Disusun Oleh:
Rachmad Eka Darmawan
11522155
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “TRAGEDI STADION KANJURUHAN
2022”.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV PEMECAHAN MASALAH ………………………………… 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat ekonomi kelas rendah. “Biasanya karena orang itu tidak
memiliki sumber kebanggaan lain, atau minim prestasi, atau mengalami
kekosongan,” terangnya. Perilaku ini lanjut dia, jika didukung teman-
teman bernasib sama dalam jumlah besar, apalagi tidak dibina dan
diawasi, bisa menjurus ke arah negatif. Misal, bermula dari memanas-
manasi untuk menyebar permusuhan kepada pendukung lawan, berlanjut
jadi bentrok dan kerusuhan.
Studi bulan Juni 2018 oleh peneliti Oxford menemukan bahwa
bentrokan dan juga perilaku ekstrem lain yang dilakukan oleh suatu
kelompok, ternyata bukan dilakukan individu semata-mata bagi
kepentingan dirinya sendiri. Akan tetapi bisa juga dimotivasi keinginan
untuk memperkuat ikatan dengan pendukung lain dalam satu kubu, juga
membela dan melindungi orang lain yang dianggap kawan bahkan
keluarga.
Dalam psikologi, itu disebut peleburan identitas – Tindakan ekstrem
rela mengorbankan diri demi kelompok, dan juga perlindungan diri dari
ancaman, di mana tubuh mengaktifkan mode fight alias siap tempur.
Menariknya, studi yang diterbitkan dalam jurnal Evolution & Human
Behaviour ini juga mengungkap bahwa pendukung yang paling ekstrem
sekalipun, ternyata cenderung menunjukan kekerasan hanya jika mereka
sedang berkelompok, bukan sendirian, apalagi dalam keseharian.
Hasil studi tadi, kata antropologi Martha Newson selaku peneliti
utama, menunjukan bahwa fenomena bentrok bukanlah perilaku acak.
2
1.3. Batasan Masalah
1. Manfaat Teoretis
Untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan tentang
kerusuhan antarsuporter serta dampak yang diakibatkan karena
peristiwa tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi
masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi para suporter
tim sepak bola agar ketika dalam pertandingan, dan tim
kesayangan mereka mengalami kekalahan, tidak memancing
keributan dengan suporter tim lawan yang nantinya akan
menjadi kerusuhan atau bentrok antarsuporter.
3
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi atau
acuan bagi peneliti selanjutnya dalam penelitiannya mengenai
kerusuhan antarsuporter tim sepak bola.
4
BAB II
5
Penghargaan itu didapatkan karena Panpel Arema mampu mencatatkan
jumlah penonton terbanyak se-Asia Tenggara, untuk musim kompetisi
2009 – 2010 dan 2010 – 2011.
6
BAB III
LANDASAN TEORI
7
kelompok/massa yang melakukan tindakan protes dalam bentuk ucapan
lisan, tulisan, dan perilaku.
8
klub sepak bola merupakan identitas sosial yang membanggakan dan
mampu meningkatkan citra diri. Kata Hery yang dikutip dari Kanal
Media Unpad, ini adalah identitas sosial yang mampu meningkatkan
“status” atau bahkan “harga diri” pada konteks kehidupan bermasyarakat.
Dari anggota masyarakat yang “bukan siapa-siapa”, seseorang dapat
merasa menjadi “seseorang, atau warga negara berstatus menengah”
dengan menjadi suporter aktif (fanbase) dari klub tertentu.
Lebih lanjut, Ketua Program Studi Sarjana Sosiologi FISIP Unpad
tersebut menjelaskan, keberadaan suporter di stadion memiliki dinamika
tersendiri. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah potensi
menghasilkan perilaku “Crowd” (Crowd Behaviour).
Perilaku ini merupakan fenomena ketika sejumlah orang yang
berkumpul dalam suatu kerumunan khusus akan berpotensi menghasilkan
perilaku yang tidak akan terjadi pada situasi normal. Fenomena ini
merupakan perilaku individu yang memicu perilaku kolektif.
Seseorang dalam menghasilkan crowd behaviour akan memiliki
keberanian semu yang mampu memicu keberanian kolektif lainnya.
Seorang individu akan merasa sangat berani dan kuat (powerful), merasa
benar, dan tanpa ragu melakukan suatu tindakan.
Karena itu, potensi crowd behaviour seyogianya perlu diredam
sedini mungkin dengan tata kelola ataupun manajemen pertandingan
yang baik. Namun, antisipasi yang dilakukan bukan berarti secara
anarkis. Melihat sisi yang lain, kata Hery, sistem pertandingan lapangan,
baik penyelenggara, pemain, dan pengadil harus menjunjung tinggi
sportivitas. Penegakan sportivitas dan penyelenggaraan pertandingan
yang baik diharapkan dapat menularkan semangat sportivitas ke suporter.
9
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1. Kronologi
Dilasir dari laman Kompas, dua klub sepak bola Jawa Timur yang
masing-masing punya sejarah panjang dan suporter fanatik, bertemu lagi
di laga Liga 1 Indonesia 2022.
Namun, laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada
Sabtu (1/10/2022) digelar tanpa kehadiran suporter Persebaya. Klub dari
Surabaya ini baru kena sanksi tampil tanpa suporter untuk lima
pertandingan, karena amukan pendukungnya dalam liga melawan Rans
Nusantara di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 15
September 2022.
Hingga peluit panjang ditiup wasit setelah perpanjangan waktu,
situasi masih kondusif. Arema kalah dari Persebaya dengan skor 2 – 3.
Ini adalah kekalahan pertama laga kandang Arema berhadapan dengan
Persebaya dalam 23 tahun.
Sejumlah Aremania memang segera masuk ke lapangan ketika para
pemain Arema menghaturkan salam ke para pendukung. Namun, mereka
hanya hendak berbincang. Saat itu, pemain Persebaya sudah berada di
luar lapangan, sebagai bagian dari antisipasi keamanan.
Kerusuhan mulai terjadi ketika sebagian Aremania memasuki
lapangan dengan membawa bendera Persebaya yang sudah dicoret-coret.
Tak berselang lama, botol-botol minuman air mineral mulai dilemparkan
ke arah lapangan. Polisi turun tangan.
Saat massa yang bergerombol sedang merasa jagoan dan
memancing kerusuhan lebih liar, gas air mata mulai digunakan.
Tembakan gas air mata menjangkau tribun penonton yang masih penuh.
Tragedi pun terjadi.
10
Ada banyak nama dan sebutan untuk gas air mata. Dalam bahasa
dokumen, gas air mata disebut dengan nama riot control agent (RCA).
Zat kimia yang dipakai di dalam RCA juga tak satu jenis saja di dunia.
Yang paling umum, zat kimia yang dipakai dalam gas air mata adalah
chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS). Ada
juga chloropicrin (PS) yang juga adalah fumigan dan jamak dipakai
untuk pengapasan area, bromobenzilsianida (CA), dibenzoxazepine (CR),
dan kombinasi aneka zat kimia.
Namun, fungsi gas air mata ini pada intinya sama, yaitu membuat
orang untuk sementara tidak berdaya, karena iritasi di mata, mulut,
tenggorokan, paru-paru, dan kulit. Efeknya bisa sementara saja buat
Sebagian orang, tetapi juga bisa fatal dari cacat permanen hingga
meninggal bagi sebagian yang lain.
Yang kemudian jadi perkara, gas air mata sudah dilarang dipakai di
perang sejak kesepakatan Geneva Gas Protocol pada 1925.
Masalahnya, larangan ini kemudian dinyatakan tak berlaku untuk
penanganan kerusuhan massa, setidaknya merujuk pada konvensi senjata
kimia pada 1993. Meskipun, pada konvensi 1993 itu juga gas air mata
dinyatakan masuk kategori senjata kimia.
Pertanyaannya, apakah gas air mata benar-benar satu-satunya cara
dan bahkan peranti yang sesegera mungkin dipakai dalam penanganan
kerusuhan massa?
Khusus terkait laga sepak bola, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA)
sejatinya juga punya aturan soal penggunaan gas air mata. Sekalipun,
keberpihakan aturan ini condong kepada keselamatan pemain dan
official-nya.
Merujuk FIFA Stadium Safety and Security Regulations,
penggunaan gas air mata dilarang di stadion, demi perlindugan pemain
dan official serta menjaga ketertiban penonton. Perdebatan soal
pengamanan laga sepak bola juga nyaris muncul di setiap diskusi
persiapan perhelatan ajang internasional, seperti Piala Dunia.
11
Kerusuhan suporter sepak bola bukanlah kejadian tunggal di
Kanjuruhan. Di Indonesia, kerusuhan suporter adalah kejadian yang lebih
nyata dari prestasi olahraganya. Namun, di dunia pun kerusuhan suporter
juga tak langka.
Meski demikian, sepertinya tak ada pelajaran yang dipetik dalam
penanganan kerusuhan sepak bola di dunia terkait penggunaan gas air
mata. Ada sederet kejadian di dunia yang telah menjadi contoh buruk
tragedi akibat penggunaan zat kimia ini.
Salah satu contoh tragedi terkini adalah laga final Liga Champions
di Paris, Perancis, antara Liverpool dan Real Madrid, pada 28 Mei 2022.
Semula, suporter klub Liverpool yang memancing kerusuhan dituding
sebagai biang kerok tragedi.
Belakangan, investigasi Senat Perancis menyatakan kesalahan ada
pada penyelenggara dan otoritas keamanan sehingga tragedi yang
“hanya” menewaskan dua orang itu terjadi.
Hampir persis seperti tragedi di Stadion Kanjuruhan, kerusuhan
suporter yang berujung lontaran gas air mata otoritas keamanan di dalam
stadion juga penah terjadi di tengah laga penyisihan Piala Dunia, antara
tim nasional Zimbabwe dan Afrika Selatan, di Stadion Harare,
Zimbabwe, pada 2000.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah buka suara,
Minggu (3/10/2022) dini hari. Investigasi dijanjikan akan digelar dan
tuntas mengusut tragedi Stadion Kanjuruhan. Liga 1 pun dinyatakan akan
dihentikan sementara selama satu pekan.
Kepolisian sudah pula menggelar jump apers dan menggulirkan
versi kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan. Hanya segelintir keterangan
tentang penggunaan gas air mata dalam penanganan kerusuhan usai laga
Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (2/10/2022).
Dari markas besarnya, FIFA telah mengarahkan mata ke Indonesia.
Tim investigasi FIFA akan segera bertolak ke Indonesia, seturut tuntutan
laporan lengkap tragedi ini diminta segera disampaikan ke federasi.
12
Media dan kantor berita internasional serentak menyorot tragedi
Stadion Kanjuruhan. Tak kurang dari New York Times, Guardian,
Reuters, dan Bloomberg, ada dalam daftar itu.
Amnesty Internasional sudah angkat suara juga, menyebut tragedi
Stadion Kanjuruhan sebaga tragedi kemanusiaan dan menuntut
investigasi menyeluruh terutama atas penggunaan gas air mata oleh polisi
dalam penanganan kerusuhan usai laga Arema vs Persebaya tersebut.
Seperti yang dijelaskan juga pada situs detiknews, kerusuhan di
Stadion Kanjuruhan Malang meletus usai pertandingan antara Arema FC
kalah 2 – 3 melawan Persebaya. Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta
menjelaskan kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang terjadi
pada Sabtu (1/10).
“Terkait dengan proses pertandingan tidak ada permasalahan,
semuanya selesai. Permasalahan terjadi pada saat setelah selesai, terjadi
kekecewaan dari para penonton yang melihat tim kesayangannya tidak
pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri,” kata Nico
dalam konferensi pers di Polres Malang seperti dilansir detikJatim,
Minggu (2/10/2022).
Nico mengatakan karena suporter kecewa timnya kalah, mereka
lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan
ofisial untuk melampiaskan kekecewaannya. “Oleh karena pengamanan
melakuan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pegalihan supaya
mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain,”
ujarnya.
Polisi lalu menembakan gas air mata karena para suporter anarkis.
Aremania, kata Nico, menyerang petugas kepolisian hingga merusak
sejumlah fasilitas stadion.
“(Lalu) Mereka pergi keluar di suatu titik, di pintu keluar yaitu
kalau nggak salah pintu 10.. kemudian terjadi penumpukan. Di dalam
proses penumpukan itulah terjadi.. kurang oksigen yang oleh tim medis
dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam
13
stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit,”
terang Nico.
4.3. Penyebab
14
“Terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi
sesak nafas kekurangan oksigen,” kata Nico saat memberikan keterangan
di Mapolres Malang, seperti dilansir detikJatim, Minggu (2/10).
Kadinkes Kabupaten Malang, Wiyanto Widodo, menyebut
penyebab korban tragedi Stadion Kanjuruhan Malang meninggal dunia
adalah karena mayoritas mengalami sesak nafas dan terinjak-injak karena
panik.
Sementara Menko Polhukam, Mahfud MD menegaskan tragedi
Stadion Kanjuruhan Malang bukan disebabkan bentrok antarsuporter.
Melainkan korban meninggal dunia karena desak-desakan dan terinjak.
“Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok
antarsuporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu
suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton,” kata Mahfud dalam akun
Instagram-nya seperti dilihat detikcom, Minggu (2/10/2022).
4.4. Solusi
15
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF)
Tragedi Kanjuruhan tidak hanya mencari persoalan di
Kanjuruhan, tetapi juga menggunakan momentum ini untuk
melakukan perubahan secara struktural di seluruh Indonesia.
Harapan dari perubahan struktural tersebut adalah
terciptanya peradaban sepak bola yang lebih baik, yang dapat
memajukan sepak bola nasional tanpa adanya kejadian-
kejadian yang merenggut jiwa manusia.
Sebagai tindak lanjut atas perintah Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo, agar kejadian serupa tidak terulang,
TGIPF telah mempelajari regulasi FIFA yang barangkali
harus menjadi objek perubahan.
Salah satunya adalah keberadaan polisi di wilayah
sekitar lapangan pertandingan ketika melakukan
pengamanan. Sejumlah aparat memang berupaya menghalau
suporter yang berlari ke tengah lapangan dalam Tragedi
Kanjuruhan.
Tindakan tersebut memberikan kesan bahwa aparat
merasa lapangan tengah merupakan milik mereka. Padahal,
dalam ketentuan FIFA, apabila terjadi keributan, orang-orang
tidak disarankan untuk keluar dari gedung, tetapi berpindah
ke tengah lapangan.
Dikutip dari aturan FIFA, jumlah polisi yang berada di
sekitar lapangan sebaiknya seminimal mungkin, serta tidak
menggunakan atribut yang agresif, dalam hal ini helm,
pelindung wajah, setra tameng, kecuali dibutuhkan,
tergantung dengan situasi massa di lapangan. Polisi pun
seharusnya tidak berada di titik-titik yang mudah terlihat.
Untuk menjadi bagian dari persepakbolaan
internasional, peraturan FIFA harus lebih diutamakan. Oleh
karena itu, akan dilakukan langkah-langkah kolaborasi antara
16
FIFA, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), dan
pemerintahan Indonesia untuk membangun standar keamanan
stadion di seluruh Indonesia.
Kemudian, ketiga pihak tersebut juga akan
memformulasikan standar protokol dan prosedur pengamanan
yang dilakukan oleh pihak kepolisian berdasarkan standar
keamanan internasional.
17
duduk menjadi single seat atau kursi tunggal dengan nomor.
Apabila menggunakan sistem tersebut, penonton yang ingin
menyaksikan secara langsung di stadion harus menunjukan
nomor tempat duduk. Dengan demikian, situasi dapat
menjadi lebih tertib dengan kapasitas yang lebih terkendali.
3. Meggalakan Sosialisasi
18
elemen bangsa, khususnya pemerintah, dalam mencegah
terulangnya Tragedi Kanjuruhan.
Harapannya, tidak ada lagi seorang ibu yang membenci
sepak bola akibat kehilangan anaknya dalam sebuah tragedi
dengan latar kejadian pertandingan sepak bola.
19
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, A. (2022, Oktober 3). UIN Sunan Ampel Surabaya. Retrieved from uinsby.ac.id:
https://uinsby.ac.id/informasi/kolom-detail/suporter-dan-pentingnya-
kesadaran-massa-dalam-sepak-bola#:~:text=Ada%20beberapa%20faktor
%20yang%20mendasari,memicu%20terjadinya%20keributan%20antar
%20suporter
21
Taufiq, M. (2022, September 28). SuaraJatim.id. Retrieved from jatim.suara.com:
https://jatim.suara.com/read/2022/09/28/073932/gara-gara-kerusuhan-bonek-
di-sidoarjo-persebaya-rugi-miliaran-rupiah
22