Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/296699270

PENGEMBANGAN APLIKASI mHEALTH (MOBILE HEALTH) UNTUK REMAJA


DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 1

Research · March 2016


DOI: 10.13140/RG.2.1.4292.0721

CITATIONS READS

0 1,439

1 author:

Nopi Nur Khasanah


Universitas Islam Sultan Agung
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nopi Nur Khasanah on 04 March 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGEMBANGAN APLIKASI mHEALTH (MOBILE HEALTH) UNTUK
REMAJA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 1

Nopi Nur Khasanah1,2, Nova Fajri1


1
Mahasiswa Residensi Ners Spesialis Keperawatan Anak FIK UI
2
Dosen Bagian Keperawatan Anak FIK Unissula

ABSTRAK
Latar belakang: Trend dan issue terkait nutrisi di Indonesia saat ini telah berubah
paradigma. Berdasarkan analisis hasil Riskesdas tahun 2007, 2010, dan 2013 nutrisi anak di
Indonesia telah mengalami penurunan pada kejadian gizi buruk, namun mengalami
peningkatan jumlah pada obesitas. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit
yang dapat muncul dari perubahan paradigma ini, terutama pada remaja dengan riwayat
obesitas sebelumnya. Namun demikian, angka kejadian DM pada anak lebih banyak terjadi
akibat kerusakan sel islet di beta pankreas (DM Tipe 1). Kerusakan tersebut akan
menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke sel, sehingga dapat mengalami hiperglikemi
(penumpukan glukosa dalam darah). Oleh karenanya dibutuhkan monitoring secara intensif
oleh penderita untuk dapat mengatur sendiri kadar glukosa. Dalam perkembangan teknologi,
remaja merupakan kelompok konsumen terbesar dari inovasi – inovasi teknologi. Di negara
maju telah banyak dikembangkan aplikasi/software yang bertujuan untuk memonitor kadar
glukosa yang dapat digunakan secara mandiri oleh remaja dengan tetap memperhatikan
karakteristik remaja. Hal ini menarik perhatian penulis untuk melakukan studi analisis terkait
pengembangan aplikasi mHealth untuk remaja dengan DM Tipe 1.
Kesimpulan dan rekomendasi: Pengembangan aplikasi mHealth yang bertujuan untuk
memonitor kadar glukosa dalam darah disesuaikan dengan karakteristik remaja. Dimana,
pada pengembangannya memperhatikan empat hal sesuai dengan karakteristik remaja, yaitu
kecepatan, otomatis transfer data dari glukometer dengan menggunakan adaptor, intervensi
yang cepat ketika terjadi kelemahan, dan kebutuhan untuk saling berbagi informasi. Namun,
tetap dibutuhkan evaluasi secara berkala terkait keefektifan aplikasi ini dalam memonitor
kadar glukosa.
Kata Kunci: mHealth, remaja, DM Tipe 1

LATAR BELAKANG

Obesitas pada anak – anak saat ini berkembang menjadi isu kesehatan. Hal tersebut
meningkatkan faktor resiko pada anak untuk terjadinya penyakit – penyakit kronik seperti
hipertensi, nyeri otot, depresi, kecemasan, bullying, serta diabetes saat remaja (Tate, et al.,
2013). Hasil Riskesdas menunjukkan adanya peningkatan proporsi obesitas yang signifikan
pada perempuan dan laki – laki usia > 18 tahun. Proporsi perempuan obese pada tahun 2007
berjumlah 14,8% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 32,9 %. Sedangkan, proporsi laki
– laki obese pada tahun 2007 berjumlah 13,9% dan pada tahun 2013 mencapai 19,7%
(Kesehatan, 2013). Sebagai tindakan preventif untuk terjadinya penyakit kronik, tenaga
kesehatan terutama perawat dapat melakukan perubahan pola perilaku pada anak, meskipun
bukan sesuatu yang mudah untuk melakukan perubahan perilaku apalagi pada anak – anak.
Selain itu, untuk masalah penyakit kronik yang muncul akibat obesitas dapat menjadi
perhatian tersendiri bagi tenaga kesehatan.

Diabetes Melitus (DM) pada anak – anak bukan merupakan hal baru. Angka kejadian DM
pada anak rata – rata mencapai 15 kasus per 100.000 anak (Bowden, & Greenberg, 2010)
dimana salah satu penyebab terjadinya DM tersebut terjadi karena obesitas. Meskipun
demikian, DM pada anak lebih banyak terjadi karena adanya kerusakan sel islet di beta
pankreas yang sering disebut sebagai DM Tipe 1. Dimana, pankreas yang berfungsi untuk
menghasilkan insulin mengalami kerusakan sehingga terjadi defisiensi insulin yang akibatnya
kadar glukosa di dalam darah mengalami peningkatan karena glukosa tidak mampu masuk ke
dalam sel tanpa bantuan insulin.

Terapi untuk DM Tipe 1 harus dengan pemberian insulin, karena sel beta pankreas
mengalami kerusakan sehingga tidak mampu menghasilkan insulin. Metode lama digunakan
vial dan syringe untuk memasukkan insulin dalam tubuh. Akan tetapi dengan metode ini
pasien mengeluh dosis menjadi kurang akurat, nyeri, cemas, tidak efektif/susah. Oleh
karenanya dikembangkan alternatif sistem pengiriman insulin dengan perangkat pengiriman
berbentuk pen (Hanas, de Beaufort, Hoey, Anderson, 2011). Kemudahan pemberian insulin
tersebut, akan lebih optimal jika didukung dengan sistem monitoring kadar glukosa dalam
darah, sehingga waktu pemberian insulin akan lebih tepat dan akurat.

Pemberian insulin sebagai bentuk perawatan diabetes membutuhkan teknologi berupa


intervensi telemedicine. Sistem telemedicine untuk pasien anak dengan DM Tipe 1 ini
memungkinkan remaja/orangtua mengunggah hasil pengukuran kadar gula darah secara
otomatis ke sistem kemudian tenaga kesehatan akan meresponnya sehingga segera diberikan
intervensi (Recupero, Mahnke, & Pinsker, 2013). Dengan pemberian intervensi yang cepat
tersebut, diharapkan tujuan perawat dalam perawatan pasien dengan penyakit kronik dapat
tercapai. Tujuan tersebut antara lain: (a) anak mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
normal; (b) anak memperoleh kualitas kesehatan tertinggi baik itu fisik, emosi, maupun
psikososial (James, Nelson, & Ashwill, 2013).

Salah satu bentuk telemedicine yang saat ini banyak dikembangkan di negara – negara maju
adalah aplikasi mHealth yang bertujuan untuk memonitor kadar glukosa yang dapat
digunakan secara mandiri oleh remaja dengan tetap memperhatikan karakteristik remaja. Hal
ini menarik perhatian penulis untuk melakukan studi analisis terkait pengembangan aplikasi
mHealth untuk remaja dengan DM Tipe 1.

KAJIAN LITERATUR

Remaja dengan DM Tipe 1: Persepsi orangtua terhadap kesehatan anak, fungsi keluarga dan
hubungannya dengan kontrol glukosa

Remaja dengan DM Tipe 1 menunjukkan kontrol glukosa yang rendah dibandingkan dengan
kelompok umur lain. Sebagian dikarenakan perubahan biologis yang diluar kontrol remaja,
dan sebagian karena remaja berada dalam tahap perkembangan transisi, selain itu faktor
psikososial juga dapat menghalangi remaja untuk mengatur gaya hidup serta regimen
terapeutik. Disinilah peran orangtua untuk mendukung remaja agar dapat mengatur sendiri
treatmentnya. Namun, banyak orangtua yang melaporkan tingginya konflik karena pemikiran
tidak sejalan dengan remaja sehingga menyebabkan orangtua menjadi stress. Fungsi keluarga
yang kurang juga menyebabkan jeleknya kontrol glukosa (HbA1c meningkat) dan perawatan
diri pada remaja menjadi tidak efektif (Moore, S.M., Hackworth, N.J., Hamilton, V.E.,
Northam, E.P., & Cameron, F.J., 2013). Oleh karenanya dibutuhkan pemikiran yang sejalan
antara orangtua dan remaja dalam pengelolaan DM Tipe 1. Sebagai contoh penggunaan terapi
insulin pump, orangtua dan anak dapat bersama – sama mempelajari jenis penggunaan terapi
insulin ini baik secara formal dari tenaga kesehatan, maupun informal dari internet (Alsaleh,
F.M., & Taylor, K.M., 2012). Namun demikian, kepatuhan anak terhadap treatment adalah
point terpenting dari manajemen regimen terapeutik DM Tipe 1 ini. Untuk itu, terhadap
manajemen regimen terapetik pada remaja, perawat dapat berperan dalam: (a) membantu
remaja memahami tentang DM Tipe 1; (b) perawatan yang dibutuhan untuk mengontrol
kadar glukosa agar stabil; (c) pemecahan masalah dan ketrampilan khusus untuk perawatan
mandiri agar dapat diintegrasikan dalam keseharian (Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen,
K.J., 2010).

Perkembangan teknologi terkait terapi DM Tipe 1

Real-Time Continuous Glucose Monitoring System (RT-CGMS). Pada DM Tipe 1, kontrol


glukosa menjadi sesuatu yang menantang karena kadar glukosa dalam darah yang tidak
menentu meskipun pasien telah menggunakan terapi insulin pump. Kadar glukosa yang tak
menentu ini dapat meningkatkan resiko terjadinya hipoglikemi berat. RT-CGMS merupakan
inovasi teknologi untuk DM Tipe 1 khususnya pada anak yang dipasangkan pada tubuh anak
(berfungsi sebagai sensor) dan akan berbunyi ketika kadar glukosa tidak normal. Meskipun
telah diterima oleh U.S. FDA (Food and Drug Administration), penggunaannya masih sangat
jarang karena terkait dengan biaya, beberapa menyebabkan iritasi pada kulit, serta rasa nyeri
karena alarm sensor. Namun lebih dari itu, RT-CGMS dapat mencegah kejadian hipoglikemi
yang parah, mengurangi kunjungan di ruang gawat darurat, dan menurunkan komplikasi
Long-Term (LT) dengan meningkatkan kontrol glukosa (Cemeroglu, A.P., Stone, R., Kleis,
L., Racine, M.S., Postellon, D.C., & Wood, M.A., 2010)

Continuous Glucose Monitoring (CGM). Merupakan teknologi untuk mengukur kadar


glukosa pada pasien dengan DM Tipe 1 yang telah banyak digunakan di klinis dan untuk
kepentingan penelitian. CGM memberikan informasi terkait konsentrasi glukosa dari waktu
ke waktu dan mampu mengukur intra- dan interday, dimana hal ini sangat penting untuk
pasien anak dengan DM Tipe 1. Inovasi CGM ini merupakan alat yang non-invasive dengan
pengukuran konsentrasi glukosa berlangsung terus menerus mencapai 72 jam. Sensor
ditempatkan di bawah kulit menggunakan spring-loaded untuk menyisipkan sensor tersebut,
yang biasanya diletakkan di abdomen, pangkal paha, atau glutea. Konsentrasi glukosa dalam
CIS (Cairan Interstitial) diukur setiap 10 detik. Dengan menggunakan algoritma komputer,
sensor dalam subkutan menghubungkan pengukuran konsentrasi glukosa CIS ke konsentrasi
glukosa kapiler, dan rata – rata data tersebut tersimpan dalam sensor setiap 5 menit. Monitor
berukuran 9 x 7 x 2 cm, dengan berat 4 ons, serta mudah dibawa dan dapat diletakkan pada
kantong. Agar tidak kehilangan data, monitor dapat dikantongi dengan kantong waterproof
ktika pasien mandi. Pada studi ini, jika dibandingkan dengan RT-CGMS, pasien dan keluarga
lebih memilih CGM karena mampu memberikan data glucosa dari waktu ke waktu, sehingga
anak/keluarga dapat cepat mengambil keputusan untuk intervensinya (Patton, S.R., Williams,
L.B., Eder, S.J., Crawford, M.J., Dolan, L., & Powers S.W., 2011).

Automated Bolus Advisor Control (ABAC). Alat ini dapat membantu penderita
menggunakan Multiple Daily Insulin (MDI) untuk mengontrol diabetesnya lebih efektif dan
meminimalisir komplikasi jangka panjang dari DM. Studi menunjukkan alat ini memberikan
dampak positif pada keamanan dan gaya hidup penderita. Hal tersebut karena kalkulasi
manual dari bolus insulin sangat kompleks dan memakan waktu, penderita jarang
memperkirakan secara empiris, dimana hasilnya secara terus menerus dapat hypoglicemia
dan atau hyperglikemi. Dengan menggunakan ABAC membantu pengguna insulin pump
untuk lebih akurat dalam menentukan dosis insulin prandial, meningkatkan ekskursi glukosa
postprandial, serta mencapai kontrol glukosa yang optimal dengan meningkatkan waktu dan
jarak optimal (Cavan, D.A., Ziegler, R., Cranston, I., Barnard, K., Ryder, J., Vogel, C.,
Parkin, C.G., Koehler, W., Vesper, I., Petersen, B., & Wagner, R.S., 2012).

Aplikasi mHealth. Dari beberapa device yang telah dipaparkan di atas, studi
menunjukkanpengembangan aplikasi mHealth lebih tepat digunakan untuk remaja. Hal ini
karena, pengembangan yang dilakukan sebelumnya menggunakan analisis tematik yang
menemukan bahwa pengumpulan data dari glukometer tidak hanya untuk menentukan
intervensi. Akan tetapi, juga memperhatikan karakteristik remaja. Dimana remaja
membutuhkan akses yang cepat, otomatis transfer data dari glukometer dengan menggunakan
adaptor, intervensi yang cepat ketika terjadi kelemahan, dan kebutuhan untuk saling berbagi
informasi. Aspek desain mHealth berfokus pada survei pendahuluan tersebut, termasuk
simple, otomatis transfer dari glukometer reading, fungsi komunitas sosial, dan konsep
permainan dimana pengguna yang rutin memberikan informasi tentag gaya hidup dan
aktivitas mendapatkan reward dalam bentuk music iTunes dan aplikasi – aplikasi lain
(Cafazzo, J.A., Casselman, M., Hamming, N., Katzman, D.K., & Palmert, M.R., 2012).

Prinsip Desain mHealth

(1) Prinsip desain cepat dan transaksi diskrit adalah untuk (a) menjamin bahwa interaksi
dengan sistem akan cepat, (b) menggunakan wizard (algoritma yang digunakan untuk
memberikan petunjuk berdasarkan data yang tersedia) untuk memandu interaksi
pengguna dimanapun, (c) desain intervensi agar sesuai dengan gaya hidup remaja, dan (d)
membuat interaksi yang berkaitan dengan diabetes diskrit.
Untuk mencapai tujuan ini, desain dipilih agar mempunyai otomatis transfer data dari
glucometer remaja, daripada harus memasukkan data konsentrasi glukosa secara manual
yaitu dengan adaptor (disebut bluglu), yang memungkinkan glukometer OneTouch
UltraMini (Lifescan, Inc, Milpitas, CA, USA) untuk berkomunikasi melalui bluetooth,
yang memungkinkan transfer glukosa darah terbaca secara nirkabel ke perangkat iPhone
lalu menjalankan Bant (Gambar 1). Data dapat ditransfer dari meter ke Bant setiap saat
maupun di kemudian hari tergantung kenyamanan pengguna. Namun, segera setelah data
yang ditransfer, alat analisis menilai data sehingga remaja mendapat umpan balik secara
real time.
Gambar 1. Bluglu adaptor untuk transfer nirkabel dari pembacaan glukosa darah
melalui bluetooth. Dapat menghindari kebutuhan untuk entri data manual

(2) Prinsip sederhana dalam menampilkan data penunjang keputusan, petunjuk, serta
peringatan yang mengintegrasikan ke dalam alur kerja sehari – hari. Pengukuran glukosa
darah dapat membantu remaja untuk mengambil lebih banyak analisis dan tugas
pengambilan keputusan pada waktu yang tepat, yang mengarah ke manajemen yang lebih
proaktif.
Untuk prinsip ini, desain dengan memberikan data konteks yang lebih besar dan nilai
untuk pengambilan keputusan. Oleh karenanya, rancangan tampilan visual divalidasi oleh
para ahli yang mengkhususkan diri dalam mengoptimalkan interaksi manusia-komputer,
dokter, spesialis aplikasi desain, serta remaja dengan diabetes. Dengannya, pengguna
mendapatkan ringkasan kontrol glikemik harian sekilas, yang menghubungkan setiap titik
data dengan konteks, berkaitan dengan makanan dan aktivitas, serta menyoroti ketika
nilai glukosa darah berada diluar jangkauan (Gambar 2).

Gambar 2. Layar Bant reading yang menunjukkan pembacaan melalui lingkaran


berwarna yang mewakili nilai dan konteks
(3) Prinsip desain untuk mengatasi keputusan inersia adalah untuk (a) membantu remaja
mengidentifikasi tren glukosa darah, (b) melatih proses kognitif yang berhubungan
dengan tren identifikasi dan koreksi, dan (c) mengintegrasikan reward dan insentif ke
dalam sistem untuk mempertahankan keterlibatan dengan alat.
Ketika kadar glukosa darah berada di luar jangkauan selama 3 hari berturut – turut dalam
konteks tertentu (misal, sebelum sarapan). Bant mendeteksi tren 3 hari tersebut dan
meminta pengguna untuk membuat keputusan tentang penyebab tren serta bagaimana
untuk memperbaikinya. Selain itu, Bant menyediakan analisis data dan layar tren yang
menampilkan presentase kadar glukosa darah yang berada dalam jangkauan pada waktu
tertentu (misal sebelum makan, sebelum tidur, atau semalam) (Gambar 3) serta dukungan
dengan keputusan melalui fitur tren wizard, yang membantu remaja dalam
mengidentifikasi penyebab tren dan penyesuaian dalam regimen yang mungkin bisa
membantu meningkatkan kontrol glukosa darah (Gambar 4).
Agar remaja lebih intensif dalam menggunakan aplikasi, Bant dirancang dengan
algoritma imbalan/reward yang dialokasikan seperti game, penambahan poin jika
mengikuti pedoman praktek terbaik dalam pengujian glukosa darah (tiga atau lebih tes per
hari). Algoritma yang disediakan peningkatan alokasi point untuk setiap tes yang
dilakukan (poin maksimal diberikan untuk 5 kali tes dalam 5 konteks berbeda). Poin
diberikan untuk pembacaan sehari penuh (Gambar 5). Leveling-up dicapai ketika
pengguna telah mendapatkan 200 poin, yang dapat digunakan untuk pembelian Apple
iTunes atau App Store. Untuk pengguna yang patuh, reward yang sering didapat satu
hadiah dalam 2-3 hari.
Selain itu, terdapat fitur untuk berkomunikasi dengan teman-teman remaja untuk berbagi
pengalaman dan mendapatkan/memberikan dukungan (Gambar 5). Hal tersebut dicapai
melalui platform microblogging pribadi mirip dengan jejaring sosial Twitter. Tujuannya
disini adalah untuk aspek sosial sehingga meningkatkan penggunaan rutin dan perilaku
kesehatan yang positif tercapai.
(4) Prinsip ad hoc dalam berbagi informasi. Dengan berbagi informasi akan memberikan
kesempatan bagi remaja untuk aman dalam berbagi hasil tes dan informasi yang
berhubungan dengan diabetes, baik dengan orangtua, teman – teman, maupun staf klinik
secara online melalui aplikasi mHealth ini.
Gambar 3. Tren mereview sampai 7hari, 14hari, 21hari, dan periode 90hari.

Gambar 4.alarm tren secara otomatis mengidentifikasi 3 hari tren

Gambar 5.bent reward (kiri), sosial network (kanan)


KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penggunaan mHealth merupakan suatu hal yang baru dalam dunia penelitian. Dalam uji coba
sebelumnya, data menunjukkan terdapat kelayakan penggunaan aplikasi ini untuk remaja
dengan DM Tipe 1. Data juga menunjukkan adanya penggunaan insentif dari gamifiation
dikaitkan dengan peningkatan frekuensi pemantauan glukosa darah pada kelompok usia ini.
Penggunaan Bant untuk meningkatkan hasil kesehatan mungkin juga mengharuskan insentif
terikat tidak hanya untuk frekuensi pemantauan glukosa namun juga untuk tindakan pasien
serta pengambilan keputusan berdasarkan bacaan, sehingga kontrol glikemik dapat
ditingkatkan. Namun lebih dari itu, temuan menunjukkan bahwa penggunaan prinsip –
prinsip desain ini cukup menjanjikan dalam memunculkan perilaku kesehatan yang positif
pada remaja dengan DM tipe 1.

Desain mHealth dapat mulai dirancang untuk kenyamanan regimen remaja dengan DM Tipe
1. Hal tersebut karena hipoglikemi kapan saja dapat terjadi pada remaja dengan DM Tipe 1,
oleh karenanya monitoring glukosa harus dilakukan terus menerus. Pasien harus
mendapatkan akses informasi yang adekuat untuk penanganan hipoglikemi kapan saja dan
dimana saja (Potts, & Mandleco, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Alsaleh, F.M., & Taylor, K.M. (2012). Experiences of children/young people and their
parents, using insulin pump therapy for the management of type 1 diabetes: qualitative
review. Journal of Clinical Pharmacy and Therapeutics, Vol. 37 , 140-147. doi:
10.1111/j.1365-2710.2011.01283.x.

Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J. (2010). Child health nursing: Partnering with
children & families. USA: Pearson Education, Inc.

Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010). Children and their families: The continuum of
care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Cafazzo, J.A., Casselman, M., Hamming, N., Katzman, D.K., & Palmert, M.R. (2012).
Design of mHealth app for the self-management of adolescent type 1 diabetes: A pilot study.
Journal of Medical Internet Research, 14(3) , 13. doi: 10.2196/jmir.2058.

Cavan, D.A., Ziegler, R., Cranston, I., Barnard, K., Ryder, J., Vogel, C., Parkin, C.G.,
Koehler, W., Vesper, I., Petersen, B., & Wagner, R.S. (2012). Automated bolus advisor
control and usability study (ABACUS): Does use of an insulin bolus advisor improve
glycemic control in patients failing multiple daily insulin injection (MDI) therapy? BioMed
Central Journals , 1-10.
Cemeroglu, A.P., Stone, R., Kleis, L., Racine, M.S., Postellon, D.C., & Wood, M.A. (2010).
Use of a real-time continuous glucose monitoring system in children and young adults on
insulin pump therapy: patients' and caregivers' perception of benefit. Pediatric Diabetes ,
182-187. doi: 10.1111/j.1399-5448.2009.00549.x.

EHanas, R., de Beaufort, C., Hoey, H., Anderson, B. (2011). Insulin delivery by injection in
children and adolescents with diabetes. Pediatric Diabetes , 518-526. doi: 10.1111/j.1399-
5448.2010.00731.x.

James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013). Nursing care of children: Principles &
practice, 4th ed. St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders.

Kesehatan, B. P. (2013). Pokok Hasil Riskesdas 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan,


Republik Indonesia.

Moore, S.M., Hackworth, N.J., Hamilton, V.E., Northam, E.P., & Cameron, F.J. (2013).
Adolescents with Type 1 Diabetes: Parental perceptions of child health and family
functioning and their relationship to adolescent metabolic control. Health and Quality of Life
Outcomes , 1-8. doi: 10.1186/1477-7525-11-50.

Patton, S.R., Williams, L.B., Eder, S.J., Crawford, M.J., Dolan, L., & Powers S.W. (2011).
Use of continuous glucose monitoring in young children with type 1 diabetes: Implication for
behavioral research. Pediatric Diabetes , 18-24. doi: 10.1111/j.1399-5448.2010.00649.x.

Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2012). Pediatric nursing: Caring for children and their
families. USA: Delmar.

Recupero, A., Mahnke, B., & Pinsker, J.E. (2013). Emerging technology in diabetes care:
The real-time diabetes monitoring system. Military Medicine, Vol. 178 , 218-221. doi:
10.7205/MILMED-D-12-00317.

Tate, E.B., Spruijt-Metz, D., O'Reilly, G., Jordan-Marsh, M., Gotsis, M., Pentz, M.A., &
Dunton, G.F. (2013). mHealth approaches to child obesity prevention: successes, unique
challenges, and next directions. TBM , 406-415. doi:10.1007/s13142-013-0222-3.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai