Anda di halaman 1dari 3

IDA BAGUS BRAM TARA PUTRA

1515124069/ 1C MPK
23

A. Pengertian Nasionalisme Modern


Nasionalisme berasal dari kata Nation yang berarti bangsa. Bangsa
mempunyai dua pengertian, yaitu: dalam pengertian antropologis serta sosiologis
dan dalam pengertian politis. Dalam pengertian antropologis dan sosiologis,
bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang
berdiri sendiri dan masing- masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa
satu kesatuan ras, bahasa, agama sejarah dan adat. Adapun yang di maksud
bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan
tertinggi keluar dan kedalam.
Dalam Wikipedia nasionalisme di artikan sebagai suatu paham yang menciptakan
dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation")
dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, nasionalisme adalah ajaran untuk mencintai
bangsa dan negara sendiri.
Dalam Encyclopaedia Britannica nasionalisme merupakan keadaan jiwa,
dimana individu merasa bahwa setiap orang memiliki kesetiaan dalam keduniaan
(sekuler) tertinggi kepada negara kebangsaan.
Hans Kohn mendefinisikan nasionalisme sebagai suatu paham, yang berpendapat
bahwa kesetiaan tertinggi suatu individu harus di serahkan kepada negara
kebangsaan. Menurut Kohn, dahulu kesetiaan orang tidak di tunjukkan kepada
negara kebangsaan, melainkan ke pelbagai macam bentuk kekuasaan sosial,
organisasi politik, atau raja feodal, dan kesatuan ideologi seperti misalnya, suku
atau klan, negara kota, atau raja feodal, kerajaan dinasti, gereja atau golongan
keagamaan. Berabad lamanya cita dan tujuan politik bukanlah negara-
kebangsaan, melainkan setidak- tidaknya dalam teori: imperium yang meliputi
seluruh dunia, melingkupi berbagai bangsa dan golongan- golongan etnis di atas
dasar peradaban yang sama serta untuk menjamin perdamaian bersama .
Nations, menurut Kohn merupakan buah hasil tenaga hidup dalam sejarah dan
karena itu selalu bergelombang dan tak pernah membeku. Nations (bangsa-
bangsa) merupaka golongan- golongan yang beraneka ragam dan tidak
terumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa- bangsa itu memiliki faktor- faktor
objektif tertentu yang membuat mereka berbeda dari bangsa lainnya, misalnya
persamaan turunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat istiadat, dan tradisi atau
persamaan agama.

B. Bangkitnya Nasionalisme Modern


Pada awal abad ke- 19, pemerintah Belanda mengalami krisis ekonomi serta
keuangan negara yang memprihatinkan akibat peperangan di Eropa. Peperangan
antara Inggris dan Perancis berdampak pada Belanda karena negeri kincir angin
tersebut dikuasai Perancis sehingga Raja Belanda melarikan diri ke Inggris.
Setelah Inggris dapat mengalahkan pasukan Perancis, Belanda memperoleh
kembali kemerdekaan dan kedaulatannya. Namun selanjutnya, Belgia
memberontak dan memisahkan diri terhadap kekuasaan Belanda. Sementara itu,
kekuasaan Belanda di Indonesia juga mengalami masa-masa sulit karena
munculnya berbagai perlawanan rakyat sepertri Perang Diponegoro (1825-1830)
di Jawa dan Padri (1821-1837) di Sumatra Barat.
Krisis ekonomi tersebut mengancam kedudukan negeri Belanda. Untuk
mengatasi masalah keuangan tersebut, Belanda mengangkat Gubernur Jenderal di
Indonesia (1830-1833) yaitu Johannes van den Bosch dengan menciptakan
”Cultuurstelsel” atau Sistem Tanam Paksa. Cultuurstelsel ini memberi
keuntungan sangat besar kepada pemerintah Belanda, sehingga dalam waktu
relatif singkat, kesulitan kas negara Belanda dapat teratasi. Sebaliknya, sistem
tersebut menjadikan puncak dari kesengsaraan rakyat Indonesia akibat
imperalisme. Beribu-ribu orang mati kelaparan seperti daerah Cirebon (Jawa
Barat) ,Demak (Jawa Tengah), Grobogan (Jawa Tengah) dan tempat-tempat lain.
Selanjutnya, kolonialisme-imperalisme di Nusantara mengalami
perubahan seiring perkembangan sosio-politik di negeri Belanda. Pada permulaan
abad XX, kebijakan pemerintah penjajah Belanda mengalami perubahan arah.
Eksploitasi terhadap Indonesia mulai berkurang sebagai pembenaran kekuasaan
Belanda, dan diganti dengan pernyatan-pernyataan keprihatinan atas kesejahteran
bangsa Indonesia. Pada tahun 1899, C. Th. Van Deventer, seorang ahli hukum
yang pernah tinggal di Indonesia, menerbitkan artikel dalam majalah De Gids
yang berjudul ”Een eereschuld” (Suatu Hutang Kehormatan). Dalam tulisannya
tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas Belanda akibat Perang Diponegoro
dan Perang Kemerdekaan Belgia telah diisi oleh penduduk Indonesia melalui
program Tanam paksa (Cultuur Stelsel ) sehingga orang Indonesia berjasa
terhadap bangsa Belanda dalam pemulihan perekonomian negeri Belanda. Untuk
semua itu, sudah sewajarnya jika kebaikan budi dibayarkan kembali. Menurut
van Deventer, hutang budi tersebut dibayar dengan peningkatan kesejahteraan
rakyat Indonesia melalui Trias yang dikenal sebagai Trias van Deventer,
meliputi : (1)irigasi atau pengairan (2) edukasi atau pendidikan, (3) emigrasi atau
pemindahan penduduk untuk pemerataan kepadatan penduduk.
Sebagai seorang terpelajar, Soekarno mendirikan partai dengan nama
Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Beliau memimpin partai itu hingga
Desember 1929, jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang. Pada
28 Oktober 1928, organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu,
berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Perlawanan terhadap
kekuasaan kolonial pada masa pergerakan berbasis pada ,asalah perkumpulan
agama. Sementara itu komunis merupakan target langsung dari pemerintah
Belanda, namun demikian Belanda tidak dapat mempertahankan kekuasaan
mereka di daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu semanagat untuk
memerangi imperialisme dan kolonialis begitu kuat dalam pengikut-pengikut PKI.

Akibat adanya berita yang menyatakan bahwa PNI akan melakukan


pemberontakan, mengakibatkan pemerintahan Belanda melakukan penangkapan
terhadap para pemimpin seperti Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan
Suriadinata. Akhirnya keempat tokoh tersebut di sidang di Pengadilan Negeri
Kolonial di Bandung. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Soekarno sempat
menyatakan pidato pembelaan untuk membakar semangat para pejuang. Pidato
tersebut berjudul Indonesia Menggugat. Selama menjalani masa penahanannya
PNI pecah menjadi dua, yaitu menjadi Partai Indonesia (Pertindo) dan Pendidikan
Nasional Indonesia atau PNI Baru.

Soekarno dengan ide-ide nasionalisme itu memang terus diawasi selepas dari
Penjara Sukamiskin, kemudian diasingkan ke Ende, Flores, NTT. Selama empat
tahun Soekarno diisolasi dijauhkan dari dinamika perjuangan kebangsaan. Tapi
ide dan nasionalismenya tidak pernah padam. Soekarno sering merenung dibawah
pohon sukun, kebetulan pohon sukun itu bercabang liam. Ia merenungkan nilai-
nilai luhur yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman Praaksara.
Nilai-nilai itulah yang kemudian dirumuskan menjadi nilai-nilai dalam Pancasila.
Soekarno memberi nama Pancasila karena terinspirasi dengan pohon sukun yang
bercabang lima dan daun sukun yang memiliki sayap lima sirip kanan, kiri dan
tengah.

C. Nasionalisme Modern
Sedangkan nasionalisme moderen merupakan,perubahan Pada fase kedua,
dilakukan oleh pergerakan organisasi modern yang ditunggangi oleh para
inteligenesia yang berpendidikan tinggi yang mememgang peranaan dalam
mengenalkan gasasan mengenai nasionalismepolitik dan Negara indo
diperkenalkan dan dinegosiasikan.yang diperankan oleh mereka2 yg bersekolah
guru di STOVIA. Nasinalisme moderen ditandai dengan maraknya pendirian
orgnisasi2 yg berupa partai dari para mahasiswa yang bersekolah diluar negri yg
sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Secara historisnya, rasa nasinalime
bangsa Indonesia semakin kuat dengan ditandai adanya pendudukan jepang,
Dengan picuan semangat kebangkitan nasional akibat Revolusi dunia yang
menarik kesadaran baru tentang dunia yang tengah berubah, sebagai alat
perjuangannya. Pergerakan organisasi modern ini melakukan perlawanan dengan
imperialisme yang membawa misi liberalisme. Tidak disadarinya lahirnya kelas
terdidik baru menjadikan perlawanan organisasi modern tersebut kalah, karena
lahirnya model kepemimpinan baru dengan peran sentral proto-nasionalisme yang
pada gilirannya menjadi nasionalisme yang lebih sempurna. Sebagai contoh
berdirinya Budi Utomo, Jong Java, Jong Islamieten Bond, sampai pada SDI dan
SI, misalnya. Melalui organisasi¬organisasi inilah political community" mulai
mengambil bentuknya dalam masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai