Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TRAGEDI STADION KANJURUHAN 2022

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:
Rachmad Eka Darmawan
11522155

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KOTA DEPOK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “TRAGEDI STADION KANJURUHAN
2022”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewargaanegaraan, Bapak Dr.
Susanto, M.Psi, yang telah memberikan tugas terhadap penulis. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 1 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………

KATA PENGANTAR ………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………… 2

1.3. Batasan Masalah ……………………………………………………… 3

1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 3

1.5. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 3

1.6. Sistematika Penelitian ……………………………………………… 4

BAB II PENGENALAN TEMPAT KEJADIAN ……………………… 5

2.1. Sejarah Stadion Kanjuruhan ………………………………………… 5

2.2. Ruang Lingkup Tempat Kejadian …………………………………… 6

BAB III LANDASAN TEORI ………………………………………… 7

3.1. Kericuhan Suporter ………………………………………………… 7

3.2. Komunitas Pendukung Sepak Bola ………………………………… 8

3.3. Penegakan Sportivitas dalam Pertandingan ………………………… 8

ii
BAB IV PEMECAHAN MASALAH ………………………………… 10

4.1. Kronologi …………………………………………………………… 10

4.2. Jumlah Korban ……………………………………………………… 14

4.3. Penyebab …………………………………………………………… 14

4.4. Solusi ……………………………………………………………… 15

BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 20

5.1. Kesimpulan ………………………………………………………… 20

5.2. Saran ………………………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menyelisik sejarah, fenomena kekerasan berjuluk “hooliganisme


sepak bola” ini diduga berawal dari Inggris pada abad ke-13. Kala itu,
ratusan orang adu otot di lapangan untuk menyelesaikan perselisihan
antardesa terkait sepak bola. Meskipun kemudian regulasi olahraga pada
abad ke-19 memberlakukan tata tertib lapangan, nyatanya fenomena itu
terus berkembang menjadi masalah sosial kontemporer, yang dengan cepat
diidentifikasi bahkan dipolitisasi di negara lain.
Menurut hipotesis yang dikemukakan sosiolog Eric Dunning dalam
bukunya Sport Matters, perihal atletik adalah salah satu isu utama dalam
masyarakat yang sering dikaitkan dengan kubu, agama, etnis, politik,
regionalisme, persaingan bersejarah, dan sebagainya. Artinya, kata
Dunning, bila konflik kekerasan terjadi, itu menandakan adanya ekspresi
kontras antarpopulasi.
Dr. Daniel Wann dari Murray State University menambahkan, salah
satu alasan mengapa sepak bola bisa jadi pemicu masalah sosial adalah
karena para pendukung ini melihat tim kesayangannya sebagai
perpanjangan diri mereka sendiri. Wann memaparkan bahwa intensitas
dengan suatu klub tertentu bisa membantu orang menemukan identitas
sosial, yang membuat pendukung-pendukung ini merasa dirinya sama
penting dengan para pemain. Alhasil para pendukung siap melakukan
apapun demi kehormatan tim kebanggaannya, sekaligus menganggap
kalah dan merugi sebagai ancaman pribadi.
Pendukung seperti itu, kata Paulus Wirotomo, sosiolog dan guru
besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
memiliki kecenderungan perilaku fanatik. Ini umum ditemui pada

1
masyarakat ekonomi kelas rendah. “Biasanya karena orang itu tidak
memiliki sumber kebanggaan lain, atau minim prestasi, atau mengalami
kekosongan,” terangnya. Perilaku ini lanjut dia, jika didukung teman-
teman bernasib sama dalam jumlah besar, apalagi tidak dibina dan
diawasi, bisa menjurus ke arah negatif. Misal, bermula dari memanas-
manasi untuk menyebar permusuhan kepada pendukung lawan, berlanjut
jadi bentrok dan kerusuhan.
Studi bulan Juni 2018 oleh peneliti Oxford menemukan bahwa
bentrokan dan juga perilaku ekstrem lain yang dilakukan oleh suatu
kelompok, ternyata bukan dilakukan individu semata-mata bagi
kepentingan dirinya sendiri. Akan tetapi bisa juga dimotivasi keinginan
untuk memperkuat ikatan dengan pendukung lain dalam satu kubu, juga
membela dan melindungi orang lain yang dianggap kawan bahkan
keluarga.
Dalam psikologi, itu disebut peleburan identitas – Tindakan ekstrem
rela mengorbankan diri demi kelompok, dan juga perlindungan diri dari
ancaman, di mana tubuh mengaktifkan mode fight alias siap tempur.
Menariknya, studi yang diterbitkan dalam jurnal Evolution & Human
Behaviour ini juga mengungkap bahwa pendukung yang paling ekstrem
sekalipun, ternyata cenderung menunjukan kekerasan hanya jika mereka
sedang berkelompok, bukan sendirian, apalagi dalam keseharian.
Hasil studi tadi, kata antropologi Martha Newson selaku peneliti
utama, menunjukan bahwa fenomena bentrok bukanlah perilaku acak.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan


masalah sebagai berikut.
1. Apa penyebab tragedi Stadion Kanjuruhan?
2. Apa akibat dari tragedi Stadion Kanjuruhan?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya kericuhan suporter?

2
1.3. Batasan Masalah

Fokus penulis dalam pengerjaan makalah amatlah penting, maka


makalah ini memiliki batasan:
1. Memaparkan kronologi Tragedi Stadion Kanjuruhan
2. Memperlihatkan akibat dari Tragedi Stadion Kanjuruhan
3. Menunjukan jumlah korban Tragedi Stadion Kanjuruhan

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan runtutan kejadian yang


terjadi dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan di Stadion Kanjuruhan,
Kabupaten Malang pada 1 Oktober 2022.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dihasilkan:

1. Manfaat Teoretis
Untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan tentang
kerusuhan antarsuporter serta dampak yang diakibatkan karena
peristiwa tersebut.

2. Manfaat Praktis
a. Penelitian diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi
masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi para suporter
tim sepak bola agar ketika dalam pertandingan, dan tim
kesayangan mereka mengalami kekalahan, tidak memancing
keributan dengan suporter tim lawan yang nantinya akan
menjadi kerusuhan atau bentrok antarsuporter.

3
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi atau
acuan bagi peneliti selanjutnya dalam penelitiannya mengenai
kerusuhan antarsuporter tim sepak bola.

1.6. Sistematika Penelitian

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan naratif. Kemudian


dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian terhadap kejadian di Stadion Kanjuruhan.
2. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang terkait
dengan kejadian di Stadion Kanjuruhan.
3. Mengumpulkan landasan teori dan materi terkait dengan fokus
masalah yang diangkat sebagai bahan referensi untuk mendukung
ketepatan dan ketajaman analisis permasalahan.
4. Menyusun metode penulisan agar karya tulis tersusun secara
sistematis.
5. Menganalisis dan membahas serta memberikan solusi terkait
permasalahan yang diangkat.
6. Menarik kesimpulan dan memberi saran berdasarkan rumusan
masalah dan hasil analisis pembahasan yang dilakukan.

4
BAB II

PENGENALAN TEMPAT KEJADIAN

2.1. Sejarah Stadion Kanjuruhan

Menurut Wikipedia, Stadion Kanjuruhan adalah sebuah stadion


sepak bola yang terletak di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang,
Jawa Timur, Indonesia. Kapasitasnya berjumlah 30.000 penonton.
Stadion ini merupakan kandang Arema FC yang bermain di Liga 1 dan
Persekam Metro FC yang bermain di Liga 3. Nama stadion ini berasal
dari Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan beercorak hindu yang berdiri pada
abad ke-6 di wilayah Malang.
Stadion Kanjuruhan dibangun sejak tahun 1997 dengan biaya lebih
dari 35 miliar. Pada tanggal 9 Juni 2004, stadion ini diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, saat pembukaan
digelar pertandingan kompetisi Divisi Satu Liga Pertamina tahun 2004,
antara Arema Malang melawan PSS Sleman. Pertandingan berakhir
untuk kemenangan Arema 1 – 0.
Pada tahun 2010 dilakukan renovasi sebagai syarat mengikuti Liga
Champions AFC 2011 dengan menambah daya pada pencahayaan.
Arema beberapa kali mengukir prestasi selama bermarkas di
Stadion Kanjuruhan. Misalnya menjadi juara Indonesia Super League
(ISL) pada 2009 – 2010. Arema juga meraih empat trofi juara turnamen
di Stadion Kanjuruhan. Mulai dari Super Copa Indonesia 2006, Menpora
Cup 2013, SCM Cup 2015, dan Piala Presiden 2019.
Di Stadion Kanjuruhan, Aremania (pendukung Arema FC) juga
turut mendapatkan penghargaan sebagai The Best Supporter di ajang
Copa Indonesia 2006.
Selain itu, Panitia Pelaksana (Panpel) Arema di Stadion
Kanjuruhan mendapatkan gelar Panpel Terbaik ISL 2009 – 2010.

5
Penghargaan itu didapatkan karena Panpel Arema mampu mencatatkan
jumlah penonton terbanyak se-Asia Tenggara, untuk musim kompetisi
2009 – 2010 dan 2010 – 2011.

2.2. Ruang Lingkup Tempat Kejadian

Dikutip dari laman aremafc.com, pendukung fanatik Arema FC


dikenal dengan sebutan Aremania. Kelompok suporter yang identik
dengan warna atribut biru ini memiliki loyalitas tinggi dalam mendukung
tim. Tidak hanya di Malang, di luar kota juga demikian, bahkan mereka
selalu mengusung slogan ‘Tidak ke Mana-Mana Tapi Ada di Mana-
Mana’.
Di beberapa daerah, Aremania muncul sebagai simbol
persaudaraan masyarakat Malang di perantauan. Hal ini merupakan
dampak positif dari keberadaan Arema dan Aremania yang tidak dapat
dipisahkan. Loyalitas Aremania kepada Arema FC cukup tinggi,
demikian juga dengan rasa memiliki yang kuat.
Ketika prestasi Arema FC tengah menurun mereka juga tidak segan
untuk melontarkan kritik. Semua dilakukan demi kebaikan Arema FC
agar ke depan bisa lebih baik lagi.
Dilansir dari detik.com, pada 13 Juli 2005, kerusuhan terjadi di
Stadion Kanjuruhan. Pembatas tribun roboh saat Arema FC mengalahkan
Persija Jakarta dengan skor 1 – 0. Akibat kerusuhan tersebut, seorang
suporter meninggal dunia dan puluhan orang terluka. Lalu pada 15 April
2018, kerusuhan terjadi setelah laga Arema FC melawan Persib Bandung
berakhir imbang 2 – 2. Kerusuhan itu dipicu oleh wasit yang dinilai tidak
adil dalam pertadingan, yang diperkeruh dengan tembakan gas air mata
oleh aparat keamanan ke arah tribun. Kejadian ini menimbulkan korban
yang merupakan penonton dan suporter pingsan berjatuhan. Disambung
dengan peristiwa Sabtu, 1 Oktober 2022 kemarin yang kembali
membawa duka mendalam.

6
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kericuhan Suporter

Dilansir dari situs kumparanSains, menurut Psikolog Universitas


Gadjah Mada (UGM), Prof. Drs. Koentjoro, tindakan anarkis maupun
vandalisme yang dilakukan oleh suporter sepak bola terjadi karena
dipengaruhi oleh jiwa massa. Dia menjelaskan, seseorang atau individu
akan bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan.
Massa dalam jumlah besar dapat mendorong munculnya perilaku atau
tindakan yang tidak akan dilakukan saat sedang sendiri.
“Jiwa massa ini timbul ketika berada di antara massa dan
memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan
berani melakukannya. Apalagi ditambah dengan mengenakan
pakaian atau atribut yang kemudian menggambarkan itu adalah
satu bagian,” – Prof. Drs. Koentjoro, Psikolog Universitas Gadjah
Mada (UGM) –
Menurut Ali Nurdin, Dosen Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya, ada beberapa faktor yang mendasari suporter dapat melakukan
kerusuhan, di antaranya:
1. Kekecewaan pada tim sepak bola yang didukungnya.
2. Kekecewaan pada manajemen yang mengelola.
3. Ada oknum suporter yang memang seringkali memicu
terjadinya keributan antarsuporter.

Secara umum, kerusuhan suporter dapat berawal dari individu-


individu yang memiliki sikap tidak puas tehadap performa tim yang
dibelanya. Dalam sudut pandang teori spiral keheningan, ide dan gagasan
ketidakpuasan bersumber dari individu-individu kemudian meluas
kepada individu-individu yang lain, dan menjelma menjadi kekuatan

7
kelompok/massa yang melakukan tindakan protes dalam bentuk ucapan
lisan, tulisan, dan perilaku.

3.2. Komunitas Pendukung Sepak Bola

Dikutip dari kompas.com, psikolog klinis dari Personal Growth,


Rachel Poniman mengatakan, popularitas sepak bola dan fanatisme
pendukung bisa menjadi alasan di balik kerusuhan itu. Menurutnya,
suporter sepak bola memiliki komunitas yang besar dan kuat, bahkan
aktivitasnya terorganisir.
“Dari sini, suporter bola cenderung mengembangkan sense of
identify karena mereka dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran
sama,” kata Rachel kepada Kompas.com, Senin (31/10/2022).
Ia menjelaskan, kondisi ini kemudian menimbulkan adanya
konformitas kelompok. Contohnya, ketika ada anggota yang mengambil
aksi atau tindakan, maka anggota lainnya akan cenderung mengikuti
aktivitas kelompok tersebut.
Sayangnya, aksi-aksi konformitas kelompok yang fanatik tersebut
bisa menuju ke arah negatif yang bersifat ekstrem, agresif, bahkan
anarkis. Hal itu muncul ketika mereka kecewa atau tidak puas dengan
situasi yang ada. Contohnya dengan kekalahan tim yang mereka dukung,
suporter tim tersebut menjadi marah, kecewa, atau sakit hati dan hal
tersebut memicu tindakan agresi.

3.3. Penegakan Sportivitas dalam Pertandingan

Berdasarkan kutipan yang diperoleh dari situs Okezone, menurut


Dosen Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran (Unpad) Hery Wibowo, suporter menjadi organ
yang tidak terpisahkan dalam dunia sepak bola. Menjadi suporter suatu

8
klub sepak bola merupakan identitas sosial yang membanggakan dan
mampu meningkatkan citra diri. Kata Hery yang dikutip dari Kanal
Media Unpad, ini adalah identitas sosial yang mampu meningkatkan
“status” atau bahkan “harga diri” pada konteks kehidupan bermasyarakat.
Dari anggota masyarakat yang “bukan siapa-siapa”, seseorang dapat
merasa menjadi “seseorang, atau warga negara berstatus menengah”
dengan menjadi suporter aktif (fanbase) dari klub tertentu.
Lebih lanjut, Ketua Program Studi Sarjana Sosiologi FISIP Unpad
tersebut menjelaskan, keberadaan suporter di stadion memiliki dinamika
tersendiri. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah potensi
menghasilkan perilaku “Crowd” (Crowd Behaviour).
Perilaku ini merupakan fenomena ketika sejumlah orang yang
berkumpul dalam suatu kerumunan khusus akan berpotensi menghasilkan
perilaku yang tidak akan terjadi pada situasi normal. Fenomena ini
merupakan perilaku individu yang memicu perilaku kolektif.
Seseorang dalam menghasilkan crowd behaviour akan memiliki
keberanian semu yang mampu memicu keberanian kolektif lainnya.
Seorang individu akan merasa sangat berani dan kuat (powerful), merasa
benar, dan tanpa ragu melakukan suatu tindakan.
Karena itu, potensi crowd behaviour seyogianya perlu diredam
sedini mungkin dengan tata kelola ataupun manajemen pertandingan
yang baik. Namun, antisipasi yang dilakukan bukan berarti secara
anarkis. Melihat sisi yang lain, kata Hery, sistem pertandingan lapangan,
baik penyelenggara, pemain, dan pengadil harus menjunjung tinggi
sportivitas. Penegakan sportivitas dan penyelenggaraan pertandingan
yang baik diharapkan dapat menularkan semangat sportivitas ke suporter.

9
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

4.1. Kronologi

Dilasir dari laman Kompas, dua klub sepak bola Jawa Timur yang
masing-masing punya sejarah panjang dan suporter fanatik, bertemu lagi
di laga Liga 1 Indonesia 2022.
Namun, laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada
Sabtu (1/10/2022) digelar tanpa kehadiran suporter Persebaya. Klub dari
Surabaya ini baru kena sanksi tampil tanpa suporter untuk lima
pertandingan, karena amukan pendukungnya dalam liga melawan Rans
Nusantara di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 15
September 2022.
Hingga peluit panjang ditiup wasit setelah perpanjangan waktu,
situasi masih kondusif. Arema kalah dari Persebaya dengan skor 2 – 3.
Ini adalah kekalahan pertama laga kandang Arema berhadapan dengan
Persebaya dalam 23 tahun.
Sejumlah Aremania memang segera masuk ke lapangan ketika para
pemain Arema menghaturkan salam ke para pendukung. Namun, mereka
hanya hendak berbincang. Saat itu, pemain Persebaya sudah berada di
luar lapangan, sebagai bagian dari antisipasi keamanan.
Kerusuhan mulai terjadi ketika sebagian Aremania memasuki
lapangan dengan membawa bendera Persebaya yang sudah dicoret-coret.
Tak berselang lama, botol-botol minuman air mineral mulai dilemparkan
ke arah lapangan. Polisi turun tangan.
Saat massa yang bergerombol sedang merasa jagoan dan
memancing kerusuhan lebih liar, gas air mata mulai digunakan.
Tembakan gas air mata menjangkau tribun penonton yang masih penuh.
Tragedi pun terjadi.

10
Ada banyak nama dan sebutan untuk gas air mata. Dalam bahasa
dokumen, gas air mata disebut dengan nama riot control agent (RCA).
Zat kimia yang dipakai di dalam RCA juga tak satu jenis saja di dunia.
Yang paling umum, zat kimia yang dipakai dalam gas air mata adalah
chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS). Ada
juga chloropicrin (PS) yang juga adalah fumigan dan jamak dipakai
untuk pengapasan area, bromobenzilsianida (CA), dibenzoxazepine (CR),
dan kombinasi aneka zat kimia.
Namun, fungsi gas air mata ini pada intinya sama, yaitu membuat
orang untuk sementara tidak berdaya, karena iritasi di mata, mulut,
tenggorokan, paru-paru, dan kulit. Efeknya bisa sementara saja buat
Sebagian orang, tetapi juga bisa fatal dari cacat permanen hingga
meninggal bagi sebagian yang lain.
Yang kemudian jadi perkara, gas air mata sudah dilarang dipakai di
perang sejak kesepakatan Geneva Gas Protocol pada 1925.
Masalahnya, larangan ini kemudian dinyatakan tak berlaku untuk
penanganan kerusuhan massa, setidaknya merujuk pada konvensi senjata
kimia pada 1993. Meskipun, pada konvensi 1993 itu juga gas air mata
dinyatakan masuk kategori senjata kimia.
Pertanyaannya, apakah gas air mata benar-benar satu-satunya cara
dan bahkan peranti yang sesegera mungkin dipakai dalam penanganan
kerusuhan massa?
Khusus terkait laga sepak bola, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA)
sejatinya juga punya aturan soal penggunaan gas air mata. Sekalipun,
keberpihakan aturan ini condong kepada keselamatan pemain dan
official-nya.
Merujuk FIFA Stadium Safety and Security Regulations,
penggunaan gas air mata dilarang di stadion, demi perlindugan pemain
dan official serta menjaga ketertiban penonton. Perdebatan soal
pengamanan laga sepak bola juga nyaris muncul di setiap diskusi
persiapan perhelatan ajang internasional, seperti Piala Dunia.

11
Kerusuhan suporter sepak bola bukanlah kejadian tunggal di
Kanjuruhan. Di Indonesia, kerusuhan suporter adalah kejadian yang lebih
nyata dari prestasi olahraganya. Namun, di dunia pun kerusuhan suporter
juga tak langka.
Meski demikian, sepertinya tak ada pelajaran yang dipetik dalam
penanganan kerusuhan sepak bola di dunia terkait penggunaan gas air
mata. Ada sederet kejadian di dunia yang telah menjadi contoh buruk
tragedi akibat penggunaan zat kimia ini.
Salah satu contoh tragedi terkini adalah laga final Liga Champions
di Paris, Perancis, antara Liverpool dan Real Madrid, pada 28 Mei 2022.
Semula, suporter klub Liverpool yang memancing kerusuhan dituding
sebagai biang kerok tragedi.
Belakangan, investigasi Senat Perancis menyatakan kesalahan ada
pada penyelenggara dan otoritas keamanan sehingga tragedi yang
“hanya” menewaskan dua orang itu terjadi.
Hampir persis seperti tragedi di Stadion Kanjuruhan, kerusuhan
suporter yang berujung lontaran gas air mata otoritas keamanan di dalam
stadion juga penah terjadi di tengah laga penyisihan Piala Dunia, antara
tim nasional Zimbabwe dan Afrika Selatan, di Stadion Harare,
Zimbabwe, pada 2000.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah buka suara,
Minggu (3/10/2022) dini hari. Investigasi dijanjikan akan digelar dan
tuntas mengusut tragedi Stadion Kanjuruhan. Liga 1 pun dinyatakan akan
dihentikan sementara selama satu pekan.
Kepolisian sudah pula menggelar jump apers dan menggulirkan
versi kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan. Hanya segelintir keterangan
tentang penggunaan gas air mata dalam penanganan kerusuhan usai laga
Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (2/10/2022).
Dari markas besarnya, FIFA telah mengarahkan mata ke Indonesia.
Tim investigasi FIFA akan segera bertolak ke Indonesia, seturut tuntutan
laporan lengkap tragedi ini diminta segera disampaikan ke federasi.

12
Media dan kantor berita internasional serentak menyorot tragedi
Stadion Kanjuruhan. Tak kurang dari New York Times, Guardian,
Reuters, dan Bloomberg, ada dalam daftar itu.
Amnesty Internasional sudah angkat suara juga, menyebut tragedi
Stadion Kanjuruhan sebaga tragedi kemanusiaan dan menuntut
investigasi menyeluruh terutama atas penggunaan gas air mata oleh polisi
dalam penanganan kerusuhan usai laga Arema vs Persebaya tersebut.
Seperti yang dijelaskan juga pada situs detiknews, kerusuhan di
Stadion Kanjuruhan Malang meletus usai pertandingan antara Arema FC
kalah 2 – 3 melawan Persebaya. Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta
menjelaskan kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang terjadi
pada Sabtu (1/10).
“Terkait dengan proses pertandingan tidak ada permasalahan,
semuanya selesai. Permasalahan terjadi pada saat setelah selesai, terjadi
kekecewaan dari para penonton yang melihat tim kesayangannya tidak
pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri,” kata Nico
dalam konferensi pers di Polres Malang seperti dilansir detikJatim,
Minggu (2/10/2022).
Nico mengatakan karena suporter kecewa timnya kalah, mereka
lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan
ofisial untuk melampiaskan kekecewaannya. “Oleh karena pengamanan
melakuan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pegalihan supaya
mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain,”
ujarnya.
Polisi lalu menembakan gas air mata karena para suporter anarkis.
Aremania, kata Nico, menyerang petugas kepolisian hingga merusak
sejumlah fasilitas stadion.
“(Lalu) Mereka pergi keluar di suatu titik, di pintu keluar yaitu
kalau nggak salah pintu 10.. kemudian terjadi penumpukan. Di dalam
proses penumpukan itulah terjadi.. kurang oksigen yang oleh tim medis
dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam

13
stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit,”
terang Nico.

4.2. Jumlah Korban

Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo memaparkan, tim DVI


(Disaster Victim Identification) langsung melakukan proses identifikasi
terhadap seluruh masyarakat yang menjadi korban dalam tragedi
Kanjuruhan. Untuk saat ini, kata Sigit, berdasarkan hasil koordinasi
dengan Dinas Kesehatan kab/kota, jumlah korban meninggal dunia akibat
peristiwa tersebut sekarang berjumlah 125 orang.
“Saat ini data terakhir hasil pengecekan verifikasi Dinkes
jumlahnya 125, tadi 129, karena ada tercatat ganda. Kemudian tentunya
kami lakukan langkah-langkah lanjutan dengan tim DVI kemudian tim
penyidik melakukan pendalaman lebih lanjut untuk menginvestigasi
secara tuntas dan nanti hasilnya kita sampaikan ke seluruh masyarakat,”
kata Sigit saat jumpa pers di Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10) malam.
Sigit menyebut, kepolisian akan melakukan pengumpulan data,
fakta dan rekaman CCTV di tempat kejadian perkara atau Stadion
Kanjuruhan. Hal itu merupakan gerak cepat aparat dalam mengusut
tuntas peristiwa tersebut.
“Yang jelas kami serius dan usut tuntas tentunya. Ke depan terkait
proses penyelenggaraan dan pengamanan yang akan didiskusikan, akan
menjadi acuan dalam proses pengamanan,” imbuhnya.

4.3. Penyebab

Kapolda Jawa Timur (Jatim), Irjen Nico Afinta, mengungkap


penyebab tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang mengakibatkan para
korban meninggal dunia adalah karena penumpukan massa.

14
“Terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi
sesak nafas kekurangan oksigen,” kata Nico saat memberikan keterangan
di Mapolres Malang, seperti dilansir detikJatim, Minggu (2/10).
Kadinkes Kabupaten Malang, Wiyanto Widodo, menyebut
penyebab korban tragedi Stadion Kanjuruhan Malang meninggal dunia
adalah karena mayoritas mengalami sesak nafas dan terinjak-injak karena
panik.
Sementara Menko Polhukam, Mahfud MD menegaskan tragedi
Stadion Kanjuruhan Malang bukan disebabkan bentrok antarsuporter.
Melainkan korban meninggal dunia karena desak-desakan dan terinjak.
“Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok
antarsuporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu
suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton,” kata Mahfud dalam akun
Instagram-nya seperti dilihat detikcom, Minggu (2/10/2022).

4.4. Solusi

Dikutip dari situs Antarajatim, Menteri Koordinator Bidang Politik,


Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, yang juga merupakan Ketua Tim
Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan,
mengatakan piaknya sedang mencari akar masalah dari kerusuhan yang
terjadi.
Temuan-temuan tersebut akan menjadi bahan evaluasi dan
disampaikan kepada Presiden, yang kemudian akan ditindaklanjuti
dengan perbaikan-perbaikan guna mencegah terulangnya tragedi
kemanusiaan ini.
Yang menjadi perhatian adalah perbaikan regulasi, keamanan,
penyelenggara dan infrastruktur.

1. Regulasi dan Keamanan

15
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF)
Tragedi Kanjuruhan tidak hanya mencari persoalan di
Kanjuruhan, tetapi juga menggunakan momentum ini untuk
melakukan perubahan secara struktural di seluruh Indonesia.
Harapan dari perubahan struktural tersebut adalah
terciptanya peradaban sepak bola yang lebih baik, yang dapat
memajukan sepak bola nasional tanpa adanya kejadian-
kejadian yang merenggut jiwa manusia.
Sebagai tindak lanjut atas perintah Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo, agar kejadian serupa tidak terulang,
TGIPF telah mempelajari regulasi FIFA yang barangkali
harus menjadi objek perubahan.
Salah satunya adalah keberadaan polisi di wilayah
sekitar lapangan pertandingan ketika melakukan
pengamanan. Sejumlah aparat memang berupaya menghalau
suporter yang berlari ke tengah lapangan dalam Tragedi
Kanjuruhan.
Tindakan tersebut memberikan kesan bahwa aparat
merasa lapangan tengah merupakan milik mereka. Padahal,
dalam ketentuan FIFA, apabila terjadi keributan, orang-orang
tidak disarankan untuk keluar dari gedung, tetapi berpindah
ke tengah lapangan.
Dikutip dari aturan FIFA, jumlah polisi yang berada di
sekitar lapangan sebaiknya seminimal mungkin, serta tidak
menggunakan atribut yang agresif, dalam hal ini helm,
pelindung wajah, setra tameng, kecuali dibutuhkan,
tergantung dengan situasi massa di lapangan. Polisi pun
seharusnya tidak berada di titik-titik yang mudah terlihat.
Untuk menjadi bagian dari persepakbolaan
internasional, peraturan FIFA harus lebih diutamakan. Oleh
karena itu, akan dilakukan langkah-langkah kolaborasi antara

16
FIFA, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), dan
pemerintahan Indonesia untuk membangun standar keamanan
stadion di seluruh Indonesia.
Kemudian, ketiga pihak tersebut juga akan
memformulasikan standar protokol dan prosedur pengamanan
yang dilakukan oleh pihak kepolisian berdasarkan standar
keamanan internasional.

2. Manajemen dan Infrastruktur

Permasalahan lain yang disorot tim TGIPF adalah


manajemen pertandingan oleh pihak penyelenggara serta
kondisi infrastruktur dari stadion tempat pertandingan
berlangsung.
Menelisik dari Tragedi Kanjuruhan, ada masalah pada
penjualan tiket secara online tak berhasil dijalankan. Kalau
tiket online berhasil dijalankan, maka dipastikan di setiap
acara aka nada data siapa saja yang berada di dalamnya.
Selain itu, penjualan tiket secara online juga memudahkan
pihak penyelenggara untuk mengendalikan jumla suporter
yang hadir secara langsung di dalam stadion.
Di sisi lain, penting juga untuk meninjau kesiapan
infrastruktur dari stadion untuk menyelenggarakan
pertandingan sepak bola.
Guna mencegah terulangnya Tragedi Kanjuruhan di
mana pun pertandingan berlangsung, Presiden telah
memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) untuk melakukan audit stadion di
seluruh Indonesia.
Adapun cara-cara modern FIFA yang dapat
diimplementasikan di Indonesia adalah perubahan tempat

17
duduk menjadi single seat atau kursi tunggal dengan nomor.
Apabila menggunakan sistem tersebut, penonton yang ingin
menyaksikan secara langsung di stadion harus menunjukan
nomor tempat duduk. Dengan demikian, situasi dapat
menjadi lebih tertib dengan kapasitas yang lebih terkendali.

3. Meggalakan Sosialisasi

Ketidaktahuan dapat berujung pada petaka. Ungkapan


ini memiliki keterikatan yang erat dengan pengetahuan
petugas keamanan mengenai penggunaan gas air mata di
tengah stadion.
Peraturan FIFA terkait dengan penggunaan gas air mata
tidaklah diketahui oleh aparat kepolisian secara umum.
Tentu, hal ini sangat disayangkan karena personel Polri tidak
tahu.
Terkait dengan Kabag Ops Polres Malang Kompol
WSS yang mengetahui adanya aturan FIFA tentang
pelarangan penggunaan gas air mata, seharusnya WSS
menyampaikan hal itu pada saat perencanaan pengamanan.
Temuan-temuan ini harus menjadi evaluasi bagi para
personel kepolisian dalam bertindak ke depannya.
Selain menggalakan sosialisasi mengenai regulasi
kepada para personel kepolisian, masyarakat umum pun
penting untuk mengetahui prosedur keamanan ketika terjadi
peristiwa yang tidak diinginkan di dalam stadion.
Belajar dari suatu tragedi merupakan sebuah pelajaran
yang mahal, terlebih ketika ratusan korban jiwa mengiringi
peristiwa tersebut.
Gerak cepat dan tegas oleh TGIPF untuk membongkar
akar permasalahan menunjukan komitmen dari seluruh

18
elemen bangsa, khususnya pemerintah, dalam mencegah
terulangnya Tragedi Kanjuruhan.
Harapannya, tidak ada lagi seorang ibu yang membenci
sepak bola akibat kehilangan anaknya dalam sebuah tragedi
dengan latar kejadian pertandingan sepak bola.

19
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap Tragedi Stadion


Kanjuruhan, penulis menyimpulkan bahwa penyebab dari tragedi ini
adalah penumpukan massa yang membuat mayoritas mengalami sesak
nafas dan terinjak-injak karena panik. Banyak orang yang meninggal
dunia sebagai akibat dari tragedi ini, dan menurut data terakhir jumlah
korban sekarang sudah mencapain 125 orang. Penggunaan gas air mata
yang bertujuan menertibkan penonton juga merupakan salah satu hal
yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa dalam tragedi ini,
dikarenakan kandungan zat-zat kimia yang terkandung di dalam gas air
mata.

5.2. Saran

Pengetahuan para personel kepolisian tentang penggunaan gas air


mata di tengah stadion sangat penting, untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti pada tragedi ini. Kemudian pada sisi manajemen
juga harus mengetatkan aturan-aturan yang berlaku di stadion, terutama
pada pembatasan penjualan tiket agar penonton lebih dapat dikendalikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, A. (2022, Oktober 3). Okezone. Retrieved from news.okezone.com:


https://news.okezone.com/amp/2022/10/03/525/2679825/kenapa-
pertandingan-bola-sering-terjadi-kerusuhan-ini-penjelasan-sosiolog?page=1

Dzulfaroh, A. N. (2022, Oktober 4). Kompas. Retrieved from Kompas .com:


https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/04/060000765/mengapa-sepak-
bola-kerap-diwarnai-kerusuhan-

FC, A. (n.d.). Arema FC Official. Retrieved from aremafc.com:


https://aremafc.com/news/aremania

Ferdian, H. A. (2022, Oktober 2). kumparanSAINS. Retrieved from m.kumparan.com:


https://kumparan.com/kumparansains/ini-penyebab-suporter-sepak-bola-
indonesia-sering-rusuh-1yyIgDBqM81

Kompas, I. I. (2022, Oktober 2). Kompas. Retrieved from bola.kompas.com:


https://bola.kompas.com/read/2022/10/02/14522748/tragedi-stadion-
kanjuruhan-dari-kronologi-hingga-perkara-gas-air-mata?
page=all&jxconn=1*1auwqsf*other_jxampid*U0RJMW1Yakp6MU03ejc1bGNzV
VU0RnEwS3lhU1dXbWhrVzVNMF80UFFmYk01VnNNdXJfQ3AtbzhHaU9uSHpWN
A..#page2

Nurdin, A. (2022, Oktober 3). UIN Sunan Ampel Surabaya. Retrieved from uinsby.ac.id:
https://uinsby.ac.id/informasi/kolom-detail/suporter-dan-pentingnya-
kesadaran-massa-dalam-sepak-bola#:~:text=Ada%20beberapa%20faktor
%20yang%20mendasari,memicu%20terjadinya%20keributan%20antar
%20suporter

Oktafiana, P. (2022, Oktober 4). Merdeka. Retrieved from Merdeka.com:


https://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-stadion-kanjuruhan-jadi-kandang-
arema.html

Prima, A. (2020, Juni 9). We Aremania. Retrieved from WEAREMANIA.NET:


https://www.wearemania.net/fokus/sejarah-stadion-kanjuruhan-kandang-
arema-sejak-2004/9367?amp

Savitri, P. I. (2022, Oktober 10). AntaraJatim. Retrieved from jatim.antaranews.com:


https://jatim.antaranews.com/berita/643957/mencegah-terulangnya-tragedi-
kanjuruhan

Tarisha, N. (2021). ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT AMERICAN AIRLINES


PENERBANGAN 587 DI NEW YORK. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi
Kedirgantaraan Yogyakarta.

21
Taufiq, M. (2022, September 28). SuaraJatim.id. Retrieved from jatim.suara.com:
https://jatim.suara.com/read/2022/09/28/073932/gara-gara-kerusuhan-bonek-
di-sidoarjo-persebaya-rugi-miliaran-rupiah

Wibawana, W. A. (2022, Oktober 2). Detiknews. Retrieved from news.detik.com:


https://news.detik.com/berita/d-6324274/tragedi-kanjuruhan-kronologi-
penyebab-dan-jumlah-korban

22

Anda mungkin juga menyukai