Anda di halaman 1dari 14

Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

POLITIK ETIS DAN PENGARUHNYA BAGI LAHIRNYA PERGERAKAN BANGSA INDONESIA

Agus Susilo
Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau
Agussusilo594@yahoo.co.id

Isbandiyah
Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau
Isbandiyahpris@yahoo.co.id

Abstrak
Politik etis dipusatkan membangun irigasi, menyelenggarakan emigrasi, dan memberikan
sebuah pendidikan bagi bangsa Indonesia. Politik etis menuntut bangsa Indonesia kearah
kemajuan, namun tetap bernaung di bawah penjajahan Belanda. Awal mula dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab, bahwa Belanda memperhatikan pribumi dan membantu
Indonesia dalam masa kesulitan. Meskipun pada kenyataannya kebijakan politik etis tidak
serta merta mensejahterakan rakyat Indonesia, namun mampu merubah tatanan
kehidupan bangsa, dimana sistem irigasi ada dimana-mana, masyarakat mengenal sistem
pertanian dan perkebunan modern. Emigrasi atau trasmigrasi, dimana masyarakat dikirim
keluar pulau Jawa, masyarakat Indonesia menjadi kenal satu sama lain dan membangun
hubungan yang baik. Dampak politik etis yang sangat menonjol adalah program edukasi
atau pendidikan. Adanya pendidikan bagi bangsa Indonesia, akhirnya dapat merubah
pemikiran bangsa Indonesia untuk berfikir lebih maju dan bagaimana memperjuangkan
suatu kemerdekaan tanpa jalan perang seperti di masa silam. Keuntungan dibidang
pendidikan, yaitu banyak melahirkan tokoh cendikian lokal yang cerdas dan memiliki
pemikiran yang setara dengan bangsa barat lainnya. Tokoh Cendikian atau golongan
terpelajar bangsa Indonesia inilah yang akhirnya memperjuangkan kemerdekaan rakyat
Indonesia dengan semangat nasionalisme dengan cara diplomasi dan perang kemerdekaan
Indonesia.
Kata Kunci: Politik Etis, Pergerakan, Indonesia

Abstract
Ethical politics is centered on building irrigation, organizing emigration, and providing
education for the Indonesian people. Ethical politics demands the Indonesian nation
towards progress, but remains under Dutch colonial rule. The beginning was carried out
with full responsibility, that the Dutch took notice of the natives and helped Indonesia
in times of adversity. Despite the fact that ethical political policy does not necessarily
prosper the people of Indonesia, but is able to change the life of the nation, where
irrigation systems are everywhere, people are familiar with modern farming and
plantation systems. Emigration or migration, where people are sent out of Java,
Indonesian people become acquainted with each other and build good relationships. The
very prominent impact of ethical politics is education or education programs. The
existence of education for the Indonesian people, finally can change the thinking of the
Indonesian people to think more advanced and how to fight for independence without a
road to war like in the past. Advantages in the field of education, namely giving birth to
many local character figures who are smart and have thoughts that are equivalent to
other western nations. This Indonesian character or educated group finally fought for
the independence of the Indonesian people in the spirit of nationalism by means of
diplomacy and the war of Indonesian independence.
Keywords: Ethical Politics, Movement, Indonesia

PENDAHULUAN sekitar awal abad ke-20. Politik baru


yang perkembangannya berpedoman
Perkembangan baru dalam politik
pada peningkatan kemajuan rakyat
Belanda di Indonesia terjadi di Indonesia

403
Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan…, Agus Susilo & Isbandiyah, 403-416

Indonesia. Politik baru tersebut disebut dengan itu, karena hanya ketika Hindia
dengan ethische politic, yang berarti Belanda tergabung ke dalam satu entitas
politik haluan utama (Mulyono, 1968: tunggal saja yang memiliki tujuan
99). Menurut Ricklefs, (2007:319). pada modernisasi sampai dapat dicapai. Di
permulaan abad ke-20, kebijakan bawah pemerintahan Gubernur Jenderal
penjajahan Belanda mengalami van Heutsz jaringan kereta api diperluas
perubahan arah yang paling mendasar di Jawa dan Sumatera, monumen kuno
dalam sejarahnya. Kekuasaannya seperti Candi Borobudur dipugar, dan
memperoleh definisi kewilayahan baru kesempatan pendidikan diperluas
dengan selesainya upaya-upaya selebar-lebarnya (Vickers, Adrian, 2011:
penaklukan yang dilakukan sebelumnya. 24-27).
Kebijakan kolonial Belanda tersebut kini
Politik Etis berakar pada masalah
juga memiliki tujuan baru. Politik Etis
kemanusiaan dan sekaligus pada
berakar pada masalah kemanusiaan dan
keuntungan ekonomi. Di Hindia Timur
sekaligus pada keuntungan ekonomi.
pada tahun-tahun permulaan abad kedua
Kecaman-kecaman terhadap pemerintah
puluh, orang telah mulai bekerja
kolonial Belanda yang dilotarkan dalam
mengembangkan semangat Politik Etis.
novel Max Havelaar (1860) dan dalam
Di abad ke-19, sebagian orang Belanda
dalam berbagai pengungkapan lainnya
sudah mulai prihatin terhadap
mulai membuahkan hasil. Semakin
kesejahteraan dan status pribumi.
banyak suara Belanda yang mendukung
Bangsa Indonesia membutuhkan sebuah
pemikiran untuk mengurangi penderitaan
perubahan kehidupan perekonomian dan
rakyat Jawa yang tertindas (Galih,
pendidikan. Kemauan dari politik etis
Dhimas Rangga & Artono, 2017: 752).
yang diberikan oleh bangsa Belanda
Sepanjang abad kesembilan belas, terhadap bangsa Indonesia yang lemah
surplus tanah koloni telah diserap setiap secara adil. Untuk menumbuhkan
tahun sebagai upeti ke kas Belanda. kesadaran diri dan perasaan
Sebagai berkat pembayaran ini, Belanda individualisme pada elit baru Indonesia
dapat memodernisasikan dan yang berpendidikan Barat itu sebenarnya
membangun masyarakat borjuis yang suatu pengurangan terus menerus
sukses. Menjelang masa Depresi, Partai meningkatkan martabat mereka, yang
Liberal telah menjadi arus dominan berakibat pada pengurangan kekuasaan
dalam pembuatan kebijakan dan politik tata pemerintahan pribumi (Van Niel,
di Belanda. Periode Politik Etis Robert, 1984: 58).
sebenarnya tergantung pada penaklukan
Van Deventer mendapat inspirasi
militer dalam waktu yang bersamaan
untuk tulisannya didasarkan atas

404
Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

pandangannya terhadap politik pelaksanaan dari Politik Etis tersebut


penghisapan yang dilakukan oleh bangsa serta dampak yang ditimbulkan setelah
penjajah terhadap masyarakat Hindia- diberlakukannya sistem politik tersebut.
Belanda (Indonesia). Ia menganggap
METODE PENELITIAN
bahwa masyarakat Hindia-Belanda sudah
Jenis penilitian ini yaitu penelitian
cukup mengalami penderitaan dalam
sejarah yang mana metode yang
upaya untuk memakmurkan
digunakan yaitu metode penelitian
perekonomian negara Belanda. Menurut
sejarah. Metode Sejarah yaitu
Van Deventer, sudah saatnya pemerintah
penelaahan serta sumber-sumber lain
Belanda memperhatikan kemajuan
yang berisi informasi mengenai masa
rakyat jajahannya. Pemerintah Belanda
lampau dan dilaksanakan secara
harus menebus hutangnya kepada
sistematis. Proses penelitian sejarah
masyarakat pribumi dengan memberikan
terdiri penyelidikan, menjelaskan dan
prioritas utama yaitu mensejahterakan
memahami kegiatan atau peristiwa yang
mereka (Utomo, 1995: 13). Di awali
terjadi beberapa waktu yang lampau
dengan adanya kesadaran nasional yang
untuk menemukan kebenaran. Metode
pernah dicetuskan oleh R.A. Kartini,
sejarah itu sendiri mempunyai empat
karena Kartini telah memasukkan
langkah yang berurutan: heuristik, kritik,
mimpinya nation bewustzjin (kesadaran
interpretasi, dan historiografi
berbangsa). Oleh karena itu periode
(Gottschalk, 2008 : 39).
Kartini ini lebih tepat disebut “Awal
Kesadaran Nasional”. Sedangkan Pelaksanaan penelitian dilakukan
berdirinya Budi Utomo dapat disebut melalui tahapan sesuai dengan metode
“Awal Pergerakan Nasional”. Kartini penelitian yang digunakan yaitu metode
masih bergerak secara individu, historis. Peneliti mengunakan tahapan
sedangkan Budi Utomo bergerak secara penelitian sebagimana yang diungkapkan
organisasi pergerakan nasional. Melalui oleh Sjamsuddin (2007:85-155), yaitu
pergerakan nasional inilah, akhirnya pengumpulan sumber (heuristik), kritik
tercapai “Proklamasi Kemerdekaan sumber, serta interprestasi dan penulisan
Indonesia”. Proklamasi inilah yang sejarah (historiografi).
disebut sebagai puncak-puncak Heuristik adalah teknik mencari
pergerakan nasional (Sudiyo, 2002: 17). sumber. Berdasarkan bentuk
Melihat latar belakang dari proses penyajiannya, sumber-sumber sejarah
pembetukan sistem politik yag baru, terdiri atas arsip, dokumen, buku,
yaitu Politik Etis, maka penulis ingin majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-
mengungkapkan bagaimana proses lain. Saat ini data sejarah bisa di dapat

405
Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan…, Agus Susilo & Isbandiyah, 403-416

dari berbagai macam cara selain studi sejarah (Yass, 2004: 35-36). Jadi dapat
pustaka, sumber sejarah juga dapat disimpulkan bahwa kritik intern
diakses melalui media cetak dan dilakukan untuk mencari keaslian isi
elektronik. Yang terpenting seorang sumber atau data guna memperoleh
peneliti harus mengetahui bagaimana suatu kebenaran atau kekeliruan yang
menangani bukti-bukti sejarah dan terjadi, sedangkan kritik ekstern
bagaimana menghubungkannya (Alian, bertujuan untuk mencari keaslian sumber
2012: 9-10). Agar pencarian sumber yang ditelusuri melalui kritik intern
berlangsung secara efektif, dua unsur (Alian, 2012: 11).
penunjang heuristik harus diperhatikan,
Interpretasi menyatakan bahwa
yaitu: a) pencarian sumber harus
interpretasi menganalisis data-data
berpedoman pada kerangka kerja, serta
sejarah. Dengan interpretasi ini penulis
memperhatikan permasalahan-
berusaha untuk menghubungkan fakta
permasalahan yang tersirat dalam
atau berusaha untuk dapat memberikan
kerangka tulisan (bab dan subbab),
penafsiran apa yang ada dalam penulisan
peneliti mengetahui sumber-sumber yang
laporan penelitian ini. (Kuntowijoyo,
belum ditemukan. b) Dalam mencari
1994: 100). Penafsiran atas fakta harus
sumber di Perpustakaan, peneliti wajib
dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun
memahami sistem katalog Perpustakaan
dalam hal tertentu bersikap subyektif
yang bersangkutan.
rasional dan jangan subyektif emosional.
Dalam menggunakan sumber- Rekontruksi peristiwa sejarah harus
sumber sejarah, haruslah mengevaluasi menghasilkan sejarah yang benar atau
atau melakukan kritik terhadap sumber- mendekati kebenaran.
sumber yang digunakan. Kritik sumber
Historiografi adalah merangkaikan
adalah proses menguji sumber, apakah
fakta beserta maknanya secara
sumber yang dikemukakan asli atau palsu
kronologis/diakronik dan sistematis,
(kritik ekstern) dan apakah dapat
menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.
dipercaya atau dipertanggung jawabkan
Kedua sifat uraian itu harus benar-benar
atau tidak. Kritik ada dua macam, yaitu:
terlihat, karena kedua hal itu merupakan
Kritik Ekstern dan Kritik Intern. Kritik
bagian dari ciri karya sejarah ilmiah,
ekstern adalah menyelidiki untuk
sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.
menentukan keaslian dengan menjawab
Historiografi juga suatu perpaduan
pertanyaan-pertanyaan 5W + 1H.
antara kerja seni (art) dan kemampuan
Sedangkan kritik intern adalah
berpikir kritis serta analitis (science)
penentuan dapat tidaknya keterangan
(Gottschalk, 2008 : 39-40).
dalam dokumen digunakan sebagai fakta

406
Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

memberikan jalan yang tegas terhadap


PEMBAHASAN Kristenisasi, serta meresapi keseluruhan
tingkah laku pemerintah dengan
Proses Pelaksanaan Politik Etis di
kesadaran bahwa Netherland mempunyai
Indonesia
meringankan beban bangsa Indonesia
Pelaksanaan politik etis oleh
dengan adanya kebijakan politik etis
pemerintah kolonial Belanda, sudah
pada daerah ini. Berhubungan dengan
pasti, tidak lepas dari kepentingan
itu, kesejahteraan rakyat Indonesia yang
kolonial Belanda. Politik etis menuntun
telah mengalami masa penjajahan
bangsa Indonesia kearah kemajuan,
selama bertahun-tahun. Politik Etis
namun tetap bernaung di bawah
dimulai secara resmi setelah pidato dari
penjajah Belanda. Politik Etis secara
Ratu Belanda dan merupakan pertanda
resmi ditetapkan pada bulan September
bagi dimulainya zaman baru bagi
1901, ketika Wilhelmina menyampaikan
masyarakat Indonesia (Nasution, 1983:
pidato tahunan. Awal mula dilaksanakan
15).
dengan penuh tanggung jawab, bahwa
Dalam misi untuk menyelidiki
Belanda memperhatikan pribumi dan
kemerosotan kemakmuran di Jawa, pada
membantu Indonesia saat mengalami
tahun 1904 Menteri Idenburg menugaskan
kesulitan. Tidak ada tekad baik dan
Van Deventer dan beberapa rekannya
keikhlasan hati yang tulus untuk
yang juga mendukung jalannya Politik
melaksanakannya. Mereka berbuat
Etis yaitu G.P. Rauffaer, E.B. Kielstra,
demikian karena takut kritik dan takut
dan D. Fock untuk membuat sebuah
kalau tetap membiarkan penderitaan
ikhtisar keadaan. Ikhtisar tersebut dibuat
penduduk pribumi terus menerus akan
dengan menunggu hasil verifikasi
memicu timbulnya perlawanan rakyat
penjajahan yang telah menyengsarakan
secara meluas atau terus menerus. yang
rakyat pada tahun yang sama (1904).
kolonialistik-eksploitatis (Daliman, A,
Setelah melaksanakan politik pintu
2012: 72).
terbuka, pemerintah Hindia Belanda
Pada 17 September 1901 Ratu
memasuki periode kapitalisme modern.
Belanda, yaitu Ratu Wilhelmina (1890-
Hasil revolusi Industri selama dua puluh
1948) mengumumkan mengenai suatu
tahun sebelumnya terwujud dalam
penyelidikan tentang taraf kesejahteraan
perkembangan industri, perkapalan,
masyarakat yang berada Jawa. Isi pidato
perbankan, dan komunikasi yang
dari Ratu Belanda yaitu “sebagai negara
modern. Laporan tersebut berisi
Kristen, Nedherland berkewajiban di
mengenai kemunduran masyarakat Jawa.
Kepulauan Hindia-Belanda untuk lebih
Laporan yang dibuat Van Deventer
memperhatikan penduduk pribumi,

407
Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan…, Agus Susilo & Isbandiyah, 403-416

kemudian memiliki peran yang cukup memperbaiki keadaan negeri dan


penting dan kemudian diserahkan kepada penduduk Hindia-Belanda. Kedua, C.
pemerintah di Negeri Belanda. Laporan Snouck Hurgronje merupakan penasihat
yang dibuat oleh Van Deventer kemudian yang berhubungan dengan soal-soal
dijadikan sebagai usulan, namun pribumi. Beliau merupakan orang yang
mendapat tentangan dari kaum Liberal telah menguasai pengetahuan mengenai
dan Demokrat Radikal. Pengairan, kredit kehidupan dan adat kebiasaan penduduk
pertanian, dan emigrasi mendapat Jawa pada tahun 1890. Beliau juga
perhatian, namun tidak dengan memberikan konsep tentang memberikan
pendidikan yang malah diabaikan (Niel, pendidikan, pengairan dan perpindahan
1984: 58). penduduk. Untuk pendidikan yang pada
Semua ini berlangsung dalam suatu awalnya hanya untuk kaum priyayi,
lingkungan ekonomi yang sedang berubah namun karena adanya kebutuhan
dengan cepat. Aksi-aksi penaklukannya birokrasi yang semakin meningkat, maka
didaerah-daerah diluar Jawa telah banyak anak priyayi rendah dan bahkan
memperluas kekuasaan Belanda atas orang biasa dapat masuk pendidikan
wilayah-wilayah di Nusanntarayang lebih Barat di Hindia-Belanda (Indonesia).
penting dalam pembangunan ekonomi Ketiga, W.P.D. de Wolff van Westerrode
baru dari pada Jawa. Ada dua jenis yang meletakkan dasar-dasar
komoditi yang sangat penting untuk pengorganisaian Bank Kredit untuk
menempatkan Indonesia pada garis Simpan Pinjam dan Pertanian yang
depan bagi kepentingan perekonomian mengadakan perlindungan terhadap
dunia pada abad ke-20, yaitu minyak hutang-hutang (Niel, 1984: 60).
bumi dan karet (Ricklefs, 2007: 320-321). Di bawah Abendanon, politik etis
Pada abad ke-19 sebagian orang yang memberikan pendidikan bergaya
Belanda sudah mulai prihatin terhadap eropa dan pemakaian bahasa Belanda
kesejahteraan dan status masyarakat lebih diutamakan. Pada tahun 1900, tiga
pribumi. Mereka kemudian melakukan hoofdensholen Sekolah para kepala yang
usaha-usaha secara pribadi untuk lama di Bandung, Magelang, dan
perbaikan keadaan. Orang-orang yang Probolinggo disusun kembali menjadi
berusaha membantu dalam Sekolah-Sekolah yang nyata-nyata
meningkatkan kemakmuran Hindia- direncanakan untuk menghasilkan
Belanda yaitu pertama K. E. Holle pegawai pemerintah dan diberi nama
merupakan seorang yang membantu baru OSVIA (Opleidingscholeh voor
langsung dalam bidang pertanian kepada inlandsche ambtenaren, Sekolah
orang Sunda dan berusaha untuk pelatihan untuk pejabat pribumi).

408
Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

Pejabat pribumi di Sekolah di bimbing Belanda tidak didasari oleh adanya


dan diajari cara melaksanakan kewajiban struktur organisasi yang teratur, sebab
dalam birokrasi pemerinntahan nantinya. pendirian lembaga pendidikan hanya
Masa pendidikannya berlangsung 5 untuk sebagai wujud usaha pemerintah Belanda
menyelesaikan pendidikan di Sekolah untuk mempermudahkan dalam
rendah Eropa (Galih, Dhimas Rangga & pelaksanaan politiknya. Adanya lembaga
Artono, 2017: 757). pendidikan, menjadikan masyarakat
Penduduk pribumi hanya berkaitan berpacu untuk meningkatkan intelektual
dalam proyek-proyek infrastruktur saja. bangsa, walaupun kebijakan pendidikan
Dimana mempunyai kaitan lebih langsung masih terbatas (Ismawati, Dwi Nur, dkk,
dengan kesejahteraan adalah proyek- 2017: 284-285).
proyek pengairan yang diupayakan Agar seseorang atau sekelompok
pemerintah namun tidak selalu berhasil. orang yang memiliki kekuasaan sekaligus
Suatu rencana yang akan diupayakan juga dapat mempunyai kewenangan atas
dalam mengalirkan sungai Bengawan Sala kekuasaan itu, maka yang bersangkutan
harus diabaikan setelah melalui dapat memperolehnya melalui berbagai
perjalanan panjang padahal telah sumber kewenangan yang ada. Melalui
menelan dana sekitar 17 juta gulden. sumber-sumber kewenangan tersebut
Meskipun demikian, luas kawasan yang dimilikinya, dan berbagai macam
persawahan yang dapat diairi antara cara yang dapat ditempuh untuk
tahun 1885 dan 1930 meningkat sekitar memperolehnya. Kewenangan atau
1,8 kali lipat. Arti pentingnya dapat wewenang dapat diperoleh dari sumber-
dilihat pada perspektif jumlah penduduk sumber instrumental. Sumber
yang juga meningkat dengan jumlah yang kewenangan ini menunjukkan bahwa hak
kira-kira sama dalam periode yang sama. untuk memerintah berasal dari instrumen
Pemerintah kolonial Belanda gagal yang dimilikinya, seperti keahlian,
membuat kebijakan yang dapat keterampilan ataupun kekayaan. Adanya
mendorong industrialisasi di Indonesia seseorang untuk mempunyai kewenangan
(Ricklefs, 2007: 325-326). atau hak untuk memerintah karena
Pemerintah Belanda memegang dimilikinya keahlian di bidang tertentu
peranan penting dalam pendidikan. ataupun kekayaan yang melimpah
Perubahan pendidikan tidak akan terjadi (Haryanto, 2005: 13-16).
tanpa adanya persetujuan Gubernur Banyak sekali usaha yang
Jenderal atau dewan pendidikan yang dijalankan di bidang pendidikan, dan
bertindak atas nama pemerintah kolonial hasil-hasilnya sering kali membuat
Belanda. Pendidikan pada masa kolonial bangga para pejabat Belanda. Semua

409
Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan…, Agus Susilo & Isbandiyah, 403-416

mendukung politik Etis menyetujui kemudian mahasiswa dari sekolah tinggi


ditingkatkannya dunia pendidikan bagi pun ikut mengambil bagian. Lulusan
bangsa Indonesia dan memeratakan sekolah-sekolah menengah maupun
kesejahteraan rakyat Indonesia atas sekolah tinggi itu yang kemudian menjadi
Hindia Belanda. Para tokoh Belanda yang pioner dalam perjuangan bangsa
mendukung politik etis mengupayakan Indonesia dan pergerakan emansipasi
supaya politik etis terealisasi bagi rakyat kemerdekaan (Leirissa, 1985: 29).
Indonesia. Pendekatan elitis diharapkan
Melalui surat kabar dapat dilihat
dapat memberikan sumbangan secara
kondisi kaum pribumi pada masa kolonial
langsung bagi kesejahteraan. Tak satu
Belanda, antara lain keterpurukan hidup
kebijakan pun dijalankan dengan dana
yang dialami masyarakat Indonesia dalam
yang cukup memadai, dan tak satu pun
berbagai bidang, status yang rendah bila
menghasilkan apa yang diinginkan oleh
dibandingkan dengan golongan Eropa,
para pendukungnya (Ricklefs, 2007:329-
diskriminasi antara pribumi dan Belanda
330).
(Kartodirjo, 2014: 115-116). Melihat
Pengaruh Politik Etis Terhadap keadaan bangsanya yang tertindas demi
Kebangkitan Nasional kepentingan para petinggi dan negara
Belanda, para elit pribumi itu kemudian
Kebijakan Politik Etis pemerintah
memiliki gagasan dan mengajak rakyat
Kolonial Belanda dalam mendirikan
pribumi untuk melawan pemerintahan
Sekolah-sekolah bagi anak-anak pribumi
Kolonial Belanda. Perlawanan tersebut
merupakan langkah awal dalam
dilatar belakangi atas hasrat ingin maju
perjuangan pemuda di Indonesia.
dan memperluas kesempatan menuntut
Meskipun sebagian besar yang
pendidikan. Gagasan perlawanan atau
diperbolehkan sekolah adalah anak-anak
gagasan untuk mengemansipasi diri
dari para bangsawan pribumi (elit
tersebut diawali dengan pembentukan
pribumi), namun kemudian para anak
organisasi-organisasi pergerakan
bangsawan itu muncul sebagai kaum
nasional, seperti Budi Utomo, Serikat
intelek yang memikirkan nasib bangsanya
Islam, Indische Partij yang kemudian
yang tertindas. Para pemuda lulusan
diikuti dengan terbentuknya beberapa
sekolah-sekolah tinggi kehakiman,
organisasi pergerakan nasional lainnya.
kedokteran dan teknik yang kemudian
Di dalam organisasi-organisasi bentukan
berperan dalam perjuangan para pemuda
para elit pribumi tersebut mereka
Indonesia kalangan terpelajar. Pada
kemudian menyusun siasat-siasat untuk
awalnya, perjuangan pemuda Indonesia
menaikkan derajat bangsa pribumi agar
dimulai dari Sekolah Menengah (STOVIA,
OSVIA dan sekolah pertanian), namun

410
Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

tidak lagi tertindas oleh keserakahan Wahidin Soediro Husodo yang merasa iba
pemerintahan Kolonial Belanda. melihat nasib bangsanya yang tidak
dapat mengenyam pendidikan di bangku
Organisasi-organisasi Pergerakan
sekolah. Beliau bertekad untuk
Nasional yang dibentuk oleh para
mendirikan studie fonds (dana belajar)
generasi muda sebelum tahun 1928,
atau yang disebut juga dengan beasiswa.
antara lain:
Dana tersebut disediakan untuk anak-
1. Budi Utomo (20 Mei 1908)
anak Jawa yang tidak dapat melanjutkan
Budi Utomo lahir dari pertemuan- pendidikan karena kurangya biaya.
pertemuan dan diskusi yang sering
Program utama dari organisasi ini
dilakukan di Perpustakaan School tot
adalah perbaikan pendidikan dan
Opleiding van Inlandsche Artsen oleh
pengajaran bagi anak pribumi. Tujuan
beberapa mahasiswa, antara lain
Budi Utomo menurut Panyarikan (1993:
Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo,
20-21) ialah:
Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka
a. Mengadakan studie fonds untuk
memikirkan nasib bangsa yang sangat
menolong anak-anak Indonesia di
buruk dan selalu dianggap bodoh dan
tanah Jawa yang akan melanjutkan
tidak bermartabat oleh bangsa lain
belajar tetapi tidak memiliki biaya.
(Belanda). Istilah Budi Utomo berasal
b. Mengusahakan supaya bumiputera di
dari kata “Budi” yang barti perangai atau
tanah Jawa mengetahui adat
tabiat dan “Utama” yang berarti baik
istiadatnya.
atau luhur. Budi Utomo yang dimaksud
oleh pendirinya dalah perkumpulan yang Namun program Budi Utomo pada
akan mencapau sesuatu berdasarkan saat itu masih terbatas di Jawa dan
keluhuran budi dan kebaikan perangai Madura saja. Kemudian berkembang
atau tabiat. Nama Budi Utomo ini meliputi Bali dan Lombok. Dalam Utomo
terinspirasi dari dialog antara Sutomo (1995: 51), tujuan perkumpulan semula
dan Dr. Wahidin Sudiro Husodo (Sudiyo, adalah mencapai kemakmuran yang
2002: 21). harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa
dan Madura. Usaha-usaha yang akan
Para pendiri organsasi Budi Utomo
dilakukan oleh Budi Utomo adalah
ini merupakan para murid STOVIA di
sebagai berikut, yaitu:
daerah Kwitang (sekarang termasuk salah
satu daerah di Jakarta) yaitu Sutomo , (1) Memajukan pengajaran sesuai
Gunawan, dan Gumbrek pada 20 Mei dengan yang dicita-citakan Dr.
1908. Organisasi Budi Utomo didirikann Wahidin.
untuk merealisasikan keinginan Dr.

411
Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan…, Agus Susilo & Isbandiyah, 403-416

(2) Memajukan pertanian, peternakan, tersebut diketuai oleh H. Samanhudi


dan perdagangan. (Hatta, 1997: 9).
(3) Memajukan teknik dan industri, dan
Nama Sarekat Dagang Islam
(4) Menghidupkan kembali kebudayaan.
kemudian diubah menjadi Sarekat Islam
Alasan Budi Utomo juga (SI). Pertumbuhan organisasi ini muncul
memusatkan program kemasyarakatan akibat penjajahan Barat yang sangat
dan kebudayaan karena pada masa itu panjang, sehingga menimbulkan
program edukasi dari Politik Etis Belanda semangat persatuan dam juga
hakikatnya adalah imperialisme disebabkan oleh kesadaran Asia
kebudayaan secara halus (Kansil & umumnya. Selain itu beberapa sebab
Julianto, 1985: 23). Maka program Budi khususnya antara lain: (a) perdagangan
Utomo memberikan protes keras bagi bangsa Tionghoa menjadi sebuah
penjajahan budaya yang terselubung halangan bagi perdagangan Indonesia,
didalam program edukasi tersebut. (b) kemajuan gerak langkah penyebaran
Program tersebut bertujuan agar agama Kristen dan juga ucapan-ucapan
bumiputera mengetahui adat istiadatnya yang menghina dalam parlemen Belanda
sendiri dan tidak terpengaruh pada tentang tipisnya kepecayaan agama
kebudayaan Eropa. bangsa Indonesia, dan (c) cara adat lama
yang terus digunakan di daerah kerajaan-
2. Sarekat Islam (10 September 1912)
kerajaan Jawa semakin lama dirasa tidak
Pada tahun 1905 didirikan sebuah
sesuai (Pringgodigdo (1977: 4).
organisasi bernama Sarekat Dagang
3. Indische Partij (25 Desember 1912)
Islami di Jakarta, kemudian pada tahun
1911 Sarekat Dagang Islam di Bogor. Indische Partij merupakan
Tujuan pendirian Sarekat Dagang Islam organisasi politi pertama di Indonesia
antara lain untuk menentang kecurangan yang merupakan pendukung gagasan
pedagang Tionghoa yang menjual bahan nasionalisme politik. Penggagas
dagangan dengan prinsip “menjual berdirinya Indische Partij adalah E.F.E.
barang busuk dengan harga murah”. Douwes Dekker (Danurdirdjo Setiabudi).
Setelah itu Tirto Adi Suryo berkeliling Beliau merupakan seorang Indo yang
Jawa hingga sampai di Solo. Di Solo melihat praktik perbedaan ras dan suku
beliau membuka cabang di Solo dengan bangsa antara bangsa Barat (Belanda dan
semboyan “kebebasan ekonomi”, rakyat Eropa) dengan keturunan Indo.
tujuannya, Islam jiwanya. Hal itu adalah
Tujuan pembentukan Indische
untuk kekuatan persatuan dan kesatuan.
Partij yaitu nasib kaum Indo yang pada
Perkumpulan yang didirikan di Solo
masa itu dianggap sebagai golongan yang

412
Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

dilupakan oleh bangsa Belanda. Indische Atas dasar gagasan-gagasan Douwes


Partij memiliki tujuan “Indie Merdeka” Dekker, maka dibentuklah sebuah
dasarnya adalah Nasionalis Indische, organisasi pergerakan bernama Indische
selanjutnya dengan semboyan “Indier Partij oleh tiga serangkai yaitu Douwes
untuk Indes” organisasi baru ini berusaha Dekker, Suwardi Suryoningrat, dan Cipto
membangun rasa cinta tanah air dari Mangunkusumo. Semboyan dari
semua “Indiere” dan berusaha organisasi ini adalah “Indie untuk
mewujudkan kerja sama yang erat untuk Indier”. Organisasi ini berusaha
kemajuan tanah air dan menyiapkan membangun nasionalisme pada bangsa
kemerdekaan. Berdasarkan asas dan Indonesia dan berusaha untuk
tujuan Indische Partij memperjuangkan mewujudkan kerja sama yang baik untuk
persatuan nasional. Indische Partij memperjuangkan hak dan menyiapkan
mengemukakan bahwa yang menjadi kemerdekaan (Pringgodigdo, 1977: 12).
ikatan adalah perasaan nasional
PENUTUP
(Irwanto, Dedi, 2007: 33).
Politik etis berakar pada masalah
Douwes Dekker menyadari bahwa
kemanusiaan dan sekaligus pada
kaum Indo sangatlah sedikit jumlahnya,
keuntungan ekonomi. Pada akhir abad
maka bila beliau tidak melakukan
XIX, para pegawai kolonial baru yang
kerjasama, tidak akan mendapat
datang dari negeri Belanda menuju
kemenangan. Melalui karangan-
Indonesia sudah memiliki suatu
karanganya dalam majalah de Express,
pemikiran tentang pemerintah kolonial
Dekker melakukan propaganda yang
ini. Berbekal pengetahuan dasar dari isi
berisi: (1) pelaksanaan suatu program
novel Max Havelaar, sebagian besar
“Hindia” buat setiap gerakan politik yang
pegawai kolonial ini membawa pemikiran
sehat dengan tujuan penghapusan
etis ke Hindia Belanda. Politik etis
perhubungan kolonial, dan (2)
membawa sedikit perubahan dalam
menyadarkan golongan Indo dan
kehidupan bangsa Indonesia. Dimana ada
penduduk bumiputera bahwa perjuangan
tiga kebijakan baru yang diterapkan,
yang telah dilakukan bangsa Indonesia
yaitu pendidikan (education), irigasi
akan sia-sia karena suatu ancaman yang
(pengairan) dan emigrasi (perpindahan
sama, yaitu bahaya exploitasi kolonial.
penduduk). Bangsa Belanda di negeri
Selanjutnya ia menyarankan agar
Belanda memprotes kebijakan
mendirikan sebuah organisasi mampu
sebelumnya yang tidak memperhatikan
mengayomi dan mengapresiasi berbagai
kehidupan masyarakat Indonesia. Adanya
lapisan masyarakat dan lepas dari batas-
politik etis ini masyarakat diharapkan
batasan yang sempit.

413
Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan…, Agus Susilo & Isbandiyah, 403-416

memiliki hidup yang lebih baik dan DAFTAR PUSTAKA


makmur.
Alian, Sair. (2012). Metodologi Sejarah
Politik etis ini ternyata hanya Dan Histiografi. Palembang: Proyek
menguntungkan pemerintah Belanda, SP4 Universitas Sriwijaya.
dimana kebijakan politik etis ini hanya
Daliman, A, (2012). Sejarah Indonesia
memberikan banyak manfaat bagi bangsa
Abad XIX-Awal Abad XX.
Kolonial Belanda dan bangsa asing lain di
Yograkarta: Ombak.
Indonesia. Kebijakan politik etis seperti
Galih, Dhimas Rangga & Artono, (2017).
pengairan atau irigasi hanyalah untuk
Penerapan Politik Etis di Surabaya
kepentingan perkebunan bangsa Belanda
Tahun 1911-1930. Avatara Jurnal
dan bangsa asing lainnya, seperti
Pendidikan Sejarah Volume 6,
program trasmigrasi atau perpindahan
Nomor 3. Fakultas Ilmu Sosial dan
penduduk dari Jawa ke Sumatera,
Hukum Unnesa. Surabaya.
Kalimantan dan pulau-pulau yang kurang
jumlah penduduknya, ternyata hanya Gottschalk, L, (2008). Mengerti Sejarah.
untuk perkebunan bangsa Belanda, Jakarta: Universitas Indonesia.
begitu juga bidang Edukasi atau Haryanto, (2005). Kekuasaan Elit Suatu
pendidikan hanya untuk anak-anak Bahasan Pengantar. Yogyakarta:
keturunan bangsa Belanda, bangsa Eropa JIP Fisipol UGM.
dan anak para bangsawan lokal yang
Hatta, M. (1997). Permulaan Pergerakan
mampu menempuh dunia pendidikan.
Nasional. Jakarta: Idayu Press.
Namun hanya menguntungkan bangsa
Belanda dan bangsa asing, ternyata Irwanto, Dedi, (2007). Sejarah Indonesia
pendidikan banyak melahirkan tokoh IV. Palembang: FKIP UNSRI.
cendikian lokal yang cerdas dan memiliki Ismawati, Dwi Nur, dkk. (2017). The
pemikiran yang setara dengan bangsa Intelectual’s Contribution In The
barat lainnya. Tokoh Cendikian atau National Movement of In
pendidikan bangsa Indonesia inilah yang Indonesian 1908-1928. Jurnal
akhirnya memperjuangkan kemerdekaan Historica Volume 1, Issue. 1.
rakyat Indonesia dengan rasa History Education Program Unej.
nasionalisme dan cinta tanah air Jember.
Indonesia.
Kansil, C.S.T & Julianto. (1985). Sejarah
Perjuangan Pergerakan kebangsaan
Indonesia. Jakarta: Erlangga.

414
Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

Kartodirjo, S. (2014). Pengantar Sejarah Utomo, C.B. (1995). Dinamika


Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Pergerakan Kebangsaan Indonesia:
Nasional. Yogyakarta: Ombak. Dari Kebangkita Hingga
Kemerdekaan. Semarang: IKIP
Kuntowijoyo, (1994). Pengantar Ilmu
Semarang Press.
Sejarah. Yogyakarta: Benteng
Budaya. Vickers, Adrian. (2011). Sejarah
Indonesia Modern. Yogyakarta:
Leirissa, R.Z. (1985). Sejarah Masyarakat
Insan Madani.
Indonesia 1900-1950. Jakarta:
Akademika Pressindo. Wiharyanto, A. Kardiyat. Kebijakan
Ekonomi Kolonial Tahun 1830-1901.
Mulyono, S. (1968). Nasionalisme Sebagai
Yogyakarta: FKIP Pendidikan
Modal Perjuangan Bangsa Indonesia
Sejarah Universitas Sanata Dharma.
I. Jakarta: Balai Pustaka.
Yass, Marzuki. (2004). Metodologi
Nasution, (1983). Sejarah Pendidikan
Sejarah Dan Histiografi.
Indonesia. Bandung: Bumi Aksara.
Palembang: Proyek SP4 Universitas
Niel, R.V. (1984). Munculnya Elit Modern
Sriwijaya.
Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Panyarikan, K. S. (1993). Sejarah


Indonesia Baru Dari Pergerakan
Nasional Samapi Dekrit Presiden.
Malang: IKIP Malang.

Pringgodigdo, A.K. (1977). Sejarah


Pergerakan Rakyat Indonesia.
Jakarta: Dian Rakyat.

Ricklefs, M.C. (2007). Sejarah Indonesia


Modern (1200-2004). Jakarta:
Serambi Alam Semesta.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi


Sejarah. Jakarta: Ombak.

Sudiyo, (2002). Pergerakan Nasional


Mencapai & Mempertahankan
Kemerdekaan. Jakarta: Rineka
Cipta.

415
Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan…, Agus Susilo & Isbandiyah, 403-416

416

Anda mungkin juga menyukai