Oleh : Devi Ellok Widaningsih, Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, ellokdevi@gmail.com
Abstrak
Kata Kunci: Reorganisasi dan Rasionalisasi, Angkatan Perang RI, Jawa 1948.
mengakui garis van Mook.8 Wilayah Indonesia heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi
yang semakin sempit akibat penandatanganan (kritik sumber) eksternal dan internal,
naskah perjanjian Renville mengakibatkan interpretasi (penafsiran), dan historiografi.
pasukan-pasukan (Kesatuan militer dan Badan Heuristik merupakan kegiatan mencari
Perjuangan) Indonesia yang berada di daerah sumber-sumber untuk mendapatkan data-data
kantong-kantong dan telah dikuasai Belanda sejarah yang digunakan untuk rekontruksi
harus ditarik mundur ke daerah Republik. peristiwa sejarah. Sumber yang digunakan
Kondisi wilayah Indonesia yang dalam penulisan ini adalah sumber primer dan
semakin sempit akibat persetujuan Renville sumber sekunder.
tidak sesuai dengan jumlah tentara, badan Sumber primer ialah kesaksian dengan
perjuangan dan laskar-laskar yang banyak, hal panca indra atau dengan alat mekanis yang
tersebut yang menjadi salah satu faktor terlibat secara langsung. Beberapa sumber
pemerintah melakukan Rera. Tujuannya primer yang digunakan dalam penulisan ini
sebagai langkah efisiensi anggaran dan antara lain sebagai berikut:
efektifitas tentara dalam pertempuran di tengah ANRI, Surat dari Menteri Pertahanan No.
blokade Belanda. Dilakukannya Rera juga 1780/Rh/T.I tanggal 8 April 1948
untuk menciptakan adanya satu garis komando tentang laporan Reorganisasi Angkatan
dalam Angkatan Perang (AP) Indonesia sebab Persang.
di samping militer bentukan pemerintah juga
terdapat laskar-laskar serta badan perjuangan ANRI, Surat dari wakil presiden No.
yang memiliki orientasi politik kepada induk 12241/Rh/T.I tanggal 6 Maret 1948
partai se-ideologi, sehingga tidak selalu searah tentang permintaan opsir setiap divisi
dengan orientasi dan strategi kalangan militer untuk pembentukan staf angkatan darat.
(TKR).
ANRI, Maklumat Wakil Presiden Republik
Indonesia No. A/127/1948 tentang
METODE PENELITIAN beberapa keputusan-keputusan dalam
Metode penelitian yang digunakan Angkatan Laut kearah rasionalisasi.
pada penelitian ini adalah metode sejarah.
Metode sejarah merupakan proses menguji dan ANRI, Surat Keputusan Menteri Pertahanan
menganalisa secara kritis rekaman dan No. A/625/1948 tanggal 17 November
peninggalan masa lampau.9 Menurut Nugroho 1948 tentang Pembubaran Staf Umum
Notosusanto metode penelitian sejarah Tentara Laut Dari bekas P.P.A.L.R.I
dilakukan melalui empat tahapan yaitu (M.T.L)
Sumber sekunder adalah sumber sejarah
8
yang disampaikan bukan oleh orang yang
Istilah yang dikeluarkan oleh van benar-benar mengalami dan menyaksikan
Mook pada 4 Agustus 1947. Garis van suatu peristiwa sejarah secara langsung.10
Mook merupakan garis antara tempat- Kemudian tahap selanjutnya kritik sumber
tempat yang terdepan yang telah dicapai yang terdiri dari kritik eksternal dan internal
oleh pasukan Belanda sejak aksi militer untuk menentukan autentik dan kredibilitas
dimulai pada 19 Juli sampai 4 sumber sejarah dan menghasilkan fakta
sejarah.
Agustus1947. Wilayah dibelakang garis
dipandang sebagai daerah yang mereka Kritik eksternal dilakukan dengan
kuasai meskipun pada kenyataannya pengujian aspek-aspek luarnya seperti dari
mana sumber itu berasal, dari lembaga atau
daerah itu masih dikuasai pasukan-pasukan perorangan yang bisa dipercaya dan diakui
Republik. Mohammad Roem, Bunga kredibilitasnya, jenis serta ukuran kertas dan
Rampai dari Sejarah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1972), hlm. 77.
9
Louis Gottschalk, Mengerti
10
Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, A. Daliman, Metode Penelitian
(Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm.
Indonesia, 1975), hlm. 32. 55.
348 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018
17
T. B Simatupang, Pelopor Dalam
Perang, Pelopor Dalam Damai, (Jakarta:
15
Atim Supomo, dkk, loc.cit., Sinar Harapan, 1981), hlm. 55.
16
Suhartono W Pranoto, Revolusi 18
Yahya A. Muhaimin,
Agustus:NasionalismeTerpasungdan op.cit., hlm. 23-25.
Diplomasi Internasional, Yogyakarta:
Laper Pustaka Utama, 2001.hlm. 51. 19
Ibid., hlm. 26.
350 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018
Pemimpin tertinggi TKR diberikan kepada karena pada saat itu banyak perwira muda
Supriadi, pemimpin pemberontakan Peta TKR mencurigai bekas opsir KNIL. 23
Blitar, tetapi pengangkatan supriyadi hanya Terjadinya persaingan dan rasa saling curiga
yang terjadi dalam tubuh militer antara opsir
simbolis karena sejak Februari 1945 bekas Peta dan KNIL sudah terjadi sejak awal
keberadaannya belum diketahui.20 berdirinya APRI. Rapat yang dihadiri sebagian
Setelah satu bulan Jenderal Urip besar perwira Jawa Tengah dapat menjadi
alasan lain terpilihnya Sudirman, hal itu
Sumoharjo berhasil membentuk Markas
Tertinggi (MT) TKR yang berada di dikarenakan kebanyakan dari mereka
mengambil pertimbangan sebab Sudirman
Yogyakarta dan Markas Besar Umum (MBU)
berasal dari daerah mereka juga.
yang merupakan bagian dari MT TKR, selain
itu juga dibentuk empat komandemen dan 16 Ketegangan yang terjadi di dalam TKR
divisi yaitu enam divisi di Sumatera, tiga divisi antara perwira Peta dan KNIL pada dasarnya
di Jawa Barat, empat divisi di Jawa Tengah karena jenis pengalaman dan pandangan
militer mereka yang berlainan. Para perwira
dan tiga divisi di Jawa Timur.21 MBU TKR
KNIL memiliki profesionalisme Barat didikan
terdiri atas Bagian Administratif, Bagian
kolonial yang berprinsip bahwa militer
Keuangan, Bagian Persenjataan, Bagian
semestinya mengabdi pada pemerintah sipil
Perhubungan, dan Bagian Kesehatan, Bagian
Urusan Kereta Api, Bagian, Pendidikan, yang mendapat dukungan dari para
cendekiawan dan politisi yang berorientasi
Bagian Perlengkapan dan Bagian pada gagasan demokrasi liberal.
Penyelidikan.
Berbeda dengan perwira didikan Jepang
Kosongnya jabatan Panglima Tentara
yang beranggapan seorang militer harus berani
dan Menteri Keamanan Rakyat yang cukup
dan kedudukannya bergantung pada penilaian
lama menyebabkan para perwira TKR
bawahannya serta mempertahankan prinsip
mendesak pemerintah untuk segera melakukan
bahwa pasukan dari orang-orang yang terlatih,
pengangkatan pada jabatan tersebut, karena
penuh tekad dan pengabdian dapat mengatasi
pasukan sekutu mulai bergerak ke pedalaman
untuk melucuti garnisun-garnisun Jepang dan teknologi unggul.24 Profesionalisme didikan
membebaskan tawanan perang pihak Sekutu. Jepang dengan penguasa hanya terbatas pada
Permintaan itu tidak segera ditanggpai oleh tuntutan-tuntutan teknologi dan peperangan
pemerintah, sehingga pada 12 November 1945 modern dengan ideologi yang didasarkan pada
Urip Sumoharjo memanggil semua panglima tradisi Jepang, sehingga bagi mereka militer
divisi dan resimen TKR menghadiri rapat tidak harus patuh kepada pemerintah sipil.
terkait pengisian kedua jabatan yang diadakan Meskipun kedua kelompok perwira memiliki
pandangan profesionalisme yang berbeda,
di Yogyakarta.22
tetapi kesadaran mengenai warisan sosial,
Pertemuan itu menghasilkan Sudirman politik dan militer Jawa serta beberapa
terpilih menjadi Panglima Tentara, seorang
persamaan lainnya telah mengaburkan
perwira muda bekas opsir Peta. Terpilihnya perbedaan tersebut.
Sudirman tidak terlepas dari latar belakang
militer seorang bekas Peta yang tidak dapat Golongan pemuda yang tidak puas
dengan dibentuknya BKR membentuk badan-
dicurigai sebagai orang yang memiliki simpati
kepada Belanda, berbeda dengan Urip
Sumoharjo yang menginginkan jabatan 23
Selain latar belakang militernya
tersebut tetapi tidak terpilih, hal tersebut terjadi nilai plus lainnya pada Sudirman ialah
muslim, beretnik Jawa, berpengetahuan
20 mistik dan memahami nilai-nilai
Ulf Sundhaussen, Politik Militer tradisional Jawa memiliki daya tarik bagi
Indonesia 1945-1965, Jakarta: LP3ES, korp perwira Jawa yang berjumlah besar.
2000. hlm. 14. Ulf Sundhussen, op.cit., hlm. 16.
21
Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, 24
Britton, Petter, Profesionalisme
Sejarah TNI Jilid 1 1945-1949, (Jakarta:
dan Ideologi Militer Indonesia, Jakarta:
Pusjarah, 2000), hlm. 17.
LP3ES, 1996.hlm. 47.
22
Ibid., hlm. 15.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 351
badan perjuangan. Sebagian badan perjuangan sebagai ketuanya.26 Panitia tersebut didominasi
juga memiliki seksi yang dipersenjatai yang oleh bekas opsir KNIL yang memang memiliki
dikenal dengan laskar. Sejak awal munculnya pengalaman dibidangnya dengan tugasnya
laskar dan badan perjuangan akibat dari melakukan efisiensi tentara. Hasil kerja panitia
revolusi tidak berada di bawah naungan pada rapat kedua tanggal 23 Mei 1946
organisasi, hanya berfungsi sebagai pengikat mengurangi divisi TRI dari 16 menjadi 10 dengan
solidaritas pemuda atau rakyat yang berada rinciannya tujuh di Jawa dan tiga di Sumatera
dalam keadaan belum teratur dan terorganisasi dengan menghapus komandemen-komandemen
dengan baik. Beberapa badan perjuangan juga yang tidak berfungsi, serta menciptakan kesatuan-
telah berdiri sebelum pemerintah membentuk kesatuan yang sesuai antara jumlah personil dan
AP resmi, namun perkembangannya akan senjata yang ada.27
semakin pesat setelah pemerintah memberikan Permasalahan status laskar yang tidak
izin pendirian partai. dipertegas Soekarno segera ditangani oleh
Pembentukan laskar-laskar pasca Panitia Besar Penyelenggara Organisasi
proklamasi untuk mempertahankan Tentara dengan mengundang berbagai
kemerdekaan dengan cepat menyebar ke organisasi kelaskaran pada 25 Mei 1946, yang
seluruh Jawa. Banyak di antara mereka yang menghasilkan persetujuan laskar-laskar untuk
memperoleh senjata saat penyerahan Jepang, memperbaiki kerjasama dan menolak untuk
sehingga dalam bulan Oktober dan November dilebur dalam TRI.28
1945 berkembang pesat munculnya kelompok- Meskipun begitu ketegangan dan
kelompok pemuda dengan skala kecil, serta persaingan tentara regular dan non reguler
tidak tetap yang sebagian bersifat militer dan terus berlangsung karena manipulasi-
sebagian bersifat politik. Di daerah Surabaya manipulasi politik dan kelangkaan sumber-
berdiri Barisan Pemberontak Republik sumber itu tetap ada. Hubungan antara badan
Indonesia (BPRI) yang dipimpin oleh Bung perjuangan dan tentara di setiap daerah
Tomo. Di Jawa Tengah berdiri Angkatan berbeda-beda sesuai dengan ideologi dan
Muda Indonesia dan di daerah Bandung organisasi setempat serta kekuatan dan
terbentuk Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia. kelemahan dari saingan-saingan mereka. Di
Pada 1 Januari 1946 keluar ketetapan Jawa Barat Abdu Haris Nasution berhasil
presiden No. 2 Tahun 1946 yang mengubah melebur beberapa golongan-golongan pemuda
Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara bersenjata Priangan ke dalam divisi melalui
Keselamatan Rakyat. Namun, nama tersebut perundingan.
belum memuaskan sehingga pada 25 Januari Setelah Amir Syarifudin menjabat
1946 keluar lagi maklumat yang mengganti sebagai Menteri Pertahanan pada Mei 1946
Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara mengambil inisiatif membentuk Biro
Republik Indonesia (TRI). Dalam maklumat Perjuangan dan inspektorat-inspektorat di
tersebut disebutkan bahwa TRI bersifat daerah untuk mengatur laskar-laskar dan badan
nasional dan satu-satunya organisasi militer, perjuangan yang terbentuk secara spontan atau
tetapi status dan kedudukan organisasi didirikan partai-partai. Berbagai badan
bersenjata lainnya seperti badan perjuangan, perjuanagn dan laskar diorganisasikan menjadi
Barisan Rakyat, serta laskar-laskar yang berada brigade-brigade yang berada di bawah Menteri
di luar TRI tidak ditegaskan.25 Hal tersebut Pertahanan diakui sebagai militer di luar
akan menjadikan AP mengalami perselisihan tentara reguler.
dengan badan-badan perjuangan.
Banyaknya jumlah AP dalam TRI dan
munculnya badan perjuangan serta laskar-
laskar menyebabkan keluarnya ketetapan 26 Saleh As’ad Djamuhari, op.cit.,
presiden terkait Panitia Besar Penyelenggara hlm. 8.
Organisasi Tentara dengan Urip Sumoharjo
27
Susunan Angkatan Perang
Indonesia pada pertengahan 1946 lihat di
25
Ulf Sundhaussen hlm. 18-19.
Yahya A Muhaimin, op.cit., hlm.
28. 28
Ulf Sundhaussen, op.cit., hlm 44.
352 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018
Amir Syarifuddin dalam perundingan Renville kembali ke pekerjaan lamanya sebagai guru
sangat tidak menguntungkan RI. atau swasta, kedua dengan menyerahkan
Beberapa kebijakan kabinet Amir mereka kepada Kementerian Pembangunan dan
Syarifuddin menimbulkan parlemen Pemuda untuk diberi pekerjaan, dan terakhir
mengeluarkan mosi tidak percaya yang mengembalikan 100.000 orang ke
kemudian dibubarkan, kemudian Soekarno masyarakat.36
menunjuk wakil presiden Mohammad Hatta
Di muka telah disampaikan bahwa
sebagai formateur kabinet yang baru.34
Mohammad Hatta akan menjalankan hasil
Kabinet Mohammad Hatta diumumkan perjanjian Renville yang telah mencapai
pada 31 Januari 1948, selain menjabat sebagai kesepakatan. Salah satunya menarik angkatan
Perdana Menteri, Mohammad Hatta bersenjata dari wilayah yang menjadi milik
merangkap sebagai Menteri Pertahanan. Belanda. Beberapa AP yang harus hijrah
Selanjutnya Mohammad Hatta menyusun seperti divisi Siliwangi dari Jawa Barat,
program-programnya yang diumumkan Resimen Damarwulan yang berkedudukan di
didepan BP KNIP pada 16 Februari 1948. Karesidenan Besuki juga diharuskan pindah ke
Garis besar kebijakan yang akan dilakukan wilayah Malang Selatan dan masih banyak lagi
Mohammad Hatta secara eksplisit mengakui contoh pasukan yang harus hijrah.37 Usaha
persetujuan Renville dan semua kewajiban pemindahan ini sekaligus proses penataan
yang ditimbulkan, mempercepat pembentukan angkatan bersenjata yang sesuai dengan
Negara Republik Indonesia Serikat (NIS), kebijakan Rera Kabinet Mohammad Hatta.
mengadakan rasionalisasi ke dalam dan
Salah satu proses hijrah dari Divisi
melanjutkan pembangunan yang tertunda.35
Siliwangi ke daerah RI berakhir pada 22
Terkait rasionalisasi pada APRI yang
Februari 1948.38 Tidak lama setelah hijrahnya
sudah dimulai pada Kabinet Amir Syarifuddin,
namun belum memberikan hasil pada AP akan pasukan Siliwangi, pada 27 Februari 1948
tetap dilanjutkan Mohammad Hatta. Beberapa keluar Ketetapan Presiden No. 9 yang berinti
faktor yang menyebabkan Mohammad Hatta Rera AP akan dilaksanakan di dalam
Kementerian Pertahanan maupun dalam
tetap melanjutkan program tersebut Markas Besar Angkatan Perang (MBAP),
dikarenakan kondisi ekonomi RI semakin kedudukan Panglima Besar tidak lagi berada di
memburuk, selain itu kondisi APRI harus bawah Kepala Satuan Angkatan Perang
disempurnkan agar dapat menghadapi ancaman (KSAP) Komodor Suryadarma dan menghapus
dari luar dan mempertahankan kemerdekaan. Pucuk Pimpinan TNI dan Gabungan Kepala
Staf. Dalam melakukan Rera pada
Hal tersebut mengakibatkan munculnya Kementerian Pertahanan melalui Ketetapan
kekhawatiran dan kekecewaan pada kelompok Presiden No.9 Tahun 1948 dimulai dengan
laskar dan badan perjuangan yang juga terkena dibentuk Staf Umum AP di bawah pimpinan
rasionalisasi. Masalah pendidikan dan Komodor Suryadarma sebagai KSAP dan
kecakapan dalam militer menyebabkan Kolonel Simatupang sebagai wakil, serta
posisinya menjadi terancam dan merasa mengangkat Jenderal Sudirman sebagai
dirugikan. Terlepas dari kekahawatiran AP, Panglima Besar Angkatan Perang Mobil dan
Laskar dan Badan Perjuangan yang akan
dirasionalisasi, kebijakannya telah di atur
dalam Penetapan Pemerintah No.3 Tahun
1948. Mohammad Hatta akan menjalankan
36
Rera AP dengan tiga cara, pertama dengan Abdoel Fattah, op.cit., hlm. 70.
melepskan mereka yang suka rela mau
meninggalkan tentara, misalkan yang ingin 37
Ari Sapto, “Perang, Militer Dan
Masyarakat: Pemerintahan Militer pada
34
Masa Revolusi dan Pengaruhnya pada
Yasni, Bung Hatta Menjawab, Indonesia Kini”, Sejarah dan Budaya, Vol.
(Jakarta: Gunung Agiung, 1980), hlm. 15- VII, No. 1, 2013, hlm 21.
16.
38
35 Kedaulatan Rakyat, 9 Februari
Yahya A. Muhaimin, op.cit., hlm. 1948.
52.
354 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018
Jenderal Mayor Abdul Haris Nasution sebagai kepada wakil Panglima Angkatan Perang
wakil.39 Mobil Jendral Mayor Abdul Haris Nasution
yang sudah berpengalaman menghadapi Agresi
Selanjutnya pada 28 Februari 1948 I untuk merumuskan strategi pertahanan AP.
Mohammad Hatta mengadakan pertemuan Menurut strategi Jendral Mayor Nasution di
bersama komandan-komandan divisi I-VII Jawa akan dibentuk menjadi empat dari tujuh
yang bertujuan memberikan pemahaman divisi, sebagian kesatuan akan bergerilya ke
daerah yang dikuasai Belanda dan sebagian
terkait Rera.40 Setelah adanya pertemuan kesatuan lainnya menyusup ke Jawa Barat,43
tersebut, disahkan Undang-Undang No.3 Kalimantan dan wilayah RI bagian Timur.
Tahun 1948 tentang organisasi Kementerian Menindaklanjuti Perintah Harian No.37
Pertahanan dan APRI pada 5 Maret 1948. selain akan dilaksanakan Rera pada divisi-
Pengesahan UU No.3 Tahun 1948 divisi juga akan dibentuk pasukan mobil dan
menimbulkan reaksi-reaksi keberatan, sebagian teritorial. Pasukan mobil anggotanya berasal
besar dari panglima-panglima divisi. Reaksi itu dari pasukan resimen dengan ketentuan setiap
disebabkan UU No.3 Tahun 1948 hanya divisi dibentuk satu batalyon mobil untuk tiap
menghasilkan peraturan-peraturan untuk karesidenan. Sedangkan pasukan territorial
Kementerian Pertahanan dan Pimpinan anggotanya diambilkan dari kelebihan setelah
tertinggi AP, sedangkan untuk Rera tingkat pembentukan pasukan mobil.44 Komando sub
pasukan dan daerah-daerah tidak tercantum teritorial di setiap karesidenan akan
dalam UU tersebut.41 difungsikan membina perlawanan rakyat dan
Terkait pelaksanaan Rera pasukan dan pertahanan sipil.
daerah-daerah Panglima Besar mengeluarkan Pengurangan dan penciutan divisi
Perintah Harian No. 37 pada 25 Maret 1948, tersebut menimbulkan rasa tidak puas di
untuk melakukan reorganisasi kesatuan- kalangan AP maupun laskar yang
kesatuan mobil dan teritorial, reorganisasi dirasionalkan, bagi yang tidak terkena
kesatuan divisi dan eselon-eselon di rasionalisasi mereka juga tidak puas apabila
bawahnya.42 Perintah harian tersebut tidak masuk dalam pasukan mobil sebagai AP
didasarkan untuk menghadapi kemungkinan garis kesatu. Hal tersebut dikarenakan
serangan yang akan datang sekaligus kurangnya penerusan informasi ke bawah
pelaksanaan Rera. Tugas tersebut diberikan mengakibatkan rencana tersebut tidak
dipahami menyeluruh oleh panglima-panglima
39 divisi. Disisi lain Rencana Rera juga
Abdul Haris Nasution, Tentara diprovokasikan sebagai upaya memilah-milah
Nasional Republik Indonesia II, (Jakarta: AP menjadi tentara kelas satu dan tentara kelas
Seruling Masa, 1968), hlm. 144-147. kambing, sehingga sebagian besar pasukan
menginginkan ditempatkan sebagai pasukan
40
ANRI, Surat Perintah, No. garis kesatu yang memiliki tugas bertempur.45
12241/Rh/T1. Berisi pembubaran MBT dan
pembagian tugas pada Staf Angkatan 43
Abdul Haris Nasution, 1968,
Darat dalam Kementerian Pertahanan dan op.cit., hlm 166.
Markas Besar Angkatan Mobil.
44
41
Pada pertahanan teritorial terdiri
Undang-Undang tersebut sudah dari wilayah kecamatan yang dipimpin
dirancang sejak Kabinet Amir Syarifuddin Komando Onder Distrik Militer (KODM),
pada 6 Maret 1948, ditandatangani pada 5 ditingkat kabupaten terdapat Komando
Mei 1948. Dinas Sejarah Militer Kodam Militer Daerah (KMD) dan tingkat
VII/Diponegoro,SejarahRumpun karesidenan ada Sub-Teritorial Militer
Diponegoro dan Pengabdiannya, (KSTM). Abdul Haris Nasution, Pokok-
(Semarang: Yayasan Penerbit Diponegoro, Pokok Gerilya dan Pertahanan Republik,
1977), hlm. 175. (Bandung: Angkasa, 1980), hlm, 120.
42
Soedarko Brigjen TNI, Menyusun 45
Menurut golongan oposisi tentara
Kekuatan Bersenjata, (Jakarta: Pusat tentara kelas kambing meliputi laskar-
Sejarah dan Tradisi ABRI, 1991). hlm. 90-
92.
Reorganisasi dan Rasionalisasi…(Devi Ellok) 355
Hal tersebut mengakibatkan para komandan pendidikan, pengalaman dan jasa AP.46
berlomba-lomba membentuk sebanyak- Penertiban sistem pangkat tersebut diperkuat
banyaknya brigade untuk mendapat status dengan Ketetapan Presiden No. 14 tahun 1948.
tentara kelas satu (batalyon-batalyon mobil), Melalui ketetapan itu semua pangkat perwira
padahal di dalam brigade tersebut kekurangan diturunkan satu tingkat, kecuali untuk Letjen
persenjataan. Kondisi tersebut menimbulkan Urip Sumoharjo, Letjen Sudirman dan Jenderal
rencana pembagian tugas yang objektif dari Mayor Suhardjo memiliki pangkat tetap.47
dibentuknya kesatuan mobil dan kesatuan
Setelah keluarnya Ketetapan Presiden
teritorial menjadi kacau.
No. 14, Panglimas Besar mengeluarkan
Pelaksanaan reorganisasi yang tidak perintah pelaksanaan termasuk serah terima
berjalan lancar dan menghadapi kesulitan
jabatan divisi lama dan baru. Pada
membuat Panglima Besar Sudirman kenyataannya Rera tetap tidak berjalan sesuai
mengangkat empat perwira sebagai formatur dengan perintah, tidak semua komandan divisi
pelaksanaan Rera, yang bertugas mengatur lama mau menyerahkan jabatannya kepada
pelaksanaan Rera di setiap wilayah tugasnya. komandan divisi baru. Hal tersebut terlihat
Empat formatur tersebut ialah Jenderal pada divisi III baru Komandan Bambang
Mustopo bertugas untuk wilayah Jawa Timur, Supeno yang hanya menerima satu brigade dari
Letnan Kolonel Abimanyu di daerah Jawa Kolonel Sungkono. Rera pada divisi IV juga
Tengah sebelah Timur, Jenderal Mayor tidak terlaksana karena beberapa perwiranya
Sudibyo Jawa Tengah Sebelah Barat, dan telah dipengaruhi Partai Komunis
Jenderal Mayor Abdul Haris Nasution bertugas 48
57
berada di Pacitan dan Klaten. Himawan Badan Kelaskaran yang berada
Soetanto, Madiun dari Republik ke di daerah Surakarta terdiri dari Pesindo,
Republik, (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, BPRI, dan Hisbullah. Himawan Soetanto.
2006), hlm. 100. op.cit., hlm. 143.
58
55
Yanuar Ridho N. A. Y. P, Nugroho Notosusanto, Marwati
Peranan Kolonel Gatot ubroto pada Masa Djoened Poesponegro, op.cit.,, hlm 237.
Darurat Militer di Surakarta Tahun 1947- 59
Adi Patrianto S, “Angkatan Laut
1950, “Skripsi”, (Surakarta: Universitas Republik Republik Indonesia Pangkalan IV
Sebelas Maret Surakarta, 2013), hlm.55. Tegal (1945-1948); studi tentang sejarah
56
organisasi dan peran Angkatan Perang RI
Brigade III dipusatkan di pada masa perang kemerdekaan
Magelang di bawah Letkol Eddy Sukardi
358 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 3 Tahun 2018
bahwa kedudukan dan kelompoknya dirugikan Hal tersebut terlihat sebelum Rera AP
serta tersingkir dengan adanya Rera, hal itu dijalankan oleh Mohammad Hatta pimpinan
menimbulkan dia mencari perlindungan dan pusat AP terdiri dari berbagai badan yang tidak
tegas mengenai pembagian tugas dan sering
menggalang kekuatan. bertentangan. Setelah adanya Rera AP
berdasarkan UU No. 3 tahun 1948 dan
KESIMPULAN diperkuat Penetapan Presiden No. 9 tahun
1948 menghasilkan Staf Angkatan Perang
Kebijakan Rera pada AP yang mulai yang disampingnya terdapat pimpinan taktis
diusung pada Kabinet Amir Syarifuddin dan yaitu Panglima Besar Sudirman. Meskipun
dilanjutkan pada masa Kabinet Mohammad tidak dapat disangkal bahwa perubahan
Hatta memiliki gagasan dan titik tolak yang tersebut hanya secara strukturnya dan dalam
pelaksanaannya masih mengalami banyak
sama, tetapi kedua tokoh tersebut memiliki hambatan. Selain itu rencana pemisahan antara
motivasi, konsep dan cara yang bertentangan pasukan mobil, dan teritorial untuk
untuk merealisasikan program Rera. Amir mengefektifkan pasukan berujung konflik,
Syarifuddin menginginkan suatu APRI yang rencana tersebut diagitasi untuk membentuk
dikuasai oleh partainya dengan konsep tentara AP kelas satu, dua dan kelas kambing atau
reguler model komunis yang bersifat populis. sampah rasionalisasi. Hal itu menyebabkan
Berbanding terbalik dengan Mohammad Hatta rencana Rera yang sudah direncanakan tidak
yang menginginkan APRI terbentuk dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan
professional non politik dan setia kepada hasil sesuai yang diharapkan. Sementara itu,
negara melalui pemerintah yang sah. adanya Rera pada AP Laut juga telah
Mohammad Hatta menggunakan konsep mengurangi konflik internal yang terjadi.
militarizing the military untuk mencapai Dalam sejarah perkembangan ALRI, sejak
pengendalian sipil obyektif dengan cara awal kemedekaan dalam AP Laut muncul
memperbesar profesionalisme golongan militer dualisme komando. Sehingga adanya Rera
tetapi memperkecil kekuasaan, namun tidak Laut yang di implementasikan dengan
menghapusnya. Maksutnya AP tetap diberi pembentukan Pucuk Pimpinan ALRI,
kekuasaan namun terbatas, sesuai dengan selanjutnya diteruskan Komisi Reorganisasi
keperluan untuk menjalankan profesinya. Angkatan Laut (KRAL) mampu
Corak pemikiran yang kontradiktif menyelesaikan masalah tersebut.
antara kedua tokoh tersebut menyebabkan Berdasarkan uraian pada bab-bab
hambatan, ketika Kabinet Mohammad Hatta sebelumnya dapat diambil suatu gambaran
menjalankan Rera untuk membentuk AP yang terkait Rera AP di Jawa yang dijalankan
professional, teratur, dan efisien selalu Kabinet Mohammad Hatta pada tahun 1948
dihadapkan pada tentangan golongan Amir mencangkup beberapa pokok yaitu menata
Syarifuddin. Selain itu konsep pemikiran kembali struktur AP agar efektif dan dapat
Mohammad Hatta dalam menjalankan Rera AP berjalan satu komando, meningkatkan kualitas
yang berdasarkan kondisi ekonomi yang supaya dapat mengimbangi pasukan Belanda
sedang terjadi dijadikan agitasi oleh golongan serta mencegah dan menyingkirkan pihak yang
PKI. Ditambah lagi kondisi RI yang belum mengacau atau akan menguasai AP. Beberapa
stabil dan belum tercapainya penyelesaian pokok tersebut telah dijalankan Kabinet
politik dengan Belanda membuat pelaksanaan Mohammad Hatta, pada pokok poin pertama
penyempurnaan AP yang professional dari segi dan kedua masih belum sempurna, namun akan
keahlian, pendidikan dan lain sebagainya berlanjut setelah pengakuan kedaulatan. Pada
sesuai dengan standar internasional masih sulit pokok poin tiga telah diselesaikan, pengacau
dilakukan. Meskipun begitu pengurangan paling besar berasal dari golongan kiri yang
jumlah anggota untuk mencapai AP yang puncaknya pada peristiwa Madiun 1948.
efisien, dapat dibiayai oleh negara, memiliki Setelah peristiwa tersebut rencana Rera cukup
keseimbangan antara persenjataan dan personil berjalan sesuai dengan rencana awal. Dapat
merupakan proses profesionalisasi yang sudah diambil suatu kesimpulan beberapa rencana
cukup berhasil dilakukan pada Kabinet Rera APRI di Jawa masa Kabinet Mohammad
Mohammad Hatta. Hatta sudah berhasil dilakukan.