi dengan dikelompokkan menjadi pasukan yang pro
mengeluarkan perintah TLRI tidak akan dengan kebijakan pemerintah terutama terkait
dilebur, namun dibentuk terpisah ke dalam Rera dengan pasukan anti pemerintah.58
Divisi Panembahan Senopati yang tetap
Kekuatan TLRI di Jawa memiliki tiga
dipimpin oleh Letnan Kolonel Achmad Jadao.
divisi dengan jumlah pasukan yang cukup
Tidak lama kemudian sebelum digabung dalam
besar. Jumlah pasukan TLRI memasuki tahun
Divisi Panembahan Senopati, Divisi II TLRI
1948 hampir 27.000 anggota yang tersebar di
mendapat tambahan kekuatan. Dari uraian di
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
atas disimpulkan sebagian besar kesatuan AP
Adanya Rera mengakibatkan TLRI harus
di Surakarta kurang mendapat kontrol dari
dihapuskan dan dilebur ke dalam AD serta
MBT ataupun Pemerintah Pusat. Hal itu juga
hanya ada CA sebagai kekuatan inti ALRI. Hal
menjadi alasan perintah pada 25 Mei 1948
tersebut membuat ruang gerak TLRI menjadi
terkait reorganisasi kesatuan-kesatuan mobil
terbatas termasuk para pelopornya seperti
dan teritorial tidak dapat berjalan karena laskar
Kolonel Katamhadi dan Kolonel Atmadji yang
dan pasukan setempat menolak keras rencana
di pindah tugaskan ke dalam Kementerian
tersebut.
Pertahanan di Yogyakarta, namun mereka
Setelah berada di wilayah hijrah, Divisi
menolak.59 Kolonel Atmadji menganggap
Siliwangi melakukan Rera di dalam jajarannya.
Hasil Rera Divisi Siliwangi tersebut berhasil
menyusun tiga brigade tempur. Di wilayah
Surakarta ditempatkan pasukan Siliwangi
khususnya Brigade II yang berada di bawah sedangkan Brigade I di Yogyakarta di
pimpinan Letnan Kolonel Sadikin.56 Adanya bawah pimpinan Letnan Kolonel Alex
pasukan Siliwangi Brigade Kawilarang. Ibid., hlm. 103.

57
berada di Pacitan dan Klaten. Himawan Badan Kelaskaran yang berada
Soetanto, Madiun dari Republik ke di daerah Surakarta terdiri dari Pesindo,
Republik, (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, BPRI, dan Hisbullah. Himawan Soetanto.
2006), hlm. 100. op.cit., hlm. 143.
58
55
Yanuar Ridho N. A. Y. P, Nugroho Notosusanto, Marwati
Peranan Kolonel Gatot ubroto pada Masa Djoened Poesponegro, op.cit.,, hlm 237.
Darurat Militer di Surakarta Tahun 1947- 59
Adi Patrianto S, “Angkatan Laut
1950, “Skripsi”, (Surakarta: Universitas Republik Republik Indonesia Pangkalan IV
Sebelas Maret Surakarta, 2013), hlm.55. Tegal (1945-1948); studi tentang sejarah
56
organisasi dan peran Angkatan Perang RI
Brigade III dipusatkan di pada masa perang kemerdekaan
Magelang di bawah Letkol Eddy Sukardi
358 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018

bahwa kedudukan dan kelompoknya dirugikan Hal tersebut terlihat sebelum Rera AP
serta tersingkir dengan adanya Rera, hal itu dijalankan oleh Mohammad Hatta pimpinan
menimbulkan dia mencari perlindungan dan pusat AP terdiri dari berbagai badan yang tidak
tegas mengenai pembagian tugas dan sering
menggalang kekuatan. bertentangan. Setelah adanya Rera AP
berdasarkan UU No. 3 tahun 1948 dan
KESIMPULAN diperkuat Penetapan Presiden No. 9 tahun
1948 menghasilkan Staf Angkatan Perang
Kebijakan Rera pada AP yang mulai yang disampingnya terdapat pimpinan taktis
diusung pada Kabinet Amir Syarifuddin dan yaitu Panglima Besar Sudirman. Meskipun
dilanjutkan pada masa Kabinet Mohammad tidak dapat disangkal bahwa perubahan
Hatta memiliki gagasan dan titik tolak yang tersebut hanya secara strukturnya dan dalam
pelaksanaannya masih mengalami banyak
sama, tetapi kedua tokoh tersebut memiliki hambatan. Selain itu rencana pemisahan antara
motivasi, konsep dan cara yang bertentangan pasukan mobil, dan teritorial untuk
untuk merealisasikan program Rera. Amir mengefektifkan pasukan berujung konflik,
Syarifuddin menginginkan suatu APRI yang rencana tersebut diagitasi untuk membentuk
dikuasai oleh partainya dengan konsep tentara AP kelas satu, dua dan kelas kambing atau
reguler model komunis yang bersifat populis. sampah rasionalisasi. Hal itu menyebabkan
Berbanding terbalik dengan Mohammad Hatta rencana Rera yang sudah direncanakan tidak
yang menginginkan APRI terbentuk dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan
professional non politik dan setia kepada hasil sesuai yang diharapkan. Sementara itu,
negara melalui pemerintah yang sah. adanya Rera pada AP Laut juga telah
Mohammad Hatta menggunakan konsep mengurangi konflik internal yang terjadi.
militarizing the military untuk mencapai Dalam sejarah perkembangan ALRI, sejak
pengendalian sipil obyektif dengan cara awal kemedekaan dalam AP Laut muncul
memperbesar profesionalisme golongan militer dualisme komando. Sehingga adanya Rera
tetapi memperkecil kekuasaan, namun tidak Laut yang di implementasikan dengan
menghapusnya. Maksutnya AP tetap diberi pembentukan Pucuk Pimpinan ALRI,
kekuasaan namun terbatas, sesuai dengan selanjutnya diteruskan Komisi Reorganisasi
keperluan untuk menjalankan profesinya. Angkatan Laut (KRAL) mampu
Corak pemikiran yang kontradiktif menyelesaikan masalah tersebut.
antara kedua tokoh tersebut menyebabkan Berdasarkan uraian pada bab-bab
hambatan, ketika Kabinet Mohammad Hatta sebelumnya dapat diambil suatu gambaran
menjalankan Rera untuk membentuk AP yang terkait Rera AP di Jawa yang dijalankan
professional, teratur, dan efisien selalu Kabinet Mohammad Hatta pada tahun 1948
dihadapkan pada tentangan golongan Amir mencangkup beberapa pokok yaitu menata
Syarifuddin. Selain itu konsep pemikiran kembali struktur AP agar efektif dan dapat
Mohammad Hatta dalam menjalankan Rera AP berjalan satu komando, meningkatkan kualitas
yang berdasarkan kondisi ekonomi yang supaya dapat mengimbangi pasukan Belanda
sedang terjadi dijadikan agitasi oleh golongan serta mencegah dan menyingkirkan pihak yang
PKI. Ditambah lagi kondisi RI yang belum mengacau atau akan menguasai AP. Beberapa
stabil dan belum tercapainya penyelesaian pokok tersebut telah dijalankan Kabinet
politik dengan Belanda membuat pelaksanaan Mohammad Hatta, pada pokok poin pertama
penyempurnaan AP yang professional dari segi dan kedua masih belum sempurna, namun akan
keahlian, pendidikan dan lain sebagainya berlanjut setelah pengakuan kedaulatan. Pada
sesuai dengan standar internasional masih sulit pokok poin tiga telah diselesaikan, pengacau
dilakukan. Meskipun begitu pengurangan paling besar berasal dari golongan kiri yang
jumlah anggota untuk mencapai AP yang puncaknya pada peristiwa Madiun 1948.
efisien, dapat dibiayai oleh negara, memiliki Setelah peristiwa tersebut rencana Rera cukup
keseimbangan antara persenjataan dan personil berjalan sesuai dengan rencana awal. Dapat
merupakan proses profesionalisasi yang sudah diambil suatu kesimpulan beberapa rencana
cukup berhasil dilakukan pada Kabinet Rera APRI di Jawa masa Kabinet Mohammad
Mohammad Hatta. Hatta sudah berhasil dilakukan.

RI”, Skripsi, Depok: Universitas


Republik Indonesia FIBS, 1994.hlm. 91.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 359

Anda mungkin juga menyukai