Anda di halaman 1dari 123

1

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMINATAN


APLIKASI TEORI CALISTA ROY DALAM PERAWATAN
MANDIRI KELUARGA DENGAN ANGGOTA
KELUARGA DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
Eli Susilawati

NPM : 162426098 NS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2016 / 2017
2

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMINATAN


APLIKASI TEORI CALISTA ROY DALAM PERAWATAN
MANDIRI KELUARGA DENGAN ANGGOTA
KELUARGA DIABETES MELITUS

Diajukan sebagai persyaratan untun memperoleh gelar Ners pada Program


Studi Profesi Ners STIKes Dehasen Bengkulu

Disusun Oleh :
Eli Susilawati
NPM : 162426098 NS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) DEHASEN
KOTABENGKULU
2016/2017
3

PERNYATAAN PERSETUJUAN
APLIKASI TEORI CALISTA ROY DALAM PERAWATAN
MANDIRI KELUARGA DENGAN ANGGOTA
KELUARGA DIABETES MELITUS

Laporan ni telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Seminar


Tugas Akhir Nes Program Studi Profesi Ners

Bengkulu, November 2017

Pembimbing

Dr. Ida Samida,S.Kp,M.Kes

Ka.Program Studi Profesi Ners

Ns.Murwati,S.Kep,M.Kes
4

UJIAN SEMINAR TUGAS AKHIR NERS

APLIKASI TEORI CALISTA ROY DALAM PERAWATAN


MANDIRI KELUARGA DENGAN ANGGOTA
KELUARGA DIABETES MELITUS
Disusun dan diajukan oleh

Eli Susilawati

NPM :162426098 NS

Telah dipertahankan didepan Panitia Ujian SeminarPada tanggal

November 2017 dan dinyatakan sudah memenuhi syarat

Menyetujui

Pembimbing

Dr. Ida Samida,S.Kep,M.Kes

Penguji I

...................................

Mengetahui,

STIKes Dehasen Bengkulu

Ketua Ketua Program Studi Profesi Ners

Dr.Ida Samidah,SKp,M.Kes Ns. Murwati,S.Kep.M.Kes


5

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa KTI Ners ini

merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam KTI tidak terdapat karya

yang pernah di ajukan oleh orang untuk memperoleh gelar akademis di suatu

Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, Oktober 2017

Eli Susilawati

NPM . 162426098
6

KATA PENGANTAR

PujiSyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunai – Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan

Keperawatan Peminatan ini dengan judul” AFLIKASI TEORI SELP CARE

CALISTA ROY DALAM PERAWATAN MANDIRI KELUARGA DENGAN

ANGGOTA KELUARGA DIABETES MILITUS”

Dalam penyelesainya proposal ini penulis banyak mendapat bantuan baik

materi maupun moril dari bebagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibu Dr.Ida Samidah S.Kp,m.Kes, selaku Ketua STIKes Dehasen Bengkulu

dan pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan arahan dan

masukan dalam pembuatan KTI Ini

2. Ibu Berlian Kando Sianipar,S.Kep,M.Kes, selaku Pembantu Ketua 1

STIKes Dehasen Bengkulu

3. Ibu DR.Rita Prima Benriyanti,SE,M.Kom, Selaku Pembantu Ketua II

STIKes Dehasen Bengkulu.

4. Ibu Ns. Murwati,S.Kep,M.Kes,MNS,Selaku koordinator Program Profesi

Ners STIKes Dehasen Bengkulu

5. Ibu Ns.Tita Septi Handayani,S.Kep,MNS, selaku Koordinator Program

Profesi Ners STIKes Dehasen Bengkulu.

6. Ny . H yang telah bersedia menjadi responden dalam kasus dalam KTI

ini.
7

7. Seluruh Dosen pembimbing prodi Profesi Ners STIKes Dehasen

Bengkulu.

8. Suami saya (Firman Syahdi) dan ibunda (Hj.Suhimah), kakak-kakakku,

keponakan-keponakanku, yang telah banyak memberi dukungan,

motivasi, dan perhatian, dan bantuan berbagai bentuk baik meteri maupun

non materi dalam pembuatan KTI ini.

9. Teman-teman Profesi Ners seperjuangan STIKes Dehasen Bengkulu.

10. Dan lain lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Demikianlah Laporan Asuhan Keperawatan Peminatan ini Dibuat

semoga dapat memberikan manfaat dan mendapatkan masukan dan

kritikan yang membangun.Terima kasih

Bengkulu, Oktober 2017

Eli Susilawati
8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

. Karena semangkin banyaknya penderita Diabetes militus di indonesia

salah satunya di Puskesmas Tebat Karai , maka dalam hal ini penulis

menuliskan tentang Aflikasi Teori Calista Roy Dalam Perawatan mandiri

keluarga dengan anggota keluarga Diabetes

Asuhan keperawatan pada klien Diabetes Militus merupakan salah satu

upaya yang penting dalam peningkatan usaha promotif dan preventif dengan

tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif dan juga menekankan

pada keterlibatan klien dan keluarga untuk dapat melaksanakan program

pengobatan dan perawatan sebagaimana mestinya.

Masalah yang dapat diambil dalam penyusunan KTI ini adalah : “apakah

teori Calista Roy dapat di aplikasikan dengan baik dalam pelayanan

kesehatan atau asuhan keperawatan dengan masalah Diabetes Melitus.

Catt:

Untuk latar belakang masalah urutan tulisan sbb:

- Apa itu hypertensi, dampaknya terhadap individu, keluarga, masyarakat, dan

negara

Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang

ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh


9

kekurangan hormon insulin secara relatif Pada umumnya ada 2 tipe diabetes,

yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak

tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa

disebut diabetes gastointestinal, Jika Diabetes Melitus tidak segera

ditangani akan menimbulkan berbagai komplikasi organ tubuh seperti

pada mata, ginjal,jantung,pembuluh darah,syaraf dan lain –lain.

Penderita Diabetes Militus dibandingkan dengan penderiota non

Diabetes Militus mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta,2 kali

terjadi penyakit jantung koroner , 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan

5 kali menderita ulkus diabetikum (Kozier,2010) Diabetes Militus

merupaka salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kersukan

organ tubuh seperti kerusakan pada mata, ginjal,jantung dan

ekstremitas serta dapat menyebabkan kematian

Insiden hypertensi di dunia, Indonesia, Provinsi Bengkulu, dan RS tempat m

Diabetes Militus tidak hanya banyak ditemukan di indonesia namun juga

dialami oleh penduduk di dunia. Internasional Diabetes Federation (IDF)

melaporkan 382 juta penduduk didunia hidup dengan Diabetes Militus pada

tahun 2013. Indonesia menyumbang sejumlah 10 juta pada tahun 2015 dan

merupakan urutan ketujuh tertinggi di dunia . Untuk prevalensi penderita

diabetes tertinggi di dunia bersama dengan china, india, Amerika Serikat,

Brazil, Rusia dan MeksikoPenderita Diabetes Millitus di Puskesmas Tebat

Karai berdasarkan data rekam medik pada tahun 2016 sebanyak ....jiwa
10

- Apa yang harus dilakukan agar tekanan darah pasien hypertensi terkontrol

dilihat dari segi auhan keperawatan

Asuhan keperawatan pada klien Diabetes Militus merupakan

salah satu upaya yang penting dalam peningkatan usaha promotif dan

preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan

rehabilitatif dan juga menekankan pada keterlibatan klien dan keluarga

untuk dapat melaksanakan program pengobatan dan perawatan

sebagaimana mestinya.

- Apakah model teori keperawatan yang cocok untuk memberikan asuhan

keperawatan pada pasien hypertensi

- Berikan contoh2 model teori keperawatan yang pernah digunakan dan apa

kekurangan serta kelebihan tiap teori tersebut

- Apa alasan penulis memilih orem sebagai model teori yang akan

diaplikasikan

Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya


harus dilandasi oleh dasar ilmu keperawatan yang kokoh dengan
demikian perawat harus mampu berfikir logis dan kritis dalam
menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak
bentuk-bentuk pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis harus
dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunkan
model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan setiap model
dapat digunakan delam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Model dan konsep keperawatan Calista Roy adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologi,
konsep diri, fungsi peran dan hubungan interdependensi selama sehat
dan sakit (Ratna, 2005). Model konseptual mengacu pada ide-ide
11

Global mengenai individu, kelompok, situasi kejadian tertentu yang


berkaitan dengan dissiplin yang spesifik.
Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan
pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan
fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan
dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang
keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model
konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara pearawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai
seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam merawat pasien lain dengan menggunakan
model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan setiap model
dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantarannya adalah teori
model keperawatan Calista Roy, dikenal dengan model adaptasi diman
Roy memandang setiap manusia mempunyai potensi untuk beradaptasi
terhadap stimulus baik stimulus internal maupun external dan
kemampuan adaptasi dapat dilihat dari berbagai tingkat usia.
Model adaptasi Roy memberikan suatu kerangka berpikir bahwa
tujuan keperawatan adalah membantu pasien untuk beradaptasi dengan
penyakit. Dalam kehidupan sehari – hari , pasien Diabetes Militus
dihadapan dengan perkembangan penyakitnyadan harus beradaptasi
dengan perubahan tersebut dengan melakukan pegontrolan gulkosa
darah , pengobatan baik oral atau insulin , menigkatkan pengetahuan
mereka tentang perawatan Diabetes Militus, serta mengubah gaya
hidup dalam diet, olahraga dan penganturan stress. Beberapa penelitian
mereka. Penelitian Lazcano = ortiz dan salazar Gonzalez (2009 )
sebagai contoh , menunjukan bahwa lamanya seseorang memiliki
Diabetes Militus akan memepengaruhi adaptasi fisiologi namun tidak
mempengaruhi
12

Aplikasi proses keperawatan menurut Calista Roy di masyarakat


namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa
tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat
melakukan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan
yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Calista
Roy. Oleh karena itu saya memandang perlu untuk mengetahui dan
mengkaji tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan
teori Caliata Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan
Skeperawatan atau asuahan keperawtan.

Seperti penelitian Oleh Tetra Saktika yang pernah meneliti Diabetes


Militus dengan menggunakan teori Calista Roy dengan melaksanakan
pengkajian dalam asuhan keperawatan. ( Tetra , 2014)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun


tentang penerapan aplikasi teori Calista Roy dalam pemberian asuhan
kepeperawatan pada penderita Diabetes Melitus. Sehingga pasien lebih
memprioritaskan adaptasi lingkungan sebagai aspek yang paling utama
dalam proses penyembuhan penyakitnya dengan kenyamanan
lingkungan baik fisik maupun psikologi. Penerapan teori dari model
konsep Calista Roy model konsep ini sangat cocock dalam kasus
dimana model konsep teori Roy yaitu : Membantu seseorang
beradaptasi terhadap kebutuhan psikologis, konsep diri, fungsi peran
dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit. Biasanya
penderita penyakit Diabetes Militus dapat mengalami gangguan pada
fisiologis, konsep diri dan fungsi peran selama sakit. Mereka merasa
menjadi wanita yang tidak seutuhnya, karena memiliki fisik yang tidak
normal dan merasa malu karena penyakitnya dan akhirnya terdapat
gangguan dalam kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
hubungan interdependensi. Peneliti berharap bisa membantu pasien
penderita diabetes militus ini untuk beradaptasi terhadap kebutuhan
13

fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan hubungan interdependensi


selama sehat dan sakit. Seperti meningkatkan kualitas penyakitnya,
kualitas istrahat tidur, kualitas aktifitas atau peran, kualitas nutrisi dan
kualitas hubungan interdepensinya.
B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat diambil dalam penyusunan KTI ini adalah :

“apakah teori Calista Roy dapat di aplikasikan dengan baik dalam

pelayanan kesehatan atau asuhan keperawatan dengan masalah Diabetes

Melitus.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menerapkan Model Konsep Keperawatan Calista Roy pada anggota

keluarga dengan Diabetes Melitus Di desa Talang Karet wilayah kerja

Puskesmas Tebat Karai Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pangkajian pada keluarga dengan Diabetes

Militus dengan aplikasi Teori Calista Roy di Talang Karet

Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang.

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

Diabetes Melitus dengan aplikasi Teori Calista Roy di Talang

Karet Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang.

c. Mampu melakukan perencanaan pada pasien Diabetes Melitus

dengan aplikasi Teori Calista Roy di Talang Karet Kecamatan

Tebat Karai Kabupaten Kepahiang.


14

d. Mampu melakukan implementasi pada pasien Diabetes Melitus

dengan aplikasi Teori Calista Roy di Talang Karet Kecamatan

Tebat Karai Kabupaten Kepahiang

e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien Diabetes Melitus dengan

aplikasi Teori Calista Roy di Talang Karet Kecamatan Tebat Karai

Kabupaten Kepahiang

f. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan konsep Calista Roy

dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pendidikan

Untuk menambah referensi dan memberikan informasi tentang

pelayanan kesehatan khusunya bagi mahasiswa-mahasiswi jurusan

keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dehasen Bengkulu.

b. Bagi Penulis

Untuk menambahkan wawasan dan pengetahuan menegenai

penerapan atau aplikasi teori Calista Roy pada pasien Diabetes

Melitus. Sebagai masukkan bagi calon peneliti lain dan sebagai

dasar dalam melakukan penelitian dengan masalah yang berbeda,

Untuk menambahkan kompetensi ilmu di dunia keperawatan

dengan penerapan aplikasi Calista Roy pada pasien Diabetes

Melitus

c. Bagi Pasien dan Keluarga


15

Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar

pasien dan keluarga mengetahui tentang penyakit Diabetes Militus

serta perawatan yang benar agar klien mendapat perawatan yang

tepat.

d. Bagi Pembaca

Manfaat penulisan karya ilimah bagi pembaca yaitu menjadi

sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca karya

tulis ini menjadi lebih mengetahui dan memahami bagaimana cara

merawat pasien yang sakit Diabetes Militus.


16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Keperawatan Pasien Dengan Diabetes Melitus

1. Konsep Dasar Diabetes Militus

a. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah

/hiperglikemi (Suzzane C. Smeltzer, 1996 : 1220)

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,

neurologis dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis

dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer,

1999 : 580)

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang

secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi

berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A Price and Lorraiene

M. Wilson, 1995 : 1111)


17

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Diabetes Melitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme

secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi

insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan

pembuluh darah.

b. Etiologi

I. Diabetes tipe I:

a) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik

ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini

ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b) Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal

dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-

olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel

pulau Langerhans dan insulin endogen.

c) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II
18

Penyebab dari DM Tipe II antara lain:

a. Penurunan fungsi cell  pankreas

Penurunan fungsi cell  disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain:

1) Glukotoksisitas, Kadar glukosa darah yang berlangsung

lama akan menyebkan peningkatan stress oksidatif, IL-

1 DAN NF-B dengan akibat peningkatan apoptosis

sel beta.

2) Lipotoksisitas, Peningkatan asam lemak bebas yang

berasal dari jaringan adiposa dalam proses lipolisis akan

mengalami metabolism non oksidatif menjadi ceramide

yang toksik terhadap sel beta sehingga terjadi apoptosis

3) Penumpukan amiloid, Pada keadaan resistensi insulin,

kerja insulin dihambat sehingga kadar glukosa darah akan

meningkat, karena itu sel beta akan berusaha

mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin

hingga terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi

insulin juga diikuti dengan sekresi amylin dari  sel beta

yang akan ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi

jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri

sehingga akirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans

menjadi berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta

berkurang sampai 50-60%.


19

4)  Efek inkretin, Inkretin memiliki efek langsung terhadap

sel beta dengan cara meningkatkan proliferasi sel beta,

meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi apoptosis

sel beta.

5)  Umur, Diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah  usia 30

tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun,

selanjutnya terus meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut

yang mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50

– 92%. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30

tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan

biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut

pada tingkat jaringan dan ahirnya pada tingkat organ yang

dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen

tubuh yang mengalami perubahan adalah sel beta pankreas

yang mengahasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan

terget yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan

hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa.

6) Genetik

b. Retensi insulin

Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak

begitu jelas, tapi faktor-faktor berikut ini banyak berperan:

1) Obesitas terutama yang bersifat sentral ( bentuk apel ),

Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap


20

glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada

sel diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan

keaktifannya kurang sensitif.

2) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

3) Kurang gerak badan

4) Faktor keturunan ( herediter )

5) Stress, Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya

sekresi sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi

simpatis adrenal medular dan bila stress menetap maka

sistem hipotalamus pituitari akan diaktifkan. Hipotalamus

mensekresicorticotropin releasing factor yang

menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang

akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah

(FKUI, 2011)

c. Faktor Resiko

1. Faktor Resiko untuk Diabetes 1

a) Riwayat keluarga : ketika seseorang sanak famili (orang

tua,anak, saudara kandung) memiliki diabetes , resiko

mengembangkan diabetes tipe 1 adlah sekitar 10

sampai15 persen . banyak kemungkinan gen sedang

diselidiki.

b) Paparan protein susu sapi : konsumsi susu sapi pada anak

usia dini telah diselidiki sebagai faktor penyebabnya


21

c) Infeksi virus pada janin atau pada masa kecil

d) Berat lahir lebih besar dari 4, 9 kg

e) Preeklamsi (tekanan darah tinggi pada ibu hamil )

f) Dilahirkan oleh seluruh ibu yang lebih tua dari 25 tahun

2. Faktor Resiko untuk Diabetes 2

a) Riwayat tipe 2 pada keluarga tingkat pertama ( orang tua ,

anak, saudara kandung ) atau kedua (paman, bibi, kakek,

nenek, cucu , keponakan )

b) Usia yang lrbih tua

c) Obesitas

d) Sejarah diabetes gestasional

e) Adanya hipertensi dan kolesterol tinggi

f) Ras dan etnis: afrika – amerika , latin , indian amerika

/Alaska Pribumi, serta Asia dan kepulauan Pasifik memiliki

risiko lebih besar

3. Faktor Resiko untuk Diabetes gestasional

a) Riwayat keluarga diabetes tipe 2 pada seorang sanak tingkat

pertama ( orang tua, anak, saudara kandung )

b) Sejarah gula darha tinggi

c) Pengunaan nsteroid selama kehamilan

d) Sindrom pvarium polikistik

e) Berat badan sebelum hamil setidaknya 10 persen diatas berat

badan ideal
22

f) Anak sebelumnya memiliki berat badan lahir lebih besar dari

4 kg.

g) Berat lahir ibu lebih besar dari 4 kg atau kurang dari 2, 72 kg.

d. Insiden/prepalensi

Dewasa ini  ada sekitar 422 juta orang penyandang diabetes 

yang berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari

penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan Diabetes tidak

tahu bahwa dia penyandang Diabetes.Oleh karena itu, sering

ditemukan penderita Diabetes pada tahap  lanjut dengan 

komplikasi seperti; serangan jantung, stroke, infeksi kaki yang

berat dan berisiko  amputasi, serta  gagal ginjal stadium akhir.

90% penderita diabetes diseluruh dunia merupakan diabetes

tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat dan

sebetulnya 80% dapat dicegah, ujar Menteri Kesehatan RI

Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pada pembukaan

Dialog Interaktif Hari Kesehatan Sedunia 2016 di Jakarta

Selatan (7/4).

Acara Hari Kesehatan Sedunia bertepatan dengan tanggal

berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang

diperingati setiap tangga l 7 April. Tema global yang dipilih

oleh WHO adalah Diabetes dengan sub tema Diabetes


23

Superhero. Sementara untuk tema nasional untuk tahun ini

adalah Cegah, Obati, Lawan Diabetes.

Diabetes sendiri merupakan penyakit yang disebakan oleh

tingginya kadar gula darah akibat gangguan pada pankreas dan

insulin. Di Indonesia, data Riskesdas menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan prevalensi Diabetes di Indonesia dari

5,7%  tahun 2007 menjadi 6,9%  atau sekitar  sekitar 9,1 juta

pada tahun 2013. Data International Diabetes Federation

tahun  2015  menyatakan jumlah estimasi penyandang

Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Seperti

kondisi di dunia, Diabetes kini menjadi salah satu penyebab

kematian terbesar di Indonesia. Data Sample Registration

Survey tahun  2014 menunjukkan bahwa Diabetes merupakan

penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan

persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%) dan penyakit

Jantung Koroner (12,9%). Bila tak ditanggulangi, Kondisi ini

dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitias,  dan 

kematian dini.

Berdasarkan data World Economic Forum April 2015, potensi

kerugian akibat Penyakit Tidak Menular  di Indonesia pada

periode 2012-2030 mencapai 4,47 triliun dolar, atau 5,1 kali

PDB 2012. Besarnya pembiayaan kesehatan akibat Diabetes

tampak dari klaim BPJS sampai tahun 2015. Ternyata 


24

Diabetes dan komplikasinya adalah  salah satu kelompok

klaim  terbesar untuk biaya catastrophic JKN, yaitu 33 % dari

total pengeluaran. Itulah sebabnya,  Agenda 2030 dari

Sustainable Development Goals (SDGs) menetapkan indikator

runtuk mengurangi angka kematian prematur dari Penyakit

Tidak Menular (PTM) salah satunya Diabetes sebanyak

sepertiga pada tahun 2030.

e. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin

1) Anatomi Sistem Endokrin

a) Anatomi Pencernaan

Gambar 2.1 Anatomi Pencernaan

b) Anatomi Pancreas
25

Gambar 2.2 Anatomi Pankreas

2) Fisiologi Endokrin

a) Fisiologi Sistem pencernaan

b) Fisiologi Pancreas

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang

panjangnya kira –kira 15 cm, lebar 5 cm , mulai dari

duedenum sampai limpa dan beratnya rata –rata 60 – 90 gram ,

terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 dibelakang

lambung.

Pangkreas merupakan kelenjar ednokrin terbesar yang

terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian

depan kepla ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang

dibentuk oleh duedum dan bagian pilorus dari lambung .

bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini

merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh

atau terletak pad alat ini. Dari segi perkembangan

embrioologus, kelenjar pankreas terbentuk dari lapisan epitel

yang membentuk usus.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :

1. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duedenum


26

2. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya

keluar, tetapi mensekresi insulin dan glukugen langsung ke

darah. Pulau –pulau langerhans yang menjadi sistem

endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas

dengan berat 1 - -3 % dari berat total pankreas . pulan

langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing – masing

pulau berbeda . besar pulau langerhans yang terkecil

adalah 50 m , sedangkan yang terbesar 300 m , terbanyak

adalah yang terbesarnya 100 – 225 m. Jumlah semua pulau

langerhans di pankreas diperkiraan antara 1 – 2 juta. Pulau

langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utamma,

yaitu :

a. Sel – sel A ( Alpa) , jumlahnya sekitarnya 20 – 40 5 ,

memproduksi glikagon yang menjadi faktor

hiperglikemik suatu hormon yang mempunyai anti

insulin like activity

b. Sel – sel D ( Deta ) , jumlahnya sekitar 5 – 15 %

membuat somatostin. Masing – masing sel tersebut ,

dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat

pewarnaan . di bawah mikroskop pulau – pulan

langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak

mengandung pembuluh darah kapiler . pada penderita

DM , sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel


27

beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukan

reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga diangap

tidak berfungsi , insulin sehingga diangap tidak

berfungsi , insulin merupakan protein kecil dengan

berat molekul 5808 untuk insulinmanusia terdiri dari

dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantan

A dan B . Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua

jembatan ( perangai ) , yang terdiri dari disulfida .

rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B

terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada

PH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5 0 3 . sebelum

insulin dapat berfungsi . ia harus berkaitan dengan

protein reseptor yang besar di dalam membran sel

.isulin disentesis sel beta dari proinsulin dan di

simpan dalam butiran berselapaut yangberesal dari

konmpleks golgi.

Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek

umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas . bila

kadar glukosa pada pankreas . bila kadare glukosa

drah meningkat diatas 100 mg/100 ml darah, sekresa

insulin meningkata cepat . bila kadar glukosa normal

atau rendah . produksi insulin akan menurun . selain

kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino


28

,asam lemak , dan hormon gastrointestinal

merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda –

beda . gungsi metabolisme utam insulin untuk

meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui

membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot,

fibriblas dan sel lemak

f. Patofisiologi terjadinya Diabetes Militus

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes

melitus adalah :

a. Diabetes tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah

dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa

terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh

hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan

tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada

dalam darah dan menimbulkan

hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika

konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak

dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring

keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin

(Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan

dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan


29

dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan

diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan

yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein

dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.

Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan

(polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala

lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini

akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut

menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan

produksi badan keton yang merupakan produk samping

pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang

mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila

jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang

diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala

seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi,

napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan

menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan

kematian.

b. Diabetes tipe II
30

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang

berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat

dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai

akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa

didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian

insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi

glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka

awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika

gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat

ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau

pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat

tinggi).

Penyakit  Diabetes membuat gangguan/ komplikasi

melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh,

disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan

terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar

(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada


31

pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut

mikroangiopati. 

Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya

lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus

keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus

berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap

saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan

adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada

daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati

sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang

mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area

kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan

akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan

ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal

manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk

mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang

inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya

sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria

sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan

sekitarnya, (Anonim 2009)

g. Manifestasi klinik

1. Manifestasi Tipe I sering ditemukan gejala-gejala


32

a. Poliuri (banyak kencing), Hal ini disebabkan oleh

karena kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga

terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak

menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh

banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum), Hal ini disebabkan

pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan

banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi

klien lebih banyak minum.

c. Polifagia (banyak makan), Hal ini disebabkan karena

glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi

(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus

makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja

makanan tersebut hanya akan berada sampai pada

pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga

kurang, Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang

telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama

mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain

yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan

lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan

makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di


33

jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM

walaupun banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas

polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan

karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan

sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan

pembentukan katarak.

f. Ketoasidosis,Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali

menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang disertai

atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik

bila tidak diterapi dengan baik.

2. Manisfestasi DM Tipe II

a. Penurunan penglihatan

b. Poliuri ( peningkatan pengeluaran urine ) karena air

mengikuti glukosa dan keluar melalui urine.

c. Polidipsia (peningkatan kadar rasa haus)akibat volume

urineyang sangat besar dan keluarnya air yang

menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel

mengikuti ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi

keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi

keplasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi) dehidrasi

intrasel menstimulasi pengeluaran hormon anti duretik

(ADH, vasopresin)dan menimbulkan rasa haus


34

d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme

protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel

untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran

darah yang buruk pada pasien DM kronis menyebabkan

kelelahan

e. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan

pascaabsorptif yang kronis, katabolisme protein dan

lemak dan kelaparan relatif sel. Sering terjadi

penurunan berat badan tanpa terapi

f. Konfusi atau derajat delirium

g. Konstipasi atau kembung pada abdomen(akibat

hipotonusitas lambung)

h. Retinopati atau pembentukan katarak

i. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki

akibat kerusakan sirkulasi perifer, kemungkinan kondisi

kulit kronis seperti selulitis atau luka yang tidak

kunjung sembuh, turgor kulit buruk dan membran

mukosa kering akibat dehidrasi

j. Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek,

dan kemungkinan nyeri perifer atau kebas

k. Hipotensi ortostatik (Jaime Stockslager L dan  Liz

Schaeffer,2007)

h. Klasifikasi
35

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin

(NIDDM)

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan

atau sindrom lainnya

4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

i. Test diagnostik

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

4. Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring

diagnosis DM (mg/dl)

Bukan Belum Pasti DM

DM DM
Kadar < 100 100-200 200

glukosa <80 80-200 >200

darah span="">

sewaktu 110-120 >126

          Plasma <110 90-110 >110

vena span="">

          Darah <90

kapiler span="">
36

Kadar

glukosa

darah puasa

          Plasma

vena

-          Dara

h kapiler

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada

sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam

kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2

jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

j. Penanganan

Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan medis pada

pasien diabetes mellitus meliputi :

1. Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita.

b) Mengarahkan pada berat badan normal.

c) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa

muda.
37

d) Mempertahankan kadar KGD normal.

e) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati

diabetik.

f) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan

penderita.

g) Menarik dan mudah diberikan.

Prinsip diet DM, adalah :

a) Jumlah sesuai kebutuhan.

b) Jadwal diet ketat.

c) Jenis: boleh dimakan / tidak.

Tabel 2.1   Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah

disesuaikan dengan kandungan kalorinya.

Macam diit Kalori Protein ( gr Lemak Karbohidrat

) ( gr )
I 1100 50 30 160

II 1300 55 35 195

III 1500 60 40 225

IV 1700 65 45 260

V 1900 70 50 300

VI 2100 80 55 325

VII 2300 85 60 350

VIII 2500 90 65 390


38

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal.

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja,

atau diabeteskomplikasi,

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu :

J I    : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah.

J II   : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

J III  : jenis makanan yang manis harus dihindari.

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh

status gizipenderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung

Percentage of relative body weight(BBR= berat badan normal) dengan

rumus :  BBR =   BB (Kg) X 100 %

TB (cm) – 100

Kurus (underweight)

1. Kurus (underweight : BBR < 90 %

2.  Normal (ideal)                 : BBR 90 – 110 %

3. Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

4. Obesitas, apabila : BBR > 120 %

5. Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

6. Obesitas sedang      : BBR 130 – 140 %

7. Obesitas berat        : BBR 140 – 200 %


39

8. Morbid                      : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah :

1. kurus          :  BB X 40 – 60 kalori sehari

2. Normal       :  BB X 30 kalori sehari

3. Gemuk       :  BB X 20 kalori sehari

4.  Obesitas     :  BB X 10-15 kalori sehari

a. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,

adalah 

1. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila

dikerjakan setiap 1 ½jam sesudah makan, berarti pula

mengurangi insulin resisten pada penderita dengan

kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan

meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.

2. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan

sore.

3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.

4. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein.

5. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka

latihan akan dirangsangpembentukan glikogen baru.

6. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah

karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.


40

b. Penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada

penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media

misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan

sebagainya.Obat

1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

Mekanisme kerja sulfanilurea

2. Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas.

3. Kerja OAD tingkat reseptor.

 Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi

mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin,

yaitu :

1. Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik

Menghambat absorpsi karbohidrat.

Menghambat glukoneogenesis di hati.

 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.

2. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah

reseptorinsulin.

3. Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek

intraseluler.

4. Nsulin
41

a. Beberapa cara pemberian insulin.

1. Suntikan insulin subkutan.Insulin reguler mencapai

puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan

subcutan,kecepatan absorpsi di tempat suntikan

tergantung pada beberapa factor antara lain :

a. lokasi suntikan.,ada 3 tempat suntikan yang

sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan

paha.Dalam memindahkan suntikan (lokasi)

janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan

rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak

memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap

hari.

b. Pengaruh latihan pada absorpsi insulin,Latihan

akan mempercepat absorbsi apabila

dilaksanakan dalam waktu 30 menitsetelah

suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang

berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah

suntikan.

c.  Pemijatan (Masage),Pemijatan juga akan

mempercepat absorpsi insulin.

d.  Suhu, Suhu kulit tempat suntikan (termasuk

mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.


42

e. Dalamnya suntikan, Makin dalam suntikan

makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini

berarti suntikanintramuskuler akan lebih cepat

efeknya daripada subcutan.

f.  Konsentrasi insulin,Apabila konsentrasi insulin

berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat

perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat

penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek

insulin dipercepat.

2. Suntikan intramuskular dan intravena, Suntikan

intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik

atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat

suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena

dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

b. Cangkok pankreas, Pendekatan terbaru untuk cangkok

pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara

kembar identik.

c. Penatalaksanaan Ulkus diabetic

1. Grade 0, Penanganan meliputi edukasi pada pasien

tentang alas kaki khusus dan pelengkap alas kaki

yang di anjurkan. Sepatu atau sandal dibuat secara

khusus untuk mengurangi tekanan.


43

2. Grade 1, Memerlukan debridement jaringan

nekrotik, perawatan local luka dan pengurangan

beban meungkinkan untuk pemberian antibiotic.

3.  Grade 2, Memerlukan debrdement, antibiotic yang

sesuai dengan kultur, perawatan local luka,

pengurangan beban.

4.  Grade 3, Memerlukan debridement jaringan yang

sudah menjadi gangrene.

5.  Grade 4, Memerlukan amputasi kemungkinan di

bagian distal.

6.  Grade 5, Memungkinkan dilakukan amputasi pada

semua bagian bawah kaki.

k. Pencegahan

1. Berhenti merokok

Jika anda memiliki kebiasaan merokok maka sebaiknya

berhenti mulai sekarang . rokok meningalkan nikotin

dalam saluran pernafasan kemudian akan diambil oleh

darah. Drah yang mengandung nikotin akan merusak

sistem insulin pada pankreas sehingga resiko diabetes

menjadi semankin tinggi. Bahaya merokok selain

menjadi penyebab diabetes juga dapat menimbulkan

ratusan penyakit paling mematikan di dunia lainya.


44

2. Berhenti minum alkohol

Alkohol adalah salah satu pemicu beberapa jenis

penyakit dlam tubuh seperti jantung ,stroke,kanker hati

dan beberpa jenis penyakit lain. Jantung menjadi salah

satu potensi besar untuk merusak kemampuan tubuh

dalam menghasilkan insulin, karena itu bahaya alkohol

bisa menigkatkan potensi diabetes.

3. Hindari kebiasaan tidak melakukan aktivitas apapun

Ketika anda sedang menonton televisi maka jangan

mengunakan remote kontrol. Terlalu banyak duduk akan

memicu timbunan lemak dalam tubuh sehingga anda bisa

lebih gemuk, jadi membuat tubuh selalu bergerak paling

tidak hany aberjalan – jalan akan membuat simpanan

kalori tubuh bisa dibakar menjadi tenaga.

4. Turunkan berat badan

Obesitas adalah salah satu penyebab diabetes yang

paling tinggi. Memiliki berat badan yang berlebih akan

memicu beberapa penyakit seperti jantung . ketika tubuh

beresiko memiliki penyakit jantung maka potensi diabets

juga akan semangkin tinggi . jikakondisi ini terjadi maka

anada bisa menurunkn berat badan dengan melakuka

olahraga secra teratur dan diet

5. Hindari terlalu sering komsumsi minuman manis,


45

Minuman manis yang mengandung gula dan bahan

pemanis lain telah menigkatkan resiko diabetes.

Minuman manis memang dibutuhkan oleh tubuh sebagai

sumber tenaga tapi dalam jumlah yang kecil. Selain

minuman manis maka minuman yang mengandung soda

dan berbagai bahan pengawet juga harus dihindari .

minuman manis akan menigkatklan kadar glikemik

dalam tubuh sehingga bisa meningkatkan resiko obesitas

dan dibetes.

6. Komsumsi lemak tak jenuh

Lemak tak jenuh ganda dalah jenis lemak yang

ditemukan pada beberapa jenis kacang kacangan , biji –

bijiana, ikan salmon ,ikan sarden, dan beberpa jenis ikan

lain. Lemak ini dapat membantu tubuh dalam mencegah

diabetes. Sementara jenis minyak trans seperti jenis

minyak trans seperti minyak sawait dan margarin

akanmeningkatkan resiko diabetes.

7. Batasi komsumsi daging merah

Daging merah yang berasal dari domba, sapu danbabi

ternyata bisa menigkatkan resiko diabetes . daging merah

tidak mudah diterima oleh tubuh termasuk dalam proses

metabolisme untuk menghindari resiko ini maka

sebaiknya ganti daging merah dengan daging ungas.


46

8. Lakukan berbagai macam aktifitas fisik

Berbagai macam gerkan dan latihan fisik bisa

menghindari dari tubuh dari penumpukan lemak, resiko

obesitas dan membuat jantung menjadi lebih sehat .

dengan gaya hidup seperti ini maka tubuh akan

menigkatkan produksi insulin dan digunakan untuk

membantu menormalkan kadar gula dalam darah . anada

bisa memilih beberapa aktivitas fisik seperti berenang .

senam dan lari. Latihan fisik 2o menit setiap hari sudah

bisa menurunkan resiko terkena diabetes.

9. Komsumsi makanan berserat

Makanan yang mengandung serat akan membuat sitem

metabolisme dalam tubuh berjalanlebih lancar . organ

pencernaan bisa bekerja secara maksimal dan zat – zat

penting yangberasal dari makanan bisa digunakan oleh

tubuh dengan cepat . maknan bersart juga bisa

menurunkan resiko penyakit jantung dan menjaga organ

pencernaan . demngan cara ini maka resikon diabetes

akan menjadi lebih rendah , beberapa makanan berserat

antara lain adalah sayuran hijau, kacang –kacangan ,

buah –buahan dan biji –bijian.

10. Atur porsi makan


47

Komsumsi makana yang seimbang dengan kebutuhan

nutrisi tubuh adalah langkah yang sangat bijak. Pada

sekitar seperempat bagian protein ,sayuran,buah dan

karbohidrat. Ini adalah salah satu pengaturan porsi

makan yang paling sehat . namun kita sering lupa

bahwa makanan bahwa makan hanya untuknuntuk

membuat perut menjadi kenyang namun bukan hal itu

yang dibutuhkan oleh tubuh . mengatur porsi makanan

dengan jumlah dengan jumlah yang kecil dan sesuai

dengan kebutuhan nutrisi bisa mengurangin resiko

diabetes

l. Rehabilitation

Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan

kembali pada individu yang telah mengalami sakit. Pada penderita

DM, upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah :

a. Pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan

pengkonsumsian makanan karbohidrat tinggi yang alami

b. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dengan

melaksanakan pemeriksaan laboratorium komplit minimal sekali

sebulan

c. Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat

yang diabetagonik
48

m. Program merintah terkait Diabetes Militus

Di Indonesia, data dari Riskesdas tahun 2007 dan 2016

menyebutkan bahwa penderita penyakit diabetes meningkat

sebanyak dua kali lipat. Prevalensi pengidap diabetes mencapai

angka 2.650.340 jumlah penduduk Indonesia yang mengidap

diabetes.

Untuk mengendalikan Diabetes Kemenkes sendiri telah

membentuk 13.500 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) )

untuk memudahkan akses warga melakukan deteksi dini

penyakit diabetes. Selain itu Menkes menghimbau

masyarakat untuk melakukan aksi CERDIK, yaitu dengan

melakukan:

Dengan demikian, Indonesia memiliki “pekerjaan rumah”

terkait bagaimana cara menghadapi penyakit yang jumlah

penderitanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan

hingga saat ini, diabetes mellitus masih menduduki peringkat

ke-3 penyebab kematian di Indonesia, setelah penyakit jantung

dan stroke.

Menanggapi hal ini, pemerintah melakukan tindakan dengan

menerapkan program pengendalian diabetes mellitus. Meliputi:

1. Pendekatan faktor risiko penyakit menular terintegrasi di

fasilitas layanan primer( pandu PTM)

a. Untuk penigkatan tatalaksana faktor risiko utama

( konseling berhenti merokok, hipertensi) difasilitas


49

pelayanan dasar ( puskesmas, dokter keluarga, praktek

swasta)

b. Tata laksana terintegrasi hipertensi dan diabetes

militus melalui pendekatan faktor risiko

c. Prediksi risiko penyakit jantung dan struk dengan

charta WHO

2. Posbindu PTM ( Pos Pembinaan Twerpandu Penyakit Tidak

menular) , pemberdayaan masyrakat dalam meningkatakan

kewaspadaan dini dalm memonitoring faktor risiko menjadi

salah satu tujuan dalam program pengendalian faktor

risikopenyakit tidak menular berbasis masyrakat yang

bertujuan meningkatkan kewaspadaan masyrakat terhadap

faktor risiko baik terhadap dirinya, keluarga, masyrakat dan

lingkungan.

3. CERDIK dan PATUH di posbindu dan balai gaya hidup sehat

progran PATUH yaitu :

a. P: periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter

b. A : atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan

teratur

c. T : Tetap diet sehat dengan giiz seimbang

d. U : Upayakan beraktivasi fisik dengan aman

e. H : Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainya

Program CERDIK , Pesan penigkatan gaya hidup sehat

yang disampaikan dilingkungan sekolah yaitu


50

a. C : Cek kondisi kesehatan secara berkala

b. E : Enyahkan asap rokok

c. R : Rajin aktivitas fisik

d. D : Diet sehat dengan kalori seimbang

e. 1 : Istirahat yang cukup

f. K : Kendalikan stress

4. BPJS Kesehatan mengintegrasikan program PPDM Tipe

menjadi salah satu program rutinnya. Program tersebut

berganti nama menjadi Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(PROLANIS). Salah satu tantangan BPJS Kesehatan adalah

memastikan, PROLANIS menjadi program yang mampu

meningkatkan efisiensi dan efektivitas JKN.5Artinya,

PROLANIS tidak saja harus mengedepankan peningkatan

mutu pelayanan kesehatan, namun di saat yang sama

PROLANIS juga harus mengedepankan pengendalian biaya

pelayanan kesehatan. Di Indonesia sendiri, dampak dari

kegiatan promotif preventif seperti PPDM Tipe 2 terhadap

biaya pelayanan kesehatan belum banyak dilakukan. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan

program PPDM Tipe 2 yang dikelola oleh PT Askes

(Persero) untuk menjadi rekomendasi perbaikan pelaksanaan

PROLANIS oleh BPJS Kesehatan. Tujuan khususnya adalah

untuk mengetahui tingkat partisipasi peserta, kontinuitas

kunjungan,tingkat kesehatan peserta, serta dampak program


51

PPDM Tipe 2 terhadap biaya pelayanan kesehatan di rumah

sakit. Studi ini menilai pencapaian target dari 4 (empat)

indikator: (1) indeks massa tubuh (target 18.5-25), (2)

glukosa darah puasa (target 80- 100 mg/dl), (3) glukosa darah

post prandial (target 70-140 mg/dl), dan (4) HbA1C (target

4.8-5.9%)

3. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Militus

a. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan adalah merupakan suatu hal yang

tidak akan terlepas dari pekerjaan seorang perawat dalam

menjalankan tugas serta kewajibannya serta peran dan fungsinya

terhadap para pasiennya. Karena itulah pentingnya kita

mengetahui akan proses pemberian asuhan keperawatan yang

komprehensif.

Asuhan Keperawatan adalah merupakan suatu tindakan

kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan

secara langsung kepada klien (pasien) untuk memenuhi

kebutuhan objektif klien, sehingga dapat mengatasi masalah

yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan

berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan

Pengertian Asuhan Keperawatan adalah merupakan proses

atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang


52

diberikan secara langsung kepada klien / pasien di berbagai

tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-

kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada

kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi

klien. 

b. Tujuan dan manfaat Asuhan Keperawatan

Ada beberapa tujuan dan manfaat pemberian asuhan

keperawatan diantaranya yaitu :

1) Membantu individu untuk mandiri

2) Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang

kesehatan.

3) Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara

kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam

memelihara kesehatannya.

4) Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

c. Tahapan Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

Yang dimaksud dengan pengertian definisi Pengkajian adalah

upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk

dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan

dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial

maupun spiritual dapat ditentukan.


53

Tahapan pengkajian keperawatan ini mencakup tiga kegiatan,

yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah

kesehatan serta keperawata

Pengumpulan Data.

Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan

data dan informasi mengenai masalah kesehatan dan masalah

keperawatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan

tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah

tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.Jenis data

antara lain : 

 Data Objektif. Data yang diperoleh melalui suatu

pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya

suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. 

 Data subjekif. Data yang diperoleh dari keluhan yang

dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien / saksi lain

misalnya : kepala pusing, nyeri dan mual.

Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :

Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

 Pola koping sebelumnya dan sekarang

 Fungsi status sebelumnya dan sekarang


54

 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

 Resiko untuk masalah potensial

 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

 Analisa Data. Analisa data adalah kemampuan dalam

mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai

dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

 Perumusan Masalah. Setelah analisa data dilakukan, dapat

dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah

kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan

Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada

juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.

Selanjutnya disusun diagnosa keperawatan sesuai dengan

prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting

dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak

diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan Segera

mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak

sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk

mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.

Prioritas masalah juga dapat ditentukan

berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu :

keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang


55

mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan

keperawatan.

2) Diagnosa Keperawatan

Yang dimaksud dengan manka arti definisi Diagnosa

Keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah

(Carpenito,2000).

Perumusan Diagnosa Keperawatan meliputi dari hal sebagai

berikut :

 Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan

data klinik yang ditemukan.

 Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi

jika tidak dilakukan intervensi.

 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data

tambahan untuk memastikan masalah keperawatan

kemungkinan.

 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu,

keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat

sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.


56

 Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok

diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang

diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian

atau situasi tertentu

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada

masalah aktual dan potensial, yang dimaksud masalah

aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan

pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah

kemungkinan akan timbul kemudian.Diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan

Diabetes Mellitus menurut Carpenitto, Doengoes,

Sorensen dan Brunner and Suddart antara lain:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

b. pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan

metabolisme karbohidrat akibat defisiensi insulin, intake

tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.

c. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan

diuresis osmotic dari hiperglikemia, poliuria,

berkurangnya intake cairan.

d. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan

intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola

makan, dan kurangnya pengetahuan.


57

e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan

penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,

penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan

tentang perawatan kulit.

f. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan

dengan kelemahan akibat penurunan produksi energi.

g. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan

sensasi sensori (visual), kelemahan dan hipoglikemia.

h. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan (pengelolaan diabetes),

kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara

pengobatan yang baru, keterbatasan kognitif.

i. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan

terapeutik di rumah berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik,

sistem pendukung yang kurang adekuat.

3) Rencana Keperawatan

Perencanaan atau rencana asuhan keperawatan adalah

petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai

rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan

pasien secara optimal agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan


58

terjalin suatu kerjasama yang saling membantu dalam proses

pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan

pasien.

Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi rencana

keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan

saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang

di harapkan (Gordon,1994).

Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana

asuhan keperawatan sebagai berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

Tujuan: Nyeri hilang .

Kriteria evaluasi:

 Nyeri hilang

 Pasien tampak tenang

 Skala nyeri 0

 Observasi vital sigh dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif a. Untuk mengetahui

(lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi dan perubahan nyeri.

kualitas). b. Untuk mengetahui keadaan

b. Observasi tanda-tanda vital. umum.

c. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. c. Rasional : Untuk

d. d). Pilih dan lakukan penanganan nyeri mengetahui cara yang


59

(farmakologi & nonfarmakologi dilakukan untuk mengatasi

e. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi. nyeri pada masa lampau.

f. Berikan lingkungan yang nyaman. d. untuk memilih cara

g. Kolaborasi pemberian analgetik. penanganan yang lebih

. efektif.

e. Untuk mengurangi rasa

nyeri dengan

nonfarmakologi.

f. Lingkungan yang nyaman

bisa mengirangi nyeri.

g. Untuk mengurangi nyeri

dengan farmakologi.

b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan

metabolisme karbohidrat akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat

akibat adanya mual dan muntah.

Tujuan:Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.

Kriteria evaluasi:

 Nafsu makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien habis.

 Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.

 Berat badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi badan.

 Kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi fluktuasi.

Rencana:
60

Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan setiap hari atau 1. Mengkaji pemasukan

sesuai indikasi. makanan yang

2. Auskultasi bising usus, catat adanya adekuat.

nyeri abdomen, kembung, mual, dan 2. Hiperglikemia dan

muntah. gangguan

3. Identifikasi makanan yang disukai atau keseimbangan cairan

dikehendaki. dan elektrolit dapat

4. Libatkan keluarga klien pada menurunkan motilitas

perencanaan makan sesuai dengan atau fungsi lambung

indikasi yang akan

5. Observasi tanda-tanda hipoglikemia mempengaruhi pilihan

seperti perubahan tingkat kesadaran, intervensi.

kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, 3. Jika makanan yang

lapar, peka rangsang, cemas, sakit disukai dapat

kepala, pusing dan sempoyongan. dimasukkan dalam

6. Pantau pemeriksaan laboratorium perencanaan makan,

seperti glukosa dara, aseton, pH, dan kerjasama ini dapat

HCO3 diupayakan setelah

7. Berikan pengobatan insulin secara pulang.

teratur. 4. Meningkatkan rasa

8. Lakukan konsultasi dengan ahli diet. keterlibatan dan

memberikan informasi
61

kepada keluarga untuk

memahami kebutuhan

nutrisi klienKarena

metabolisme

karbohidrat mulai

terjadi (gula darah

akan berkurang) dan

sementara insulin

tetap diberikan maka

hipoglikemia dapat

terjadi.

5. Gula darah akan

menurun perlahan

dengan penggantian

cairan dan therapi

insulin terkontrol

sehingga glukosa

dapat masuk ke dalam

sel dan digunakan

untuk sumber kalori.

Ketika hal ini terjdi

kadar aseton dapat

menurun dan asidosis


62

dapat dikoreksi.

6. Insulin reguler

memiliki awitan cepat

dan karenanya dengan

cepat pula dapat

membantu

memindahkan glukosa

ke dalam sel.

7. Bermanfaat dalam

perhitungan dan

penyesuaian diet

untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

klien.

c. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis

osmotic dari hiperglikemia, poliuria, berkurangnya intake

cairan.

Tujuan:Hidrasi adekuat.

Kriteria evaluasi:

 Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24

x/menit, Nadi 70-80 x/menit, Suhu 36,5-37.50

 Nadi perifer dapat diraba.


63

 Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.

 Intake dan output seimbang.

 Kadar elektrolit dalam batas normal

Rencana:

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital, catat 1. Hipovolemia dapat

adanya perubahan tekanan dimanifestasikan oleh hipotensi

darah ortostatik. dan takikardia.

2. Kaji pola nafas seperti adanya 2. Paru-paru mengeluarkan asam

pernafasan kussmaul atau karbonat melalui pernafasan

berbau keton. yang menghasilkan kompensasi

3. Pantau frekuensi dan kualitas alkalosis respiratoris terhadap

pernafasan, penggunaan otot keadaan ketoasidosis. Pernafasan

bantu nafas dan periode apneu yang berbau aseton berhubungan

serta muncul sianosis. dengan pemecahan asam aseto

4. Kaji nadi perifer, pengisian asetat dan harus berkurang bila

kapiler, torgor kulit dan ketosis telah terkoreksi.

membran mukosa. 3. Peningkatan kerja pernafasan,

5. Pantau intake dan output pernafasan cepat dan dangkal

6. Pertahankan untuk serta munculnya sianosis

memberikan cairan paling mungkin indikasi dari kelelahan

sedikit 2500 ml/hari dalam pernafasan atau mungkin klien

batas yang dapat ditoleransi kehilangan kemampuannya


64

jantung jika pemasukan cairan untuk mengkompensasi asidosis.

sudah dapat diberikan. 4. Merupakan indicator dari tingkat

7. Tingkatkan lingkungan yang dehidrasi atau volume sirkulasi

dapat memberikan rasa yang adekuat.

nyaman. Selimuti klien 5. Memberikan perkiraan

dengan selimut tipis. kebutuhan akan cairan pengganti,

8. Kaji adanya perubahan mental fungsi ginjal dan keefektifan dari

atau sensori. therapi yang diberikan

9. Berikan terapi cairan sesuai 6. Mempertahankan hidrasi atau

dengan indikasi. volume sirkulasi dengan adekuat.

10. Pasang dan pertahankan 7. Menghindari pemanasan yang

kateter urin. berlebihan terhadap klien yang

11. Pantau pemeriksaan lebih lanjut dapat menimbulkan

laboratorium seperti Ht, kehilangan cairan

BUN/kreatinin, osmolalitas 8. Perubahan mental dapat

darah, natrium dan kalium. berhubungan dengan hipoglikemi

atau hiperglikemi, elektrolit yang

abnormal, asidosis, penurunan

perfusi serebral, dan

berkembangnya hipoksia.

9. Tipe dan jumlah cairan

tergantung dari derajat

kekurangan cairan dan respon


65

klien secara individual.

10. Memberikan pengukuran yang

tepat dan akurat terhadap urin

output.

11. Mengkaji tingkat hidrasi.

d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan intake makanan dengan

aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya pengetahuan.

Tujuan:Intake nutrisi adekuat

Kriteria evaluasi:

 Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.

 Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.

 Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.

 Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan

penurunan kalori

Rencana:

Intervensi Rasional

1. Diskusikan dengan pasien dan 1. Pengertian dapat memotivasi

keluarga tentang faktor untuk menghindari faktor

penyebab. penyebab.
66

2. Kaji psikososial pasien yang 2. Psikologis dapat

berhubungan dengan makan mempengaruhi perilaku makan

berlebih yang berlebih.

3. Jelaskan hubungan obesitas 3. Obesitas dapat menyebabkan

dengan diabetes. DM tipe II

4. Konsultasikan dengan ahli gizi 4. Untuk menetapkan dan

untuk program diet. menghitung diet sesuai dengan

5. Motivasi klien untuk kebutuhan klien.

mengkonsumsi cukup makanan 5. Dapat membantu dalam

yang mengandung kompleks penurunan berat badan.

karbohidrat yang tinggi. 6. Menghindari kebosanan akan

6. Bantu memilih menu harian menu pada diet yang telah

berdasarkan rencana rendah ditentukan.

kalori dan rendah lemak. 7. Menunjukkan intake nutrisi

7. Timbang berat badan setiap yang adekuat.

hari. 8. Latihan memudahkan ambilan

8. Diskusikan kebutuhan diet dan glukosa sehingga menurunkan

tingkatkan latihan sesuai kadar gula darah, memudahkan

program diet. penurunan berat badan, dan

9. Libatkan keluarga dalam menurunkan resiko

perencanaan makan sesuai aterosklerosis

program diet dan indikasi. 9. Memberikan rasa keterlibatan,

10. Kolaborasi pemeriksaan gula memberikan informasi kepada


67

darah, pH, HCO3 keluarga tentang kebutuhan

nutrisi klien.

10. Gula darah akan menurun

secara perlahan-lahan pada

insulin yang terkontrol.

Pemberian insulin dosis

optimal menyebabkan glukosa

masuk kedalam sel yang

digunakan untuk energi.

e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori,

gangguan sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan

tentang perawatan kulit.

Tujuan:Integritas kulit dapat dipertahankan

Kriteria evaluasi:

 Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan seperti

yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

 Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperlihatkan tanda-

tanda penyembuhan.

 Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat.

 Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang ditunjukkan

oleh hal-hal berikut:


68

 Tidak mengalami kerusakan kulit

 Tidak terdapat daerah kemerahan

 Mempertahankan sirkulasi adekuat.

Rencana:

Intervensi Rasional

1. Inspeksi kulit terhadap 1. Menandakan area sirkulasi

perubahan warna, turgor, buruk yang dapat

vascular. menimbulkan

2. Jaga kulit tetap bersih dan dekubitus/infeksi.

kering. 2. Kulit kotor dan basah

3. Berikan perawatan kulit dengan merupakan media yang baik

salep atau krim. untuk tumbuhnya

4. Pertahankan linen kering. mikroorganisme.

5. Lakukan perawatan luka dengan 3. Salep dan krim berfungsi untuk

larutan NaCl dan debridement melembabkan kulit sehingga

sesuai order. mencegah terjadinya robekan

6. Berikan obat-obatan luka. kulit

7. Awasi dengan ketat terhadap 4. Menurunkan iritasi pada kulit

tanda dan gejala infeksi. dan resiko kerusakan kulit.

8. Berikan tindakan untuk 5. Membersihkan luka sehingga

memaksimalkan sirkulasi darah. mempercepat tumbuhnya

9. Awasi hasil pemeriksaan jaringan baru.


69

laboratorium seperti albumin 6. Membunuh mikroorganisme

dan mempercepat

penyembuhan luka.

7. Deteksi dini sebagai upaya

preventif dan menentukan

intervensi yang tepat.

8. Sirkulasi adekuat penting

untuk aktivitas sel.

9. Sebagai indikator pertukaran

nutrisi.

f. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan

akibat penurunan produksi energi.

Tujuan:

Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi

Kriteria evaluasi:

 Kelemahan klien berkurang

 Mengungkapkan peningkatan energi.

 Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

aktifitas yang diinginkan.

Rencana:
70

Intervensi Rasional

1. Diskusikan dengan klien 1. Pendidikan dapat memberikan

kebutuhan akan aktivitas, buat motivasi untuk meningkatkan

jadwal perencanaan dengan tingkat aktifitas meskipun

klien dan identifikasi aktifitas mungkin klien sangat lemah.

yang menimbulkan kelelahan. 2. Mencegah kelelahan yang

2. Berikan aktifitas alternatif berlebihan.

dengan periode istirahat yang 3. Mengindikasikan tingkat

cukup. aktifitas yang dapat ditolerir

3. Pantau tanda-tanda vital secara fisiologis.

sebelum dan sesudah 4. Meningkatkan kepercayaan diri

beraktifitas. atau harga diri yang positif

4. Tingkatkan partisipasi klien sesuai tingkat aktifitas yang

dalam melakukan aktivitas dapat ditolelir klien

sehari-hari sesuai dengan yang 5. Meningkatkan peran aktif

dapat ditoleransi. keluarga dalam perawatan

5. Libatkan keluarga dalam klien.

pelaksanaan aktivitas klien.

g. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual),

kelemahan dan hipoglikemia.

Tujuan:Injuri tidak terjadi.


71

Kriteria evaluasi:

 Mengungkapkan peningkatan energi

 Mencapai atau mempertahankan tingkat/status mental

 Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik.

 Pasien mengenali lingkungan yang berbahaya dan menghindarinya.

 Pasien mengerti resiko injuri dengan perubahan sensori yang

diungkapkan secara verbal.

Rencana:

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital dan 1. Sebagai dasar untuk

status mental. membandingkan temua abnormal.

2. Minimalkan faktor 2. Mencegah kecelakaan akibat

lingkungan yang berbahaya. lingkungan yang berbahaya.

3. Libatkan keluarga dalam 3. Membantu mengurangi resiko

mencegah terjadinya injuri injuri pada klien.

pada klien. 4. Membantu memelihara klien tetap

4. Pelihara aktivitas rutin klien berhubungan dengan realitas dan

sekonsisten mungkin dan mempertahankan orientasi pada

motivasi klien untuk lingkungannya.

melakukan kegiatan sehari- 5. Neuropati perifer dapat

hari sesuai dengan mengakibatkan rasa tidak nyaman

kemampuannya. yang berat, kehilangan sensasi


72

5. Kaji adanya keluhan sentuhan mempunyai resiko tinggi

parastesia, nyeri atau terhadap kerusakan kulit dan

kehilangan sensori pada gangguan keseimbangan.

paha/kaki, adanya ulkus, 6. Penjelasan dapat memotivasi

daerah kemerahan, tempat- klien untuk menghindari hal-hal

tempat tertekan dan denyut yang dapat menimbulkan cedera.

nadi perifer. 7. Meningkatkan keamanan klien

6. Jelaskan hal-hal yang dapat terutama rasa keseimbangan.

menyebabkan cedera pada

klien seperti penggunaan

alat-alat/melakukan aktivitas

yang salah

7. Bantu klien dalam ambulasi

atau perubahan posisi serta

dalam melakukan aktivitas.

h. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

(pengelolaan diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau

cara pengobatan yang baru, keterbatasan kognitif.

Tujuan:

Pengetahuan klien bertambah

Kriteria evaluasi:
73

 Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

 Klien dapat menghubungkan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan

faktor penyebab.

 Klien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan

rasional tindakan

 Klien melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Rencana:

Intervensi Rasional

1. Ciptakan lingkungan saling 1. Menanggapi dan memperhatikan

percaya dengan perlu diciptakan sebelum pasien

mendengarkan penuh bersedia ambil bagian dalam

perhatian dan selalu ada proses belajar.

untuk pasien 2. Partisipasi dalam perencanaan

2. Bekerja dengan pasien meningkatkan antusias dan

dalam menata tujuan belajar kerjasama pasien dengan prinsip-

yang diharapkan. prinsip yang dipelajari.

3. Pilih berbagai strategi 3. Penggunaan cara yang berbeda

belajar tentang mengakses informasi

4. Diskusikan topik utama meningkatkan penerapan pada

individu yang belajar.

4. Memberikan pengetahuan dasar

dimana pasien dapat membuat


74

pertimbangan dalam memilih gaya

hidup.

i. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi

penatalaksanaan terapeutik, sistem pendukung yang kurang adekuat.

Tujuan:Penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah berjalan efektif

Kriteria evaluasi:

 Pasien mengerti tentang pemeliharaan di rumah

 Melaksanakan keterampilan pemeliharaan secara benar

 Mengungkapkan kepuasan tentang rencana pemeliharaan di rumah

Rencana:

Intervensi Rasional

1. Ajarkan klien tentang 1. Lebih banyak pengetahuan klien

diabetes mellitus, tentang keadaannya, semakin

pengobatan, dan perawatan mungkin mereka mematuhi

sesuai dengan panduan pengobatan dan perawatannya.

penyuluhan klien. 2. Karena diabetes mellitus adalah


75

2. Rujuk klien pada perawatan gangguan kronis sepanjang

diri diabetes bila diberikan hidup, dukungan kontinyu

fasilitas, agensi, organisasi penting dalam membantu

komunitas. seseorang untuk beradaptasi pada

3. Rujuk klien pada ahli diet perubahan gaya hidup yang

untuk instruksi pada disebabkan oleh rencana

perencanaan makan terutama terapeutik untuk pemeliharaan

diet yang dianjurkan. diri.

4. Ajarkan klien cara perawatan 3. Ahli diet khusus adalah

kaki yang tepat spesialisasi nutrisi yang dapat

5. Bantu dalam perencanaan membantu klien dalam

program latihan reguler yang merencanakan makan untuk

dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan nutrisi

dikerjakan dalam rutinitas sesuai program.

harian. Jelaskan keuntungan 4. Untuk mempertahankan integritas

dari latihan. kulit

5. Memudahkan ambilan seluler

dari glukosa sehingga

menurunkan kadar glukosa darah,

menurunkan berat badan dn

menurunkan resiko

arterosklerosis.
76

4) Tindakan Keperawatan

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah

ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.

Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan

5) Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan

rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Evaluasi keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan pasien. Dalam pendokumentasiannya dilakukan melalui

pendekatan SOAP.

S = Respon Subyektif klien terhadap tindakan.

O = Respon Obyektif klien terhadap tindakan.

A = Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan

masalah.
77

P = Perencanaan atau tindakan.

I = Implementasi

E = Evaluasi

R = Reassessment

6) Reassesment

7) Dokumentasi

B. Aplikasi Model Teori Roy Pada Pasien DM

1. Konsep Model Teori Callista Roy

i. Defenisi

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista

Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses

adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi

Roy adalah :
78

1) Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang

terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan

2) Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi

perubahan-perubahan biopsikososial

3) Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas

kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia

memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif

maupun negatif.

4) Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan

yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi

rangsangan baik positif maupun negatif.

5) Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat

dihindari dari kehidupan manusia.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai

penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,

kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif

system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. System

adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya

sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling

ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. 

ii. Input teori Roy


79

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,

merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari

lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam

tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus

residual.

a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan

dengan seseorang, efeknya segera,  misalnya infeksi .

b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami

seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi

situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif

dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana

dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti

anemia, isolasi sosial.

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan

dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi

kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai

pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk

toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang

toleransi tetapi ada yang tidak.

iii. Kontrol teori Roy

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk

mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini

dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.


80

a) Subsistem regulator.

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen :

input-proses dan output. Input stimulus berupa internal

atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,

neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural

dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai

perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses

fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator

subsistem.

b) Subsistem kognator.

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun

internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat

menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.

Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak

dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi

atau proses informasi berhubungan dengan proses internal

dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar

berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement

(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).

Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah

proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau

analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari

keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.


81

iv. Output teori Roy

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di

amati, diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik

berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini

merupakan umpan balik untuk sistem. Roy

mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif

atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif

dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara

keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu

melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan

hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.

Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak

mendukung tujuan ini. Roy telah menggunakan bentuk

mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol

seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme

koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel

darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri

yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat

dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk

membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu

Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang

disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut

merupakan bagian sub sistem adaptasi.


82

v. Model Adaptasi Calista Roy 

Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu

keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi

manusia dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy

mengidentifikasikan 3 aspek dalam model keperawatannya

yaitu: pasien sebagai penerima layanan keperawatan, tujuan

keperawatan dan intervensi keperawatan. Masing-masing

aspek utama tersebut termasuk didalamnya konsep

keperawatan, manusia, sehat-sakit, lingkungan dan

adaptasi. Konsep adaptasi diasumsikan bahwa individu

merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon

stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar individu

(Roy & Andrews, 1991 dalam Araich, 2001). Dengan

Model Adaptasi Roy, perawat dapat meningkatkan

penyesuaian diri pasien dalam menghadapi tantangan yang

berhubungan dengan sehat-sakit, meningkatkan

penyesuaian diri pasien menuju adaptasi dan dalam

menghadapi stimulus. Kesehatan diasumsikan sebagai hasil

dari adapatasi pasien dalam menghadapi stimulus yang

datang dari lingkungan. Dalam Model Adaptasi Roy juga

terdapat proses keperawatan yang dimulai dari mengkaji

prilaku dan faktor faktor yang mempengaruhi,


83

mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan dan

mengevaluasi hasil.

Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan memanipulasi stimulus yang datang

dari lingkungan yang akhirnya menimbulkan koping yang

positif sebagai hasil dari adaptasi dan respon negatif

dideskripsikan sebagai respon yang yang maladaptif

(Tolson & McIntosh, 1996 dalam Araich, 2001). Adaptasi

mempertimbangkan adanya biologis adaptasi mode dan

psikososial adaptasi mode. Psikososial adaptasi mode

termasuk konsep diri, fungsi peran, dan interdependen.

Keempat adaptasi mode tersebut saling berhubungan.

Biologis dan fisiologis adaptasi mode berfokus pada

kebutuhan dasar yang menjaga integritas anatomi dan

fisiologis individu. 

Stimulus yang datang dari lingkungan baik internal maupun

eksternal dikategorikan tiga yaitu: Stimulus Fokal,

Kontekstual dan Residul. Stimulus fokal adalah perubahan

atau situasi yang segera berakibat terhadap individu seperti

stress, trauma atau sakit. Stimulus Kontekstual adalah

stimulus lain yang berpengaruh terhadap stimulus fokal

contoh lingkungan keluarga, Stimulus Residual adalah

karakteristik, nilai, sikap individu yang berkembang dari


84

pengalaman masa lalu seperti nilai, pengalaman dan sifat

(Tolson & McIntosh dalam Araich, 2001).

Dalam proses adaptasi, kesehatan adalah hasil dari

adaptasi manusia terhadap stimulus yang dihadapinya, dan

merupakan proses yang terjadi dan terintegrasi serta

menggambarkan hubungan antara individu dengan

lingkungan. Sedangkan adaptasi itu sendiri merupakan

proses dan hasil dari apa yang dipikirkan dan dirasakan

individu sebagai individu dan kelompok, dengan

menggunakan kesadaran dan pilihan untuk membuat

integrasi antara individu dengan lingkungan. Respon yang

timbul dalam proses adapatasi dapat berupa respon adaptif

dan respon inefektif. Respon adaptif merupakan

peningkatan integritas tujuan dari individu dalam hidup,

pertumbuhan, reproduksi, penguasaan dan transformasi

individu dan lingkungan.  Sedangkan respon yang tidak

efektif merupakan respon yang tidak berkontribusi dalam

pencapaian integritas individu. Dalam proses adaptasi juga

terdapat mekanisme koping dan juga sub sistem regulator

dan cognator. Regulator merupakan respon yang timbul

secara otomatis terhadap stimulus berupa proses syaraf,

kimia dan sistem endokrin. Cognator merespon melalui

respon cognitif dan melalui saluran emosi dan kognitif


85

yaitu persepsi dan proses informasi, belajar, keputusan dan

emosi. Selain itu prilaku dikatakan sebagai aksi dan reaksi

yang timbul baik internal dan eksternal dalam keadaan yang

spesifik. 

Tujuan perawatan adalah meningkatkan adapatasi

dengan mengatur stimulus lingkungan. Manajemen

keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien

termasuk: meningkatkan, mengurangi, mempertahankan,

mengubah yang berhubungan dengan stimulus fokal dan

kontekstual yang relevan. Tujuan tindakan keperawatan

adalah meningkatkan adaptasi, yang berkontribusi terhadap

kesehatan, kualitas kehidupan dan kematian yang

bermartabat.

vi. Tingkatan Adaptasi 

a) Focal Stimulasi yaitu Stimulus yang langsung

beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai

pengaruh kuat terhadap seseorang individu.

b) Kontekstual Stimulus, merupakan stimulus lain yang

dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun

eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat

dilakukan observasi, diukur secara subjektif.

2. Asuhan Keperawatan pada Pasien DM berdasarkan Model Teori Calista

Roy
86

a. Pengkajian

1) Pengkajian Perilaku

a) Genetik

1. Nama :

2. Usia :

3. Agama :

4. Suku/Ras :

5. Komposisi Keluarga

6. Tabel anggota Keluarga

7. Genogram

2) Tahap Perkembangan

1. Tahap Perkembangan individu

a. Anak dibawah usia 6 tahun menggunakan (KPSP,

CHAT, GPPH, KMME, TDD, TDL)

b. Anak usia diatas 6 tahun s/d 18 tahun menggunakan

(Perkembangan kognitif, psikososial, psikosexual, moral)

c. Perkembangan dewasa berdasarkan perkembangan

keluarga

2. Tahap Perkembangan Keluarga

a. Type Keluarga

b. Perkembangan Keluarga saat ini

c. Fungsi keluarga
87

3) Gaya hidup

1. Merokok

2. Obat obatan

3. Alkohol

4) Fungsi Peran

1. Peran dalam keluarga

2. Peran di masyarakat

3. Peran di tempat kerja

5) Ketergantungan

1. Kemampuan melakukan ADL

2. Kemandirian dalam pengambilan keputusan

6) Pola Interaksi Sosial

1. Pola interaksi antar individu (Klien dengan orang lain)

2. Pola interaksi klien dengan kelompok (di masyarakat atau

tempat kerja)

3. Pola interaksi kelompok klien dengan kelompok lain

7) Mekanisme Koping

1. Mekanisme atas orientasi tugas

a. Menyerang/agresif

b. Kompromi

c. Menarik diri
88

2. Mekanisme Pertahanan Ego

a. Kompensasi

b. Pengingkaran/denial

c. Displacement

d. Identifikasi

e. Rasionalisasi

f. Introkeksi

g. Isolasi

h. Proyeksi

i. Over kompensasi

j. Regresi

k. Represi

l. Pemisahan/splitting

m. Penghalus/sublimasi

n. Dissosiasi

o. Intelekstuasi

p. Supresi

q. Undoing

8) Stress Fisik dan Emosi

1. Stress Fisik

a. Tekanan darah meningkat.

b. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.


89

c. Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.

d. Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.

e. Postur tubuh yang tidak tegap.

f. Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara

bernada tinggi.

g. Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah.

2. Stress Emosi

a. Ansietas

b. Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa

c. Kepenatan, kehilangan harga diri

d. Peningkatan penggunaan bahan kimia

e. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.

f. Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat.

9) Lingkungan

1. Kepemilikan rumah

2. Type rumah dan luas rumah

(lengkapi dengan denah runah)

3. Kesehatan rumah

a. Kebersihan (Pekarangan, rumah, dapur dan kamar mandi)

b. Ventilasi dan pencahayaan

c. Penataan ruangan dan perabotan

d. Ketersediaan air bersih

e. Kamar mandi dan WC


90

4. Kesehatan lingkungan rumah

a. Pengelolaan sampah

b. Pemanfaatan pekarangan

c. Keberadaan kandang hewan

5. Kondisi lingkungan sekitar

a. Saluran air

b. Pembuangan sampah

c. Sarang vektor

5) Pengkajian Fisiologis

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.

Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang

harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi

menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang

terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang

kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

a) Oksigenasi

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu

ventilasi, pertukaran gas  dan transpor gas (Vairo,1984 dalam

Roy 1991).

b) Nutrisi       : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk

mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan

mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy

1991).
91

c) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal

dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)

d) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik

dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi

fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-

komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

e) Proteksi/perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk

proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)

dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma

dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

f) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa

dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan

lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam

pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

g) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di

dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,

ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem

fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly,

1984, dalam Roy 1991).

h) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis

merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme

seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan

mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi


92

kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh

(Robertsnn, 1984 dalam Roy, 1991).

i) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai

dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi

fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan

dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping

mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

2. Pengkajian Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan

penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.

Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas

psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.

Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the

physical self dan the personal self.

a) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang

dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran

tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat

merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang

kemampuan seksualitas.

b) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal

diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan


93

cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat

dalam area ini.

3. Pengkajian Fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial

seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang

dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya

pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya

dimasyarakat sesuai kedudukannya.

4. Pengkajian Interdependent

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang

dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling

memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling

menghargai.

a. Pengkajian Stimulus.

Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis

data-data yang muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat

model respon perilaku) untuk mengidentifikasi respon-respon

inefektif atau respon-respon adaptif yang perlu didukung oleh

perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektif atau

perilaku adaptif yang memerlukan dukungan perawat, perawat

membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal

yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian


94

ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal,

kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini

mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi

factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual

(factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab.

b. Identifikasi stimulus fokal

Stimuli fokal merupakan perubahan perilaku yang

dapat diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian

dengan menggunakan pengkajian perilaku, yaitu: keterampilan

melakukan observasi, pengukuran dan wawancara.

c. Identifikasi stimulus kontekstual

Stimulus kontekstual ini berkontribusi terhadap

penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus

fokal. Stimulus kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat

melalui observasi, pengukuran, wawancara dan validasi.

Faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah

genetik, seks, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau,

konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi

sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan

lingkungan fisik.

d. Identifikasi stimulus residual


95

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman

masa lalu. Beberapa faktor dalam pengalaman masa lalu

relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap,

budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan

memberikan efek pada situasi sekarang.

b. Diagnosa keperawatan

Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P),

Etiologi (E), Sinthom/karakteristik data (S). Roy menjelaskan ada

tiga metode merumuskan diagnosa keperawatan.

a. Metode Pertama

Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan

dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan

metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat

model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan

menjadi respon adaptasi. Respon tersebut digunakan sebagai

pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya: inadekuat

pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau

beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir

dimoncongkan, sianosis. Konstipasi (masalah fisiplogis

eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan

pola BAB, Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam,


96

kadang-kadang menangis, kegagalan peran (masalah fungsi

peran).

b. Metode Kedua

Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil

observasi respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan

memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini

caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian

diri, respon perilaku tersebut dinyatakan sebagai statemen

masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang

stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab

masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh kurangnya

suplai oksigen ke otot jantung.

c. Metode Ketiga

Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih

cara (mode Adaptive) berhubungan dengan beberapa stimulus

yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada saat

beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam.

Sebagai pesenam pasien tidak mampu melakukan senam.

Keadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai

adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik.

Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksanakan perannya.,

intervensikeperawatan pada Diabetes Militusintervensi dapat

dilakukan
97

2. Rencana Tindakan

Intrevensi keperawatan yang diberikan oleh perawat berdasarkan

teori adaptasi berfokus pada stimulus yang mempengaruhi perilaku

adaptasi sesuai dengan tujuan keperawatan. Pada intervensi ini

perawat melalkukan manajemen terhadap stimulus yang ada

dengan jalan mengubha, meningkatkan, mengurangin, menghaous

dan mempertahankan . berdasarkan teori adaptasi , intervensi

keperawatan pada pasien Diabetes Militus intervensi dapat

dilakukan dengan melakukan mengamati perilaku yang

berhubungan dengan diet, latihan fisik, dan aksi insulin didalam

tubuh. Modifikasi dari diet dengan mengoptimalkan kebutuhan

nutrisi, mempertahankan atau mencapai berat badan ideal,

mengontrol kadar glokosa darah, mencegah komplikasi serta

perencanaan makan. Modifikasi dari latihan fisik akanmengontrol

kondisi diabetes serta pengenalan insulin dengan memahami onset,

masa puncak dan durasi insulin,, adminstrasi pemberianinsulin,

monitoring dan kontrol kadar glukosa darah yang didalmanya

dibutuhkan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan prilaku.

Serhadap kondisihingga intervensi keperawatan dapat pula

diberikan dengan cara peningkatan pengetahuan individu terhadap

kondisi manajemen diabetes ( Roy dan andrew, 2009)

Implementasi/evaluasi Keperawatan
98

Melaksananakan intervensi keperawatan sesuai dengan

tujuan merubah atau memanipulasi fokal, kontekstual, residual.

Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam

menggunakan koping secara luas, supaya stimulasi secara

keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang

dicapai. Itu dicatat merupakan indikasi perilaku dari

perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah

meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan

yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang

menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi

terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan lain

(kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi).


99

A. Kerangka Teori Aplikasi Teori Model Roy

Tujuan tindakan keperawatan


berfokus pada:
- Dampak penyakit
- Adaptasi tugas kesehatan keluarga
- Pelatihan tentang cara merawat
luka gangren dirumah

Fokus intervensi Penerapan Teori


pada pasien Diabetes Calista Roy:
Melitus: - Fisiologis
assesment
- Penanganan nyeri - Adaptasi konsep
- Perawatan Luka diri
- Pencegahan luka - Role function
gangren - interdependensi
100

Intervensi Perilaku Keluarga:


teori
Model - Mengenal masalah Diabetes Melitus
Adaptasi - Mengambil keputusan untuk merawat
keluarga dengan Diabetes Melitus
- Merawat Anggota Keluarga dengan
Diabetes Melitus Memodifikasi pola
nutrisi
- Menggunakan pelayanan kesehatan

Pencegahan Pengobatan
komplikasi Diabetes Melitus

Bagan 2.1. Kerangka Teori Aplikasi Teori Model


101

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

C. Proses Keperawatan Pasien Dengan Diabetes Melitus

4. Konsep Dasar DM

j. Pengertian

k. Etiologi

l. Faktor Resiko

m. Insiden/prepalensi

n. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin

3) Anatomi Sistem Endokrin

c) Anatomi Pencernaan

d) Anatomi Pancreas

4) Fisiologi Endokrin

c) Fisiologi Sistem pencernaan

d) Fisiologi Pancreas

o. Patofisiologi terjadinya DM (Tanpa Pathway)

p. Manifestasi klinik

q. Klasifikasi

r. Test diagnostik

s. Penanganan

t. Pencegahan

u. Rehabilitasi

v. Program Pemerintah terkait DM


102

5. Konsep Asuhan Keperawatan Hypertensi

d. Pengertian Asuhan Keperawatan

e. Tujuan dan manfaat Asuhan Keperawatan

f. Tahapan Asuhan Keperawatan

8) Pengkajian

9) Diagnosa Keperawatan

10) Rencana Keperawatan

11) Tindakan Keperawatan

12) Evaluasi

13) Reassesment

14) Dokumentasi

g. Asuhan Keperawatan pada Pasien DM

(jabarkan apa makna asuhan keperawatan pada pasien dengan DM)

D. Aplikasi Model Teori Roy Pada Pasien DM

3. Konsep Model Teori Callista Roy

4. Asuhan Keperawatan pada Pasien DM berdasarkan Model Teori Orem

c. Pengkajian

5. Pengkajian Perilaku

b) Genetik
103

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

DM)

c) Tahap Perkembangan

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

hypertensi)

d) Gaya Hidup

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

DM)

e) Fungsi Peran

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

DM)

f) Ketergantungan

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

hypertensi)

g) Pola Interaksi Sosial

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

DM)

h) Mekanisme Coping

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

DM)

i) Stress Fisik dan emosi


104

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

DM)

j) Lingkungan

(jelaskan secara narasi jelas dan singkat sesuaikan dengan penyakit

DM)

6. Pengkajian Fisiologis

j) Oksigenasi

k) Nutrisi

l) Eliminasi

m) Aktivitas dan Istirahat

n) Proteksi/perlindungan

o) The Sense/Perasaan

p) Cairan dan Elektrolit

q) Fungsi Syaraf/Neurologi

r) Fungsi Endokrin

7. Pengkajian Konsep Diri

a) The psycal self

b) The Personal self

8. Mode Fungsi Peran

9. Mode Interpedensi
105

d. Diagnosa keperawatan

e. Tujuan Keperawatan (Termasuk Kriteria Hasil)

f. Intervensi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Asuhan Keperawatan

Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan laporan kasus/asuhan

keperawatan yang diberikan kepada Ny. H dengan mengaplikasikan teori

model Calista Roy yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober sampai

dengan 20 Oktober 2017 dengan menggunakan metode proses keperawatan

yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi

dan evaluasi.

B. Kriteria Sampel
106

Sampel yang diambil adalah penderita yang Diabetes Melitus dengan riwayat

penyakit Diabetes Militus lebih dari 5 tahun, jenis kelamin wanita, umur

diatas 40 tahun dan bersedia menjadi responden penelitian.

C. Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di rumah Ny. H dengan alasan tersedianya

data yang akan dikumpulkan dan kemudahan peneliti dalam melakukan

penelitian.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 16 Oktober 20 Oktober tahun

2017.

3. Alamat responden : di Jalan Lintas Pagar Alam Desa Talang Karet

Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, pengumpulan

data primer dilakukan untuk mendapatkan data tentang status kesehatan dan

penyakit dengan cara pengkajian langsung pada pasien binaan.

E. Etika Penelitian

Melakukan penelitian,penelitian terlebih dahulu membuat surat persetujuan

(informed concent) pada pasien binaan untuk mendapatkan surat persetujuan

peneliti dan pengambilan data pasien yang dituju, selanjutnya menjelaskan


107

tujuan dan manfaat kepada pasien binaan kemudian melakukan penelitian

dengan lebih menekan kepada masalah etika yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan

Jika responden bersedia maka harus menandatangani persetujuan, jika

menolak peneliti tidak boleh memaksa.

2. Anominity

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencatum nama

responden, cukup inisial saja.

3. Kerahasiaan

Peneliti tidak akan menyebarkan informasi yang diberikan oleh responden

dan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


108
109

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Proses Asuhan Keperawatan

1. Tahap pengkajian

a. Data Umum

Nama :Ny.H

Umur :50 Tahun

Alamat :Jl.Lintas Pagar Alam Desa Desa Talang

Karet

Dusun 2 No.2 Kecamatan Tebat Karai

Kabupaten Kepahiang.

Jenis kelamin :Perempuan

Status perkawinan :Menikah

Agama :Islam

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

b. Norma dan Budaya

Keluarga Ny . H hidup dalam nilai dan norma budaya Serawai dan

bekerja sebagai Pegawai Negeri (PNS) Di kandepag dan selain

pegawai Keluarga Ny . H Mempunyai sawah dan kebun sebagai


110

pendapatan tambahan dan Ny . H menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitarnya dan tata tertib lingkungannya seperti kegiatan

pengajian. Keluarga mengatakan tidak ada nilai dan norma yang

bertentangan dengan kesehatan.

c. Sosial Ekonomi

Penghasilan keluarga Ny . H lebih kurang Lima juta Ribu Rupiah ,

yang memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan Ny. H yang bekerja

sebagai ibu Rumah Tangga Ny . H mengatakan untuk pengeluaran

kebutuhan perbulannya tidak bisa dipastikan tapi keluarga berusaha

untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

d. Etnis

Keluarga Ny . H merupakan keluarga yang berasal dari suku serawai

e. Sistem kepercayaan

Ny. H menganut agama islam dan taat dalam menjalankan ibadah ,

Ny. H mengangap agama adalah keyakinan akan adanya tuhan dan

manusia sebagai makhluk ciptaanNya harus menjalankan segalah

perintahnya dan menjauhui larangannya.

f. Struktur Keluarga

Didalam keluarga Ny. H sebagai istri sebagai Ibu rumah tangga yang

melakukan seluruh kegiatan Rumah Tangga seperti memasak dan lain

–lain terkadang dibantu oleh anaknya jika anank nya lagi libur sekolah

dan yang menetukan segala keputusan oleh suami sebagai kepala


111

keluarga dan pasin membantu mengambil segala hal keputusan yang

ada dirumah.

g. Tugas perkembangan

Tahap perkembangan keluarga Ny. H termasuk kedalam tahap

perkembangan keluarga lanjutan.

h. Tahap perkembangan

a. Fungsi Pendidikan/Afektif

Keluarga ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih

baik dari dirinya.

b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga selalu mengajarkan dan menekankan bagaimana

berperilaku baik dengan sesama karena menurut keluarga dalam

hidup ini manusia selalu membutuhkan satu sama lainnya

c. Fungsi Ekonomi

Menurut keluarga penghasilan hanya diperoleh dari hasil

wiraswasta yang namun keluarga Ny. H sudah bersyukur karena

sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

d. Fungsi Pemenuhan (Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan)

1) Mengenal Masalah Kesehatan

Keluarga Ny. H sudah mengetahui masalah kesehatan yang

terjadi pada Ny. H dan sudah pernah berobat namun sering juga

Ny. H menganggap sakitnya karena faktor keturunan . Namun


112

keluarga tidak mengetahui bahwa penyebabnya juga muncul

dari asupan nutrisi yang salah.

2) Mengambil Keputusan Mengenai Tindakan Kesehatan

Ny. H sudah bisa memutuskan untuk berobat ke puskesmas atau

tempat praktik lainnya jika mengalami gejala seperti badan

lemas, badan pegel –pegel dan sendi pada sakit –sakit.

3) Kemampuan Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Ny. H tinggal bersama istri dan ketdua anaknya. Menurut

pengakuan Ny. H Suami dan anaknya sudah bisa merawat

dirinya apabila Ny. H sakit

4) Kemampuan Keluarga Memelihara/Memodifikasi Lingkungan

Rumah Yang Sehat

Tipe rumah Ny. H tergolong tipe rumah yang sederhana namun

jarang terawat yang mungkin tugas Ny.H tidak bisa beraktivitas

maksimal untuk memenuhi perawatan dan memelihara

lingkungan rumah

5) Kemampuan Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Ny. H saat pertama sakit selalu kontrol akan penyakitnya namun

sekarang apabila Ny. H mengalami sakit dia berobat ke praktek

dr

i. Riwayat penyakit saat ini


113

Ny. H mengatakan sakit Diabetes Melitus sudah lebih kurang 10

tahun,sekarang terdapat luka gangren pada daerah lipatan dibelakang

patela kaki sebelah dektra.

j. Faktor keturunan

Ny. H mengatakan sebelumnya ada keluarga yang menderita penyakit

seperti dirinyayaitu ibu pasien menderita sakit Diabetes Militus dan

akhirnya meninggal dunia karena penyakit Diabetes Militus.

k. Tingkat pengetahuan

Ny. H mengatakan sudah tahu penyakitnya sebelum dia berkonsultasi

pada dokter umum pada tanggal 5 oktober 2017

l. Perubahan lingkungan internal dan ekternal

Ny. H mengatakan senang berada dilingkungannya dan hubungan

dengan tetangga baik.

m. Manejemen medis

Pertama kali tahun 2007 sering memeriksa penyakitnya ke Puskesmas

dan dokter praktek , pada tahun 2007 dan terdiagnosa Diabetes

Melitus sehingga skrng Ny. H menjalankan berobat jalan saja dan

belum pernah dirawat dirumah sakit sampai sekarang.

n. Pengunaan 0bat-obatan

Ny. H mendapatkan terapi obat yang berupa Diapormin 1 x 1,

Glimepiride 2 mg 1 x 1, Glucodex 1 x 1, Paracetamol 3 x 1,dari dr

.Praktek Dr. Budi ,Ny.H mengatakan sekarang masih menjalani

pengobatan Rutin dan minum obat .


114

o. Alcohol dan Rokok

Ny. H Tidak mengkonsumsi minuman keras dan merokok

2. Pengkajian hari pertama tanggal 16 Oktober 2017 jam 15 :00 Wib

a. Keadaan umum pasien

Status Kesehatan :Pasien mengatakan sakit pada luka gangren

dibelakang lipatan dibelakang Patela kaki sebelah

Kanan, luka gangren tersebut sudah mulai mengering

, pasien merasa lemes badan pegal –pegal dan sakit

pada daerha lipatan patela terutama kalau kaki

digerakan/ berjalan sehigga pasien kurang aktip

dalam melakukan aktivitas sehari hari seperti

membersihkan Rumah tangga , masak, berjalan dan

melakukan kegiatan Rumah Tanga lainya .

Riwayat Diagnosa : Diabetes Melitus.

Status Kesehatan : Keadaan Umum : Lemah, Kesadaran : Compos mentis,

TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 88 x /M , S : 36,5 0C, RR: 22 x/M

a. Pernafasan

Ny. H juga mengatakan tidak ada riwayat sesak nafas (asma) atau

penyakit pernafasan lainnya Tn A mengatakan dapat bernafas secara

normal,. Pernafasan normal RR: 22 x/M.

b. Kebutuhan Nutrisi

No Kondisi Kebiasaan Setiap hari

1. Selera makan Ny. H mengatakan selera makan menurun dan


115

badan terasa lemah

2. Menu Makan Ny. H mengatakan menu makanan yang

dimakan berupa nasi, nasi sayuran, lauk pauk,

ikan maupun telor

3. Frekuensi Makan Ny. H mengatakan frekuensi makannya 2-3 x

sehari porsi kecil

4. Makanan Ny. H mengatakan sudah mengetahui

Pantangan makanan pantangan untuk dirinya karena

sudah ada yang memberitahukan dari dr tempat

pasien berobat

5. Pembatasan Pola Ny. H Mengatakan membatasi makanaan yang

Makan ingin dimakannya

6. Cara Makan Ny. H mengatakan sebelum makan mencuci

tangan terlebih dahulu

c. Kebutuhan Eliminasi

Ny. H mengatakan tidak ada kesulitan dalam BAB ataupun BAK

semenjak ia sakit.

d. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Ny. H mengatakan pola tidur normal, Ny. H mengatakan tidur malam

sekitar ± 8 jam pada malam hari dan ±2 jam pada siang hari. Pengamatan :

Muka pucat, pasien terlihat lemah,

e. Integritas kulit
116

Ny.H mengatakan bahwa ada keluhan pada kulitnya. Pengamatan kulit

agak keringdan ada lesi disekitar luka pada daerah lipatan dibelakang

patela kaki Dexra.

f. Rasa/senses : Ny. H mengatakan tidak ada kesulitan dengan panca

indranya fungsi penngecapan normal. Namun semenjak sakit terasa sedikit

berubah, nafsu makan karena karena ketakutan pasien akan menigkat gula

darahnya.

g. Cairan dan elektrolit : Ny. H mengatakan minum normal, +5 gelas dalam

sehari

h. Fungsi neurologis : Ny. H mengatakan bahwa mempunyai fungsi untuk

mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, yang baik untuk

mengatur aktivitas organ-organ tubuh lainnya. Namun semenjak sakit

terasa seperti mau jatuh (terhuyung-huyung) ketika di bawa berdiri.

Pengamatan pasien tampak lemah meringis menahan nyeri dengan skala

nyeri 6

i. Fungsi endokrin : Ny. H mengatakan mengalami penyakit DM ,

kesadaran penuh dan proses emosi kognitif pasien untuk mengatur

aktivitas organ-organ tubuh baik.

j. Konsep diri

Ny. H kooperatif dalam berkomunikasi dengan perawat dan mau

menceritakan semua keluhan tentang kesehatannya, Ny. H juga

mengatakan hubungan komunikasi dengan keluarga maupun masyarakat

lainnya sangat baik.


117

k. Fungsi peran

Ny. H mengataakan bahwa dia merupakan ibu rumah tangga, dan pasien

juga mengatakan bahwa interaksi dengan tetanggadi dalam lingkungan

masyarakat sangat baik, dimana pasien dan keluarga saling berkomunikasi

serta saling membantu jika ada masyarakat lainnya mengalami masalah.

l. Interdependensi

Ny. H mengatakan di tempat pasien tinggal dengan warga binaan lainya

saling memberi dan menerima saling menghargai dan saling membantu

jika ada kesulitan pada warga binaan.

3. Analisa Data

Tabel 3.1 Analisa Data

No Data senjang Masalah Penyebab

1. DS: Adanya Luka Rasa Nyaman

 Pasien mengatakan nyeri Gangren Nyeri

pada daerah lipatan

belakang patela kaki

dextra

 Klien mengatakan

badannya terasa lemah

DO:
118

 Pasien tampak tidak

tenang, pasien tampak

lemah, ekpresi wajah

meringis menahan nyeri,

pasien tampak menahan

nyeri dibagian lipatan

dibelakan kaki dextra

skala nyeri 6, Kaki

Pasien tanpak susah

digerakan.

 Tanpa adanya Luka

Gangren pada daerah

lipatan belakang patela

kaki Dextra .

2. DS. G Gangguan penurunan Gangguan

 Pasien Mengatakan metabolisme pemenuhan

Kurang Napsu Makan karbohidrat akibat nutrisi

DO. defisiansi insulin,

 Pasien Tanpak Lemas intake tidak adekuat

 BB : 40 Kg sebelum

Sakit bb 50 Kg
3. DS: Adanya kesulitan Gangguan
119

 Pasien mengatakan bergerak Aktifitas

kakinya sulit

digerakan

DO:

 Pasien Tanpak lemah,

kaki kanan kelihatan

sulit digerakan ,

 aktivitas sehari – hari

dibantu oleh keluarga

seperti berjalan

kekamar mandi ,

membersihkan rumah

dan melakukan

akitivitas Rumah

Tangga lainya

4. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka gangren

2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan Penurunan metabolisme

karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat akibat

3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan adanya kesulitan bergerak

5. Intervensi Keperawatan

Tabel 5.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


120

Keperawatan

1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian

dengan adanya luka tindakan keperawatan nyeri secara

gangren selama ± 5 hari komprehensif termasuk

diharapkan nyeri lokasi, karakteristik,

berkurang kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi


1. Mampu mengontrol
2. Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab
nonverbal dari
nyeri, mampu
ketidaknyamanan
menggunakan tehnik
3. Gunakan teknik
nonfarmakologi untuk
komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri,
untuk mengetahui
mencari bantuan)
pengalaman nyeri pasien
2. Melaporkan bahwa
4. Kontrol lingkungan yang
nyeri berkurang
dapat mempengaruhi
dengan menggunakan
nyeri seperti suhu
manajemen nyeri
ruangan, pencahayaan
3. Mampu mengenali
dan kebisingan
nyeri (skala,
5. Kaji tipe dan sumber
intensitas, frekuensi
nyeri untuk menentukan
dan tanda nyeri)
intervensi
4. Menyatakan rasa
6. Ajarkan tentang teknik
nyaman setelah nyeri
121

berkurang non farmakologi dalam

5. Tanda vital dalam mengatasi nyeri

rentang normal 7. Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

8. Evaluasi keefektifan

kontrol nyeri

9. Tingkatkan istirahat
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan tiap

pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan 3 hari atau sesuai dengan

berhubungan dengan hari kunjungan jam indikasi

penurunan diharapkan kebutuhan 2. Tentukan program diet

metabolisme nutrisi pasien terpenuhi dan pola makan pasien

karbohidrat akibat dengan kriteria hasil: dan bandingkan dengan

defisiansi insulin, makanan yang dapat


1. Mampu
intake tidak adekuat dihabiskan pasien
mengidentifikasi
3. Berikan makanan cair
kebutuhan nutrisi
yang mengandung zat
2. Pasien dapat jumlah
makanan (nutrient) dan
kalori atau nutrien
elektrolit dengan segera
yang tepat
jika pasien sudah dapat
3. BB stabil
mentoleransinya melalui

pemberian cairan melalui

oral

4. Berikan informasi tentang


122

kebutuhan nutrisi

5. Libatkan Keluarga dalam

pemberian Nutrisi .
3 Gangguan Aktivitas Setelah dilakukan 1. Diskusi dengan pasien

berhubungan dengan tindakan keperawatan kebutuhan akan aktivitas.

adanya kesulitan selama ± 5 hari aktivitas Membuat jadwal

bergerak sehari – hari diharapkan perencanaan dengan

bisa dilakukan secara pasien dan identifikasi

mandiri dengan kriteria : aktivitas yang

menimbulkan kelelahan.
1. Kaki pasien
2. Beri aktivitas alternatif
dapat digerakan
dengan periode istirahat
dengan
yang cukup / tanpa
bebasADL dapat
diganggu.
mandiri
3. Pantau nadi, frekuensi

2. Pasien dapat pernafasan dan TD

melakukan sebelum / sesudah

kegiatan Rumah melakukan aktivitas.

Tangga 4. Mendiskusikan cara

menghemat kalori selama

mandi, berpindah tempat.

5. Tingkatkan partisipasi

pasien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari
123

sesuai dengan yang dapat

ditoleransi.

6. Libatkan Keluarga dalam

Melakukan aktivitas

Sehari - hari

AACE Diabetes Resource. (2010) . AACE Diabetes Resource Center .

Roy , S C,, dan Andrews, H, (2009) . The Roy Adaptation Model . New Jersey :
Persen Education.

Anda mungkin juga menyukai