Anda di halaman 1dari 3

Masa penjajahan bangsa Eropa di Indonesia sangat menyedihkan

dan menyakitkan. Masa penjajahan ini berlangsung sangat lama,


hingga ratusan tahun. Selama ratusan tahun, Rakyat Nusantara
mengalami masa-masa kelam yang penuh dengan ketidak pastian.
Hidup di bawah keterbatasan, ataupun akses pendidikan. Hasil panen
dan jerih payah mereka pun harus diserahkan sebagian kepada
penjajah.
Ketika saat yang tepat muncullah perlawanan. Perlawanan ini
awalnya dilakukan oleh pemimpin memiliki pengaruh di masyarakat.
Umumnya, perlawanan ini dipimpin oleh raja, bangsawan, pemuka
agama, bahkan rakyat biasa yang diyakini memiliki kesaktian atau
keberanian lebih.
Perlawanan ini pun bersifat kedaerahan atau lokal. Mereka hanya
akan melakukan perlawanan ketika wilayah mereka diganggu. Pun,
mereka tidak akan membantu wilayah lain yang bukan menjadi
urusan mereka, karena belum bersatunya Nusantara.

LAHIRNYA POLITIK ETIS


Penjajahan yang berlangsung selama berabad-abad ini mendorong
seorang wartawan untuk mengkritik pemerintah Hindia Belanda.
Wartawan dari koran De Locomotief bernama Pieter menullis sindiran
sikap tak acuh Eropa di Hindia Belanda ketika terjadi wabah kolera
yang menimbulkan banyak korban jiwa bagi masyarakat pribumi.
Selain itu, C. Th. van Deventer, seorang ahli hukum Belanda
mengkritik sistem berbagai sistem.
Kritik ini menyatakan bahwa pemerintah Belanda memegang
tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemerintah
Belanda harus membayar hutang budi dengan meningkatkan
kesejahteraan rakyat di negara jajahan.
Kritik-kritik ini menjadi perhatian serius oleh pemerintah kolonial
Belanda dan membuat Ratu Wilhelmina memunculkan kebijakan baru
bagi daerah jajahan. Kebijakan ini dikenal dengan politik etis.
Kebijakan ini dituangkan dalam program Trias van Deventer.
Program ini diterapkan di Indonesia pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Alexander W. F. Idenburg pada tahun 1909 sampai
tahun 1916.
Ada tiga program penting dalam politik etis, yaitu Irigasi,imigrasi,
dan edukasi. Irigasi diperlukan untuk membangun dan memperbaiki
pengairan dan bendungan untuk pertanian. Migrasi dilakukan untuk
mendorong transmigrasi demi keseimbangan jumlah penduduk di
berbagai kota pada masa itu. Sedangkan edukasi dilaksanakan untuk
memperluas bidang pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat
pribumi di Hindia Belanda.
Meski terlihat seperti sebuah rencana program yang baik, sayangnya
akhirnya tidak memberikan banyak manfaat bagi masyarakat
Indonesia pada saat itu karena pemerintah menjalankannya dengan
semena-mena, ketiga sistem pun akhirnya tidak berjalan sesuai
judulnya.

TUMBUHNYA KESADARAN KEBANGSAAN

Dari tiga program Trias van Deventer, program edukasi menjadi


program yang paling berpengaruh bagi masyarakat di Hindia Belanda.
Adanya program edukasi ini melahirkan golongan elit baru di
Indonesia yang disebut sebagai golongan priyayi.
Golongan priyayi adalah golongan yang mengenyam pendidikan di
sekolah yang dibentuk oleh pemerintah kolonial. Sekolah-sekolah
yang dibentuk oleh pemerintah kolonial ini menerapkan pendidikan
gaya barat. Seusai sekolah, golongan priyayi tersebut banyak yang
berprofesi sebagai dokter, guru, jurnalis, dan pegawai pemerintahan.
Selain itu, golongan ini memiliki pemikiran yang lebih maju serta
sadar terhadap penindasan-penindasan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda. Inilah titik awal pergerakan nasional
dimulai.

PERGERAKAN NASIONAL
Pergerakan nasional dipimpin oleh para kaum terpelajar. Menurut
mereka, perlawanan fisik sudah tidak lagi relevan untuk melawan
penindasan pemerintah kolonial. Oleh karena itu, mereka membentuk
organisasi-organisasi sebagai motor penggerak perlawanan.
Akhirnya, lahirlah berbagai organisasi kebangsaan untuk pertama
kalinya pada kurun waktu 1908 hingga 1920. Terdapat tiga organisasi
pergerakan nasional yang lahir pada periode ini, yaitu Budi Utomo,
Sarekat Islam, dan Indische Partij. Organisasi-organisasi ini lebih
mengedepankan diplomasi ketimbang kekerasan. Selain itu, mereka
juga memanfaatkan media massa sebagai alat perjuangan. Munculnya
organisasi-organisasi kebangsaan ini menjadi tanda dimulainya
pergerakan nasional dengan visi yang jelas, yaitu Indonesia merdeka.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan semakin
terarah setelah berbagai organisasi ini lahir. Namun, butuh waktu
yang cukup panjang hingga Indonesia berhasil memproklamasikan
kemerdekaannya.

Anda mungkin juga menyukai