Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MINI SEMINAR

PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BY.M DENGAN CHOLESTASIS DI


RUANG ANGGREK 1 RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU”

PRESEPTOR AKADEMIK:

Ns. Raja Fitrina Lestari. M.Kep

Nama Kelompok 13B

Murthada Habibi 23091027


April Lia Listiyani 23091049
Annisa Purnama Asri 23091060
T. Arifah Ramadhani 23091053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah mini seminar
praklinik “Cholestasis”. Dan kami juga berterimakasih pada Ibu Ns. Raja Fitrina Lastari,
M.Kep yang telah membimbing kami. Kami sangat berharap makalah mini seminar praklinik
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini masih terdapat kekurangan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga laporan roleplay ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya makalah mini seminar praklinik yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 04 Oktober 2023

Kelompok 13 B

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Cholestasis...............................................................................................................


2.2 Etiologi Cholestasis...............................................................................................................
2.3 Patofisiologi Cholestasis........................................................................................................
2.4 Manifestasi Cholestasis.........................................................................................................
2.5 Penatalaksanaan Cholestasis..................................................................................................
2.6 Pengkajian Keperawatan.......................................................................................................
2.7 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................
2.8 Rencana Intervensi................................................................................................................

BAB III GAMBARAN KASUS.................................................................................................


3.1 Hasil Pengkajian, Pemeriksaan Fisik, Laboratorium dan Diagnostik....................................
3.2 Analisa Data...........................................................................................................................
3.3 Diagnosis Keperawatan..........................................................................................................
3.4 Intervensi................................................................................................................................
3.5 Implementasi..........................................................................................................................
3.6 Evaluasi..................................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................
4.2 Saran......................................................................................................................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................................
5.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kandung empedu merupakan sebuah kantung yang terletak di bawah hati yang
mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai dilepaskan dalam usus. Fungsi
dari empedu sendiri sebagai ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan sebagai
pembantu proses pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh garam-garam empedu.
Selain membantu metabolisme dan pembuangan limbah dari tubuh, seperti
pembuangan hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol. Garam empedu bersifat digestif dan memperlancar kerja enzim
lipase dalam memecah lemak yang telah di cernakan (gliseril dan asam lemak) dengan
cara menurunkan tegangan permukaan endothelium yang menutupi vili. (Hasanah et
al., 2015)
Kolestasis merupakan penyakit yang lebih sering terjadi pada bayi dan anak-
anak. Angka kejadian kolestasis yaitu 1 dari 2.500-9.000 anak. Berdasarkan data dari
tahun 2012 di Indonesia (jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa dan laju pertambahan
penduduk 1,49% per tahun), diperkirakan terdapat 1.600-5.500 kasus baru pada setiap
4 juta kelahiran hidup setiap tahun. Kolestasis pada anak didefinisikan sebagai
peningkatan bilirubin direk dan pengumpulan garam empedu yang menyebabkan
terganggunya sekresi berbagai substansi yang seharusnya dieksresikan ke duodenum,
sehingga bahan-bahan tersebut tertahan didalam hati dan menimbulkan kerusakan
hepatosit.
Prevalensi kolelitiasis berbeda-beda di setiap negara dan berbeda antar setiap
etnik di suatu negara. Prevalensi kolelitiasis tertinggi yaitu pada orang-orang Pima
indians di Amerika Utara, Cili, dan ras Kaukasia di Amerika Serikat. Sedangkan di
Singapura dan Thiland prevalensi penyakit kolelitiasis termasuk yang terendah.
(Febyan et al., 2017). Di Indonesia, sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis batu
empedu per tahun, dengan dua pertiganya menjalani operasi (Nimas, 2012). Pasien
dengan batu kandung empedu tidak menunjukkan gejala dan kebiasaan makan
(meningkatkan asupan kalori, kolesterol tinggi atau lemak) dan perubahan gaya hidup
masyarakat dalam konsumsi makanan. (Cahya et al., 2015). kolelitiasis merupakan

4
kondisi yang jarang pada anak, namun penelitian terakhir menunjukkan peningkatan
kasus kolelitiasis pada anak akibat dari perkembangan alat diagnostik. Penyakit ini
bisa muncul dengan atau tanpa gejala, dengan tampilan anak dengan kolelitiasis
simtomatik cenderung lebih jarang pada anak (17% - 50%). Lebih dari 70% batu
saluran empedu pada anak-anak adalah tipe batu pigmen (Yusuf, 2021).
Pada makalah ini, akan dibahas lebih lanjut terkait Asuhan Keperawatan Pada
By. H yang mengalami Kolestatis.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mampu menyusun asuhan keperawatan pada By. H yang mengalami kolestasis
secara komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep teori pasien dengan kolestasis
b. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien kolestatis
c. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien kolestasis
d. Untuk mengetahui rencana intervensi keperawatan pada pasien kolestasis
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk memenuhi asuhan keperawatan dalam tugas praktik lapangan keperawatan
dasar profesi (KDP)
2. Bagi Pembaca
Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca agar dapat melakukan pencegahan untuk
diri sendiri dan orang lain disekitarnya agar tidak terkena kolestasis serta mengetahui
tanda dan gejala kolestasis.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Definisi Kolestasis


Kolestasis berdasarkan patologi anatomi adalah adanya penumpukan empedu secara
histologis dalam jaringan hati. Kolestasis berdasarkan fisiologi adalah terhambatnya aliran
empedu ke usus. Kolestasis berdasarkan klinis adalah akumulasi zat-zat di dalam aliran darah
yang secara normal akan dieksresi dalam empedu (bilirubin, kolesterol, asam empedu).
Kolestasis dapat disebabkan kelainan intrahepatic atau ekstrahepatik (soegeng soegijanto,
2016).
Kolestasis di definisikan sebagai kondisi medis di mana aliran normal empedu, cairan
pencernaan yang diproduksi oleh hepar, terhambat atau terhambat. Hal ini menyebabkan
penum- pukan empedu di hati, yang dapat menyebabkan sejumlah gejala dan komplikasi.
1.2 Klasifikasi Kolestasis
Secara umum batu kandung empedu dibedakan menjadi tiga bentuk utama, yaitu batu
kolestrol, batu kalsium bilirubinat (pigmen), dan batu saluran empedu (Naga, 2012).
a. Batu kolesterol Batu kolestrol mengandung 70% Kristal kolestrol, sedangkan sisanya
adalah kalsium karbonat dan kalsium bilirubinat. Bentuknya bervariasi dan hampir
selalu terbentuk didalam kandung empedu. Permukaannya licin atau multifaser, bulat
dan berduri. Proses pembentukan batu ini melalui empat tahap, yaitu penjenuhan
empedu oleh kolestrol, pembentukan nidus atau sarang, kristalisasi, dan pertumbuhan
batu.
b. Batu Bilirubinat atau Batu Lumpur (Batu Pigmen) Batu ini mengandung 25%
kolestrol. Batu yang tidak banyak variasi ini sering ditemukan dalam bentuk tidak
teratur, kecil-kecil, berjumlah banyak, dan warnanya bervariasi antara cokelat,
kemerahan, sampai hitam. Batu ini berbentuk seperti lumpur atau tanah yang rapuh
dan juga sering ditemukan dalam ukuran besar, karena terjadi penyatuan dari batu-
batu kecil.
c. Batu Saluran Empedu Masih berupa dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian
di vertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus
dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan

6
1.3 Etiologi Kolestasis
Menurut Isella & Dewi (2021) etiologi kolestasis dapat intrahepatik atau ekstrahepatik.
Penyebab kolestasis neonatal antara lain atresia biliar, hepatitis neonatal idiopatik, kolestasis
disebabkan sepsis dan infeksi saluran kemih, sindrom Alagille, progressive familial
intrahepatic cholestasis (PFIC), dan kolestasis akibat nutrisi parenteral. Kolestasis
intrahepatik paling sering disebabkan karena hepatitis virus, keracunan obat (asetaminofen,
penisilin, kontrasepsi oral, klorpromazin, dan steroid estrogenik atau anabolik), penyakit
hepar karena alkohol dan penyakit hepatitis autoimun. Penyebab yang kurang sering adalah
Primary Biliary. Kolestasis ekstrahepatik paling sering disebabkan karena batu duktus
koledokus dan kanker pancreas. Penyebab lainnya adalah striktur jinak (akibat bekas operasi)
pada duktus koledokus, karsinoma duktus koledokus, pankreatitis atau pseudocyst pancreas,
dan Primary Sclerosing Cholangitis.
1.4 Patofisiologi (WOC) Kolestasis
Empedu adalah cairan yang disekresi hati berwarna hijau kekuningan merupakan
kombinasi produksi dari hepatosit dan kolangiosit. Empedu mengandung asam empedu,
kolesterol, phospholipid, toksin yang terdetoksifikasi, elektrolit, protein, dan bilirubin
terkonjugasi. Kolesterol dan asam empedu merupakan bagian terbesar dari empedu sedang
bilirubin terkonjugasi merupakan bagian kecil. Bagian utama dari aliran empedu adalah
sirkulasi enterohepatik dari asam empedu. Hepatosit adalah sel epetelial dimana permukaan
basolateralnya berhubungan dengan darah portal sedang permukaan apikal (kanalikuler)
berbatasan dengan empedu. Hepatosit adalah epitel terpolarisasi berfungsi sebagai filter dan
pompa bioaktif memisahkan racun dari darah dengan cara metabolisme dan detoksifikasi
intraseluler, mengeluarkan hasil proses tersebut kedalam empedu. Salah satu contoh adalah
penanganan dan detoksifikasi dari bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin indirek). Bilirubin
tidak terkonjugasi yang larut dalam lemak diambil dari darah oleh transporter pada membran
basolateral, dikonjugasi intraseluler oleh enzim UDPGTa yang mengandung P450 menjadi
bilirubin terkonjugasi yang larut air dan dikeluarkan kedalam empedu oleh transporter mrp2.
Mrp2 merupakan bagian yang bertanggungjawab terhadap aliran bebas asam empedu.
Walaupun asam empedu dikeluarkan dari hepatosit kedalam empedu oleh transporter lain,
yaitu pompa aktif asam empedu. Pada keadaan dimana aliran asam empedu menurun, sekresi
dari bilirubin terkonjugasi juga terganggu menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Proses yang terjadi di hati seperti inflamasi, obstruksi, gangguan metabolik, dan iskemia
menimbulkan gangguan pada transporter hepatobilier menyebabkan penurunan aliran empedu
dan hiperbilirubinemi terkonjugasi (Prof & Kupang, 2019).
7
1.5 Manifestasi Klinis Kolestasis
Menurut Bunner dan Suddath (2013) ada beberapa manifestasi klinis yaitu :
a) Rasa Nyeri
Nyeri abdomen kanan atas atas yang dapat menjalar ke punggung dan bahu
kanan disertai dengan mual dan muntah, dan akan merubah merubah posisinya
secara terus-menerus untuk mengurangi intensitas nyeri.
b) Ikterus
Ikterus biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledukus. Akibat obstruksi
pengaliran getah getah empedu ke dalam duodenum maka akan terjadi
peningkatan kadar empedu dalam darah. Hal ini sering disertai dengan gejala
gatal-gatal pada kulit.
c) Perubahan warna urin dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap.
Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan
biasanya pekat yang disebut “clay-colored”.
d) Defisiensi vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu abssorbsi vitamin yang larut dalam
lemak (yaitu vitamin A, D, E dan K) (Cookson & Stirk, 2019).
1.6 Penatalaksanaan Kolestasis
Pengobatan paling rasional untuk kolestasis adalah per- baikan aliran empedu ke dalam
usus. Pada prinsipnya ada beberapa hal pokok yang menjadi pedoman dalam penatalak-
sanaannya, yaitu:
1) Sedapat mungkin mengadakan perbaikan terhadap adanya gangguan aliran empedu
2) Mengobati komplikasi yang telah terjadi akibat adanya kolestasis
3) Memantau sedapat mungkin untuk mencegah kemungkinan terjadinya keadaan fatal
yang dapat mengganggu proses regenerasi hepar
4) Melakukan usaha-usaha yang dapat mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan
5) Sedapat mungkin menghindari segala bahan/keadaan yang dapat mengganggu atau
merusak hepar

Dalam hal ini, penatalaksanaan dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu:

1. Tindakan medis
a. Perbaikan aliran empedu: pemberian fenobarbital dan kolestiramin, dan
ursodioksikolat acid (UDCA)

8
b. Aspek gizi: lemak sebaiknya diberikan dalma bentuk MCT (Medium chain
triglyceride) karena malabsorbsi lemak.
c. Diberikan tambahan vitamin larut lemak (A,D,E,K).
2. Tindakan pembedahan
Tindakan Pembedahan Tujuannya untuk memberi perbaikan langsung terha- dap
kelainan saluran empedu yang ada. Operasi Kasai (hepatoportoenterostomy
procedure)diperlukan untuk mengalirkan empedu keluar dari hati, dengan menyam-
bungkan usus halus langsung dari hati untuk menggantikan saluran empedu. Untuk
mencegah terjadinya komplikasi cirrhosis, prosedur ini dianjurkan untuk dilakukan
segera mungkin, diupayakan sebelum anak berumur 90 hari. Perlu diketahui bahwa
operasi Kasai bukanlah tatalaksana definitif dari atresia biliaris, namun setidaknya
tindakan ini dapat memperbaiki prognosis anak dan memperlambat perjalanan
menuju kerusakan hati (Nezer, 2010).
3. Terapi Suportif
a. Asam ursodeoksikolat 10-20 mg/kg dalam 2-3 dosis
b. Kebutuhan kalori mencapai 130-150% kebutuhan bayi normal dan
mengandung lemak rantai sedang (Medium chain trigliseride-MCT), misalnya
panenteral, progrestimil
c. Vitamin yang larut dalam lemak
 A: 5000-25.000 IU
 D: kalsitriol 0,05-0,2 ug/kg/hari
 E : 25-200 IU/kk/hari
 K1: 2,5-5 mg: 2-7 x/minggu
d. Mineral dan trace element: Ca, P, Mn, Zn, Se, Fe
e. Terapi komplikasi lain: misalnya hiperlipidemia/ xantelasma: Obat HMG-CoA
reductase inhibitor contohnya kolestipol, simvastatin
f. Pruritus:
1. Atihistamin: difenhidramin 5-10 mg/kg/hati, hidroksisin 2-5
mg/kg/hati Rifampisin: 10 mg/kg/ hari
2. Kolestiramin: 0,25-0,5g/kg/hari

1.7 Komplikasi Kolestasis


Komplikasi kolelitiasis yang bisa terjadi adalah colecystitis akut dan kronik,
choledokolitiasis, peritonitis, kolangitis, abses Kantong empedu, sirosis bilier, dan ikterus
9
obstruktif (Naga, 2012). Berikut penjelasan dari penyakit komplikasi akibat kolelitiasis,
menurut Tanto, et.all (2014) :
a. Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut terkait dengan batu empedu terjadi pada 90-95% kasus yang ditandai
dengan kolik bilier akibat obstruksi duktus sistikus. Apabila obstruksi berkanjut,
kandung empedu mengalami distensi, inflamasi dan edema. Gejala yang dirasakan
adalah nyeri kuadran kanan atas yang lebih lama daripada episode sebelumnya,
demam, mual dan muntah.
b. Kolesistitis Kronik
Inflamasi dengan episode kolik bilier atau nyeri dari obstruksi duktus sitikus berulang
mengacu pada kolesistitis kronis. Gejala utama berupa nyeri (kolik bilier) yang
konstan dan berlangsung aekitar 1-5 jam, mual, muntah, dan kembung.
c. Kolangitis
Kolangitia merupakn komplikasi dari batu saluran empedu. Kolangitis akut adalah
infeksi bakteri asenden disertai dengan obstruksi duktus bilier. Gejala yang ditemukan
adalah demam, nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas, dan ikterik yang
disebut trias charcot.
d. Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi jika batu
empedu keluar dan menyumbat saluran pancreas. Peradangan pancreas ini akan
menyebabkan sakit yang hebat pada bagian tengah perut. Rasa sakit ini akan
bertambah parah dan menjalar ke punggung, terutama setelah makan. (Muttaqin &
Sari, 2013)
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuratif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
dengan Kolelitiasis adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada
pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis.
Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum
akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi
mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus.
b. Pemeriksaan radiologi

10
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya
sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung
empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat
dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar
atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di
kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura
hepatika.
c. Pemeriksaan Ultrosonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun
ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang
menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab
lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena
terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada
batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
d. Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif
murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat
dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus
paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan
hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati.
Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung
empedu.
e. Endocospic Retrograde Cholangiopancreatography (ERC)
Lebih untuk mendeteksi batu pada saluran empedu
f. Foto polos abdomen Menyatakan gambaran radiologi (klasifikasi) batu empedu,
klasifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu.

2.10 Asuhan Keperawatan Kolestatis


Menurut Hidayat (2019), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien, untuk
informasi yang diharapkan dari pasien.

11
Pengkajian yang dilakukan pada pasien yang menderita Kolelitiasis adalah sebagai berikut:
1. Identitas meliputi : nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
tanggal/rencana operasi, nomor medrec/ register, diagnosa medis, dan alamat. Pada kasus
Kolelitiasis

2. Keluhan utama pasien dengan Kolelitiasis adalah nyeri kolik abdominal. Keluhan nyeri
seperti terbakar dan tumpul. Rasa sakit yang paling hebat sering terletak di abdomen kanan
atas dan dapat menyebar ke bahu kanan atau daerah punggung. Skala nyeri pada klien
dengan Kolelitiasis bervariasi pada rentang 2-7 (dari 0-7) yaitu nyeri berat sampai nyeri
tak tertahankan/berat sekali. Onset nyeri bervariasi sesuai dengan derajat okulasi atau
obstruksi duktus dan keterlibatan saraf local akibat peningkatan kontraksi peristaltik bilier.
Lama nyeri biasanya berkisar 30-90 menit sampai relaksasi peristaltik terjadi. Kondisi
nyeri biasanya juga disertai demam sampai menggigil dan disertai gangguan
gastrointestinal seperti: rasa seperti mual, muntah (Muttaqin & Sari, 2013)

3. Riwayat penyakit sekarang Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang
dirasakan sampai saat dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah memeriksakan diri ke
tempat lain serta pengobatan yang telah diberikan dan bagaimana perubahannya.

4. Riwayat kesehatan dahulu Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada pasien
yaitu tentang penyakit apa saja yang pernah diderita. Disesuaikan dengan predisposisi
penyebab Kolelitiasis. Seperti kondisi obesitas, penyakit DM, hipertensi, dan
hiperlpidemia berhubungan dengan peningkatan sekresi kolestrol hepatika merupakan
faktor risiko utama untuk pengembangan batu empedu kolestrol. Kondisi kehamilan
multipara, pasca bedah reseksi usus, penyakit crohn, reseksi lambung dan penggunaan
obat-obatan hormonal merupakan kejadian masa lalu yang harus dipertimbangkan. Serta
riwayat sirosis hepatis yang menyebabkan splenomegali menjadi predisposisi utama
gangguan heme yang bisa meningkatkan risiko batu kalsium (Muttaqin & Sari, 2013).

5. Riwayat penyakit keluarga beberapa pasien cenderung memiliki kondisi penyakit herediter,
sehingga perlu mengkaji kondisi sakit dari generasi terdahulu (Muttaqin & Sari 2013).

6. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)

a. Keadaan umum pada pasien kolelitiasis biasannya tidak terjadi penurunan kesadaran
(composmentis), untuk pemeriksaan tanda-tanda vital yang dikaji yaitu tekanan darah,
suhu, nadi, respirasi.

12
b. Sistem pernafasan : terjadi perubahan dan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat akibat
nyeri, penurunan ekspansi paru.

c. Sistem cardiovaskuler :ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan,


kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan
darah dan nadi meningkat.

d. Sistem pencernaan: ditemukan perut kembung, penurunan bising usus karena puasa,
penurunan berat badan dan konstipasi. Cairan empedu tidak masuk ke dalam duodenum,
menyebabkan gangguan ingesti dan absorbsi karbohidrat dan lemak berkurang maka akan
menyebabkan nausea, muntah, diare, distensi abdomen.

e. Sistem musculoskeletal :ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.

f. Sistem Integumen Adanya luka operasi pada abdomen. Turgor kulit menurun akibat
kurangnya volume cairan, suhu tubuh dapat meningkat apabila terjadi infeksi. Bilirubin
terkonjugasi akan meningkat dalam darah di akibatkan oleh absorpsi cairan empedu oleh
kapiler darah sebagai dampak adanya obstruksi. Ikterus akan timbul. (Dongoes, 2010)

g. Data Psikologi dan Spiritual Klien mengalami peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan atau intervensi bedah,
Mengenai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pelaksanaan ibadah sebelum
atau selama dirawat. Aktivias ibadah klien dapat terganggu karena keterbatasan aktivitas
(Muttaqin & Sari, 2013)

h. Data Penunjang Pemeriksaan laboratorium: a) Elektrolit : Dapat ditemukan adanya


penurunan kadar elektrolit akibat kehilangan cairan tubuh berlebihan. b) Hemoglobin :
Dapat menurun akibat kehilangan darah. c) Leukosit : Dapat meningkat jika terjadi infeksi
(Haryono, Rudi 2012).

2.12 Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada
kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien (Nursalam, 2019). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

13
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
O
1 Nyeri akut Goal: pasien tidak akan Manajemen Nyeri
b.d. agen mengalami nyeri selama 1. Lakukan pengkajian nyeri
cedera fisik dalam perawatan. komprehensif (lokasi,
(neoplasma) Objektif: perkembangan karakteristik, durasi,
neoplasma pasien akan frekuensi, kualitas,
berkurang selama dalam intensitas, faktor pencetus)
perawatan. 2. Observasi adanya petunjuk
Tingkat Nyeri nonverbal mengenai
1. Tidak melaporkan ketidaknyamanan.
nyeri 3. Pantau TTV pasien
2. Tidak mengerang/ 4. Berikan informasi mengenai
menangis nyeri (penyebab, lama
3. Tidak berkeringat nyeri)
4. Nafsu makan baik 5. Berikan lingkungan yang
5. Frekuensi napas nyaman.
normal 6. Anjurkan kepada pasien
6. Tekanan darah normal untuk istirahat yang cukup
7. Denyut nadi normal 7. Ajarkan teknik manajemen
nyeri nonfarmakologi
(relaksasi, distraksi)
8. Kolaborasi pemberian
anlgesik.
2. Resiko Setelah dilakukan asuhan a) Monitor tanda dan gejala
Infeksi keperawatan diharapkan infeksi
risiko infeksi pada klien b) Lakukan perawatan luka
menurun dengan kriteria dengan teknik aseptic
hasil: c) Berikan perawatan kulit pada
a) Tidak terdapat bau pada area luka
cairan luka pasien d) Batasi jumlah pengunjung
b) Bengkak berkurang e) Cuci tangan sebelum dan
c) Nyeri berkurang sesudah kontak dengan pasien
d) Kerusakan lapisan kulit f) Anjurkan meningkatkan
14
menurun asupan nutrisi dan cairan
e) Kerusakan jaringan
menurun
f) Perdarahan menurun
3. Resiko Setelah dilakukan asuhan a) Identifikasi faktor yang
Defisit keperawatan, diharapkan mempengaruhi asupan gizi
nutrisi risiko defisit nutrisi pada b) Monitor mual dan muntah
klien menurun dengan c) Identifikasi kemampuan
kriteria hasil: menelan
a) Nafsu makan membaik d) Berikan makanan sesuai
b) Porsi makan meningkat keinginan jika memungkinkan
c) Perasaan cepat kenyang
menurun
d)Frekuensi makan
meningkat
4. Gangguan Setelah dilakukan asuhan a) Identifikasi adanya nyeri
Mobilitas keperawatan, diharapkan atau keluhan fisik lainnya
Fisik gangguan mobilitas fisik b) Monitor TTV
pada klien menurun c) Fasilitasi aktivitas dengan
dengan kriteria hasil: menggunakan alat bantu
a) Gerakan terbatas pada d) Libatkan keluarga untuk
klien menurun membantu klien dalam
b) Kelemahan fisik klien meningkatkan
menurun pergerakan
c) Pergerakan ekstremitas e) Ajarkan mobilisasi
klien meningkat sederhana (mis: duduk di
d) Kekuatan tubuh bagian tempat tidur,
atas dan bawah meningkat pindah dari tempat tidur ke
e) Tekanan darah kursi)
membaik
f) Nyeri klien menurun
g) Kecemasan menurun

15
BAB III

GAMBARAN KASUS

3.1 Hasil Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik, Laboratorium dan Diagnostik


A. Informasi Umum

Nama : By. H Umur : 00 tahun 4 bulan

Tanggal Lahir : 13-05-2023 Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Minang Tanggal Masuk : 20-09-2023

Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2023 Dari/Rujukan : RSUD Dumai

Diagnosa Medis : Kolestasis No.RM : 01130337


intrahepatik
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Abdomen pasien ikterik, ekstremitas ikterik, ikterik hilang timbul, ibu mengatakan
bayi gatal-gatal
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
pasien ikterik dan berat badan sulit naik, ibu pasien mengatakan anaknya sulit
tidur, ibu mengatakakan BAB berwarna coklat kehitaman dan BAK kuning
kecoklatan, perut tampak membengkak dan ikterik, bayi tampak mengerutkan dahi.
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
By. M merupakan bayi prematur, gestasi 27-28 minggu, BBLR, tonus otot lemah
dan saat lahir bayi tidak langsung menangis
4. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)

16
K

C. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. GCS : E: 4 M: 6 V: 5 Total: 15
c. Antropomentri :
- BB : 2,515 kg
- TB : 45 cm
- IMT : kg/m2
- LILA : cm
d. TTV (Pukul : WIB)
- TD :- mmHg
- N : 145 x/menit
- RR : 28 x/menit
o
- S : 36,9 C
D. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala : Warna Rambut/ Tekstur/ Ketebalan Rambut/
Kondisi Kulit Kepala/ Nodul-Massa kulit kepala/ Bentuk-Ukuran-
Kesimetrisan Tulang Kranium/ Kesimetrisan Bentuk Wajah simetris.
Jelaskan: Rambut berwarna hitam, rambut tipis, kulit kepala bersih, massa
kulit kepala (-), tulang kranium simetris, wajah simetris,
b. Mata : Distribusi Alis dan Bulu Mata/ Kondisi Tulang Orbital/ Kesimetrisan
Mata/ Palpebra/ Kondisi Kornea/ Refleks Kornea/ Pupil (Ukuran Pupil-
Refleks Cahaya)/ Sklera/ Konjungtiva anemis/ Lesi/ Pergerakan Bola Mata/
Nyeri/Kelenjar Lakrimal-Kantus Mata/ Lapang Pandang/ Ketajaman
Pandangan baik.
Jelaskan: Distribusi alis dan bulu mata merata, mata simetris, palpebra
normal, kornea mata bening, refleks kornea baik, ukuran pupil (2 mm/2 mm),
refleks pupil isokor (kanan/kiri), sclera ikterik, konjungtiva anemis, lesi (-),
pergerakan bola mata normal (kanan kiri sama), nyeri (-), kantus mata
simetris, lapang pandang baik.

17
c. Telinga : Kondisi Aurikula/ Tulang Mastoid/ Kebersihan Liang Telinga/
Membran Timpani/ Nyeri/ Massa/ Perdarahan/ Infeksi/ Kemampuan
Pendengaran/ Alat Bantu Dengar/ Benda Asing;
Jelaskan: Kondisi aurikula baik (tidak ada pembengkakan), tulang mastoid
baik (tidak ada infeksi/pembengkakan), telinga tampak bersih, membran
timpani utuh, nyeri tekan (-), massa (-), perdarahan (-), infeksi (-), tidak ada
masalah pendengaran, alat bantu dengar (-), benda asing (-).
d. Hidung : Bentuk-Ukuran-Warna-Kesimetrisan/ Cuping Hidung/ Massa/
kondisi Tulang dan Kartilago Hidung/ Patensi Lubang Hidung/ Kebersihan/
Kondisi Sinus/ Nyeri/ Discharge/ Terpasang Alat Bantu Nafas (Jenis/lt)/
Terpasang NGT (Ukuran/Hari)/ Perdarahan/ Daya Penciuman
Jelaskan: Hidung simetris, cuping hidung (-), massa (-), kondisi tulang dan
kartilago hidung baik, lubang hidung paten, hidung bersih, tidak ada masalah
pada sinus, nyeri (-), discharge (-), alat bantu nafas (-), NGT (+), perdarahan
(-).

18
e. Mulut : Kesimetrisan-Warna-Tekstur Bibir/ Warna Bibir-Rongga Mulut/
Kebersihan Rongga Mulut dan Lidah/ Kondisi Bukal-Gusi/ Kelengkapan Gigi/
Pergerakan lidah/ Kondisi Orofaring dan Tonsil/ Lesi/ Massa/ Gag Refleks/
Gigi Palsu
Jelaskan: Mulut simetris, bibir dan mukosa mulut kering, mulut dan lidah
bersih, gigi lengkap, pembesaran tonsil (-), lesi (-), massa (-), gigi palsu (-),
pergerakan lidah baik, bibir tampak pucat.
2. Leher : Kondisi Otot leher, Tiroid/ Kondisi Nodus Limfatikus/ Kesimetrisan
Trakea/ Arteri Karotis/ Jugular Venous Pressure (JVP)/ Jejas/ Kaku Kuduk/
Pembengkakan-Massa/ Kondisi trakeostomi
Jelaskan: Kelenjar tiroid teraba dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran kelenjar getah bening (-), posisi trakea simetris, arteri karotis kanan
dan kiri teraba kuat, distensi JVP (-), jejas (-), kaku kuduk (-), pembengkakan (-),
tidak terpasang trakeostomi.
3. Dada
a. Paru-Paru b. Jantung
Inspeksi: Inspeksi:
Bentuk dada simetris, gerakan dada Bentuk dada simetris, Ictus cordis
simetris kanan dan kiri, retraksi dinding tidak nampak
dada (-), lesi (-), penggunaan otot bantu
napas (-).

Palpasi: Palpasi:
Ekspansi paru kiri dan kanan sama, Ictus cordis teraba kuat di ICS 5.
taktil fremitus normal (kanan dan kiri
sama)

Perkusi: Perkusi:
Normal (sonor/resonan) Normal (pekak)

Auskultasi: Auskultasi:
Vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-) S1 dan S2 reguler

19
4. Payudara dan Aksila : Kesimetrisan Payudara/ Warna Kulit Payudara/
Discharge/ Nodus Limfatikus Aksila/ Edema/ Pembengkakan/ Massa/ Nyeri
Jelaskan: Payudara asimetris, edema (-), massa (-), nyeri (-), Nodus Limfatikus
Aksila (-).
5. Tangan : Kesimetrisan Bentuk-Ukuran Tangan/ CRT/ Warna Kulit/ Tekstur-
Turgor-Kelembaban/ Kekuatan otot/ Rentang Gerak Sendi/ Kesimetrisan-
Kekuatan Nadi/ Suhu Akral/ Nodul-Massa/ Edema/ Deformitas/ Fraktur/
Krepitasi/ Kontraktur/ Luka (Panjang-Lebar-Kedalaman)/ Terpasang Infus
(Ukuran IV Chateter-Hari)/ Clubbing Finger
Jelaskan: Bentuk tangan simetris, CRT < 2 detik, kulit tangan/ telapak menguning
/ikterik dan pucat, kekuatan otot 5 – 5, nadi perifer teraba kuat dan sama dengan
nadi apikal, akral hangat, edema (-/-), deformitas (-), fraktur (-), krepitasi (-),
kontraktur (-), luka (-), tangan terpasang infus IV Chateter no.24 sejak awal masuk
(1 hari), clubbing finger (-).
6. Abdomen
Inspeksi : abdomen membesar dan ikterik
Auskultasi : Bising usus menurun 16x/menit
Palpasi : dinding perut mengeras, terdapat yeri tekan abomen
Perkusi : terdapat adanya kembung
7. Perkemihan dan Genitalia : Kebersihan/ Distribusi Rambut Pubis/
Pembengkakan-Massa Area Kulit Pubis dan Genitalia/ Lesi/ Discharge/
Menstruasi/ Disfungsi/ Nodus Limfatikus Inguinal/ Skrotum/ Bladder/ Warna
Urin/ Perdarahan/ Trauma/ Infeksi/ Kateter Urin (Ukuran/Hari)/ Malformasi/
Nyeri
Jelaskan: tidak terdapat darah pada urin, urin berwarna kuning kecoklatan, lesi
(-), masa (-), perdarahan (-).
8. Rektum dan Anus : Kebersihan/ Kondisi Kulit sekitar Anus/ Lesi/ Nodul-Massa/
Hemoroid (Grade)/ Perdarahan
Jelaskan: ibu Pasien mengatakan pada rektum dan anus tidak ada lesi, massa (-),
hemoroid (-), perdarahan (-)
9. Kaki : Kesimetrisan Bentuk dan Ukuran Kaki/ Warna Kulit/ Turgor-Tekstur-
Kelembaban Kulit Kaki/ Suhu Akral/ Kekuatan otot/ Rentang Gerak Sendi/
Kesimetrisan-Kekuatan Nadi/Edema/ Kontraktur/ Deformitas/ Fraktur/ Krepitasi/
Malforasi/ Nodus-Massa/ Edema/ Luka/ Infeksi/ Keganasan/ Kemampuan berjalan
20
Jelaskan: Bentuk kaki simetris, suhu akral hangat, kekuatan otot 5 – 5, infeksi (-),
fraktur (-), krepitasi (-), CRT <2 detik.
10. Punggung : Turgor-Tekstur-Kelembaban Kulit Punggung/ Pergerakan Punggung/
Lordosis/ Kiposis/ Skoliosis/ Luka (Panjang-Lebar-Kedalaman)/ Dekubitus/
Infeksi/ Nyeri
Jelaskan: kulit tampat kuning/ikterik, lordosis (-), kiposis (-), skoliosis (-), luka
(-), dekubitus (-), infeksi (-), nyeri (-).
E. Kenyamanan, Pola Istirahat dan Tidur

21
Ibu klien mengatakan klien sulit tidur
F. Pola Aktivitas Harian (ADL)
Karena pasien masih bayi untuk aktivitas dan kebutuhannya dibantu dan dipenuhi
total oleh ibu pasien
G. Psiko-Sosial-Spiritual
(Mencakup persepsi, ekspresi, dan reaksi terhadap penyakit, konsep diri, kebiasaan
ibadah (jenis/frekuensi)).
Ibu pasien mengatakan menerima dengan ikhlas kondisi/penyakit anaknya, namun
saat ini ibu merasa pasien cemas melihat kondisi anaknya, Pasien mengatakan ia
selalu berusaha untuk kesembuhan anaknya dan menyerahkan kepada Allah SWT.
H. Pengkajian Refleks dan Saraf Kranial
1. Refleks
a. Biseps : (+)
b. Triseps : (+)
c. Brakioradialis : (+)
d. Patella : (+)
e. Achiles : (+)
f. Babinski : (+)

2. Saraf Kranial
No. Saraf Kranial Hasil

1 Olfaktorius Penciuman baik

2 Optikus Penglihatan baik

3 Okulomotor Refleks pupul terhadap cahaya (+)

4 Troklear Refleks pantulan cahaya (+)

5 Trigeminus Terpasang ngt

6 Abdusen Pergerakan bola mata baik

7 Fasial Dapat mengerutkan dahi

22
8 Vestibulokoklear Pendengaran baik

9 Glosofaringeus Terpasang ngt

10 Vagus Dapat menangis

11 Aksesorius (+)

12 Hipoglosus Massa (-)

I. Cairan-Nutrisi-Eliminasi
1. Intake Oral/Enteral
a. Jenis Diit :-
b. Kebutuhan kalori harian :- Kkal/hari
c. Jumlah kalori diit dari ahli gizi : - Kkal/hari
d. Frekuensi makan :- Kali/hari (tampak dlm 1 shift)
- Makanan berat :-
- Makanan selingan (jenis) :-
e. Jumlah makan cair :- ml/hari (tampak dlm 1 shift)
f. Jumlah minum :- Gelas/hari (ml/hari) (tampak dlm
1 shift)
g. Parenteral : - ml/shift
Jelaskan : (kemampuan menghabiskan makanan, gangguan mengunyah
dan menelan dsbg)
2. Eliminasi
a. Frekuensi BAK :- Kali/hari (tampak dlm
1 shift)

b. Urin output : - ml/shift: cc/kgBB/jam


pengamatan

c. Jumlah cairan muntah : - ml/shift

d. BAB

Frekuensi : 1 Kali/hari (tampak dlm


1 shift)

23
Konsistensi : mencret Kali/hari (tampak dlm
1 shift)

Warna : keabuan

Jumlah : - ml/shift (bila BAB


cair)

e. Drain : - ml/hari (tampak dlm 1


shift)

Balanca Cairan
Intake :- Kali/shift (tampak dlm 1
shift)
Output : - cc/kgBB/jam
IWL : - ml/shift (+10% kenaikan
suhu 1oC)
Balan Cairan :- cc/shift

E. Radiologi

24
F. Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

1. Hasil Laboratorium (Saat masuk dan hari pengkajian)

Tanggal Hasil Nilai Normal

25
25/09/2023 Hematologi
Darah Lengkap
- Hemoglobin: 9.4 g/dL 12 – 16 g/dL
- Leukosit: 12,23 10ˆ3/µL 4.80 – 10.80 10ˆ3/µL
- Trombosit: 247 10ˆ3/µL 150 – 450 10ˆ3/µL
- Eritrosit: 320 10ˆ6/µL 4.20 – 5.40 10ˆ6/µL
- Hematokrit: 28.0 % 37 – 47%
- MCV: 87.5 fL 79 – 99 fL
- MCH: 29.4 pg 27 – 31 pg
- MCHC: 33.6 g/dL 33 – 37 g/dL
- RDW-CV: 17.4 % 11.5 – 14.5%
- RDW-SD: 54.9 fL 35 – 47 fL
- PDW: 8.7 fL 9 – 13 fL
- MPV: 8.8 Fl 7.2 – 11.1 fL
- P-LCR: 16.1 % 15 – 25%
Hitung Jenis
- Basofil: 0.2 % 0 – 1%
- Eosinofil: 0.2 % 1 – 3%
- Neutrofil: 66.8 % 40 – 70%
- Limfosit: 27.4 % 2 – 8%
- Monosit: 5.4 % 2 – 8%
Screening Covid-19
- Neutrofil Limfosit Ratio: 2.44 < 3.13
- Absolut Limfosit Count: 3.35 > 1.5 10ˆ3/µL
10ˆ3/µL
Kimia Klinik
- total bilirubin 10.77 mg/dL 0.00 - 0.89 mg/dL
- Bilirubin indirek 8.06 mg/dL 0,00 - 0.90 mg/Dl
- Bilirubin direk 8.06 mg/Dl 00 - 0.29 mg/dL
- AST 184 10 - 40 U/L
- ALT 133 10 - 40 U/L

E. Medikasi/Obat-Obatan Yang Diberikan Saat Ini

26
No Nama Obat Rute Dosis Indikasi Kontraindikasi
1. Ursolic oral 3x1/2 Ursolic digunakan untuk  Hipersensitif atau
tab penyakit batu empedu alergi terhadap
radiolusen berdiameter> asam
20 mm, pasien yang ursodeoksikolat,
berisiko tinggi atau asam empedu atau
menolak kolesistektomi eksipien.
(pengangkatan kantung  Batu kolesterol
empedu melalui proses terkalsifikasi, batu
bedah), penyakit radiopak, atau batu
kolestatik hati (kelainan pigmen empedu
pada organ hati) radiolusen.
 Kolesistitis akut
akut: kolangitis,
obstruksi bilier,
pankreatitis, atau
fistula billiary-
gastrointestinal.
 Wanita hamil.
 Kalsifikasi batu
empedu.
 Kandung empedu
tidak berfungsi.
 Penyakit radang
dan kondisi lain
dari usus kecil.
 Usus besar dan hati
yang mengganggu
sirkulasi garam
empedu
enterohepatik
2. Hp pro oral 3x1/3 Membantu memelihara Untuk pasien yang
tab kesehatan fungsi hati hipersensitif terhadap

27
komponen obat
3. Apyalis oral 1x0,3 multivitamin yang Hipersensitivitas terhadap
drop cc digunakan untuk komponen yang
memenuhi kebutuhan terkandung dalam produk.
vitamin pada anak
4. Puyer batuk oral 3x1 Meredakan batuk pilek hipersensitif
pada bayi
5. azytoomicyn oral 2x30 Untuk pengobatan Hipersensitif, pasien
mg sejumlah infeksi dengan kerusakan hati
6. Nebu 3x1 Berfungsi untuk Hipersensitif, alergi
ventolin mengencerkan dahak terhadap zat aktif, tidak
sesuai untuk abortus yang
mengancam & persalinan
prematur tanpa komplikasi.

28
ANALISA DATA

No Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS : Distensi kandung kemih Nyeri akut (D. 0077)


Bayi tampak lemah, reaksi nyeri 
DO : Gesekan empedu dengan dinding abdomen
Abdomen tampak membesar dan 
permukaan keras Nyeri akut
- N : 140 x/menit
- RR : 48 x/menit
- S : 36,8 °C

2 DS : Menghambat aliran empedu Defisit nutrisi (D.0019)


Bayi tampak lemah 
DO : Malabsorpsi lemak dan vitamin
Berat badan bayi sulit naik 
- N : 140 x/menit Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
- RR : 48 x/menit kebutuhan tubuh
- S : 36,8 °C

29
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (D. 0077)
2. Defisit nutrisi (D.0019)

Pekanbaru, 04 Oktober 2023


mahasiswa

(kelompok 13B)

30
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC (SLKI) NIC (SIKI)

1. Nyeri akut Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri


1. Kesulitan tidur menurun Tindakan
2. Meringis menurun Observasi :
1. Identifikasi nyeri non verbal
Terapeutik :
1. Berikan terapi nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri (misalnya
terapi pijat, kompres hangat/dingin)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri

31
2. Defisit nutrisi Kriteria Hasil : Manajemen Nutrisi
1. Berat badan meningkat Tindakan
2. Nafsu makan meningkat Observasi :
1. Monitor berat badan bayi
2. Monitor asupan intake pasien (susu)
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang di programkan

32
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan IMPLEMENTASI SOAP Ttd

Selasa/03-10- Nyeri akut Mengontrol lingkungan yang S : ikterik ekstremitas


2023/10.00 memperberat rasa nyeri (Suhu ruangan,
O : Klien nampak meringis, rewel dan
wib pencahyaan, kebisingan)
sulit tidur. TTV (RR : 28x/m, N :
Hasil : melakukan kontrol lingkungan 145x/m, S : 36’9 c)
pasien dengan - Klien nampak meringis.
A : Masalah belum teratasi
TTV (RR : 28x/m, N : 145x/m, S :
P : Intervensi dilanjutkan
36,9c) A : Masalah belum teratasi P :
Intervensi dilanjutkan, mengatur suhu
ruangan dan membatasi pengunjung
untuk mengurangi kebisingan.

37
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pada pembahasan ini, kelompok akan menguraikan beberapa permasalahan atau
kesenjangan yang ada antara teori dan fakta yang terjadi pada pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan kolestasis di Ruangan Anggrek 1 RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.
Dalam praktek Asuhan Keperawatan terhadap pasien dengan kolestasis, diterapkan
pendekatan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi pengkajian,
penegakan diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pada tahap
ini semua data, informasi dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah
keperawatan.
Beberapa manifestasi klinis muncul pada pasien dengan kolestasis menurut
Cookson & Strik (2019) adalah rasa nyeri pada abdomen kanan atas atas yang dapat
menjalar ke punggung dan bahu kanan disertai dengan mual dan muntah, dan akan
merubah merubah posisinya secara terus-menerus untuk mengurangi intensitas nyeri,
pasien juga dapat terjadi ikterik yang biasa terjadi pada obstruksi duktus koledukus,
disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit, terjadi perubahan warna urine dan feses
menjadi sangat gelap atau tampak kelabu dan biasanya pekat yang disebut “clay-
colored” serta pasien dapat terjadi defisiensi vitamin.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Cookson & Strik (2019) ada beberapa
manifestasi klinis yang muncul atau ditemukan pada kasus, yaitu pasien ikterik,
terjadi pembesaran abdomen, mata pasien tampak sedikit keluar, pasien ada muntah,
pasien batuk berdahak, warna urine pasien kekuning-kuningan, dan BAB pasien
tampak berwarna cream.
Berdasarkan teori yang ada menurut Isella & Dewi (2021) etiologi kolestasis
dapat intrahepatik atau ekstrahepatik. Penyebab kolestasis neonatal antara lain atresia
biliar, hepatitis neonatal idiopatik, kolestasis disebabkan sepsis dan infeksi saluran
kemih, sindrom Alagille, progressive familial intrahepatic cholestasis (PFIC), dan
kolestasis akibat nutrisi parenteral. Kolestasis intrahepatik paling sering disebabkan
karena hepatitis virus, keracunan obat (asetaminofen, penisilin, kontrasepsi oral,

37
klorpromazin, dan steroid estrogenik atau anabolik), penyakit hepar karena alkohol
dan penyakit hepatitis autoimun. Penyebab yang kurang sering adalah Primary
Biliary. Kolestasis ekstrahepatik paling sering disebabkan karena batu duktus
koledokus dan kanker pancreas. Penyebab lainnya adalah striktur jinak (akibat bekas
operasi) pada duktus koledokus, karsinoma duktus koledokus, pankreatitis atau
pseudocyst pancreas, dan Primary Sclerosing Cholangitis.
Dan berdasarkan teori tersebut, ada beberapa data faktor pencetus pasien
mengidap kolestasis pada kasus kelolaan kelompok yaitu orang tua pasien hanya
sekali melakukan ANC saat hamil.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan diangkat setelah dilakukannya pengkajian secara
menyeluruh sesuai teori pada pasien dengan kolestasis. Beberapa diagnosis dapat
ditetapkan untuk pasien dengan kolestasis, tetapi diagnosis tertentu ditetapkan sesuai
dengan hasil pengkajian yang ditemukan (bervariasi sesuai dengan kondisi pasien).
Masalah yang lazim muncul atau diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien kolestasis adalah:
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi
3. Resiko Defisit Nutrisi
4. Gangguan Mobilitas Fisik
Dari empat diagnosis keperawatan pada teori, tidak semuanya kelompok angkat
pada kasus kelolaan kelompok. Diagnosis keperawatan yang kelompok angkat ada
dua yaitu nyeri akut dan defisit nutrisi.
Kelompok mengangkat diagnosa nyeri akut b.d agen cedera fisik ditandai dengan
pasien tampak meringis, lemah, rewel, nadi 140 x/menit, dan abdomen pasien tampak
membesar dan permukaan keras. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ditandai dengan pasien tampak lemah, berat badan sulit naik, muntah setelah
menyusu, nyeri abdomen, dan pasien tampak pucat.
Kelompok tidak mengangkat diagnosa resiko infeksi dan gangguan mobilitas
fisik karena data yang didapatkan tidak dapat mendukung pengangkatan diagnosa
tersebut. Tidak semua diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan kasus,
karena diagnosa keperawatan pada teori merupakan diagnosa keperawatan secara
umum sedangkan pada kasus adalah diagnosa yang disesuaikan dengan pengkajian,
keluhan atau kondisi pasien dan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik dan
38
pemeriksaan penunjang dari kasus kelolaan kelompok. Sehingga tidak semua batasan
karakteristik diagnosa tersebut sesuai dengan batasan karakteristik pada kasus.
c. Intervensi Keperawatan
Dari hasil pengkajian didapatkan satu diagnosa keperawatan, setelah diagnose
keperawatan muncul, kelompok membuat luaran keperawatan serta kriteria hasil dan
menyusun intervensi keperawatan.
1. Nyeri Akut
Berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi I
cetakan II, intervensi keperawatan utama dari diagnosa nyeri akut yang disarankan
untuk menyelesaikan masalah yaitu manajemen nyeri dan pemberian analgesic.
Sementara itu intervensi yang kelompok pilih adalah manajemen nyeri dengan
tindakan identifikasi nyeri non verbal, berikan terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (misalnya terapi pijat, kompres hangat/dingin, fasilitasi istirahat
dan tidur, jelaskan strategi meredakan nyeri.
Setelah dilakukannya intervensi, diharapkan kriteria hasil berikut dapat tercapai:
kesulitan sulit tidur menurun dan meringis menurun.
2. Defisit Nutrisi
Berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi I
cetakan II, intervensi keperawatan utama dari diagnosa defisit nutrisi yang
disarankan untuk menyelesaikan masalah yaitu manajemen nutrisi dan promosi berat
badan. Sementara itu intervensi yang kelompok pilih adalah manajemen nutrisi
dengan tindakan monitor berat badan bayi, monitor asupan intake pasien (susu),
lakukan oral hygiene sebelum makan, ajarkan diet yang di programkan.
Setelah dilakukannya intervensi, diharapkan kriteria hasil berikut dapat tercapai:
berat badan meningkat dan nafsu makan meningkat.

39
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kolestasis berdasarkan patologi anatomi adalah adanya penumpukan empedu secara
histologis dalam jaringan hati. Kolestasis berdasarkan fisiologi adalah terhambatnya aliran
empedu ke usus. Kolestasis berdasarkan klinis adalah akumulasi zat-zat di dalam aliran darah
yang secara normal akan dieksresi dalam empedu (bilirubin, kolesterol, asam empedu).
Kolestasis dapat disebabkan kelainan intrahepatic atau ekstrahepatik (Soegeng Soegijanto,
2016). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus kolestasis yaitu nyeri akut,
resiko infeksi, resiko defisit nutrisi, dan gangguan mobilitas fisik.
Adapun pada kasus, kelompok menegakan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut b.d
agen cedera fisik ditandai dengan pasien tampak meringis, lemah, rewel, nadi 140 x/menit,
dan abdomen pasien tampak membesar dan permukaan keras. Luaran keperawatan diagnosa
tersebut yaitu kesulitan tidur menurun dan meringis menurun. Defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ditandai dengan pasien tampak lemah, berat badan
sulit naik, muntah setelah menyusu, nyeri abdomen, dan pasien tampak pucat dengan luaran
keperawatan berat badan meningkat dan nafsu makan meningkat.
5.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan yang mampu
dikembangkan untuk Memberikan pelayanan Asuhan keperawatan kepada pasien kolestasis
yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Febyan, F., Singh Dhilion, H. R., Ndraha, S., & Tendean, M. (2017). Karakteristik Penderita
Kolelitiasis Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Jurnal
Kedokteran Meditek, 23(63), 50–56.
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1565

Hasanah, U., Penyakit, M., & Empedu, B. (2015). MENGENAL PENYAKIT BATU
EMPEDU Uswatun Hasanah. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 13, 28–35.

Naga, S. s. (2013). BUKU PANDUAN LENGKAP Ilmu Penyakit Dalam (P. E. Nareswati
(ed.)). DIVA Press

Saputro, D., & Sani, F. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Pembedahan
Cholelitiasis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman. Jurnal
Keperawatan, 23(1), 6.

Yusuf. (2021). Kolelitiasis Pada Anak. Majalah Kedokeran Andalas, 44(3), 189–195.

41

Anda mungkin juga menyukai