DIABETES MELLITUS
B. Struktur Keluarga
1. Dominsi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku – suku di
Indonesia rata – rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah
satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi pengambilan tempat tinggal
1) Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari
pihak suami.
2) Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari
pihak istri
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
2) Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
2. Ciri – ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing – masing
3. Ciri – ciri keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong
4. Elemen struktur keluarga
a. Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga baik di
dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat
b. Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam
keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang
tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.
D. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga , kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
(pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangan
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
2) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
a) Tipe II dengan obesitas
b) Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistic
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
E. Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang
berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis
osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia),
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam – asam amino dan
substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun –
tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi vagina/pandangan yang kabur (jika
kadar glukosanya sangat tinggi).
F. Pathway
Sumber : http://lpkeperawatan.blogspot.in/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#VSfNIf1b-o9
G. Data Penunjang
1. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2 jam setelah
pemberian glukosa
2. Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
5. Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu
selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6. Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan
respon terhadap stress atau infeksi
8. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II)
10. Urine : gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka
H. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
b. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
c. Ketoasidosis Diabetic
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :
a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati).
Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi
mikrovaskular maupun makrovaskular
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vascular perifer, dan
vascular serebral
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang masalah
seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/gangrene/kaki diabetic
I. Penatalaksanaan
1. Medis
Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu :
a. Diet
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diit ketat
3) Jenis : boleh dimakan atau tidak
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes Mellitus, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik
c. Penyuluhan
d. Obat
1) Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
2) Insulin
e. Cangkok pancreas
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, metode apa yang
digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anak.
e. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, serta
sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada untuk peningkatan status kesehatan
keluarga.
6. Stress dan kopping keluarga
Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga
berespon terhadap stressor, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi disfungsional.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
BAB III
TINJAUAN KASUS
C. Pengkajian Lingkungan
Tipe rumah permanen dengan komposisi 1 ruang tamu, 5 kamar tidur, 2 kamar mandi,
memiliki 19 jendela dan lantainya keramik.
Lingkungan bersih dan tempat tinggal Ny. P berdekatan dengan rumah tetangga
dan tetangga yang disekitar rumah ramah – ramah. Penduduk setempat mempunyai kesepakatan
apabila ada tamu yang menginap harus lapor pada Rt, Rw atau pengurus desa setempat dan
apabila ada warga baru juga harus melapor. Komunikasi dengan tetangga sekitar rumah tidak ada
masalah. Keluarga Ny. P adalah orang asli karangrena dan tinggal diwilayah tersebut sejak
menikah sampai sekarang dan tidak pernah berpindah tempat. Setiap harinya keluarga Ny.
P selalu menyisihkan waktu untuk berkumpul. Keluarga Ny. P berinteraksi dengan baik dengan
masyarakat sekitar.
Anggota keluarga Ny. P saling menyayangi satu sama lain. Keluarga Ny. Pmemiliki fasilitas
kesehatan meliputi sarana MCK, tempat tidur yang nyaman, sumber air yang bersih dan motor
sebagai sarana pengantar ketempat pelayanan kesehatan, dukungan psikologi dan spiritual
keluarga terjalin dengan baik.
D. Struktur Keluarga
Untuk berkomunikasi antar keluarga dan masyarakat, keluarga Ny. Pmenggunakan bahasa
jawa. Ny. P selalu memberi nasehat kepada anak – anaknya tentang bagaimana cara berperilaku
yang baik, sopan santun, tata krama, cara menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
Ny. P sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan dan penasehat bagi keluarganya.
Ny. P
Peran informal : Sebagai kepala keluarga, Ibu Rumah Tangga dan penasehat.
Peran formal : Sebagai petani.
Sdr. S
Peran informal : Sebagai anak.
Peran formal : menjalankan perintah orang tua
Nilai dan norma keluarga adalah apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, maka
anggota keluarga lainnya segera memberi pertolongan pertama. Jika tidak kunjung sembuh
dibawa ketempat pelayanan kesehatan seperti praktek medis, puskesmas atau RS. Keluarga Ny.
P menerapkan aturan sesuai ajaran islam dan menerapkan hidup bersih.
E. Fungsi Keluarga
Anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu saling mendukung, saling menyayangi,
mencintai dan memiliki. Setiap permasalahan dibicarakan bersama – sama dan terkadang
melibatkan anak – anaknya. Anak Ny. P diajarkan untuk dapat menjadi anak yang berbakti
kepada orang tuanya. Interaksi antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Semua anggota
keluarga memiliki kesadaran arti pentingnya disiplin dalam melakukan fungsi dan tugasnya
masing – masing. Semua perilaku anggota keluarga sesuai dengan norma dan budaya yang ada.
Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengetahui tentang masalah kesehatan, khususnya pada penyakit diabetes mellitus
tetapi mengenai tanda gejala, penyebab dan cara merawat anggota keluarga yang sakit belum
begitu mengerti.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
1) Keluarga hanya mengerti sedikit tentang kesehatan pada anggota keluarganya.
2) Keluarga berusaha agar penyakitnya tidak kambuh dan agar tidak lebih parah.
3) Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif.
4) Keluarga kurang medapat informasi terhadap segala tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan dalam keluarga.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
1) Pengetahuan keluarga tentang komplikasi penyakit terbatas.
2) Pengetahuan keluarga tentang makanan yang baik di konsumsi pada penderita diabetes mellitus
terbatas.
3) Jika ada keluarga yang sakit, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga kesehatan dan
tetap berusaha untuk merawatnya secara optimal.
4) Keluarga memberikan perhatian dan support yang penuh agar dapat membantu proses
penyembuhan.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
1) Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat mencegah
penyebaran berbagai macam jenis penyakit.
2) Keluarga, khususnya kepala keluarga mampu mengarahkan kepada setiap anggota keluarga
untuk senantiasa menjaga kesehatan karena dengan menjaga kesehatan kita akan mampu
mencegah segala macam penyakit.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan dimasyarakat
Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya. Selain itu mereka juga mengetahui keuntungan – keuntungan yang didapat dari
fasilitas yang ada karena mereka sangat mempercayai tenaga kesehatan yang bertugas dibuktikan
bahwa bila ada anggota keluarga yang sakit pasti langsung dibawa ketenaga kesehatan.
Ny. P dan mempunyai 15 orang anak, yaitu 6 perempuan dan laki laki . Ny. P sudah
menopause dan tidak KB.
Keluarga Ny. P mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari pendapatan
yang diterima perbulannya dari gaji pensiunan suaminya yang telah meninggal. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar rumahnya.
Ny. P memberikan respon stressor yang ada dengan berdiskusi dengan anak – anaknya,
berpasrah kepada tuhan YME. Setiap ada masalah keluarga selalu mendiskusikan dengan
anggota keluarga lainnya untuk mencari solusi terbaik. Setiap kali keluarga menghadapi masalah
selalu diselasaikan dengan berunding serta tidak pernah mengkambing hitamkan salah satu
anggota keluarga setiap kali ada masalahyang melanda keluarga mereka.
H. Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksaan Fisik Ny. P Sdr. S
1. Kepala Simetris, bentuk kepala Simetris, bentuk kepala
mesocepal, rambut beruban mesocepal, rambut cepak
dan hitam
2. Leher Leher tidak ada Leher tidak ada
peningkatan tekanan vena peningkatan tekanan vena
jugularis dan arteri carotis, jugularis dan arteri carotis,
tidak teraba adanya tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid pembesaran kelenjar tiroid
3. Mata Konjungtiva tidak anemis, Konjungtiva tidak anemis,
tidak ada katarak, tidak ada katarak,
penglihatan sedikit tidak penglihatan masih jelas
jelas
4. Telinga Simetris, kurang jelas Simetris, masih jelas dalam
dalam indera pendengaran, indera pendengaran,
serumen di dalam telinga serumen di dalam telinga
dalam batas normal dalam batas normal
5. Hidung Simetris, tidak ada polip, Simetris, tidak ada polip,
indera penciuman masih indera penciuman masih
berfungsi dengan baik, berfungsi dengan baik,
bernafas tidak bernafas tidak
menggunakan cuping menggunakan cuping
hidung hidung
6. Dada Paru – paru Paru – paru
Inspeksi : dada kanan dan Inspeksi : dada kanan dan
kiri simetris saat bernafas kiri simetris saat bernafas
Palpasi : vocal vermitus Palpasi : vocal vermitus
bagian kanan dan kiri bagian kanan dan kiri
simetris simetris
Auskultasi : suara vesikuler Auskultasi : suara vesikuler
tidak ada suara tambahan tidak ada suara tambahan
seperti wheezing dan seperti wheezing dan
ronkhi ronkhi
Jantung Jantung
Inspeksi : tidak tampak Inspeksi : tidak tampak
adanya ictus cordis adanya ictus cordis
Palpasi : tidak teraba ictus Palpasi : tidak teraba ictus
cordis cordis
Auskultasi : BJ I dan BJ II Auskultasi : BJ I dan BJ II
7. Abdomen Inspeksi : tidak ada Inspeksi : tidak ada
pembesaran perut pembesaran perut
berlebihan, simetris berlebihan, simetris
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri
tekan di bagian abdomen tekan di bagian abdomen
Auskultasi : peristaltic usus Auskultasi : peristaltic usus
18 kali permenit 16 kali permenit
8. Tanda – tanda vital Tekanan darah : 150/90 Tekanan darah : 140/90
mmHg, suhu : 365C, nadi : mmHg, suhu : 369C, nadi :
80 kali permenit, respirasi : 80 kali permenit, respirasi :
20 kali permenit 20 kali permenit
9. Genitalia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
10. Mulut Tidak terdapat stomatitis, Tidak terdapat stomatitis,
mukosa lembab, indera mukosa lembab, indera
pengecapan masih pengecapan masih
berfungsi dengan baik berfungsi dengan baik
I. Harapan Keluarga
Keluarga Ny. P berpendapat bahwa masalah – masalah yang ada harus segera dapat diatasi.
Keluarga Ny. P berharap masalah – masalah yang ada dapat diatasi dan akan berjalan dengan
lancar, terutama penyakit diabetes mellitus yang diderita Ny. P dapat di control dengan pola
makan dan olahraga.
J. Analisa Data
Nama Klien : Ny. P
Masalah : Diabetes Mellits
No Kelompok Data Etiologi Problem
Ds1.: Ketidakmampuan Resiko
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak keluarga terjadinya
paham tentang komplikasi penyakit mengenal komplikasi
diabetes mellitus. masalah pada diabetes
Do : komplikasi mellitus
- Kaki Ny. P tampak bengkak di sebelah diabetes mellitus
kanan
- Keluarga Ny. P selalu bertanya tentang
kakinya yang bengkak.
- GDP bulan desember 117 gr/dl
2. Ds : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak tahu keluarga pemeliharaan
tentang cara membuat obat tradisional merawat anggota keluarga pada
Diabetes Mellitus keluarga dengan keluarga
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak tahu Diabetes Mellitus
tentang makanan apa saja yang yang
harus dihindari.
- Keluarga Ny. P mengatakan belum
hafal gerakkan senam kaki diabetes
mellitus
Do : Keluarga Ny. P terlihat bingung
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : Keluarga belum
- Ancaman kesehatan mengetahui cara
merawat anggota
1 x1=
keluarga dengan
diabetes mellitus
M. Intervensi
Nama anggota keluaraga yang sakit : Ny . P
Diagnosa keperawatan keluarga I
Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus Tujuan :
Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control.
Tujuan Khusus :
1. Mengerti tentang komplikasi Diabetes Mellitus
2. Mengerti tanda dan gejala terjadinya komplikasi pada Diabetes Mellitus
Intervensi :
1. Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada
2. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan
perawatan pada diabetes mellitus
3. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik
4. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support
Tujuan :
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali kunjungan, diaharapkan keluarga dapat
melakukan perawatan diabetes mellitus untuk mencegah kembalinnya gula darah naik kembali.
Tujuan Khusus :
1. Mengerti tentang makanan yang harus dihindari.
2. Dapat merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh dimakan pada
penyakit diabetes mellitus.
2. Berikan penyuluhan kesehatan tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh dimakan
pada diabetes mellitus.
3. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik.
4. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support.
5. Demonstrasi cara membuat obat tradisional diabetes mellitus .
N. Implementasi
Senin, 13 April 2015
Diagnosa Keperawatan Keluarga 1 :
09:00 WIB
1. Melakukan pengkajian pada keluarga Ny. P tentang penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : Keluarga Ny. P mengatakan belum mengerti tentang penyakitdiabetes mellitus.
DO : Ny. P tampak bingung.
30 WIB
2. Memberikan penkes kepada keluarga Ny. P tentang penyakit diabetes meliputi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan penanganan diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan dan penanganan diabetes mellitus.
DO : keluarga tampak memperhatikan saat diberikan penkes, kontak mata ada, keluarga
kooperatif, dan mau bertanya.
10:00 WIB
3. Mendiskusikan bersama keluarga tentang penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sekarang sudah mengerti tentang diabetes mellitus.
DO : keluarga kooperatif dan mau bertanya.
4. Mempraktekan senam kaki diabetes mellitus
Respon :
DS : Keluarga mengatakan sekarang sudah lebih hafal gerakan senam kaki diabetes mellitus
DO : keluarga kooperatif dan mau mempraktekannya
O. Evaluasi
Senin, 13 April 2015
Diagnosa Keperawatan 1 :
S : Keluarga Ny. P mengatakan sudah mengerti tentang penyakit diabetes mellitus.
O: Keluarga Ny. P sudah tidak bingung saat ditanya dan mampu menjelaskan tentang penyakit
diabetes mellitus
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi.
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam bab ini penulis menguraikan kesenjangan antara data yang ditemukan dalam kasus
dibandingkan dengan teori atau konsep dasar untuk mendapatkan data dari pasien. Penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab atau menanyakan yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Selama melakukan
wawancara penulis sedikit menemui kesulitan, karena tidak semua apa yang dikatakan pasien
adalah benar, penulis harus mencocokan data pasien dengan data status klien dan mahasiswa
praktek serta keluarga pasien untuk mendapatkan data yang akurat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan masalah
kesehatan pasien.Penulis menggunakan pemeriksaan head to toe.Dalam melakukan pemeriksaan
fisik penulis tidak mengalami kesulitan, karena klien bersikap kooperatif.
c. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan.Dalam melaksanakan observasi penulis tidak menemukan
hambatan yang berarti karena klien bersikap kooperatif.
d. Studi keperawatan
Studi keperawatan adalah menggunakan atau membawa literature yang berhubungan
dengan masalah klien. Penulis memanfaatkan perpustakaan akper serulingmas yang lengkap.
Dan penulis tidak mengalami kesulitan tantang buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan
keluarga dengan diabetes mellitus.
e. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, buku dan sebagainya. Sebagai data penunjang pada proses ini penulis tidak
terlalu menemukan kesulitan, apabila penulis menemui kesulitan penulis mengkonsultasikan
dengan dosen – dosen pembimbing.
2. Perbandingan data pada kasus dengan data pada literature
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data fokus sebagai berikut: Ny. P
mengatakan belum mengetahui tentang komplikasi pada penyakit diabetes mellitus dengan data
yang dapat dilihat secara langsung kaki Ny. P bengkak dan sedikit kaku serta Ny. P tampak
bingung kenapa kakinya bisa bengkak seperti ini.. Menunjukan bahwa Ny. P mengalami diabetes
mellitus
3. Data Fokus
Pernyataan pasien secara verbal bahwa Ny. P mengatakan belum mengetahui tentang
komplikasi pada penyakit diabetes mellitus dengan data yang dapat dilihat secara langsung kaki
Ny. P bengkak dan sedikit kaku serta Ny. P tampak bingung kenapa kakinya bisa bengkak
seperti ini.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, penulis menemui berbagai faktor yang mendukung dan
faktor yang menghambat. Faktor yang mendukung diantaranya klien bersikap kooperatif, dan
bersikap terbuka bersedia mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah bahasa yang digunakan menggunakan bahasa jawa yang agak sulit
dimengerti oleh penulis.
C. Perencanaan
Untuk menentukan rencana keperawatan yang akan disusun penulis berpedoman pada teori
yang ada.
1. Resiko terjadinya komplikasi
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : mengetahui tentang
komplikasi penyakit diabetes mellitus dan mengetahui tanda dan gejala terjadinya komplikasi
diabetes mellitus. Intervensi keperawatan : Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada, Berikan
informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan perawatan pada
diabetes mellitus, Evaluasi cara – cara perawatan yang baik dan Libatkan keluarga terdekat untuk
memberikan support.
D. Tindakan Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis selalu berkomunikasi dengan perawat
sebagai rekan kerja penulis.Penulis maksudkan agar tidak terjadi kesalahan tindakan, karena
bagaimanapun juga kerjasama merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien. Selain dengan perawat penulis juga bekerjasama dengan teman sejawat.
Tetapi hal ini tidak menjadi penghambat bagi penulis untuk memberikan tindakan terbaik bagi
klien, yang penting adalah prinsip tindakan yang harus dilakukan tetap dilakukan dengan benar.
Jika dicermati terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap klien selama di rumah, diantaranya adalah hanya ada satu anggota keluarga yaitu
anaknya yang merawat klien. Sedangkan faktor yang mendukung dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien diantaranya adalah anjuran yang diberikan, SDM yang cukup tinggi
dari penulis dan mahasiswa praktik selaku asisten penulis menjamin tindakan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan harapan, dan system manajemen yang baik.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali pertemuan penulis menemukan
kemajuan-kemajuan yang dialami klien. Artinya tindakan yang diberikan berefek positif
terhadap pasien sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan. Untuk diagnosa
resiko terjadinya komplikasi dapat di control dengan data obyektif Ny. P memahami dan bisa
menjelaskan resiko terjadinya komplikasi pada diabetes mellitus dan Ny. P sudah bisa
melakukan senam kaki diabetes mellitus yang dapat memperlancar aliran darah di kakinya yang
bengkak.
Sedangkan untuk diagnosa Ketidakefektifan pemeliharan keluarga teratasi dengan data
obyektif Ny. P sudah bisa mengurangi makanan – makanan yang dapat menaikan gula darah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pengkajian didapatkan data subyektif klien mengatakan dirinya sudah menderita
penyakit DM sudah 12 tahun, dan Ny. P tidak mengetahui tentang DM, komplikasi serta
penangananya. Diagnosa yang muncul pada kasus diatas yaitu kelaurga Ny. P. Resiko terjadinya
komplikasi dengan tujuan umum yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali
kunjungan, diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus
: mengetahui tentang komplikasi penyakit diabetes mellitus dan mengetahui tanda dan gejala
terjadinya komplikasi diabetes mellitus. Intervensi keperawatan : Kaji komplikasi diabetes
mellitus yang ada, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes
mellitus dan perawatan pada diabetes mellitus, Evaluasi cara – cara perawatan yang baik dan
Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support.
Sedangkan diagnosa kedua muncul Ketidakefektifan pemeliharan keluarga dengan tujuan
umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan risiko
komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : Memahami diit diabetes
mellitus dan Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi. Intervensi keperawatan : Kaji
pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus, Berikan informasi atau
penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus,
Diskusikan bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus dan motivasi
keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus.
Implementasi yang dilakukan pasien yaitu mengkai pengetahuan keluarga tentang penyakit
DM, mengkaji pengobatan yang sudah dilakukan oleh Ny. P untuk mengurangi DM, mengkaji
pola makan Ny. P, melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit DM, mengajarkan pada
Ny. P cara pengobatan dengan daun salam dan mengajarkan senam kaki diabetes mellitus.
Evaluasi akhir didapatkan Ny. P mengatakan sudah paham tentang diabetes mellitus dan
sekarang menjadi tau cara pengobatan diabetes mellitus dengan menggunakan daun salam dan
senam kaki diabetes mellitus
B. Saran
1. Saran untuk masyarakat
a. umumnya masyarakat mampu menjaga kesehatan diri keluarga dan lingkungan sehingga
meminimalkan terjadinya masalah kesehatan yang dapat mengganggu kehidupan
b. masyarakat hendaknya lebih aktif dalam kegiatan sosial yang ada di desa tersebut.
c. Setiap keluarga supaya lebih mampu meningkatkan derajat kesehatan dalam keluarganya dengan
cara memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungannya seperti puskesmas dan
tempat pelayanan kesehatan lainnya
d. Keluarga bisa melakukan perawatan kesehatan minimal setiap bulan sehingga kemungkinan
masalah kesehatan bisa dicegah.
2. Saran untuk mahasiswa keperawatan
a. Sesama mahasiswa harus menjaga hubungan teman sejawat
b. Sebagai mahasiswa harus selalu menambah pengetahuan atau informasi yang didapat di Praktek
Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Andra dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta :
Nuha Medika
Arjatmo, tjokonegoro.2002. Penatalaksanaan Diabetes mellitus terpadu. Cetakan 2. Jakarta
: Balai penerbit FKUI
Brunner and suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Editor edisi Bahasa Indonesia.
Monica Estar. Edisi 8. Jakarta : EGC
Corwin Elizabeth. 2009. Buku Saku Pathofisiologi Edisi 3 alih bahasa Nike Budi Subekti. EGC.
Jakarta
Friedman M. M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta : EGC
http://lpkeperawatan.blogspot.in/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#VSfNIf1b-o9dikutip tanggal
13 april 2015 pukul 15:45WIB
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 jilid 1. Media Aesculapsi
FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi I. Jakarta :
Salemba Media
Diposting oleh Rahayu Wijayanti di 06.16
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!